Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Industri Kreatif merupakan kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan

penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri kreatif juga dikenal

dengan nama lain Industri Budaya atau Ekonomi Kreatif (Wikipedia.org). Industri

kreatif saat ini memiliki peranan yang sangat penting pada perekonomian suatu

negara dan berkembang dengan sangat cepat. Hal ini tidak bisa dipisahkan karena

industri kreatif memiliki peran meningkatkan perekonomian sebuah negara secara

global. Para ahli dan pakar ekonomi menyatakan bahwa pendapatan negara sebagian

disumbang oleh industri kreatif.

Industri kreatif sendiri menurut Kementrian Perdagangan Indonesia adalah

industri yang berasal dari pemanfaatan aktifitas, ketrampilan serta bakat individu

untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan

mengekploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.. Industri kreatif erat

hubunganya dengan tingkat kreativitas manusia sebagai sumber daya utama

penggerak roda perekonomian. Produk industri kreatif yang tercipta adalah sebagai

buah dari kreativitas dan inovasi yang dikembangkan oleh seseorang.

Industri kreatif terbagi atas banyak sub sektor ekonomi kreatif yaitu

Periklanan, Arsitektur, Barang Seni, Kerajinan, Desain Grafis Interior dan Produk,

Industri Pakaian atau Fashion, Perfilman, Fotografi, Game, Musik, Seni Pertunjukan,

Penerbitan, Software, Penyiaran, Riset dan Pengembangan serta yang terakhir dan

yang paling baru adalah industri kreatif di bidang Kuliner. Di sektor kuliner para
pebisnis terus berkreasi untuk menciptakan makanan-makanan yang semakin

beragam. Hal ini dilakukan karna Indonesia sendiri merupakan negara dengan

warisan budaya kuliner yang sangat beragam sebagai sebuah keunggulan komparatif

Indonesia. Kedepannya diharapakan beragam makanan khas daerah di Indonesia terus

berinovasi dan bisa bersaing di pasar ritel dan internasional.

Peranan besar industri kreatif dalam usaha peningkatan minat orang muda

untuk berani berbisnis mendorong kami untuk melakukan pengamatan tentang indusri

kreatif dalam sektor kuliner. Data dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Republik

Indonesia mencatat, subsektor kuliner berkontribusi 41,4 persen dari total kontribusi

perekonomian kreatif Rp 922 triliun pada 2016. Jumlah tersebut merupakan yang

paling tinggi dibandingkan subsektor lain.

Menurut Deputi Riset, Edukasi, dan Pengembangan Bekraf RI AR Boy

Berawi, kuliner merupakan salah satu penopang di industri kreatif. Dari unit 8,2 juta

unit industri kreatif, 68 persen bergerak di industri kuliner. Industri kuliner memiliki

potensi besar di Indonesia untuk terus berkembang. Salah satu hasil dari industri

kreatif sektor kuliner yang kami temui bernama BANANICE. Bananice merupakan

kreasi olahan dari buah pisang sehingga mengasilkan suatu menu baru yang menarik

dan diminati banyak orang.

1.1. Latar Belakang

Chairani Safitri, seorang mahasiswi semester delapan jurusan Ilmu

Keperawatan di Universitas Sumatra Utara berusia 21 tahun ini merupakan owner


dari Bananice. Owner mengaku membuat Bananice karena terinspirasi oleh trend

buah pisang sedang banyak diolah menjadi beragam kreasi makanan. Nama Bananic

sendiri merupakan gabungan kata Banana yang berarti Pisang dan Nice yang berarti

Bagus. Owner menjamin bahwa pisang yang diolah adalah pisang yang berkualitas

baik. Jenis pisang yang digunakan adalah pisang Kepok. Pisang ini dinggap pisang

paling cocok dibandingkan jenis pisang lainnya dan mudah didapatkan sebagai bahan

baku. Pisang dibentuk menyerupai nugget yang kemudian digoreng sebelum

dihidangkan kepada konsumen.

Usaha ini dimulai sejak November 2017 sampai sekarang. Diproduksi setap

hari senin hingga jumat dari pukul 11.00 hingga 18.00 WIB. Bananice merupakan

usaha rumahan yang dikerjakan sendiri oleh owner. Sebelumnya, owner mengaku

sudah pernah menggeluti bisnis lain sebelum mulai membuat Bananice. Pernah

menjadi reseller jam tangan buatan Malaysia yang banyak peminat. Fitri mengaku

bahwa keuntungan dari berjualan jam tangan impor itu jauh lebih besar dibandingkan

dengan usaha Bananice. Tapi usaha tersebut sekarang sudah tidak dilanjut lagi karna

terkendala perizinan dan cukai. Owner cepat beralih untuk membuat usaha lainnya

dan terbentuklah Bananice. Owner mampu memanfaatkan peluang yang ada karna

semakin banyak inovasi dari buah pisang sekarang. Trend olahan pisang masih begitu

diminati banyak orang.

