Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

TINJAUAN TEORI

1.1 Tinjauan Medis


1.1.1 Pengertian
Penyakit jantung koroner/penyakit arteri koroner (penyakit jantung
artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada
arteri koroner. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri,
arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. (DepKes : 1993)
Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit dimana tersumbatnya aliran
pembuluh darah koroner jantung akibat penimbunan zat lemak (arteriosclerosis)
karena tidak cukupnya suplai darah yang mengandung oksigen untuk
menghidupkan jantung, maka terjadi ancaman otot jantung yang bisa
menimbulkan kematian mendadak (Ronald H. Sitorus : 2006)
PJK (Penyakit Jantung Koroner) adalah ketidakseimbangan antara
kebutuhan O2 miokardium dengan suplai O2) yang disebabkan oleh proses
arterosklerosis yang merupakan kelainan digeneratif (SarwonoWaspadji; 1996 ;
1991).
1.1.2 Etiologi
Penyakit jantung koroner disebabkan karena ketidak seimbangan antara
kebutuhan O2 sel otot jantung dengan masukannya. Masukan O2 untuk sel otot
jantung tergantung dari O2 dalam darah dan pembuluh darah arteri koroner.
Penyaluran O2 yang kurang dari arteri koroner akan menyebabkan kerusakan sel
otot jantung. Hal ini disebabkan karena pembentukan plak arteriosklerosis. Sebab
lain dapat berupa spasme pembulouh darah atau kelainan kongenital.
Iskemia (kerusakan) yang berat dan mendadak akan menimbulkan kematian
sel otot jantung yaitu disebut infark jantung akut yang irreversibel (tidak dapat
sembuh kembali). Hal ini juga dapat menyebabkan gangguan fungsi jantung
dengan manifestasinya adalah nyeri.
1.1.3 Faktor resiko
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di
golongkan secara logis sebagai berikut:
1. SifatpribadiAterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus.
Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero-
genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.

1
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner
adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam
serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendalikan,
merokok sigaret dan penyalahgunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).
3. Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak
menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung
koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui
bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan
hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).
1.1.4 Fisiologi
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Jantung dapat
bergerak yaitu mengembang dan menguncup disebabkan oleh karena adanya
rangsangan yang berasal dari susunan syaraf otonom. Di jantung terdapat
pembuluh darah arteri koroner.
Arteri koroner adalah pembuluh darah yang menyuplai otot jantung, yang
mempunyai kebutuhan metabolisme tinggi terhadap oksigen dan nutrisi.
Jantung menggunakan 70% sampai 80% oksigen yang dihantarkan melalui
arteri koroner ; sebagai perbandingan, organ lain hanya menggunakan rata-rata
seperempat oksigen yang dihantarkan. Arteri koronaria muncul dari aorta dekat
hulunya diventrikel kiri. Dinding sisi kiri jantung disuplai dengan bagian yang
lebih banyak melalui arteri koronaria utama kiri, yang kemudian terpecah
menjadi dua cabang besar ke bawah ( arteri desendens anterior sinistra ) dan
melintang (arteri sirkumfleksa) sisi kiri jantung. Jantung kanan dipasok seperti
itu pula dari arteri koronaria dextra. Tidak seperti arteri lain arteri koronaria
diperfusi selama diastolik. (Smeltzer, 2001 : 721)

1.1.5 Patofisiologi
Faktor-faktor resiko :

2
merokok, obesitas, kolesterol tinggi

Arteriosklerosis

Peningkatan tekanan darah

Tingginya gradien tekanan yang dilawan ventrikel kiri

Kontraksi jantung meningkat

Kebutuhan O2 meningkat dan suplai O2 menurun (ketidakseimbangan)

Iskemia miokard

Kontraksi ventrikel meningkat (jika terus-menerus)

Hipertropi ventrikel kiri

Penurunan aliran darah koroner

Penurunan curah jantung

Hipertropi atrium kiri Jantung Ginjal


Ekstremitas Otak
Bendungan atrium kiri Suplai O2 GRF menurun
Suplai O2
Metabolisme anaerob dan peningkatan dalam kejantung berkurang menurun
vena Produksi urine
Hipoksia
ATP (2atp) menurun, Jantung kekurangan O2 menurun
asam laktat meningkat Pulmonatis Disorientasi
paru
Metabolisme anaerob Retensi air
Kelelahan Regurgitasi darah paru terganggu dan Na Gangguan
kesadaran

