Anda di halaman 1dari 43

FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

MUKADIMAH

Bahwa untuk menjamin tercapainya tujuan Pembangunan serta pelaksanaan


Hubungan Industrial diperlukan syarat-syarat kerja yang diberlakukan di
Perusahaan. Bahwa syarat-syarat kerja itu akan menjadi pedoman positif dalam
melaksanakan hak dan kewajiban timbal balik sehingga dapat tercipta dan
terpelihara keserasian antara peningkatan produksi, produktivitas dan peningkatan
kesejahteraan Karyawan.

Maka tujuan utama dari diadakannya Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini adalah
untuk:

1. Menjelaskan hak-hak dan kewajiban dari Pengusaha, Serikat Pekerja maupun


Karyawan.

2. Menetapkan syarat-syarat kerja bagi Karyawan.

3. Sebagai alat untuk memelihara dan meningkatkan hubungan kerja yang


harmonis, aman dan dilandasi pada azas keterbukaan demi kelangsungan dan
perkembangan perusahaan.

4. Sebagai pedoman dalam menyelesaikan permasalahan yang timbul di dalam


hubungan kerja.

Berlandaskan tujuan tersebut di atas, maka Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini
dibuat dengan harapan akan tercapainya kondisi pengembangan kemampuan dan
keterampilan Karyawan dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas
kerja. Kesemuanya itu pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan Karyawan,
dan juga dalam rangka meningkatkan daya saing perusahaan.

Semoga Tuhan YME membimbing langkah dan menunjukkan jalan pada kita
semua.

1
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

BAB I
PENGERTIAN

Pasal 1
Istilah-istilah

1. PKB adalah singkatan dari Perjanjian Kerja Bersama.

2. Perusahaan adalah PT XYZ yang berbadan hukum dan berkedudukan di Jl.


…………………………………..

3. Pengusaha adalah pemilik perusahaan atau orang yang diberi kuasa untuk
mengelola jalannya perusahaan dan melakukan tindakan atas nama pemilik
perusahaan.

4. Pimpinan Perusahaan adalah Direksi atau pemilik perusahaan atau wakilnya


yang ditunjuk untuk memimpin perusahaan serta melakukan tindakan atas
nama pemilik perusahaan.

5. Serikat Pekerja adalah Serikat Pekerja PT XYZ .

6. Karyawan adalah semua orang yang terikat dalam hubungan kerja dan
menandatangani surat perjanjian kerja dengan PT XYZ dengan mendapat
imbalan upah secara bulanan.

7. Keluarga Karyawan adalah isteri/suami dan anak-anak dari Karyawan yang


sah berdasarkan hukum yang berlaku yang menjadi tanggungan Karyawan
tersebut dengan batas usia maksimum 21 tahun, belum pernah menikah dan
belum pernah bekerja serta terdaftar di perusahaan.

8. Ahli Waris adalah keluarga atau orang yang ditunjuk oleh Karyawan untuk
menerima setiap pembayaran/santunan, dan melakukan tindakan lainnya atas
nama Karyawan, apabila Karyawan meningal dunia. Dalam hal tidak ada
penunjukkan ahli warisnya, maka pelaksanaannya diatur menurut hukum yang
berlaku.

9. Atasan adalah Karyawan yang jabatan dan atau pangkatnya lebih tinggi.

10. Atasan langsung adalah Karyawan yang jabatan atau pangkatnya lebih tinggi
secara langsung di unit kerjanya.

11. Pengurus Serikat Pekerja adalah Karyawan yang dipilih dari dan oleh anggota
Serikat Pekerja yang diterima dan diakui oleh Perusahaan dan terdaftar secara
resmi sesuai peraturan/ketentuan yang berlaku.

12. Anggota Serikat Pekerja adalah Karyawan yang terikat dalam hubungan kerja
dengan PT XYZ dan terdaftar sebagai anggota pada Serikat Pekerja PT XYZ.

13. Hari Besar atau Hari Raya adalah hari libur nasional yang ditetapkan oleh
pemerintah, dimana Karyawan tidak bekerja namun tetap menerima upah.

14. Lingkungan Perusahaan adalah tempat-tempat dalam areal perusahaan baik


gedung kantor atau ruangan-ruangan pabrik serta jalan atau gang-gang dan
2
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

pekarangan yang di dalamnya lazim dijalankan pekerjaan berdasarkan instruksi


Pimpinan Perusahaan. Termasuk Lingkungan Perusahaan adalah kendaraan
milik Perusahaan.