Bananice diproduksi di rumah pribadi Owner di Jalan Kiwi no 75 Medan,

namun sekarang sudah pindah ke Gelanggang Mahasiswa USU. Saat pertama kali di

produksi Bananice dibuat dan dipasarkan dari kediaman owner namun dengan banyak
pertimbangan yang lebih baik, sekarang Bananice dipasarkan di daerah USU.

Bananice pertama kali owner perkenalkan kepada teman-temannya di kampus,

kemudian memanfaatkan jasa sebuah akun Instagram bernama @anakusu sebagai

wadah promosi sehingga sekarang semakin banyak dikenal oleh mahasiswa dan

mahasiswi USU. Bananice semakin memperluas jaringan promosi lewat kerjasama

dengan aplikasi transportasi berbasis online bernama Gojek.

Terbentuknya Bananice karna keinginan Owner memanfaatkan trend buah

pisang tentunya tidak mudah dilaksanakan. Banyak nya menu-menu baru lain

berbahan dasar pisang yang dibuat oleh produsen lain membuat owner Bananice terus

berinovasi. Bananice dibuat dengan berbagai varian rasa seperti rasa coklat, kacang,

green tea, tiramisu dan alpukat. Bananice dijual dalam bentuk paket, terdiri dari dua

paket yaitu paket besar berisi 12 potong Bananice dan paket kecil berisi 6 potong

Bananice.

Konsumen dapat memilih sendiri rasa Bananice yang diinginkan dalam satu

paket. Konsumen diberi kebebasan untuk menentukan rasa Bananice tanpa diberi

biaya tambahan. Biaya lebih akan dibebankan kepada konsumen apabila konsumen

ingin menambahkan topping pada Bananice. Topping yang disediakan adalah keju,

chaca, kacang almond dan oreo. Varian rasa yang beragam menurut owner adalah

sebuah kelebihan Bananice yang tidak dimiliki oleh olahan pisang lainnya. Varian

rasa yang menjadi favorit konsumen Bananice sendiri adalah rasa coklat dan tiramisu.

Kurang lebih tujuh sisir pisang kapok setiap hari diolah menjadi Bananice dan setiap

hari terus bertambah.


Owner mengaku per harinya omzet yang dihasilakan Bananice adalah sekitar

Rp 400.000 hingga Rp 600.000 dan sebenarnya bisa lebih dari itu. Sampai saat ini

owner masih membatasi jumlah Bananice yang diproduksi dengan alasan ingin

membuat adonan Bananice baru dan segar setiap harinya. Owner dibantu oleh ibunya

dan seorang pegawai yang dipekerjakan berupaya membuat adonan Bananice setiap

hari agar tidak mengurangi kualitas kesegaran adonan Bananice. Setiap harinya

sekitar 25-30 paket Bananice berhasil dipasarkan dan selalu habis.

Selama berproduksi kurang lebih sekitar lima bulan, owner belum pernah

mengalami kerugian meski untung yang dihasilkan dari usahanya ini belum terlalu

besar. Owner begitu memprioritaskan kepuasan konsumen dalam setiap paket

Bananice yang dijualnya, terbukti sekarang minat terhadap Bananice semakin.

Bananice yang selalu dihidangkan dalam keadaan hangat karna akan digoreng

langsung saat ada pesanan. Owner menawarkan harga yang murah pada setiap

paketnya tapi dengan jaminan rasa yang tidak murahan.

Paket besar berisi 12 potong Bananice bebas pilih varian rasa diual dengan

harga Rp 22.000 dan harga paket kecil Bananice dengan isi 6 potong Bananice

dihargai Rp 12.000. Harga tersebut belum termasuk biaya tambahan jika konsumen

ingin member topping pada Bananice mereka. Bananice juga memiliki bentuk yang

unik menyerupai nugget yang mudah dikonsumsi sekali lahap.


