Klasifikasi
Menurut pembagian stadium SARS dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Stadium 1, dimulai dengan suatu gejala mirip flu yang mulai terjadi 2-7 hari setelah
inkubasi dan khas ditandai dengan gejala mirip flu yang mulai terjadi 2-7 hari setelah
inkubasi dan khas ditandai dengan prodromal berupa demam >38°C dengan tanpa
menggigil, dapat disertai dengan gejala yang tidak spesifik seperti malaise, sakit kepala,
mialgia, anoreksia dan pada beberapa pasien juga dapat mengalami diare. Stadium ini
berlangsung 3-7 hari.
2. Stadium 2, adalah fase gejala saluran pernafasan. Fase ini secara tipikal dapat mulai
terjadi 3 hari setelah inkubasi. Pasien mengalami batuk kering, sesak nafas, dan pada
sebagian kasus dapat timbul hipoksemia yang progesif. Gejala ini dapat berkembang
menjadi kegagalan pernafasan yang memerlukan inkubasi dan ventilasi mekanik
(Manurung, 2013, p. 89)
SARS juga dapat dibedakan menjadi 3 derajad :
Derajad 1 : (derajad ringan / klasik) ditandai demam >3 hari, batuk tidak produktif,
foto dada tidak ada gambaran pneumonia dan penderita sembuh dengan
sendirinya.
Derajad 2 : (derajad sedang) gejala klasik ditambah kelainan diparu dan penderita
akan sembuh dengan baik atau justru jatuh kederajad berat.
Derajad 3 : (derajad berat) ditandai denga gejala sukar bernafas dan hipoksia
(Nurarif & Kusuma, 2016, p. 227).
B. Komplikasi
Komplikasi SARS akan mengakibatkan dampak komplikasi pada :
1. Gagal nafas
Kegawatan yang disebabkan oleh gangguan pertukaran oksigen dan karbondioksida,
sehingga system pernafasan tidak mampu memenuhi metabolism tubuh.
2. Gagal hati
Kondisi ketika organ hati tidak bisa berfungsi kembali akibat mengalami kerusakan yang
sangat luas.
3. Gagal jantung
Kondisi saat otot jantung menjadi sangat lemah sehingga tidak bias memompa cukup
darah ke seluruh tubuh (Suprapto, 2013, p. 27)
D. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran Pasien SARS ada penurunan kesadaran bahkan sampai tidak sadar jika
sudah ketingkat lebih lanjut. (Manurung, 2013, p. 80).
2. Tanda-tanda vital
Pada pasien SARS didapatkan suhu tubuh 38°C selama, RR >30x/menit, Nadi >
100x/menit, Tensi cenderung turun. (Manurung, 2013, p. 80).
3. Body System
a. Sistem pernafasan
1. Inspeksi Sesak, batuk, nyeri dada, penggunaan alat bantu pernafasan,
pernafasan diafragma dan perut meningkat pernafasan cuping hidung, pola
nafas cepat dan dangkat, retraksi otot bantu pernafasan.
2. Palpasi Sinus frontalis dan maksilaris, terhadap nyeri tekan yang menunjukkan
inflamasi
3. Perkusi : suara perkusi redup sampai pekak.
4. Auskultasi : Ronkhi basah, suara nafas bronkial (Manurung, 2013, p. 84)
b. Sistem kardiovaskuler
Gejala-gejala yang terkait dengan system kardiovaskular jarang ditemukan,
rendahnya tekanan darh berakibat timbulnya rasa pusing (Suprapto, 2013, p. 195)
c. Sistem persarafan
Nyeri kepala, terjadi penurunan kesadaran (Suprapto, 2013, p. 195)
d. Sistem perkemihan
Terjadi peningkatan kadar kreatinin kinase (Suprapto, 2013, p. 195)
e. Sistem percernaan
Mual, muntah, diare, bising usus meningkat, nafsu makan menurun (Manurung,
2013, p. 85)
f. Sistem integument
Kulit, bibir, serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis karena kekurangan
oksigen) (Suprapto, 2013, p. 196)
g. Sistem musculoskeletal
Pada penderita SARS pasien mengalami kaku otot (Suprapto, 2013, p. 196)
h. Sistem endokrin
Tidak ada perubahan pada sistem endokrin pasien SARS (Suprapto, 2013, p. 196)
i. Sistem reproduksi
Tidak ada perubahan pada system reproduksi pasien SARS (Suprapto, 2013, p.