15. Hari Kerja adalah hari-hari yang didasarkan pada jadwal hari kerja yang telah
ditetapkan oleh perusahaan, pada saat mana Karyawan harus melakukan
pekerjaannya.

16. Jam Kerja adalah waktu/jam-jam yang ditentukan oleh perusahaan untuk
melaksanakan pekerjaan yaitu 7 (tujuh) atau 8 (delapan) jam per hari dan 40
(empat puluh) jam per minggu.

17. Jam kerja lembur adalah jam kerja yang dilakukan di luar jam kerja biasa yang
telah ditetapkan, sesuai ketentuan yang berlaku, dan berdasarkan
prosedur/ketentuan yang telah ditetapkan.

18. Masa Kerja adalah jangka waktu seorang Karyawan bekerja di perusahaan
secara tidak terputus dan dihitung sejak tanggal diterima sebagai Karyawan.

19. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi atau timbul dalam akibat
hubungan kerja.

20. Peringatan adalah pemberitahuan atau teguran atas kesalahan, pelanggaran,


kelalaian yang dilakukan oleh Karyawan yang diberikan secara lisan maupun
tertulis.

21. Upah adalah pendapatan Karyawan yang terdiri dari gaji ditambah dengan
tunjangan-tunjangan yang bersifat tetap.

22. Gaji Pokok adalah balas jasa berupa uang yang diterima Karyawan secara tetap.

23. Rawat Inap adalah suatu keadaan dimana Karyawan atau keluarga Karyawan
tinggal di Rumah Sakit (Opname) karena sakit, dan yang membutuhkan
perawatan intensif.

24. Ketentuan tersendiri adalah segala peraturan/ketentuan yang diterbitkan


Perusahaan atas dasar kondisi/keadaan tertentu atas pertimbangan Pengusaha,
dan setelah disepakati oleh Serikat Pekerja (dalam bentuk Pengumuman, Surat
Keputusan, dll.).

25. Karyawan Harian (kontrak) adalah Karyawan yang bekerja pada ‘labour
supplier’ (telah dipilih oleh perusahaan) dan diperbantukan di perusahaan tanpa
ikatan apapun dengan Perusahaan.

B A B II
KETENTUAN UMUM

Pasal 2
Pihak-Pihak yang mengadakan Perjanjian

Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini dibuat dan disetujui antara:

3
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

PT XYZ yang berkedudukan di Jl. …………………………………………… untuk


selanjutnya disebut Pengusaha.

dengan

Serikat Pekerja PT XYZ, yang terdaftar di Bagian Tenaga Kerja RI dengan nomor:
…………………………….. untuk selanjutnya disebut Serikat Pekerja.

Pasal 3
Maksud dan Tujuan Perjanjian Kerja Bersama

Maksud dan tujuan pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini adalah untuk
mengatur hubungan kerja dan syarat-syarat kerja sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 4
Lingkup Perjanjian Kerja Bersama

1. Pada dasarnya Perjanjian Kerja Bersama ini hanya mengatur hal-hal pokok
yang bersifat umum.

2. Materi-materi syarat-syarat kerja yang diatur dalam Perjanjian Kerja bersama


ini berlaku untuk seluruh Karyawan.

3. Pengusaha dan Serikat Pekerja bersepakat apabila dalam pelaksanaan maupun


dalam pertumbuhan dan perkembangannya perlu adanya penyempurnaan
Perjanjian ini, maka kedua belah Pihak akan mengadakan perundingan secara
musyawarah untuk mufakat.

4. Sepanjang telah diatur oleh peraturan perundang-undanganan atau peraturan


Pemerintah maka syarat-syarat kerja yang diatur di dalam Perjanjian ini
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari PKB ini dan kedua belah Pihak
menyatakan akan tunduk terhadap peraturan tersebut.

5. Apabila Pengusaha tidak dapat melaksanakan isi PKB ini, maka Pihak
Pengusaha akan merundingkan terlebih dahulu dengan Pihak Serikat Pekerja
secara bipartit, dan dalam hal-hal yang sifatnya normatif maka hasil
perundingan tersebut harus didaftarkan kepada Pihak Dinas Tenaga Kerja
setempat.

Pasal 5
Wewenang Pengusaha

Telah disepakati bahwa Pengusaha mempunyai wewenang dalam mengelola dan


mengawasi jalannya Perusahaan serta mengatur kerja Karyawan di segala unit
kerja.

