LP PJK
LP PJK
TINJAUAN TEORI
1
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner
adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam
serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendalikan,
merokok sigaret dan penyalahgunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).
3. Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak
menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung
koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui
bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan
hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).
1.1.4 Fisiologi
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Jantung dapat
bergerak yaitu mengembang dan menguncup disebabkan oleh karena adanya
rangsangan yang berasal dari susunan syaraf otonom. Di jantung terdapat
pembuluh darah arteri koroner.
Arteri koroner adalah pembuluh darah yang menyuplai otot jantung, yang
mempunyai kebutuhan metabolisme tinggi terhadap oksigen dan nutrisi.
Jantung menggunakan 70% sampai 80% oksigen yang dihantarkan melalui
arteri koroner ; sebagai perbandingan, organ lain hanya menggunakan rata-rata
seperempat oksigen yang dihantarkan. Arteri koronaria muncul dari aorta dekat
hulunya diventrikel kiri. Dinding sisi kiri jantung disuplai dengan bagian yang
lebih banyak melalui arteri koronaria utama kiri, yang kemudian terpecah
menjadi dua cabang besar ke bawah ( arteri desendens anterior sinistra ) dan
melintang (arteri sirkumfleksa) sisi kiri jantung. Jantung kanan dipasok seperti
itu pula dari arteri koronaria dextra. Tidak seperti arteri lain arteri koronaria
diperfusi selama diastolik. (Smeltzer, 2001 : 721)
1.1.5 Patofisiologi
Faktor-faktor resiko :
2
merokok, obesitas, kolesterol tinggi
Arteriosklerosis
Iskemia miokard
3
1) Asimptomatik
a. Tanpa iskemia tak bergejala, stress test positif tapi holter negative.
b. Dengan iskemia tak bergejala, kelainan EKG atau stress positif.
2) Simptomatik
a. AP stabil tanpa iskemia tak bergejala
b. AP stabil dengan iskemia bergejala
c. AP tak stabil
d. Prinzmetal (variant) AP
3) IJA
a. IJA transmural
b. IJA subendokardial
c. IJA non Q
1.1.8 Komplikasi
Komplikasi penyakit jantung coroner yang dapat terjadi antara lain:
1. Serangan jantung
2. Gagal jantung
3. Angina tidak stabil
4. Kematian mendadak
1.1.10 Penatalaksanaan
Tindakan yang dilakukan :
4
1. Mengatasi iskemia
1) Medikamentosa
Obat-obat yang diberikan : nitrat (N) propandol, pindalol, antagonis
calsium (Ca A)
2) Revaskularisasi
Hal ini dilaksanakan dengan cara :
(1) Pemakaian trombolitik, biasanya pada PJK akut seperti IJA
(2) Prosedur invasif (PI) non operatif
(3) Operasi (coronary artery surgeny CAS)
2. Melakukan pencegahan secara sekunder
(1) Obat-obat pencegahan yang sering dipakai adalah aspirin (A) dengan
dosis 375 mg, 160 mg sampai 80 mg. Dosis lebih rendah juga bisa efektif.
(2) Dahulu dipakai antikoagulan oral (OAK) tapi sekarang sudah
ditinggalkan karena terbukti tak bermanfaat.
2. Pemeriksaan fisik
1) Breating (B1 = pernafasan)
5
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas aktivitas, batuk produktif, riwayat
merokok.
Tanda : distres pernafasan, meningkat pada frekuensi/irama dan gangguan
kedalaman.
2) Bleeding (B2 = kardiovaskuler)
Riwayat hipertensi, riwayat penyakit jantung, kegemukan.
Tanda : takikardia, disritmia, tekanan darah normal, meningkat atau
menurun. Bunyi jantung mungkin normal ; S4 lambat atau murmur
sistolik transien lambat (disfungsi otot papilaris) mungkin ada saat
nyeri. Kulit atau membran mukosa lembab, dingin, pucat pada
adanya vasokontriksi.
3) Brain (B3 = persarafan)
Perubahan status mental, orientassi, pola bicara, afek, proses pikir
Tanda : nyeri kepala yang hebat
4) Blader (B4 = perkemihan)
Gangguan ginjal saat ini atau sebelumnya.
Tanda : disuria, oliguria, anuria poliuria sampai hematuria.
5) Bowel (B5 = pencernaan)
Tanda : mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, muntah,
perubahan berat badan
6) Bone (B6 = tulang-otot-integumen)
Hipotensi postural, frekuensi jantung meningkat, takipnea.
