Kewirausahaan
Kewirausahaan
PENDAHULUAN
penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri kreatif juga dikenal
dengan nama lain Industri Budaya atau Ekonomi Kreatif (Wikipedia.org). Industri
kreatif saat ini memiliki peranan yang sangat penting pada perekonomian suatu
negara dan berkembang dengan sangat cepat. Hal ini tidak bisa dipisahkan karena
global. Para ahli dan pakar ekonomi menyatakan bahwa pendapatan negara sebagian
industri yang berasal dari pemanfaatan aktifitas, ketrampilan serta bakat individu
mengekploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.. Industri kreatif erat
penggerak roda perekonomian. Produk industri kreatif yang tercipta adalah sebagai
Industri kreatif terbagi atas banyak sub sektor ekonomi kreatif yaitu
Periklanan, Arsitektur, Barang Seni, Kerajinan, Desain Grafis Interior dan Produk,
Industri Pakaian atau Fashion, Perfilman, Fotografi, Game, Musik, Seni Pertunjukan,
Penerbitan, Software, Penyiaran, Riset dan Pengembangan serta yang terakhir dan
yang paling baru adalah industri kreatif di bidang Kuliner. Di sektor kuliner para
pebisnis terus berkreasi untuk menciptakan makanan-makanan yang semakin
beragam. Hal ini dilakukan karna Indonesia sendiri merupakan negara dengan
warisan budaya kuliner yang sangat beragam sebagai sebuah keunggulan komparatif
Peranan besar industri kreatif dalam usaha peningkatan minat orang muda
untuk berani berbisnis mendorong kami untuk melakukan pengamatan tentang indusri
kreatif dalam sektor kuliner. Data dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Republik
Indonesia mencatat, subsektor kuliner berkontribusi 41,4 persen dari total kontribusi
perekonomian kreatif Rp 922 triliun pada 2016. Jumlah tersebut merupakan yang
Berawi, kuliner merupakan salah satu penopang di industri kreatif. Dari unit 8,2 juta
unit industri kreatif, 68 persen bergerak di industri kuliner. Industri kuliner memiliki
potensi besar di Indonesia untuk terus berkembang. Salah satu hasil dari industri
kreatif sektor kuliner yang kami temui bernama BANANICE. Bananice merupakan
kreasi olahan dari buah pisang sehingga mengasilkan suatu menu baru yang menarik
buah pisang sedang banyak diolah menjadi beragam kreasi makanan. Nama Bananic
sendiri merupakan gabungan kata Banana yang berarti Pisang dan Nice yang berarti
Bagus. Owner menjamin bahwa pisang yang diolah adalah pisang yang berkualitas
baik. Jenis pisang yang digunakan adalah pisang Kepok. Pisang ini dinggap pisang
paling cocok dibandingkan jenis pisang lainnya dan mudah didapatkan sebagai bahan
Usaha ini dimulai sejak November 2017 sampai sekarang. Diproduksi setap
hari senin hingga jumat dari pukul 11.00 hingga 18.00 WIB. Bananice merupakan
usaha rumahan yang dikerjakan sendiri oleh owner. Sebelumnya, owner mengaku
sudah pernah menggeluti bisnis lain sebelum mulai membuat Bananice. Pernah
menjadi reseller jam tangan buatan Malaysia yang banyak peminat. Fitri mengaku
bahwa keuntungan dari berjualan jam tangan impor itu jauh lebih besar dibandingkan
dengan usaha Bananice. Tapi usaha tersebut sekarang sudah tidak dilanjut lagi karna
terkendala perizinan dan cukai. Owner cepat beralih untuk membuat usaha lainnya
dan terbentuklah Bananice. Owner mampu memanfaatkan peluang yang ada karna
semakin banyak inovasi dari buah pisang sekarang. Trend olahan pisang masih begitu
namun sekarang sudah pindah ke Gelanggang Mahasiswa USU. Saat pertama kali di
produksi Bananice dibuat dan dipasarkan dari kediaman owner namun dengan banyak
pertimbangan yang lebih baik, sekarang Bananice dipasarkan di daerah USU.
wadah promosi sehingga sekarang semakin banyak dikenal oleh mahasiswa dan
pisang tentunya tidak mudah dilaksanakan. Banyak nya menu-menu baru lain
berbahan dasar pisang yang dibuat oleh produsen lain membuat owner Bananice terus
berinovasi. Bananice dibuat dengan berbagai varian rasa seperti rasa coklat, kacang,
green tea, tiramisu dan alpukat. Bananice dijual dalam bentuk paket, terdiri dari dua
paket yaitu paket besar berisi 12 potong Bananice dan paket kecil berisi 6 potong
Bananice.
