Anda di halaman 1dari 8

PEMANFAATAN TEMPURUNG KEMIRI YANG DIAKTIVASI DENGAN

KOH MENJADI ADSORBEN UNTUK MENGURANGI KADAR Fe


DALAM LARUTAN FeSO4 ARTIFISIAL

Ashar Shidqia, M. Wildan Budi Sb


Prodi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang
asharshidqi@gmail.com setiawanwildan33@gmail.com

Abstrak

Pada penelitian ini, preparasi karbon dari tempurung kemiri dengan proses
karbonasi dan aktivasi KOH 1M untuk menjerap Fe2+ pada larutan. Proses
aktivasi menghasilkan perubahan struktur dan gugus fungsi pada karbon aktif.
Penelitian ini mempelajari pengaruh suhu karbonasi 800 oC, konsentrasi aktivator
yaitu KOH 1M dengan waktu aktivasi 24 jam. Konsentrasi awal larutan
mempengaruhi kapasitas adsorpsi karbon aktif, semakin besar konsentrasi awal
larutan kapasitas adsorpsi semakin besar. Adsorpsi optimum terjadi pada pH 7 dan
waktu kontak 120 menit. Tinjauan kesetimbangan yang digunakan menggunakan
model isoterm Langmuir dan Freundlich, dimana kesetimbangan yang paling
cocok adalah model Isoterm Freundlich dengan nilai R2 = 0,9848 ; KF = 4,427;
n = 3,475. Dapat disimpulkan bahwa karbon aktif tempurung kemiri mampu
menyerap logam Fe2+ dalam larutan FeSO4.
Key words: Larutan FeSO4, Adsorpsi, Adsorben, Langmuir, Freundlich

1. PENDAHULUAN

Kontaminasi logam berat di lingkungan merupakan salah satu masalah


besar dunia saat ini. Ion-ion logam berat yang mencemari lingkungan, sebagian
besar terbawa melalui jalur makanan, proses ini akan lebih cepat bila memasuki
tubuh manusia melalui rantai makanan. Besi (Fe) merupakan salah satu jenis
logam berat yang memiliki tingkat toksisitas tinggi. Sumber utama Besi yang
masuk ke lingkungan berasal dari limbah industri seperti industri baterai, industri
elektroplating dan industri kimia lainnya (Sudarmadji, dkk., 2006).
Proses adsorpsi merupakan salah satu metode yang paling sering
digunakan untuk penyisihan logam beracun dalam air limbah (Mahiti, 2008).
Metode adsorpsi memiliki beberapa kelebihan diantaranya proses relatif
sederhana, efektifitas dan efisiensi relatif tinggi serta tidak memberikan efek
samping berupa zat beracun (Volesky, et al., 2005). Adsorpsi merupakan proses
fisik-kimiawi dimana adsorbat, dalam hal ini pencemar, terakumulasi
dipermukaan padatan yang disebut adsorben. Proses adsopsi cocok untuk air

1
limbah dengan konsentrasi logam rendah dan industri dengan keterbatasan biaya.
Tantangan dari teknologi adsorpsi saat ini adalah pemilihan alternatif
adsorben yang ekonomis dan efisien untuk meminimalisir biaya operasional di
negara berkembang (Yusoff dkk, 2014). Salah satu limbah yang belum banyak
diteliti adalah limbah tempurung kemiri yang melimpah dan belum termanfaatkan
secara optimal. Arang aktif dapat digunakan sebagai adsorben karena luas
permukaan yang besar.

2. METODE PENELITIAN
a. Preparasi Bahan Baku

Preparasi bahan baku dilakukan dengan cara pembersihan limbah


tempurung kemiri dengan cara pencucian dan pengeringan dan dilakukan
proses pengecilan ukuran agar memudahkan dalam proses karbonasi.
b. Proses Karbonisasi
Potongan tempurung kemiri dimasukkan dalam crusible berpenutup,
lalu dilakukan karbonasi dengan alat furnace dengan 800 oC dengan waktu
karbonasi selama 2 jam.