4
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

BAB III
HUBUNGAN KERJASAMA PENGUSAHA DENGAN SERIKAT PEKERJA

Pasal 6
Pengakuan terhadap Serikat Pekerja

1. Pengusaha mengakui bahwa Serikat Pekerja PT XYZ adalah badan atau


organisasi yang sah, mewakili dan bertindak untuk dan atas nama seluruh
anggotanya.

2. Pengusaha tidak akan memberi tekanan maupun perlakuan yang bersifat


diskriminatif terhadap Pengurus Serikat Pekerja.

3. Dalam hubungan yang harmonis antara Pengusaha dan Serikat Pekerja maka
dengan seijin Pengusaha, Pengurus Serikat Pekerja dapat memasuki bagian-
bagian/unit-unit produksi dalam rangka menunaikan tugasnya mengenai
masalah ketenagakerjaan.

Pasal 7
Fungsi Serikat Pekerja

Serikat Pekerja berfungsi mewakili anggota-anggotanya yang mempunyai


hubungan kerja dengan Pengusaha, baik secara perorangan maupun kolektif di
dalam bidang ketenagakerjaan atau di dalam hal-hal yang berhubungan dengan
pekerjaan dan syarat-syarat kerja bagi Karyawan.

Pasal 8
Fasilitas dan Bantuan untuk Serikat Pekerja

1. Pengusaha membantu melaksanakan pemotongan iuran anggota Serikat Pekerja


dengan berpedoman pada peraturan/perundang-undangan yang berlaku dan
petunjuk pelaksanaan Serikat Pekerja.

2. Pengusaha dapat memberikan dispensasi kepada Pengurus Serikat Pekerja


(maksimum 2 orang) dengan batas waktu 6 (enam) hari kerja/bulan untuk
menghadiri/mengikuti kongres, seminar, kursus maupun panggilan instansi
Pemerintah yang mempunyai kaitan dengan organisasi Serikat Pekerja dan
bersifat resmi. Apabila 6 (enam) hari kerja tersebut tidak terpakai dalam satu
bulan, tidak dapat digabungkan dengan 6 (enam) hari kerja bulan berikutnya.

3. Pengusaha menyediakan papan khusus untuk pengumuman bersama bagi


Serikat Pekerja dan perusahaan di tempat yang mudah dilihat dan menjadi
perhatian Karyawan di dalam kompleks perusahaan.

4. Pengusaha menyediakan ruangan kantor bagi Serikat Pekerja dengan


perlengkapannya yang memadai di lingkungan perusahaan.

5. Pengusaha memberikan ijin Serikat Pekerja mengadakan rapat-rapat dan


pertemuan-pertemuan Serikat Pekerja di ruang milik perusahaan dengan
meminjamkan peralatan yang diperlukan. Dalam hal ini Serikat Pekerja harus
meminta ijin terlebih dahulu kepada perusahaan.

5
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

6. Dalam hal seorang pengurus Serikat Pekerja menjadi anggota pimpinan Serikat
Pekerja di perangkat yang lebih tinggi, maka dispensasi untuk menghadiri rapat-
rapat dan kegiatan-kegiatan lainnya dapat diberikan oleh perusahaan.

Pasal 9
Rapat Serikat Pekerja

Rapat Serikat Pekerja hanya dapat dilakukan di luar jam kerja, kecuali dalam
keadaan mendesak dan seijin Pengusaha rapat Serikat Pekerja dapat dilakukan
dalam jam kerja.

Pasal 10
Jaminan Bagi Serikat Pekerja

1. Pengusaha tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang merugikan Karyawan


yang disebabkan oleh atau kaitannya dalam pelaksanaan tugas organisasi
Serikat Pekerja baik sebagai pengurus maupun sebagai anggota Serikat Pekerja
di perusahaan.

2. Atas permintaan Serikat Pekerja, perusahaan dapat memberikan keterangan


yang diperlukan tentang hal-hal yang menyangkut ketenagakerjaan di
perusahaan.

Pasal 11
Jaminan Bagi Pengusaha

Serikat Pekerja berkewajiban mendukung Pengusaha dengan cara antara lain:

1. Melaksanakan Hubungan Industrial dan bersifat positif dan konstruktif melalui:


1.1. Menegakkan disiplin Karyawan;
1.2. Meningkatkan dan mengamankan jalannya perusahaan;
1.3. Membantu pembinaan dan pemeliharaan tenaga kerja;
1.4. Memberikan petunjuk-petunjuk tentang hak dan kewajiban Karyawan
dalam partisipasinya terhadap perusahaan.