197)
j. Sistem pengindraan
Pada pasien SARS tidak mengalami perubahan pada system pengindraan
(Suprapto, 2013, p. 197)
k. Sistem imun
Virus coronavirus dapat menimbulkan infeksi saluran pernafasan atas dan juga
bawah sehingga mengakibatkan system imunitas pernafasan menjadi turun dan
berakibat batuk yang lama (Suprapto, 2013, p. 197)
E. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi pernafasan
abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah dan kulit, bibir
serta kuku penderita tampak kebiruan ( sianosis, karena kekurangan oksigen).
1. Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbuhan cairan ditempat yang seharusnya
terisi udara).
2. CT-scan toraks menunjukkan gambaran Bronkiolitis Obleterans Organizing Pneumonia
(BOOP).
3. Pemeriksaan laboratorium
4. Pemeriksaan darah perifer lengkap
5. Pemeriksaan SGOT/SGPT untuk mengetahui fungsi hati
6. Pemeriksaan tes antibody (IgG/IgM)
7. Pemeriksaan molecular (PCR) pada specimen dahak, feses dan darah ferifer.
8. Pemeriksaan deteksi antigen dan kultur virus.(Manurung, 2013, p. 91)
F. Penatalaksanaan
Kasus dengan gejala SARS melewati triase (petugas sudah memakai masker N95). Untuk
segera dikirim ke ruangan pemeriksaan atau bangsal yang sudah disiapkan.
1. Berikan masker bedah pada penderita.
2. Petugas yang masuk keruangan pemeriksaan sudah memakai penggunaan alat
proteksi perorangan (PAPP)
3. Catat dan dapatkan keteranagan rinci mengenai tanda klinis, riwayat perjalanan,
riwayat kontak termasuk riwayat munculnya gangguan pernafasan pada kontak sepuluh
hari sebelumnya.
4. Pemeriksaan fisik.
5. Lakukan pemeriksaan foto toraks dan darah tepi lengkap.
Bila foto toraks normal lihat indikasi rawat atau tetap dirumah, anjurkan untuk
melakukan kebersihan diri, kurangi aktifitas, dan anjurkan menghindari menggunakan
angkutan umum.
6. Pengobatan di rumah diberikan antibiotik bila ada indikasi, vitamin dan makanan
bergizi.
7. Anjurkan pada pasien apabila keadaan memburuk segera hubungi dokter atau rumah
sakit.
8. Bila foto toraks menunjukkkan gambaran infiltrat satu sisi atau dua sisi paru dengan
atau tanpa infiltrat interstial lihat penatalaksanaan kasus probable suspek SARS yang
dirawat.
9. Isolasi
Perhatikan : keadaan umum, kesadaran, tanda vital (tensi, nadi, frekuensi nafas , suhu)
10. Terapi suportif
Antibiotik : beta lactam atau beta lactam ditambahkan dengan anti beta lactamase oral
ditambah makrolid generasi baru oral (roksitromisin, klaritromisin, azitromisin.(Nurarif &
Kusuma, 2016, p. 228)
G. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa ini menurut Standart Diangnosis Keperawatan Indonesia 2016.
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Intoleran aktivitas
3. Resiko ketidakseimbangan cairan
H. Intervensi
1. Bersihan jalan nafas, ketidakefektifan
1) Tujuan
Menunjukkan bersihan jalan nafas yang efektif, yang dibuktikan oleh Pencegahan Aspirasi;
Status Pernafasan: Kepatenan Jalan Nafas; dan Status Pernafasan : Ventilasi tidak terganggu.