c. Proses Aktivasi

Proses aktivasi dilakukan dengan cara mengkontakkan karbon aktif


dalam larutan KOH dengan rasio 1:3. Selamjutnya dilakukan proses
pengadukan selama 10 menit dan didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam
dilakukan proses penyaringan dan pencucian menggunakan aquades hingga
karbon aktif bersifat netral. Kemudian dikeringkan pada suhu 100oC
menggunakan oven hingga diperoleh massa konstan.

d. Uji Kemampuan Adsorpsi


Proses pengujian kemampuan adsorpsi dimulai dengan pembuatan
larutan baku Fe dengan konsentrasi 60, 70, 80, 90, 100 ppm. Masing-masing
adsorben dengan massa 1 gram dikontakkan dengan 50 ml larutan Fe dan
dilakukan pengadukkan dengan sheaker selama 2 jam. Setelah itu dilakukan
penyaringan dengan kertas saring. Larutan hasil penyaringan dianalisis
kandungan besinya menggunakan AAS.

2
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Uji Kapasitas Adsorbsi


3.1.1 Pengaruh pH larutan terhadap kapasitas adsorpsi karbon aktif untuk
menjerap Fe 2+.

Cara memperoleh pH optimum, dilakukan adsorpsi oleh karbon aktif


dengan variasi pH 6; 6,5; 7; 7,5; 8. Berdasarkan Gambar 3.1 dapat diketahui
bahwa kenaikan pH dari pH 6 ke pH 7 memberikan kenaikan terhadap jumlah
Fe2+ yang terjerap, namun setelah pH 8 mengalami penurunan seiring dengan
meningkatnya pH larutan. Pada pH 6 kemampuan adsorpsi karbon aktif untuk
logam Fe2+ menunjukkan hasil yang rendah, karena pada pada kondisi asam
terjadi persaingan antara H+ dan Fe2+ untuk berinteraksi dengan permukaan
adsorben, sehingga terjadi tolak menolak anara Fe2+ dengan permukaan adsorben
yang dikarenakan meningkatnya ion H+ (titin dkk.,2016). Sementara pada kondisi
basa (pH 8) proses adsorpsi terjadi penurunan yang disebabkan terjadinya reaksi
hidrolisis dalam larutan, sehingga dalam kondisi tersebut ion logam dapat
membentuk endapan hidroksida yang menyebabkan proses adsopsi sulit terjadi
(Nurhasni, 2012).

pH % Removal

19,41

13,71 12,77
12,57 9,99

7 7,5 8
6 6,5

1 2 3 4 5

Gambar 3.1 Hubungan nilai (%) removal ion logam Fe2+ terhadap variasi pH
Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa pH larutan paling optimal
yaitu pH 7. Hal ini ditandai dengan tingginya nilai persen (%) removal pada pH
7 terhadap ion logam Fe2+. Pada pH 6 nilai penyerapan ion logam Fe2+ rendah,
hal ini dikarenakan pada pH rendah (asam) permukaan adsorben dikelilingi oleh

3
ion H+ karena adanya persaingan penyerapan muatan ion dengan Fe2+ untuk
berikatan dengan gugus -OH. Dikarenakan muatan H+ yang berlebih maka
menggantikan Fe2+ untuk berikatan dengan gugus -OH, atau dapat dikatakan
terjadinya tolak menolak muatan antara permukaan adsorben dan diketahui
bahwa ion logam Fe2+ bermuatan positif sehingga kemampuan penyerapannya
pun menjadi rendah. Pada pH larutan 7 penyerapan ion logam Fe2+ semakin
meningkat dan mencapai kondisi optimum pada pH 7, hal ini berarti kondisi
Equiibrium untuk besi terjadi pada pH 7. Pada kondisi ini reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :

Fe2+ + 2OH- Fe(OH)2


Proses penendapan Fe2+ akibat penambahan NaOH sehingga mencapai
kondisi basa ditandai dengan adanya endapan besi (II) hidroksida berwarna keruh
cenderung kuning jika konsentrasinya tinggi (Vogel, 1985). Semakin basa maka
semakin pekat warna kuning larutan yang ditimbulkan.