2. Tidak akan mencampuri urusan Pengusaha yang tidak ada kaitannya dengan
hubungan ketenagakerjaan.

3. Menyadari bahwa tindakan pemogokan, dan memperlambat kerja adalah tidak


sesuai dengan semangat Hubungan Industrial, oleh karena itu harus
dihindarkan.

4. Secara positif ikut menegakkan disiplin dalam semua aspek, termasuk waktu
jam kerja dan dalam soal hirarki kepemimpinan.

BAB IV
HUBUNGAN KERJA

Pasal 12
Penerimaan Karyawan Baru, Masa Percobaan dan Pengangkatan Karyawan

6
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

1. Penerimaan Karyawan di perusahaan disesuaikan dengan kebutuhan


perusahaan. Untuk diterima menjadi Karyawan, calon Karyawan maksimal
berusia 35 tahun dan memenuhi syarat kualifikasi dan kompetensi yang telah
ditentukan.

2. Serikat Pekerja mengakui hak Pengusaha dalam penerimaan dan penempatan


Karyawan.

3. Calon Karyawan harus mempunyai kualifikasi dan kompetensi yang sesuai,


dengan melalui serangkaian tes/ujian yang diadakan oleh perusahaan.

4. Pada waktu akan memulai hubungan kerja, Karyawan akan menandatangani


surat perjanjian kerja yang menyatakan telah mengetahui dan menyetujui
sepenuhnya ketentuan PKB yang berlaku di perusahaan.

5. Pengusaha tidak memperbolehkan adanya Karyawan yang berstatus suami isteri


bekerja bersama-sama dalam perusahaan.

6. Demi menjaga rasa keadilan di antara Karyawan dalam Perusahaan,


kesejahteraan dan fasilitas yang diberikan bagi Karyawan baru, akan diberikan
Perusahaan dengan mempertimbangan kesejahteraan dan fasilitas yang
diberikan kepada Karyawan lama dalam tingkatan jabatan yang sama, dalam
pengertian bahwa kesejahteraan dan fasilitas yang diberikan kepada Karyawan
baru tersebut nilainya maksimal setara dengan kesejahteraan dan fasilitas yang
diberikan Perusahaan kepada Karyawan lama dengan tingkatan jabatan yang
sama.

7. Calon yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh perusahaan
akan diterima sebagai calon Karyawan dengan masa percobaan selama 3 (tiga)
bulan.

8. Selama dalam masa percobaan baik perusahaan maupun Karyawan dapat


memutuskan hubungan kerja tanpa syarat dan kewajiban apapun.

9. Seorang calon Karyawan yang telah menyelesaikan masa percobaan dengan


baik dan memenuhi persyaratan jabatan, akan diangkat sebagai Karyawan tetap
sesuai dengan penggolongannya.

Pasal 13
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

1. Untuk keperluan perusahaan, maka Pengusaha dapat mempekerjakan


Karyawan untuk waktu tertentu (kontrak) melalui Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu (PKWT) dengan tetap mentaati ketentuan/peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

2. Perusahaan mempekerjakan Karyawan untuk waktu tertentu (kontrak) tanpa


adanya masa percobaan. Karyawan yang sebelumnya telah menjalani masa
percobaan tidak dipekerjakan untuk waktu tertentu melainkan akan diangkat
sebagai Karyawan tetap sesuai dengan pasal 12 ayat 9 dari Perjanjian Kerja
Bersama ini.

3.
7
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

Pasal 14
Tenaga Kerja Asing (TKA)

1. Dalam mempekerjakan tenaga kerja asing, Pengusaha akan mematuhi


ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

2. Tenaga kerja asing yang dipekerjakan agar dapat menghayati dan memahami
adat istiadat bangsa Indonesia.

3. Jika diminta maka Pengusaha akan memberitahukan kepada Serikat Pekerja,


kapan mulai dan berakhir bekerjanya tenaga kerja asing di perusahaan.

Pasal 15
Promosi Karyawan

1. Pengusaha akan mendorong meningkatkan kemampuan Karyawan sesuai


dengan kondisi perusahaan.