Intoleransi Edema paru Asam Laktat


Ganggua
aktivitas n Ganggua
Eliminasi na.
Sesak Nyeri akut
Urine Persepsi

Ketidakefektifan pola nafas


1.1.6 Klasifikasi dan Kriteria
Ada 3 klasifikasi PJK yaitu:

3
1) Asimptomatik
a. Tanpa iskemia tak bergejala, stress test positif tapi holter negative.
b. Dengan iskemia tak bergejala, kelainan EKG atau stress positif.
2) Simptomatik
a. AP stabil tanpa iskemia tak bergejala
b. AP stabil dengan iskemia bergejala
c. AP tak stabil
d. Prinzmetal (variant) AP
3) IJA
a. IJA transmural
b. IJA subendokardial
c. IJA non Q

1.1.7 Manifestasi klinik


1. Nyeri dada yang khas (seperti ditekan benda berat dan menjalar keleher,
lengan kanan dan punggung) dapat disebabkan oleh angina pectoris stabil
(APS), angina pectoris tak stabil atau IMA
2. Sesak nafas
3. Perasaan melayang dan pingsan
4. Ditemukan bising jantung dan pembesaran jantung

1.1.8 Komplikasi
Komplikasi penyakit jantung coroner yang dapat terjadi antara lain:
1. Serangan jantung
2. Gagal jantung
3. Angina tidak stabil
4. Kematian mendadak

1.1.9 Pemeriksaan penunjang

1. EKG : gelombang T terbalik, depresi segmen ST


2. Pemeriksaan radiologi : pembesaran ventrikel ST
3. Echocardiografi
4. Pemeriksaan Lab : kolesterol, trigliserida meningkat

1.1.10 Penatalaksanaan
Tindakan yang dilakukan :

4
1. Mengatasi iskemia
1) Medikamentosa
Obat-obat yang diberikan : nitrat (N) propandol, pindalol, antagonis
calsium (Ca A)
2) Revaskularisasi
Hal ini dilaksanakan dengan cara :
(1) Pemakaian trombolitik, biasanya pada PJK akut seperti IJA
(2) Prosedur invasif (PI) non operatif
(3) Operasi (coronary artery surgeny CAS)
2. Melakukan pencegahan secara sekunder
(1) Obat-obat pencegahan yang sering dipakai adalah aspirin (A) dengan
dosis 375 mg, 160 mg sampai 80 mg. Dosis lebih rendah juga bisa efektif.
(2) Dahulu dipakai antikoagulan oral (OAK) tapi sekarang sudah
ditinggalkan karena terbukti tak bermanfaat.

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
1. Anamnesa
1) Biodata
Terjadi tiga kali lebih sering pada pria dibanding wanita.
2) Keluhan utama
Nyeri dada yang berat, sesak nafas, mual, muntah, nyeri kepala yang hebat,
kelemahan.
3) Riwayat penyakit masa lalu
Riwayat hipertensi, merokok pengguna alkohol, pola hidup yang tidak
sehat.
4) Riwayat kesehatan masa lalu
Keluarga yang menderita riwayat hipertensi, penyakit jantung, kegemukan
5) Pola aktivitas sehari-hari
Banyak makan makanan yang mengandung lemak tinggi, kebiasaan
merokok, minum alkohol serta serta tidak rutin dalam melakukan aktivitas
olahraga.
6) Keadaan umum pasien
Keadaan umum lemah dan dapat membaik.