3.1.2. Pengaruh Konsentrasi Awal terhadap Kapasitas Adsorpsi

Cara mengetahui pengaruh konsentrasi awal terhadap kemampuan


adsorpsi karbon aktif untuk menjerap Fe2+, sebanyak 1 gram karbon aktif
dimasukkan kedalam larutan Fe2+ dengan konsentrasi masing-masing 60, 70, 80,
90, 100 mg/liter. Campuran tersebut selanjutnya diaduk menggunakan shaker
dengan kecepatan 200 rpm dengan waktu 120 menit. Setelah 120 menit campuran
disaring dan filtrat yang diperoleh dianalisis konsentrasi Fe2+ nya menggunakan
AAS, yang hasilnya tersaji pada Gambar 3.2.
120
100
80
Qe (mg/g)

60
Data (terjerap)
40
Data
20
0
1 2 3 4 5
Ci (mg/L)

Gambar 3.2 Pengaruh konsentrasi awal terhadap kapasitas adsorbsi.

4
Data pada Gambar 3.2 menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi awal
larutan memberikan peningkatan jumlah Fe2+ yang terjerap. Hal tersebut terjadi
karena semakin tinggi konsentrasi adsorbat maka kekuatan gaya dorong (driving
force) juga semakin besar sehingga pergerakan molekul adsorbat yang
menyebabkan laju perpindahan massa (difusi permukaan) dari fasa solut
(adsorbat) ke adsorben yang semakin cepat (Zou, 2013). Namun demikian, jika
adsorbat telah jenuh maka jumlah Fe2+ yang terjerap akan cenderung konstan.
3.2 Isoterm Adsorpsi
Pada suatu perancangan proses adsorpsi, diperlukan data kapasitas
adsorpsi, yang dapat diketahui melalui model isoterm adsorpsi. Pada penelitian ini
digunakan model isoterm Langmuir dan Freundlich yang hasilnya tersaji pada
Gambar 3.3 dan Gambar 3.4. Berdasarkan grafik pada Gambar 3.3 dan 3.4
terlihat bahwa isoterm Freundlich memiliki nilai korelasi (R2) yang lebih besar
dibandingkan isoterm Langmuir.

Gambar 4.10 Isoterm Adsorpsi Langmuir

60 70 80 90 100
Gambar 4.11 Isoterm Adsorpsi Freunlich
Gambar 3.3 Isoterm Adsorpsi Langmuir

Gambar 3.4 Isoterm Adsorpsi Freundlich

5
Tabel 3.2 Parameter adsorpsi ion Fe2+ ditinjau isoterm Langmuir dan Freundlich.

Parameter Langmuir Freundlich


kL 0,0095
kF 4,427
N 3,475
qm 2,506
R2 0,944 0,9848

Keterangan:
kL = Kesetimbangan Adsorpsi Langmuir
kF = Kesetimbangan Adsorpsi Freundlich
n = Faktor Heterogenitas
qm = Kapasitas Jerap Maksimum
R2 = koefisien Relasi

Berdasarkan data pada Tabel 3.2 dapat dilihat perbandingan nilai


2
koefisien relasi (R ) dari dua model isoterm yaitu langmuir dan freundlich dapat
diketahui model persamaan kesetimbangan mana yang dapat mewakili penelitian
ini. Nilai R2 dari model freundlich lebih mendekati angka satu dibanding
langmuir. Pada kesetimbangan ini berarti bahwa adsorpsi Fe2+ oleh arang aktif
tempurung kemiri sesuai dengan model isoterm adsorpsi freundlich. Adsorpsinya
bersifat fisika dan berbentuk multilayer. Hal ini mengidentifikasikan bahwa
penyerapan yang lebih dominan secara fisika, dimana logam Fe menempel dengan
gaya Van der Walls dibanding pori arang aktif.
Sebagai perbandingan, beberapa hasil penelitian adsorpsi yang telah
dilakukan peneliti lain memperoleh hasil bahwa kesetimbangan adsorpsi antara Fe
dengan arang aktif dari ampas tebu dengan aktivator KOH sesuai dengan
kesetimbangan Freundlich (Astandana, 2016). Kesetimbangan adsorpsi Fe dengan
arang aktif batu bara juga sasuai dengan model kesetimbangan Freundlich
(Vitasari, 2009).