2. Promosi Karyawan sepenuhnya adalah hak perusahaan.

3. Dalam hal penentuan tugas dan pekerjaan serta promosi Karyawan,


perusahaan akan selalu memperhatikan:
3.1. Kebutuhan pengisian lowongan jabatan tertentu;
3.2. Pengetahuan yang dibutuhkan dalam menjalankan pekerjaan;
3.3. Skill atau keterampilan dalam menjalankan pekerjaan;
3.4. Prestasi kerja;
3.5. Sikap dan tingkah laku yang mencerminkan kepribadian seorang
pemimpin.

4. Bagi Karyawan yang dipromosikan untuk suatu jabatan tertentu maupun yang
tidak lagi memegang jabatan akan diberikan Surat Keputusan, dengan
tembusan kepada Serikat Pekerja.

Pasal 16
Mutasi Karyawan

1. Mutasi Karyawan sepenuhnya adalah hak perusahaan.

2. Dalam hal ini perusahaan tidak akan mengurangi gaji pokok Karyawan.

Pasal 17
Demosi Karyawan

1. Pengusaha berwenang melakukan demosi terhadap Karyawan yang dinilai tidak


cakap/kompeten dalam pekerjaannya dan terhadap Karyawan yang melakukan
pelanggaran sebagaimana diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.

2. Bagi Karyawan yang didemosi dapat dikenakan penyesuaian fasilitas menurut


standar golongan atau jabatan barunya.

8
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

Pasal 18
Usia Karyawan di Perusahaan

1. Usia pensiun normal Karyawan di perusahaan ditetapkan maksimum 55 tahun.

2. Karyawan yang telah mencapai usia 40 (empat puluh) tahun dan telah
menempuh masa kerja minimal 15 (lima belas) tahun dapat mengajukan
permohonan pensiun dipercepat. Karyawan yang bersangkutan baru dapat
menjalani masa pensiunnya setelah permohonan pensiunnya disetujui oleh
Perusahaan.

BAB V
PERATURAN KERJA

Pasal 19
Hari dan Jam Kerja

1. Hari kerja normal adalah 5 hari kerja dalam seminggu, kecuali bagi Karyawan
yang mendapatkan tugas tertentu sesuai dengan jenis/bidang pekerjaannya
yang akan diatur dengan kebijakan Perusahaan tersendiri dengan tetap
berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Jam kerja normal yang berlaku adalah 8 (delapan) jam sehari dan 30 (tiga
puluh) menit waktu istirahat setelah 4 (empat) jam bekerja secara terus
menerus, kecuali bagi Karyawan tertentu yang karena kebutuhan tugasnya
menyebabkan waktu istirahatnya diatur secara bergiliran dengan tetap
memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Dalam menjalankan jam kerja untuk 1 (satu) hari, Perusahaan akan


memberlakukan jadwal kerja yang akan diatur dalam ketentuan tersendiri.

4. Khusus bagi Karyawan wanita yang bekerja di malam hari maka perusahaan
akan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Perusahaan dapat melakukan peninjauan jadwal kerja dan dapat melakukan


perubahan atas jadwal kerja yang didasari oleh kebutuhan operasional
Perusahaan selama tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pasal 20
Kerja Shift dan Kerja Lembur

1. Perusahaan memberlakukan kerja shift dan bagi Karyawan yang terkena kerja
shift akan mendapatkan uang shift.

2. Uang shift sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini akan diatur
dengan ketentuan sebagai berikut:

GOLONGAN SHIFT II SHIFT III


Gol I, II dan III Rp. 7,500.00 Rp. 15,000.00
Gol IV dan V Rp. 10,000.00 Rp. 20,000.00

9
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

3. Perusahaan memberlakukan kerja lembur:


3.1. Dalam hal ada pekerjaan yang apabila tidak segera diselesaikan akan
membahayakan kesehatan dan keselamatan orang.
3.2. Dalam hal ada pekerjaan yang apabila tidak diselesaikan menimbulkan
kerugian bagi perusahaan atau dapat mengganggu kelancaran
produksi/jasa.
3.3. Dalam hal ada pekerjaan yang harus diselesaikan dengan segera.