2. Pemeriksaan fisik
1) Breating (B1 = pernafasan)

5
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas aktivitas, batuk produktif, riwayat
merokok.
Tanda : distres pernafasan, meningkat pada frekuensi/irama dan gangguan
kedalaman.
2) Bleeding (B2 = kardiovaskuler)
Riwayat hipertensi, riwayat penyakit jantung, kegemukan.
Tanda : takikardia, disritmia, tekanan darah normal, meningkat atau
menurun. Bunyi jantung mungkin normal ; S4 lambat atau murmur
sistolik transien lambat (disfungsi otot papilaris) mungkin ada saat
nyeri. Kulit atau membran mukosa lembab, dingin, pucat pada
adanya vasokontriksi.
3) Brain (B3 = persarafan)
Perubahan status mental, orientassi, pola bicara, afek, proses pikir
Tanda : nyeri kepala yang hebat
4) Blader (B4 = perkemihan)
Gangguan ginjal saat ini atau sebelumnya.
Tanda : disuria, oliguria, anuria poliuria sampai hematuria.
5) Bowel (B5 = pencernaan)
Tanda : mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, muntah,
perubahan berat badan
6) Bone (B6 = tulang-otot-integumen)
Hipotensi postural, frekuensi jantung meningkat, takipnea.

1.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan


1.2.2.1 Masalah Keperawatan
1. Penurunan Curah Jantung
Definisi: Ketidakadekuatan darah yang di pompa oleh jantung untuk memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh.
a. Batasan Karakteristik:
Perubahan Frekuansi/Irama jantung
1) Bradikardia
2) Palpitasi jantung
3) Takikardia
Perubahan Preload
1) Distensi vena jugular
2) Edema
3) Keletihan

6
4) Murmur jantung
5) Peningkatan berat badan
6) Peningkatan CVP
7) Peningkatan PAWP
Perubahan Afterload
1) Dispnea
2) Kulit lembab
3) Oliguria
4) Penurunan nadi perifer
5) Perubahan tekanan darah
6) Perubahan warna kulit
Perubahan Kontraktilitas
1) Batuk
2) Bunyi napas tambahan
3) Bunyi S3
4) Bunyi S4
5) Ortopnea
Perilaku/Emosi
1) Ansietas
2) Gelisah
b. Faktor yang Berhubungan
1) Perubahan afterload
2) Perubahan frekuensi jantung
3) Perubahan irama jantung
4) Perubahan kontraktilitas
5) Perubahan preload
6) Perubahan volume sekuncup

2. Ketidakefektifan pola napas


Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat.
a. Batasan Karakteristik:
1) Bradipnea
2) Dispnea
3) Fase ekspirasi memanjang
4) Ortopnea
5) Penggunaan otot bantu pernapasan
6) Penggunaan posisi tiga-titik
7) Peningkatan diameter anterior-posterior
8) Penurunan kapasitas vital

7
9) Penurunan tekanan ekspirasi
10) Penurunan tekanan inspirasi
11) Penurunan ventilasi semenit
12) Pernapasan bibir
13) Pernapasan cuping hidung
14) Perubahan ekskursi dada
15) Pola napas abnormal(mis., irama, frekuensi, kedalaman)
16) Takipnea

b. Faktor yang berhubungan:


1) Ansietas
2) Cedera medula spinalis
3) Deformitas dinding dada
4) Deformittas tulang
5) Disfungsi neuromuskular
6) Gangguan muskuloskeletal
7) Gangguan neurologis (mis., elektroensefalogram (EEG) positif, trauma
kepala, gangguan kejang)
8) Hiperventilasi
9) Imaturitas neurologis
10) Keletihan
11) Keletihan otot pernapasan
12) Nyeri
13) Obesitas
14) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

c. NOC
1) Status Pernafasan: Ventilasi (0403)
Indikator:
040301 Frekuensi pernafasan

040302 Irama pernafasan

040303 Kedalaman inspirasi

040318 Suara perkusi nafas

040324 Volume tidal

040325 Kapasitas vital

040326 Hasil rontgen dada

040327 Tes faal paru

040309 Penggunaan otot bantu nafas

040310 Suara nafas tambahan

040311 Restraksi dinding dada

8
040312 Pernafasan dengan bibir mengerucut

040313 Dispnea saat istirahat

040314 Dispnea saat latihan

040315 Orthopnea

040317 Taktil fremitus

040329 Pengenbangan dinding dada tidak simetris

040330 Gangguan vokalisasi

040331 Akumulasi sputum

040332 Gangguan ekspirasi

040333 Gangguan suara saat auskultasi

040334 Atelektasis

2) Respon Penyapihan Ventilasi Mekanik: Dewasa (0412)