BAB II

PENILAIAN DAN TANGGAPAN

Dari hasil pengamatan dan wawancara yang kami lakukan pada 6 April 2018

di rumah dan lokasi usaha, maka kami akan memberikan penilaian serta tanggapan

apakah usaha ini sudah melaksanakan atau membuat business plan sebagai syarat

suatu usaha dibentuk dengan baik atau tidak. Apakah sudah menjawab pertanyaan

What, Where, Why, Who dan How? Sekali lagi, dalam dunia bisnis tidak ada yang

pasti. Yang pasti hanyalah ketidakpastian sehingga kadang apa yang direncanakan

tidak sesuai dengan dengan yang terjadi di lapangan.

1. What – Apa Usaha yang Ingin Dibuka ?

Sudah jelas dalam hal ini Owner sekaligus pengusaha nya sudah memikirkan

dengan baik jenis usaha apa yang ingin dibukanya. Dan terpilihlah usaha dalam

kuliner dengan pemanfaatan kreatifitas serta inovasi baru untuk mengolah pisang.

Dalam hal ini Owner cukup tanggap dalam memanfaatkan peluang trend olahan

pisang ditengah masyarakat dan terciptalah BANANICE.

2. Why- Kenapa Memilih Usaha Tersebut ?

Alasan yang diutarakan oleh Owner adalah karna kuliner unik dari olahan

buah pisang saat ini sedang trend dan banyak diminati oleh masyarakat. Hal itu juga

lah yang mendarasi keinginan owner untuk bisa terjun ke bisnis yang sama tapi

dengan menciptakan variasi menu baru dari buah pisang yang belum ada serta

memberi ciri khas tersendiri dari produknya. Bisnis di bidang kuliner sampai saat ini

masih menjadi sektor bisnis dengan banyak keuntungan.


3. Who- Siapa yang Menjadi Target Pemasarannya ?

Berbicara mengenai pasar dan pemasaran dari Bananice, Owner mengatakan

bahwa target konsumen Bananice sendiri adalah orang awam. Tapi begitu besarna

anttusias dari mahasiswa dan mahasiswi USU membuat owner sekarang lebih focus

menarik minat mahasiswa USU yang tersebar di lebih belasan fakultas. Ini juga yang

mengubah strategi pemasaran Bananice. Jika sebelumnya Bananice hanya

dipromisikan dari mulut ke mulut, sekarang Owner sudah berani bekerja sama dengan

pihak Gojek untuk akses pemesanan secara online dan diantar ke tempat yang

diinginkan oleh konsumen.

Tidak hanya itu, owner juga memanfaatkan akun instagram mahasiswa USU

bernama @anakusu untuk melakukan promosi dengan membayar biaya promosi ke

admin akun tersebut. Hal ini dilakukan agar semakin banyak mahasiswa USU yang

menyadari keberadaan Bananice. Cara ini terbilang sangat ampuh untuk menarik

minat mahasiswa. Diberi begitu banyak kemudahan untuk pemesanan secara online

lewat aplikasi WhatApp dan akan diberi bonus antar ke fakultas masing-masing

secara gratis.

Tentunya ini sangat menguntungkan bagi Konsumen Bananice yang berada di

USU. Owner sendiri selalu membuat paket-paket promo murah untuk menarik minat

konsumen. Info tentang promo-promo menarik biasanya di umumkan lewat

Instagram resmi Bananice yang bernama @bananice.tasty. Info promo dan tawaran

menarik lainnya selalu di infokan lewat akun tersebut.

Peluang pasar Bananice terbilang masih begitu besar. Jumlah mahasiswa

keseluruhan semua fakultas di USU yang berjumlah ribuan orang tentu saja
merupakan pasar yang besar. Sampai saat ini bahkan belum mencapi 10% dari total

mahasiswa USU. Bisa dibayangkan jika konsumen di USU saja mencapai 20% belum

ditambah orang awam yang ingin memesan juga maka ratusan paket Bananice akan

terjual setiap harinya.

Rencana pemasaran juga sudah dipikirkan oleh Owner secara baik. Beliau

berkeinginan untuk membuka cabang di universias lain diluar USU disekitar kota

Medan. Namun saat ini owner ingin focus menjangkau konsumen di USU

semaksimal mungkin kemudian membuaka cabang di universtas lain. Contohnya

dengan membuat agen-agen reseller di kampus-kampus lainnya agar mahasiswa dari

universitas lain bisa mendapat Bananice lebih mudah.

Owner masih kesulitan dalam penentuan harga produk. Harga yang ditetapkan

selama ini masih harga perkiraan yang belum melewati proses penghitugan biaya

produksi yang lebih rinci. Harga produk yang berlaku selama ini tidak membuat

kerugian tapi keuntungan yang didapat juga belum dianggap maksimal. Tapi owner

belum berniat mengubah harga produk dengan alasan ingin fokus pada promosi. Dan

harga murah juga dianggap menjadi alasan mahasiswa mau membeli Bananice karna

sesuai dengan kemampuan kantong mereka.