Menunjukkan Status Pernafasan : Kepatenan Jalan Nafas, yang dibuktikan oleh indicator
gangguan Nafas, yang dibuktikan oleh indikator gangguan sebagai berikut (sebutkan 1-5):
gangguan ekstrem, berat,sedaang, ringan atau tidak ada gangguan): Frekuensi dan irama
pernafasan, Kedalaman inspirasi, Kemampuan untuk membersihkan sekresi.
Kriteria hasil
Batuk efektif
Mengeluarkan secret secara efektif
Mempunyai jalan nafas yang paten
Pola pemeriksaan auskultasi, memiliki suara nafas yangb jernih
Mempunyai irama dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal
Mempunyai fungsi paru dalam batas normal
Mampu mendeskripsikan rencana untuk perawatan dirumah
Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
(2) Pantau status oksigen pasien (tingkat SaO2 dan SvO2) dan status hemodinamik, segera
sebelum, selama, dan setelah pengisapan
Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung (misalnya, oksigen, mesin pengisapan,
spirometer, inhaler, dan intermittent positive pressure breating (IPPB)
Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang larangan merokok didalam ruangan
perawatan; beri penyuluhan tentang pentingnya berhenti merokok
Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik nafas dalam untuk memudahkan
pengeluaran sekret
Ajarkan pasien untuk membebat / menggganjal luka insisi pada saat batuk
Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum, seperti warna, karakter,
jumlah dan bau
Pengisapan jalan nafas (NIC) : Instruksikan kepada pasien dan/atau keluarga tentang cara
pengisapan jalan nafas, jika perlu
Aktivitas kolaboratif
Menunjukkan pola pernafasan efektif, yang dibuktikan oleh Status Pernafasan yang tidak
terganggu: Ventilasi dan Status Pernafasan: Kepatenan Jalan Nafas; dan tidak ada
penyimpangan tanda-tanda vital dari rentang normal
Menunjukkan Status Pernafasan: Ventilasi tidak terganggu, yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstream, berat, sedang, ringan, tidak ada
gangguan) : Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas, Ekspansi dada simetris
Menunjukkan tidak adanya gangguan Status pernafasan: Ventilasi, yang dibuktikan oleh
indikator berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstream, berat,sedang, ringan, tidak ada
gangguan) : Penggunaan otot aksesoris, Suara nafas tambahan, Ortopnea
2) Kriteria hasil
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki pola
pernapasan. Uraikan teknik
Diskusikan perencanaan untuk perawatan dirumah, meliputi pengobatan, peralatan pendukung,
tanda dan gejala komplikasi yang dapat dilaporkan, sumber-sumber komunitas
Diskusikan cara menghindari allergen sebagai contoh :
Memeriksa rumah untuk adanya jamur di dinding rumah
Tidak menggunakan karpet dilantai
Menggunakan filter elektronik, alat perapian, dan AC
Ajarkan teknik batuk efektif
Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa tidak boleh merokok didalam ruangan
Intruksikan kepada pasien dan keluarga bahwa mereka harus memberi tahu perawat pada saat
terjadi ketidakefektifan pola pernaapasan.
Aktifitas kolaboratif
Konsultasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadikuatan fungsi fentilator
mekanis
Laporkan perubahan sensori, bunyi nafas, pola pernapasan, nilai GDA, sputum daan
sebagainya jika perlu atau sesuai protocol
Berikan obat (misalnya bronkodilator) sesuai dengan program atau protokol
Berikan terapi nebulizer ultrasonic dan udara atau oksigen yang dilembabkan sesuai program
atau protocol institusi
Berikan obat nyeri untuk mengoptimalkan pola pernapasan. Uraikan jadwal (Wilkinson,
Diangnosa Keperawatan, 2016, pp. 60-63).