Konsumen dapat memilih sendiri rasa Bananice yang diinginkan dalam satu
paket. Konsumen diberi kebebasan untuk menentukan rasa Bananice tanpa diberi
biaya tambahan. Biaya lebih akan dibebankan kepada konsumen apabila konsumen
ingin menambahkan topping pada Bananice. Topping yang disediakan adalah keju,
chaca, kacang almond dan oreo. Varian rasa yang beragam menurut owner adalah
sebuah kelebihan Bananice yang tidak dimiliki oleh olahan pisang lainnya. Varian
rasa yang menjadi favorit konsumen Bananice sendiri adalah rasa coklat dan tiramisu.
Kurang lebih tujuh sisir pisang kapok setiap hari diolah menjadi Bananice dan setiap
Rp 400.000 hingga Rp 600.000 dan sebenarnya bisa lebih dari itu. Sampai saat ini
owner masih membatasi jumlah Bananice yang diproduksi dengan alasan ingin
membuat adonan Bananice baru dan segar setiap harinya. Owner dibantu oleh ibunya
dan seorang pegawai yang dipekerjakan berupaya membuat adonan Bananice setiap
hari agar tidak mengurangi kualitas kesegaran adonan Bananice. Setiap harinya
Selama berproduksi kurang lebih sekitar lima bulan, owner belum pernah
mengalami kerugian meski untung yang dihasilkan dari usahanya ini belum terlalu
Bananice yang selalu dihidangkan dalam keadaan hangat karna akan digoreng
langsung saat ada pesanan. Owner menawarkan harga yang murah pada setiap
Paket besar berisi 12 potong Bananice bebas pilih varian rasa diual dengan
harga Rp 22.000 dan harga paket kecil Bananice dengan isi 6 potong Bananice
dihargai Rp 12.000. Harga tersebut belum termasuk biaya tambahan jika konsumen
ingin member topping pada Bananice mereka. Bananice juga memiliki bentuk yang
Dari hasil pengamatan dan wawancara yang kami lakukan pada 6 April 2018
di rumah dan lokasi usaha, maka kami akan memberikan penilaian serta tanggapan
apakah usaha ini sudah melaksanakan atau membuat business plan sebagai syarat
suatu usaha dibentuk dengan baik atau tidak. Apakah sudah menjawab pertanyaan
What, Where, Why, Who dan How? Sekali lagi, dalam dunia bisnis tidak ada yang
pasti. Yang pasti hanyalah ketidakpastian sehingga kadang apa yang direncanakan
Sudah jelas dalam hal ini Owner sekaligus pengusaha nya sudah memikirkan
dengan baik jenis usaha apa yang ingin dibukanya. Dan terpilihlah usaha dalam
kuliner dengan pemanfaatan kreatifitas serta inovasi baru untuk mengolah pisang.
Dalam hal ini Owner cukup tanggap dalam memanfaatkan peluang trend olahan
Alasan yang diutarakan oleh Owner adalah karna kuliner unik dari olahan
buah pisang saat ini sedang trend dan banyak diminati oleh masyarakat. Hal itu juga
lah yang mendarasi keinginan owner untuk bisa terjun ke bisnis yang sama tapi
dengan menciptakan variasi menu baru dari buah pisang yang belum ada serta
memberi ciri khas tersendiri dari produknya. Bisnis di bidang kuliner sampai saat ini
bahwa target konsumen Bananice sendiri adalah orang awam. Tapi begitu besarna
anttusias dari mahasiswa dan mahasiswi USU membuat owner sekarang lebih focus
menarik minat mahasiswa USU yang tersebar di lebih belasan fakultas. Ini juga yang
dipromisikan dari mulut ke mulut, sekarang Owner sudah berani bekerja sama dengan
pihak Gojek untuk akses pemesanan secara online dan diantar ke tempat yang
Tidak hanya itu, owner juga memanfaatkan akun instagram mahasiswa USU
admin akun tersebut. Hal ini dilakukan agar semakin banyak mahasiswa USU yang
menyadari keberadaan Bananice. Cara ini terbilang sangat ampuh untuk menarik
minat mahasiswa. Diberi begitu banyak kemudahan untuk pemesanan secara online
lewat aplikasi WhatApp dan akan diberi bonus antar ke fakultas masing-masing
secara gratis.