4. Where – Dimana Lokasi Produksi Produk ?

Saat pertama kali dibuat dan diusahakan, lokasi produksi Bananice berapa di

kediaman owner sendiri di Jalan Kiwi No 75 Medan Sunggal. Dipasarkan hanya

lewat aplikasi Gojek untuk menjangkau banyak konsumen jauh. Namun karena

Owner merupakan mahasiwa aktif di USU dan tergabung dalam UKM Student

Enterprenership maka ia mendapat fasilitas secara gratis dari universitas untuk


memasarkan produk nya di tempat yang sering mereka sebut sebagai Laboratorium

Bisnis di USU yang berlokasi di daerah gelanggang mahasiswa USU.

Owner berkesempatan untuk memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh

kampusnya untuk berkreasi dan semakin mendekatkan diri dengan target pasarnya.

Fasilitas yang diberikan berupa lokasi berjualan yang dekat dengan jalan universitas

sehingga mudah dijangkau mahasiswa. Tapi Owner tentu saja tetap harus

menyediakan sendiri peralatan produksi seperti kompor, gas serta wadah yang

dibutuhkan untuk menampung bahan-bahan pembuatan Bananice.

Proses produksi dilakukan di dua tempat. Di lokasi produksi/pemasaran

Bananice hanya dilakukan kegiatan penggorengan dan mengemas Bananice. Bahan

setengah jadi Bananice dibawa dari rumah owner dan sebelumnya dibuat disana. Di

lokasi pemasaran kampus, bahan setengah jadi Bananice akan digoreng apabila ada

pesanan saja jadi produk yang sampai di tangan konsumen ada dalam kondisi hangat

dan sudah dilumuri oleh varian rasa yang diinginkan oleh konsumen. Produk

kemudian dikemas dengan wadah plastic sederhana tapi tetap terllihat rapi dan

menarik.

Bahan baku pembuatan Bananice juga tidak sulit untuk ditemukan dimana

saja. Bahan dasar pisang kapok tersedia di seluruh pasar tradisional dan bahan baku

lainnya di beli di supermarket terdekat karna lebih lengkap. Kapasitas produksi

sampai saat ini masih tetap ditambah tapi tidak dengan volume yang sangat besar,

karena owner ingin menjaga kualitas produk yang segar dn baru setiap hari. Ini juga

menjadi salah satu strategi pemasaran karna konsumen yang belum kebagian hari ini

akan berusaha mendapat Bananice besok.


5.How – Bagaimana ?
Bagaimana terjadinya proses produksi produk tentunya menjadi rahasia

pengusaha sendiri dan beliau enggan memberi tahu. Proses pengolahan bahan mentah

hingga menjadi produk Bananice sepenuhnya merupakan hasil inovasi dan kreatifitas

pemilik sehingga tidak bisa di publikasi demi kepentingan pribadi. Hal ini dilakukan

untuk menghindari prilaku tidak bertanggung jawab dari pihak-pihak peniru.

Untuk sumber permodalan usaha berasal dari tabungan pribadi Owner.

Dengan modal awal sekitar Rp 150.000 sampai Rp 200.000 sudah cukup untuk

memuai usaha yang sekarang terus berkembang dan maju. Bahkan sudah pernah

terjual sekitar 150 paket Bananice dalam sehari. Ini tentunya sangat menguntungkan

jika bisa terus berlanjut dan Owner tetap mempertahankan kualitas dari produknya.

Kesimpulan yang dapat kami buat adalah bahwa Owner Bananice sudah

membuat dan melaksanakan perencanaan bisnis nya dengan sangat baik sehingga

mampu mencapai tujuan usahanya untuk mendapatkan keuntungan lumayan dari

usahanya. Terakhir Owner Bananice mengungkapkan keingiannya suatu saat agar

punya lokasi khusus untuk produksi dan pemasaran Bananice seperti café yang

memfasilitasi konsumennya untuk makan minum di tempat sambil bersantai.


BAB III

DOKUMENTASI

Foto bersama Owner Bananice

OWNER

DENIS SANTI OVI PUTRI


Foto Saat Bananice Digoreng dan Suasana Dilokasi Usaha
Sebagian bentuk Promosi Yang Dilakukan Lewat Instagram
BANANICE

Anda mungkin juga menyukai