Indikator:
041202 Tingkat pernapasan spontan

041203 Irama pernapasan spontan

041204 Kedalaman pernapasan spontan

041205 Apikal denyut jantung apical

041208 PPaCO2 (tekanan parsial oksigen dalam darah arteri)

041209 PaCO2 (tekanan parsial karbon dioksida dalam darah arteri)

041210 Arteri pH

041211 Saturasi oksigen

041212 Kapasitas vital

041213 Volume tidal

041214 Volume ventilasi < 10 ltr/m

041215 Tekanan ekspirasi positif (PEEP)

041219 Hasil sinar x-ray pada dada

041220 Keseimbangan ventilasi perfusi

041223 Kesulitan bernapas sendiri

041224 Sekresi pernapasan

9
041225 Kegelisahan

041226 Takut

041227 Gangguan refleks muntah

041228 Gangguan refleks batuk

041229 Gangguan pernafasan

041230 Suara napas tambahan

041231 Gerakan dinding dada asimetris

041232 Pembesaran dinding dada asimetris

041233 Atelektasis

041234 Ketidaknyamanan

041235 Kurang istirahat

041236 Kesulitan mengutarakan kebutuhan

3) Status Pernafasan (0415)


Indikator:
041501 Frekuensi pernafasan

041502 Irama pernafasan

041503 Kedalaman inspirasi

041504 Suara auskultasi nafas

041532 Kepatenan jalan nafas

041505 Volume tidal

041506 Pencapaian tingkat insentif spirometri

041507 Kapasitas vital

041508 Saturasi oksigen

041509 Tes faal paru

041510 Penggunaan otot bantu nafas

041511 Restraksi dinding dada

041512 Pernafasan bibir dengan mulut mengerucut

041513 Sianosis

041514 Dispnea saat istirahat

10
041515 Dispnea dengan aktivitas ringan

041516 Perasaan kurang istirahat

041517 Mengantuk

041518 Diaforesis

041519 Gangguan kesadaran

041520 Akumulasi sputum

041521 Atelektasis

041522 Suara nafas tambahan

041523 Gangguan ekspirasi

041524 Mendesah

041525 Respirasi agonal

041526 Mendengkur

041527 Jari tubuh/clubbing fingers

041528 Pernafasan cuping hidung

041529 Perasaan kurang istirahat

041530 Demam

041531 Batuk

d. NIC (3140, 3210, 3350)

3. Nyeri akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang
digambarkan sebagai kerusakan (International Association fot the Study of
Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat
dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi.

a. Batasan karakteristik:
1) Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk
pasien yang tidak dapat mengungkapkannya.
2) Diaforesis
3) Dilatasi pupil

11
4) Ekspresi wajah nyeri
5) Fokus menyeri
6) Keluhan tentang karakteristik nyeri
7) Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas
8) Perilaku distraksi
9) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri.
b. Faktor yang berhubungan:
1) Agens cedera biologis (mis., infeksi, iskemia, neoplasma)
2) Agens cedera fisik (mis,. Abses, amputasi, luka bakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur bedah, trauma, olahraga berlebihan)
3) Agens cedera kimiawi (mis., luka bakar, kapsaisin, metilen klorida,
agens mustard)
c. NOC
1) Kontrol Nyeri (1605)
160502 Mengenali kapan nyeri terjadi
160501 Menggambarkan faktor penyebab
160510 Mengguanakan jurnal harian untuk memonitor gejala dari waktu ke
waktu
160503 Menggunakan tindakan pencegahan
160504 Menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa menggunakan
analgesik
160505 Menggunakan analgesik yang direkomendasikan
160513 Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada profesional
kesehatan
160507 Melaporkan gejala yang tidak terkontrol pada profesional kesehatan
160508 Menggunakan sumber daya yang tersedia
160509 Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri
160511 Melaporkan nyeri yang terkontrol

2) Tingkat Nyeri (2102)


210201 Nyeri yang dilaporkan
210204 Pangjangnya episode nyeri
210221 Menggosok area yang terkena dampak
210217 Mengerang dan menangis
210206 Ekspresi nyeri wajah
210208 Tidak bisa beristirahat