Intoleransi aktifitas
1) Tujuan
Menoleransi aktifitas yang biasa dilakukan, yang dibuktikan oleh Toleransi aktifitas, Ketahanan,
Penghematan Energi, Tingkat Kelelahan, Energi Psikomotorik, Istirahat, dan Perawatan Diri:
AKS (dan AKSI)
Menunjukkan Toleransi aktivitas, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5:
gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan atau tidak mengalami gangguan): Saturasi Oksigen
saat beraktivitas, Frekuensi pernafasan saat beraktivitas, Kemampuan untuk berbicara saat
beraktivitas fisik
Mendemonstrasikan Penghematan Energi, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut
(sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu ditampilkan): Menyadari
keterbatan energy, Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat, Mengatur jadwal aktivitas untuk
menghemat energi
Kriteria Hasil
Mengidentifikasi aktivitas atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang dapat
mengakibatkan intoleransin aktivitas
Berpartisipasi dalam akativitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan denyut jantung,
frekuensi pernafasan, dan tekanan darah seta memantau pola dalam batas normal
Pada (tanggal target) akan mencapai tingkat ativitas (uraikan tingkat yang diharapkan dari
daftar pada saran penggunaan)
Menggungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen,obat, dan/atau
peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas
Menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dengan beberapa bantuan (mis., eliminasi
dengan bantuan ambulasi untuk ke kamar mandi)
Menampilkan manajemen pemeliharaan rumah dengan beberapa bantuan (mis., membutuhkan
bantuan untuk kebersihan setiap minggu)
3) Intervensi (NIC)
Aktifitas Keperawatan
Pengkajian
Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan
melakukan AKS dan AKSI
Kaji respons emosi, social, dan spiritual terhadap akativitas
Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
Manajemen Energi (NIC): Tentukan penyebab keletihan (mis., perawatan, nyeri, dan
pengobatan), Pantau respons kardiorespiratori terhadap aktivitas (mis., takikardia, disritmia lain,
dyspnea, diaphoresis, pucat, tekanan hemodinamik, dan frekuensi pernafasan), Pantau respons
oksigen pasien (mis., denyut nadi, irama jantung, dan frekuensi pernafasan) terhadap aktivitas
perawatan diri atau aktivitas keperawatan, Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber-
sumber energy yang adekuat, Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya
waktu tidur dalam jam
Aktifitas Kolaboratif
Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu faktor
penyebab
Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik (mis., untuk latihan ketahanan), atau rekreasi
untuk merencanakan dan meemantau program aktivitas, jika perlu
Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk ke layanan kesehatan jiwa di rumah
Rujuk pasien ke pelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan bantuan
perawatan rumah, jika perlu
Rujuk pasien ke ahli gizi untuk prencanaan diet guna meningkatkan asupan makanan yang
kaya energy
Rujuk pasien ke pusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan penyakit jantung
(Wilkinson, Diangnosa Keperawatan, 2016, pp. 15-18).
Kekurangan volume cairan akan teratasi, dibuktikan oleh Keseimbangan Cairan, Hidrasi yang
adekuat, dan Status Nutrisi: Asupan makanan dan Cairan yang adekuat
Keseimbangan cairan akan dicapai, dibuktikan oleh indicator gangguan berikut (sebutkan1-5:
gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan): Tekanan darah, Denyut
nadi radial, Nadi perifer, Elektrolit serum, Berat badan stabil
Kriteria Hasil
Memiliki konsentrasi urine yang normal. Sebutkan nilai dasar berat jenis urine
Memilki hemoglobin dan hematocrit dalam batas normal untuk pasien
Memiliki tekanan vena sentral dan pulmonal dalam rentang yang diharapkan
Tidak mengalami haus yang tidak normal
Memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang dalam 24 jam
Menampilkan hidrasi yang baik (membrane mukosa lembap, mampu berkeringat)
Memiliki asupan cairan oral dan/atau intravena yang adekuat
3) Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
Aktifitas kolaboratif
Imam Suprapto, S. M. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta:
Trans Info Media.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan
Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus. Yogyakarta: Mediaction.
Santa Marunung, S. M. (2013). Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Trans Info Media,
Jakarta.