USU. Owner sendiri selalu membuat paket-paket promo murah untuk menarik minat
Instagram resmi Bananice yang bernama @bananice.tasty. Info promo dan tawaran
keseluruhan semua fakultas di USU yang berjumlah ribuan orang tentu saja
merupakan pasar yang besar. Sampai saat ini bahkan belum mencapi 10% dari total
mahasiswa USU. Bisa dibayangkan jika konsumen di USU saja mencapai 20% belum
ditambah orang awam yang ingin memesan juga maka ratusan paket Bananice akan
Rencana pemasaran juga sudah dipikirkan oleh Owner secara baik. Beliau
berkeinginan untuk membuka cabang di universias lain diluar USU disekitar kota
Medan. Namun saat ini owner ingin focus menjangkau konsumen di USU
Owner masih kesulitan dalam penentuan harga produk. Harga yang ditetapkan
selama ini masih harga perkiraan yang belum melewati proses penghitugan biaya
produksi yang lebih rinci. Harga produk yang berlaku selama ini tidak membuat
kerugian tapi keuntungan yang didapat juga belum dianggap maksimal. Tapi owner
belum berniat mengubah harga produk dengan alasan ingin fokus pada promosi. Dan
harga murah juga dianggap menjadi alasan mahasiswa mau membeli Bananice karna
Saat pertama kali dibuat dan diusahakan, lokasi produksi Bananice berapa di
lewat aplikasi Gojek untuk menjangkau banyak konsumen jauh. Namun karena
Owner merupakan mahasiwa aktif di USU dan tergabung dalam UKM Student
kampusnya untuk berkreasi dan semakin mendekatkan diri dengan target pasarnya.
Fasilitas yang diberikan berupa lokasi berjualan yang dekat dengan jalan universitas
sehingga mudah dijangkau mahasiswa. Tapi Owner tentu saja tetap harus
menyediakan sendiri peralatan produksi seperti kompor, gas serta wadah yang
setengah jadi Bananice dibawa dari rumah owner dan sebelumnya dibuat disana. Di
lokasi pemasaran kampus, bahan setengah jadi Bananice akan digoreng apabila ada
pesanan saja jadi produk yang sampai di tangan konsumen ada dalam kondisi hangat
dan sudah dilumuri oleh varian rasa yang diinginkan oleh konsumen. Produk
kemudian dikemas dengan wadah plastic sederhana tapi tetap terllihat rapi dan
menarik.
Bahan baku pembuatan Bananice juga tidak sulit untuk ditemukan dimana
saja. Bahan dasar pisang kapok tersedia di seluruh pasar tradisional dan bahan baku
sampai saat ini masih tetap ditambah tapi tidak dengan volume yang sangat besar,
karena owner ingin menjaga kualitas produk yang segar dn baru setiap hari. Ini juga
menjadi salah satu strategi pemasaran karna konsumen yang belum kebagian hari ini
pengusaha sendiri dan beliau enggan memberi tahu. Proses pengolahan bahan mentah
hingga menjadi produk Bananice sepenuhnya merupakan hasil inovasi dan kreatifitas
pemilik sehingga tidak bisa di publikasi demi kepentingan pribadi. Hal ini dilakukan
Dengan modal awal sekitar Rp 150.000 sampai Rp 200.000 sudah cukup untuk
memuai usaha yang sekarang terus berkembang dan maju. Bahkan sudah pernah
terjual sekitar 150 paket Bananice dalam sehari. Ini tentunya sangat menguntungkan
jika bisa terus berlanjut dan Owner tetap mempertahankan kualitas dari produknya.
Kesimpulan yang dapat kami buat adalah bahwa Owner Bananice sudah
membuat dan melaksanakan perencanaan bisnis nya dengan sangat baik sehingga
punya lokasi khusus untuk produksi dan pemasaran Bananice seperti café yang
DOKUMENTASI
OWNER