Anda di halaman 1dari 5

Analisis putusan Mahkamah Agung Nomor 2239.K\/PID.

SUS\/2012 dalam
Kasus Penggelapan pajak

Anas Zuhud Hidayatullah


20180610084
C
A. Kasus
Terungkapnya dugaan penggelapan pajak oleh PT AAG, bermula dari aksi Vincentius
Amin Sutanto (Vincent) membobol brankas PT AAG di Bank Fortis Singapura senilai
US$ 3,1 juta pada tanggal 13 November 2006. Vincent saat itu menjabat sebagai group
financial controller di PT AAG – yang mengetahui seluk-beluk keuangannya. Perbuatan
Vincent ini terendus oleh perusahaan dan dilaporkan ke Polda Metro Jaya. Vincent
diburu bahkan diancam akan dibunuh. Vincent kabur ke Singapura sambil membawa
sejumlah dokumen penting perusahaan tersebut. Dalam pelariannya inilah terjadi jalinan
komunikasi antara Vincent dan wartawan Tempo. Pelarian VAS berakhir setelah pada
tanggal 11 Desember 2006 ia menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya. Namun, sebelum
itu, pada tanggal 1 Desember 2006 VAS sengaja datang ke KPK untuk membeberkan
permasalahan keuangan PT AAG yang dilengkapi dengan sejumlah dokumen keuangan
dan data digital. Pembeberan Vincent ini kemudian ditindaklanjuti oleh KPK dengan
menyerahkan permasalahan tersebut ke Direktorat Pajak – karena memang permasalahan
PT AAG tersebut terkait erat dengan perpajakan.Menindaklanjuti hal tersebut, Direktur
Jendral Pajak, Darmin Nasution, kemudian membentuk tim khusus yang terdiri atas
pemeriksa, penyidik dan intelijen. Tim ini bekerja sama dengan Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Kejaksaan Agung. Tim khusus tersebut
melakukan serangkaian penyelidikan – termasuk penggeladahan terhadap kantor PT
AAG, baik yang di Jakarta maupun di Medan. Berdasarkan hasil penyelidikan tersebut
(14 perusahaan diperiksa), ditemukan Terjadinya penggelapan pajak yang berupa
penggelapan pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN).selain itu juga
"bahwa dalam tahun pajak 2002-2005, terdapat Rp 2,62 triliun penyimpangan pencatatan
transaksi. Yang berupa menggelembungkan biaya perusahaan hingga Rp 1,5 triliun.
mendongkrak kerugian transaksi ekspor Rp 232 miliar. mengecilkan hasil penjualan Rp
889 miliar. Lewat modus ini, Asian Agri diduga telah menggelapkan pajak penghasilan
untuk badan usaha senilai total Rp 2,6 triliun. Perhitungan SPT Asian Agri yang
digelapkan berasal dari SPT periode 2002-2005. Hitungan terakhir menyebutkan
penggelapan pajak itu diduga berpotensi merugikan keuangan negara hingga Rp 1,3
triliun.