6
4) Murmur jantung
5) Peningkatan berat badan
6) Peningkatan CVP
7) Peningkatan PAWP
Perubahan Afterload
1) Dispnea
2) Kulit lembab
3) Oliguria
4) Penurunan nadi perifer
5) Perubahan tekanan darah
6) Perubahan warna kulit
Perubahan Kontraktilitas
1) Batuk
2) Bunyi napas tambahan
3) Bunyi S3
4) Bunyi S4
5) Ortopnea
Perilaku/Emosi
1) Ansietas
2) Gelisah
b. Faktor yang Berhubungan
1) Perubahan afterload
2) Perubahan frekuensi jantung
3) Perubahan irama jantung
4) Perubahan kontraktilitas
5) Perubahan preload
6) Perubahan volume sekuncup
7
9) Penurunan tekanan ekspirasi
10) Penurunan tekanan inspirasi
11) Penurunan ventilasi semenit
12) Pernapasan bibir
13) Pernapasan cuping hidung
14) Perubahan ekskursi dada
15) Pola napas abnormal(mis., irama, frekuensi, kedalaman)
16) Takipnea
c. NOC
1) Status Pernafasan: Ventilasi (0403)
Indikator:
040301 Frekuensi pernafasan
8
040312 Pernafasan dengan bibir mengerucut
040315 Orthopnea
040334 Atelektasis
041210 Arteri pH
9
041225 Kegelisahan
041226 Takut
041233 Atelektasis
041234 Ketidaknyamanan
041513 Sianosis
10
041515 Dispnea dengan aktivitas ringan
041517 Mengantuk
041518 Diaforesis
041521 Atelektasis
041524 Mendesah
041526 Mendengkur
041530 Demam
041531 Batuk
3. Nyeri akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang
digambarkan sebagai kerusakan (International Association fot the Study of
Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat
dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi.
a. Batasan karakteristik:
1) Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk
pasien yang tidak dapat mengungkapkannya.
2) Diaforesis
3) Dilatasi pupil
11
4) Ekspresi wajah nyeri
5) Fokus menyeri
6) Keluhan tentang karakteristik nyeri
7) Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas
8) Perilaku distraksi
9) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri.
b. Faktor yang berhubungan:
1) Agens cedera biologis (mis., infeksi, iskemia, neoplasma)
2) Agens cedera fisik (mis,. Abses, amputasi, luka bakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur bedah, trauma, olahraga berlebihan)
3) Agens cedera kimiawi (mis., luka bakar, kapsaisin, metilen klorida,
agens mustard)
c. NOC
1) Kontrol Nyeri (1605)
160502 Mengenali kapan nyeri terjadi
160501 Menggambarkan faktor penyebab
160510 Mengguanakan jurnal harian untuk memonitor gejala dari waktu ke
waktu
160503 Menggunakan tindakan pencegahan
160504 Menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa menggunakan
analgesik
160505 Menggunakan analgesik yang direkomendasikan
160513 Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada profesional
kesehatan
160507 Melaporkan gejala yang tidak terkontrol pada profesional kesehatan
160508 Menggunakan sumber daya yang tersedia
160509 Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri
160511 Melaporkan nyeri yang terkontrol
12
210222 Agitasi
210223 Iritabilitas
210224 Mengerinyit
210225 Mengeluarkan keringat
210226 Berkeringat berlebihan
210218 Mondar mandir
210219 Fokus menyempit
210209 Ketegangan otot
210215 Kehilangan nafsu makan
210227 Mual
210228 Intoleransi makanan
210210 Frekuensi nafas
210211 Denyut jantung apikal
210220 Denyut nadi radial
210212 Tekanan darah
210214 Berkeringat
d. NIC
1) Manajemen Nyeri (1400)
-Lakukan pengakjian nyeri komprehensif -Berikan obat-obat oral ya
yang meliputi loasi, karakteristik,
onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
-Observasi adanya petunjuk non verbal -Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
mengenai ketidaknyamanan terutama pada
mereka yang tidak dapat berkomunikasi.
-Pastikan perawatan analgesik bagi pasien -Berikan individu penurun nyeri yang
dilakukan dengan pemantauan yang ketat. optimal dengan peresepan analgesik
-Gunakan strategi komunikasi terapeutik -Berikan informasi mengenai nyeri
untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
disampaikan penerimaan pasien terhadap
nyeri.
13
-Cek adanya riwayat alergi obat -Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
-Evaluasi kemampuan untuk berperan serta -Berikan individu penurun nyeri yang
dalam pemilihan analgetik. optimal dengan peresepan analgesik
-Gunakan alat ppelindung dan tindakan -Berikan informasi mengenai nyeri
4. Intoleransi aktivitas
Faktor yang Berhubungan:
1) Gaya hidup kurang gerak
2) Imobilitas
3) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
4) Tirah baring
Batasan Karakteristik:
1) Dispnea setelah beraktivitas
2) Keletihan
3) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
4) Perubahan elektrokardiogram (EKG) (mis., aritmia, abnormalitas konduksi,
iskemia)
5) Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
6) Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
14
3) Observasi karakter batuk dan produksi sputum.
Rasional: Udara atau cairan pada area pleural mencegah ekspansi lengkap
4) Lihat kulit dan membran mukosa untuk adanya sianosis.
Rasional: Sianosis menunjukkan kondisi hipoksia sehubungan dengan
gagak jantung komplikasi paru
5) Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau
semi fowler.