4. Perhitungan upah kerja lembur diatur sesuai dengan ketentuan perundang-


undangan yang berlaku sebagai berikut:
4.1. Pada hari kerja biasa:
4.1.1. Jam ke-1: 1,5 x upah sejam.
4.1.2. Jam ke-2 dan seterusnya: 2 x upah sejam.
4.2. Pada hari-hari istirahat mingguan dan hari libur resmi untuk waktu kerja 5
(lima) hari kerja dan 40 (empat puluh) jam seminggu:
4.2.1. Jam ke-1 s/d 8, dihitung 2 x upah sejam
4.2.2. Jam ke-9, dihitung 3 x upah sejam
4.2.3. Jam ke-10 dan ke-11, dihitung 4 x upah sejam.
4.3. Pada hari-hari istirahat mingguan dan hari libur resmi untuk waktu kerja 6
(enam) hari kerja dan 40 (empat puluh) jam seminggu:
4.3.1. Jam ke-1 s/d 7, dihitung 2 x upah sejam
4.3.2. Jam ke-8, dihitung 3 x upah sejam
4.3.3. Jam ke-9 dan ke-10, dihitung 4 x upah sejam.
4.4. Pada hari libur resmi yang jatuh pada hari kerja terpendek perhitungan
upah
lembur sebagai berikut:
4.4.1. 5 (lima) jam pertama dibayar 2 x upah sejam.
4.4.2. Jam ke-6 dibayar 3 x upah sejam.
4.4.3. Jam ke-7 dan ke-8 dibayar 4 x upah sejam.

5. Perhitungan upah lembur per jam adalah: 1/173 x upah sebulan

6. Apabila perusahaan memerlukan Karyawan untuk masuk kerja pada saat cuti
bersama, maka harus atas persetujuan terlebih dahulu antara Karyawan yang
bersangkutan dengan Pengusaha, dan untuk itu Pengusaha akan memberikan
uang kompensasi masuk kerja kepada Karyawan yang bersangkutan
berdasarkan kebijakan Perusahaan yang akan diatur tersendiri.

7. Khusus bagi Karyawan yang karena tugas dan tanggung jawabnya tidak
memperoleh upah kerja lembur, apabila bekerja melebihi jam kerja normal
akan mendapatkan kompensasi/penggantian uang transport yang besarnya
akan diatur tersendiri dan akan disesuaikan dari waktu ke waktu.

8. Upah lembur dibayarkan bersama dengan pembayaran gaji.

10
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

BAB VI
PEMBEBASAN DARI KEWAJIBAN BEKERJA

Pasal 21
Istirahat Mingguan dan Hari Libur

1. Setelah bekerja selama 5 (lima) atau 6 (enam) hari berturut-turut Karyawan


diberikan istirahat mingguan.

2. Pada hari-hari libur resmi/Hari Raya yang ditetapkan Pemerintah, Karyawan


dibebaskan dari bekerja dengan mendapat upah penuh.

Pasal 22
Istirahat Tahunan/Cuti Tahunan

1. Setiap Karyawan yang telah bekerja selama 12 (dua belas) bulan berturut-turut
berhak atas istirahat tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja dengan
mendapatkan upah penuh.

2. Periode masa pengambilan cuti tahunan ditetapkan selama enam bulan setelah
Karyawan mempunyai masa kerja satu tahun. Hak cuti tahunan itu dianggap
gugur atau batal dengan sendirinya apabila selama tenggang waktu tersebut
tidak diambil oleh Karyawan.

3. Bagi Karyawan yang belum mempunyai hak cuti dan atau hak cutinya telah
habis dan diharuskan cuti bersama sesuai yang ditetapkan oleh perusahaan,
maka cuti tsb. dianggap sebagai hutang cuti dan akan diperhitungkan pada saat
hak istirahat tahunan Karyawan tersebut terbit.

4. Istirahat tahunan ditetapkan:


4.1. Satu bagian maksimal 6 hari dilaksanakan secara bersama-sama oleh
seluruh Karyawan yang biasanya dijadwalkan pada setiap hari Raya Idul
Fitri atau akhir tahun.
4.2. Satu bagian sisanya merupakan istirahat tahunan Karyawan yang dapat
diambil dan dijadwalkan sesuai keperluan Karyawan masing-masing
dengan ketentuan sebagai berikut:
4.2.1. Pengambilan pada semester I maksimal 3 hari, sisanya pada
Semester II.
4.2.2. Pada hari-hari terjepit dimana perusahaan masuk kerja dan pada
saat cuti kolektif, tidak diijinkan untuk mengambil cuti tambahan
kecuali keperluan-keperluan yang penting (urgent).
4.3. Pengusaha dapat mengesampingkan ketentuan sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat 4.1 dan ayat 4.2 di atas, berdasarkan pertimbangan
permohonan Karyawan yang bersangkutan dan/atau kepentingan
Perusahaan, dengan tetap memperhatikan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

5. Karyawan yang akan menggunakan istirahat tahunan, harus mengajukan


permohonan terlebih dahulu selambat-lambatnya seminggu sebelumnya ke
Bagian Sumber Daya Manusia (SDM) setelah disetujui oleh atasan masing-
masing.