12
210222 Agitasi
210223 Iritabilitas
210224 Mengerinyit
210225 Mengeluarkan keringat
210226 Berkeringat berlebihan
210218 Mondar mandir
210219 Fokus menyempit
210209 Ketegangan otot
210215 Kehilangan nafsu makan
210227 Mual
210228 Intoleransi makanan
210210 Frekuensi nafas
210211 Denyut jantung apikal
210220 Denyut nadi radial
210212 Tekanan darah
210214 Berkeringat

d. NIC
1) Manajemen Nyeri (1400)
-Lakukan pengakjian nyeri komprehensif -Berikan obat-obat oral ya
yang meliputi loasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
-Observasi adanya petunjuk non verbal -Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
mengenai ketidaknyamanan terutama pada
mereka yang tidak dapat berkomunikasi.
-Pastikan perawatan analgesik bagi pasien -Berikan individu penurun nyeri yang
dilakukan dengan pemantauan yang ketat. optimal dengan peresepan analgesik
-Gunakan strategi komunikasi terapeutik -Berikan informasi mengenai nyeri
untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
disampaikan penerimaan pasien terhadap
nyeri.

2) Pemberian Analgesik (2210)


-Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan -Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
keparahan nyeri sebelum mengobati pasien. mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan

13
-Cek adanya riwayat alergi obat -Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
-Evaluasi kemampuan untuk berperan serta -Berikan individu penurun nyeri yang
dalam pemilihan analgetik. optimal dengan peresepan analgesik
-Gunakan alat ppelindung dan tindakan -Berikan informasi mengenai nyeri

4. Intoleransi aktivitas
Faktor yang Berhubungan:
1) Gaya hidup kurang gerak
2) Imobilitas
3) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
4) Tirah baring

Batasan Karakteristik:
1) Dispnea setelah beraktivitas
2) Keletihan
3) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
4) Perubahan elektrokardiogram (EKG) (mis., aritmia, abnormalitas konduksi,
iskemia)
5) Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
6) Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas

1.2.3 Intervensi dan Rasional


Dx 1
Ketidakefektifan pola napas
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
pernapasan pasien normal, pasien mampu bernapas dengan lancar, dengan
kriteria hasil:
1) Mempertahankan pola napas normal / efektif bebas sianosis dan tanda /
gejala lain dari hipoksia dengan bunyi nafas sama secara bilateral, area baru
bersih.
2) Tidak ada pernapasan cuping hidung.
Intervensi :
1) Evaluasi frekuensi pernapasan dan kedalaman.
Rasional: Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat
mencegah komplikasi
2) Auskultasi bunyi nafas, catat area yang menurun/tak ada bunyi napas dan
adanya bunyi tambahan contoh krekels atau ronki.
Rasional: Krekels atau ronki dapat menunjukkan kaumulasi cairan atau
obstruksi jalan napas parsial

14
3) Observasi karakter batuk dan produksi sputum.
Rasional: Udara atau cairan pada area pleural mencegah ekspansi lengkap
4) Lihat kulit dan membran mukosa untuk adanya sianosis.
Rasional: Sianosis menunjukkan kondisi hipoksia sehubungan dengan
gagak jantung komplikasi paru
5) Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau
semi fowler.
Rasional: Merangsang fungsi pernapasan / ekspansi paru
6) Dorong pemasukan cairan maksimal dalam perbaikan jantung.
Rasional: Hidrasi adekuat membantu pengenceran sekret, memudahkan
ekspektoran
7) Beri obat analgesik sebelum pengobatan pernapasan sesuai indikasi.
Rasional: Memudahkan gerakan dada dan menurunkan ketidaknyamanan
sehubungan dengan nyeri insisi
8) Catat respons terhadap (latihan napas dalam atau pengobatan pernapasan,
catat bunyi napas, batuk / produksi sputum.
Rasional: Catat keefektifan terapi atau kebutuhan untuk intervensi lebih
agresif
9) Berikan tambahan O2 dengan kanula atau masker sesuai indikasi.
Rasional: Meningkatkan pengiriman O2 ke paru untuk kebutuhan sirkusi
khususnya pada gangguan ventilasi.