Rasional: Merangsang fungsi pernapasan / ekspansi paru
6) Dorong pemasukan cairan maksimal dalam perbaikan jantung.
Rasional: Hidrasi adekuat membantu pengenceran sekret, memudahkan
ekspektoran
7) Beri obat analgesik sebelum pengobatan pernapasan sesuai indikasi.
Rasional: Memudahkan gerakan dada dan menurunkan ketidaknyamanan
sehubungan dengan nyeri insisi
8) Catat respons terhadap (latihan napas dalam atau pengobatan pernapasan,
catat bunyi napas, batuk / produksi sputum.
Rasional: Catat keefektifan terapi atau kebutuhan untuk intervensi lebih
agresif
9) Berikan tambahan O2 dengan kanula atau masker sesuai indikasi.
Rasional: Meningkatkan pengiriman O2 ke paru untuk kebutuhan sirkusi
khususnya pada gangguan ventilasi.
Dx 2
Nyeri akut
Intervensi keperawatan dan Rasional:
1. Observasi tanda-tanda vital
Rasional: Mengetahui keadaan umum pasien dan perkembangannya
2. Observasi skala nyeri 1-10
Rasional: Mengetahui adanya penurunan atau peningkatan intensitas nyeri
pada pasien
3. Anjurkan pasien untuk memberi tahu perawat jika terjadi nyeri dada.
Rasional: Nyeri dan penurunan curah jantung dapat merangsang saraf
simpati untuk mengeluarkan noreprinoprin yang meningkatkan kemajuan
penyakit.
4. Ajarkan pasien tehnik nafas dalam
Rasional: Napas dalam dapat mengurangi nyeri
5. Kaji dan catat respon pasien
15
Rasional: Menurunkan kebutuhan oksigen miokard untuk meminimalkan
resiko nekrosis
6. Tinggikan kepala tempat tidur bila klien sesak
Rasional: Memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia.
7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat golongan nitrat
dan beta bloker.
Rasional: Obat golongan nitrat mempunyai efek cepat vasodilatasi beta
bloken menurunkan kerja miokard.
Dx 3
Risiko penurunan curah jantung
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan tekanan
darah, nadi, pernapasan dalam batas normal dengan kriteria hasil:
1) Menunjukkan toleransi aktivitas
2) Berpartisipasi dalam aktivitas yang memaksimalkan atau meningkatkan
fungsi jantung.
Intervensi keperawatan dan Rasional:
1) Observasi suhu kulit/warna, dan kualitas/keasaman nadi perifer.
Rasional: kulit hangat, merah muda dan nadi kuat adalah indicator
2) Ukur/catat pemasukan, pengeluaran dan keseimbangan cairan
Rasional: berguna dalam menentukan kebutuhan cairan atau
mengidentifikasi kelebihan cairan yang dapat mempengaruhi curah jantung.
3) Jadwal istirahat/periode tidur tanpa gangguan.
Rasional: Mencegah kelemahan / terlalu lelah dan stress kardiovaskuler
berlebihan.
4) Ajarkan penggunaan tehnik relaksasi contoh napas dalam.
Rasional: Tehnik relaksasi bertujuan untuk mempengaruhi fungsi jantung.
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen tambahan sesuai
indikasi
Rasional: Meningkatkan oksigenasi maksimal, yang menurunkan kerja
jantung.
Dx 4
Intoleran aktivitas
Tujuan :
16
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien
mampu menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas
(tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) dengan kriteria hasil:
1) Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan
dengan menurunnya kelemahan dan keletihan.
2) Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri
sendiri.
Intervensi keperawatan dan Rasional:
1) Observasi dan catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama
dan sesudah melakukan aktivitas.
Rasional: Menentukan respon pasien terhadap aktivitas dan dapat
mengindikasikan penurunan oksigen miokardia.
2) Anjurkan pasien agar lebih banyak beristirahat.
Rasional: dapat menurunkan kerja miokard.
3) Anjurkan pada pasien agar tidak mengejan pada saat buang air besar.
Rasional: mencegah terjadinya tekanan intra abdominal yang akan
menyebabkan peningkatan tekanan intracranial.
4) Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan
oleh pasien.
Rasional: Memberikan pengetahuan kepada pasien aktivitas yang dapat
mengurangi kerja jantung secara bertahap.
5) Bantu pasien melakukan ROM aktif/pasif
Rasional: Mengembalikan kekuatan otot dan sendi
6) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi dalam program rehabilitasi jantung.
Rasional: Memberikan dukungan tambahan berlanjut dalam proses
penyembuhan.
1.2.4 Evaluasi
1. Pola napas efektif, tidak ada sianosis dan pernafasan cuping hidung.
2. Nyeri dada berkurang/hilang.
3. Klien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas yang meningkatkan fungsi
jantung.
4. Klien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas yang
dapat diukur, dibuktikan dengan menurunnya kelemahan dan keletihan.
DAFTAR PUSTAKA
17
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 2011. Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Departemen Kesehatan
18