6
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Karbon aktif tempurung kemiri layak dijadikan sebagai adsorben untuk
menjerap ion logam Fe2+ dalam larutan FeSO4 artifisial, karena kadar air
dan kadar abunya tidak melebihi batas yang ditetapkan SII.
2. Kondisi optimum untuk adsorbsi logam Fe2+ menggunakan adsorben
tempurung kemiri ini adalah pada pH 7, waktu kontak 120 menit dan
konsentrasi logam Fe sebesar 80 ppm.
3. Model kesetimbangan yang paling cocok untuk adsorbsi logam Fe2+
menggunakan adsorben tempurung kemiri ini adalah model
kesetimbangan Freundlich dengan nilai R2 = 0,9848 dan nilai KF = 4,427;
n = 3,475.
4.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian mengenai model kesetimbangan adsorpsi
dengan model yang lain.
2. Perlu dilanjutkan penelitian adsorpsi logam Fe menggunakan adsorben
tempurung kemiri untuk limbah Industri elektroplating di lapangan.
3. Perlu dilanjutkan penelitian tentang adsorpsi untuk menjerap logam lain
serta dengan multi komponen.
4. Perlu dilakukan variasi jenis aktivator yang digunakan untuk hasil yang
optimal.

7
DAFTAR PUSTAKA
Astandan, y. 2016. Kesetimbangan Logam Fe Menggunakan Karbon Aktif dari
Ampas Tebu Sebagai Adsorben. Jurnal Fteknik Vol 3. Pekanbaru.
Atkins PW. 1999. Kimia Fisika Jilid 1. Irma I Kartohadiprojo, penerjemah:
Rohhadyan T, Hadiyana K, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari:
Physical Chemistry.
Nurhasni, 2012. Pengaruh pH terhadap Kemampuan Adsorpsi Fe2+ dalam Pelarut
Air. Jurnal Mipa-Kimia Vol.VI.No.3,2012
Sembiring, Sinaga, 2003, Arang Aktif (Pengenalan dan Proses Pembuatannya);
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara;
Sumatera Utara.
Mahiti, 2008. A Generalized Ono-Kondo Lattice Model For High Pressure on
Carbon Adsorben, Ph.D Dissertation, Oklahoma State University
Sudarmaji, J.M., dan Corie, I.P., 2006, Toksikologi Logam Berat B3 dan
Dampaknya Terhadap Kesehatan, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2
No. 2, 129-142
Sudarwin. 2014. Analisis Spasial Pencemaran Limbah Logam Fe
Pada Sumber Air. Semarang: Tesis Kesehatan Lingkungan.
Suhadak, Akhmad. 2015. Sifat Arang Aktif Dari Tempurung Kemiri. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan 25(4): 291 – 302.
Titin, AZ. dan Intan, S. 2016. Adsorpsi Fe (II) dengan Arang Kulit Buah Kakao
(Theobroma cacao L.) Teraktivasi Asam Klorida. Pontianak. Jurnal
Teknologi Terpadu No.2 Vol.5(2)” ISSN 2303 – 1077.
Vitasari, D. Lysttanto, P.A. 2009. Kesetimbangan dan Termodinamika Adsorpsi
Fe dengan Adsorben Karbon Aktif dari Arang Batu Bara. Jurnal
Tkimia Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Vogel, 1985. Mining and Identification Of A Glucosidase Family Enzyme With
High Activity Toward The Plant Extract Indican. Journal of Molecular
Catalysis B: Enzymatic. 57: 284–291
Volesky, B., and Naja, G., 2005, Biosorption Application Strategies, In:
Proceedings of the 16th Internat, Biotechnol, Symp. (S.T. L.Harisson; DE.
Rawlings and J Petersen) (eds.) IBS Compress Co., Capetown South
Africa: 531542.
Yusoff dkk, 2014. Encyclopedia of Chemical Technology. Vol.5. Interscience
Encyclopedia. Inc. New York.

Anda mungkin juga menyukai