Dx 2
Nyeri akut
Intervensi keperawatan dan Rasional:
1. Observasi tanda-tanda vital
Rasional: Mengetahui keadaan umum pasien dan perkembangannya
2. Observasi skala nyeri 1-10
Rasional: Mengetahui adanya penurunan atau peningkatan intensitas nyeri
pada pasien
3. Anjurkan pasien untuk memberi tahu perawat jika terjadi nyeri dada.
Rasional: Nyeri dan penurunan curah jantung dapat merangsang saraf
simpati untuk mengeluarkan noreprinoprin yang meningkatkan kemajuan
penyakit.
4. Ajarkan pasien tehnik nafas dalam
Rasional: Napas dalam dapat mengurangi nyeri
5. Kaji dan catat respon pasien

15
Rasional: Menurunkan kebutuhan oksigen miokard untuk meminimalkan
resiko nekrosis
6. Tinggikan kepala tempat tidur bila klien sesak
Rasional: Memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia.
7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat golongan nitrat
dan beta bloker.
Rasional: Obat golongan nitrat mempunyai efek cepat vasodilatasi beta
bloken menurunkan kerja miokard.

Dx 3
Risiko penurunan curah jantung
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan tekanan
darah, nadi, pernapasan dalam batas normal dengan kriteria hasil:
1) Menunjukkan toleransi aktivitas
2) Berpartisipasi dalam aktivitas yang memaksimalkan atau meningkatkan
fungsi jantung.
Intervensi keperawatan dan Rasional:
1) Observasi suhu kulit/warna, dan kualitas/keasaman nadi perifer.
Rasional: kulit hangat, merah muda dan nadi kuat adalah indicator
2) Ukur/catat pemasukan, pengeluaran dan keseimbangan cairan
Rasional: berguna dalam menentukan kebutuhan cairan atau
mengidentifikasi kelebihan cairan yang dapat mempengaruhi curah jantung.
3) Jadwal istirahat/periode tidur tanpa gangguan.
Rasional: Mencegah kelemahan / terlalu lelah dan stress kardiovaskuler
berlebihan.
4) Ajarkan penggunaan tehnik relaksasi contoh napas dalam.
Rasional: Tehnik relaksasi bertujuan untuk mempengaruhi fungsi jantung.
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen tambahan sesuai
indikasi
Rasional: Meningkatkan oksigenasi maksimal, yang menurunkan kerja
jantung.

Dx 4
Intoleran aktivitas
Tujuan :

16
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien
mampu menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas
(tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) dengan kriteria hasil:
1) Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan
dengan menurunnya kelemahan dan keletihan.
2) Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri
sendiri.
Intervensi keperawatan dan Rasional:
1) Observasi dan catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama
dan sesudah melakukan aktivitas.
Rasional: Menentukan respon pasien terhadap aktivitas dan dapat
mengindikasikan penurunan oksigen miokardia.
2) Anjurkan pasien agar lebih banyak beristirahat.
Rasional: dapat menurunkan kerja miokard.
3) Anjurkan pada pasien agar tidak mengejan pada saat buang air besar.
Rasional: mencegah terjadinya tekanan intra abdominal yang akan
menyebabkan peningkatan tekanan intracranial.
4) Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan
oleh pasien.
Rasional: Memberikan pengetahuan kepada pasien aktivitas yang dapat
mengurangi kerja jantung secara bertahap.
5) Bantu pasien melakukan ROM aktif/pasif
Rasional: Mengembalikan kekuatan otot dan sendi
6) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi dalam program rehabilitasi jantung.
Rasional: Memberikan dukungan tambahan berlanjut dalam proses
penyembuhan.

1.2.4 Evaluasi
1. Pola napas efektif, tidak ada sianosis dan pernafasan cuping hidung.
2. Nyeri dada berkurang/hilang.
3. Klien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas yang meningkatkan fungsi
jantung.
4. Klien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas yang
dapat diukur, dibuktikan dengan menurunnya kelemahan dan keletihan.
DAFTAR PUSTAKA

17
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Kardiovaskular


dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Chung, Edward K. 2005. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskular Edisi 3. Jakarta:


EGC

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 2011. Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Departemen Kesehatan

18

Anda mungkin juga menyukai