B. Analisis
Modus yang dilakukan PT AAG adalah Cara dengan menghindari pembayaran pajak
melalui pembukuan penjualan yang dibuat tidak sebagaimana mestinya. dengan cara
menjual produk minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) keluaran PT AAG ke perusahaan
afiliasi di luar negeri dengan harga di bawah harga pasar – untuk kemudian dijual kembali
ke pembeli riil dengan harga tinggi. Dengan begitu, beban pajak di dalam negeri bisa
ditekan. 1. Pemilik Asian Agri (ST)
Alternatif yang dapat didakwakan:
- hanya diproses dakwaan penggelapan pajak dan pemalsuan surat jo penyertaan KUHP;
-diproses secara kumulatif pemalsuan surat serta TPPU, tapi mengingat penggelapan pajak
sedang di sidik oleh PPNS, maka tidak mungkin digabung. Karena TPPU disidik penyidik
polri.
unsur-unsur Pasal 3 ayat (1) UU TPPU sebagai berikut :
1) Setiap orang, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Karena dinyatakan dengan kata setiap orang, maka diperuntukkan tanpa melihat
kewarganegaraan seseorang, artinya semua orang dapat dikenakan pasal ini, lebih-lebih
masalah Money Laundring ini sudah merupakan masalah global.
2) Dengan sengaja, ini berarti orang yang disangkakan melakukan Tindak Pidana
Pencucian uang tersebut harus dibuktikan sifat sengajanya, apakah sebagai bentuk
kesengajaan sebagai kehendak, atau perbuatannya itu memang dikehendaki, ataukah
hanya karena bentuk pengeahuan, artinya adanya pengetahuannya akan dampak dari
perbuatannya.
3) Menempatkan; mentransfer; membayarkan atau membelanjakan; menghibahkan atau
menyumbangkan; menitipkan; membawa keluar negeri; menukarkan atau perbuatan
lainnya, yang adalah masing-masing perbuatan merupakan suatu alternative yang cukup
dibuktikan salah satunya saja, kecuali seseorang melakukan beberapa perbuatan sekaligus,
maka kesemuanya harus dituangkan dalam berkas perkara, seperti :
a) Menempatkan kedalam jasa keuangan, artinya perbuatan memasukkan uang tunai
kedalam penyedia jasa keuangan, seperti menabung, membuka giro atau deposito
(sipelaku /predicat crime menyimpan sendiri hartanya).
b) Mentransfer, artinya perbuatan pemindahan uang dari penyedia jasa keuangan satu ke
penyedia jasa keuangan lain (pelaku/ predicat crime memindahkan harta kekayaan yang
diperolehnya dari tindak pidana itu kepada pihak lain dengan menggunakan sarana
perbankan).
c) Membayarkan atau membelanjakan, artinya penyerahan sejumlah uang atas
pembelian sesuatu benda kepada seseorang atau pihak lain. (pelaku menggunakan uang
hasil tindak pidananya itu untuk membayar atau berbelanja, seperti membeli tanah,
perusahaan dsb).
d) Menghibahkan atau menyumbangkan, artinya perbuatan hukum mengalihkan
kebendaan secara cuma-cuma, termasuk pengertian hibah dalam hukum perdata kepada
pihak lain maupun keluarganya.
e) Menitipkan, artinya uang hasil kejahatannya disimpan kepada seseorang, baik secara
phisik, maupun menggunakan sarana perbankan milik temannya itu sebagaimana
ketentuan hukum perdata.
f) Membawa ke luar negeri, artinya kegiatan membawa secara phisik atas kekayaannya,
baik dalam bentuk uang maupun benda lainnya tersebut dengan melewati batas wilayah
Negara Republik Indonesia.
g) Menukarkan, artinya perbuatan penukaran mata uang ke mata uang asing (Valas)
ataupun dari surat berharga yang satu kepada surat berharga lainnya, termasuk penukaran
benda lainnya.
h) Perbuatan lainnya adalah perbuatan-perbuatan diluar yang telah disebutkan diatas,
seperti Over booking, yaitu pemindah bukuan dari rekening satu
4) Harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana,
maksudnya orang tersebut dengan penilaiannya dia dapat mengetahui atau setidak-
tidaknya secara kepatutan dapat memperkirakan (proparte dulus proparte culpa) bahwa
harta itu diperolehnya dari hasil kejahatan, sebagaimana yang tertuang dalam pasal 2 ayat
(1) Undang-undang no. 25 tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
Sedang yang dimaksud harta kekayaan disini adalah sebagaimana ketentuan pasal 1 angka
4 UU TPPU yang menyebutkan adalah semua benda bergerak atau benda tidak bergerak,
baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.
Ke dalam Penyedia Jasa Keuangan, artinya bukan saja lembaga perbankan dan
asuransi, tetapi juga penyedia jasa keuangan lainnya sebagaimana yang ditentukan oleh
pasal 1 ke 5 UU TPPU yang menyebutkan penyedia jasa keuangan adalah setiap orang
yang menyediakan jasa di bidang keuangan atau jasa lainnya yang terkait dengan
keuangan termasuk tetapi tidak terbatas pada bank, lembaga pembiayaan, perusahaan efek,
pengelola reksa dana, kostodian, wali amanat, lembaga penyimpanan dan penyelesaian,
pedagang valuta asing, dana pensiun, perusahaan asuransi dan kantor pos.

C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analis, dapat diketahui bahwa Vincentius memegang peranan penting
dalam menguak kasus penggelapan pajak yang dilakukan oleh ST dimana Vincent sebagai
Financial Controller Asian Agri yang dimiliki oleh ST. Vincentius dalam kasus dugaan
penggelapan pajak ST ini berperan sebagai whistleblower. Lemahnya penegakan hukum
dan kurang komprehensifnya pengaturan mengenai perlindungan saksi secara yuridis
formal pada gilirannya membuat saksi enggan memberikan kesaksian mengenai segala
sesuatu yang ia dengar, ia lihat, dan ia alami sendiri.

D. Daftar pustaka
http://garintirana.blogspot.com/
https://news.detik.com/berita/2128520/ma-vonis-kasus-penggelapan-pajak-asian-
agri-bayar-rp-25-t-ke-negara

Anda mungkin juga menyukai