11
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

6. Apabila Karyawan selama periode masa pengambilan cuti tahunan terpaksa


tidak dapat mengambil hak cuti tahunannya oleh karena alasan yang
disebabkan oleh Pengusaha dan hal tersebut dapat dibuktikan secara tertulis,
maka Karyawan yang bersangkutan berhak untuk mengambil sisa hak cutinya
sampai dengan enam bulan setelah periode masa pengambilan cuti tahunan
berakhir.

Pasal 23
Cuti Melahirkan, Gugur Kandungan & Haid

1. Karyawan wanita yang akan melahirkan, berhak atas cuti melahirkan selama
1,5 (satu setengah) bulan sebelum melahirkan dan 1,5 (satu setengah) bulan
sesudah melahirkan dengan tetap mendapat gaji dan tunjangan (berdasarkan
surat keterangan dokter, atau bidan yang merawatnya).

2. Karyawan wanita yang melahirkan, dan proses kelahirannya tidak normal,


maka harus dibuktikan berdasarkan surat Surat Keterangan Dokter.

3. Karyawan wanita yang mengalami gugur kandungan yang disahkan dengan


Surat Keterangan Dokter, berhak mendapat cuti selama 1,5 (satu setengah)
bulan atau berdasarkan Surat Keterangan Dokter dengan tetap mendapat gaji
dan tunjangan.

4. Karyawan wanita yang akan mengambil cuti melahirkan, harus mengajukan


permohonan secara tertulis terlebih dahulu ke bagian Sumber Daya Manusia
(SDM) dengan disetujui lebih dahulu oleh atasan masing-masing, selambat-
lambatnya 15 (lima belas) hari sebelumnya.

5. Karyawan wanita tidak diwajibkan untuk bekerja pada hari pertama dan kedua
pada waktu haid (yang disertai sakit) dengan mendapat upah penuh. Yang
bersangkutan harus memberitahukan secara tertulis/resmi kepada bagian
Sumber Daya Manusia (SDM).

Pasal 24
Ijin Meninggalkan Pekerjaan Dengan Mendapat Upah (Dispensasi)

1. Pengusaha dapat memberikan ijin kepada Karyawan yang meninggalkan


pekerjaan dengan mendapat upah penuh, apabila:
1.1. Karyawan menikah, 3 (tiga) hari.
1.2. Pernikahan anak Karyawan yang sah, 2 (dua) hari.
1.3. Khitanan/pembaptisan anak Karyawan yang sah, 2 (dua) hari.
1.4. Isteri Karyawan yang sah melahirkan atau keguguran kandungan, 2 (dua)
hari.
1.5. Suami/isteri, orang tua/mertua atau anak atau menantu meninggal dunia,
2 (dua) hari.
1.6. Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, 1 (satu) hari.
1.7. Musibah lain yang dapat dibuktikan (banjir, kebakaran, bencana alam) 2
(dua) hari.

2. Ijin meninggalkan pekerjaan tersebut harus diperoleh terlebih dahulu dari


perusahaan, kecuali dalam keadaan mendesak ijin tersebut dapat diajukan
kemudian dan harus disertai dengan bukti yang resmi.

12
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

3. Karyawan yang sedang bekerja diberi ijin meninggalkan pekerjaan dengan


upah penuh untuk hal-hal seperti: sebagai saksi karena panggilan
pengadilan/yang berwajib, atau Pemerintah.

Pasal 25
Ijin Meninggalkan Pekerjaan karena Menunaikan Ibadah Agama

1. Perusahaan memberikan ijin meninggalkan pekerjaan guna menunaikan ibadah


agamanya menurut ketentuan di dalam agamanya masing-masing, yang hanya
akan diberikan 1 (satu) kali selama Karyawan bekerja di perusahaan dan
lamanya disesuaikan dengan kebutuhan yang berlaku umum (bagi Karyawan
yang akan menunaikan ibadah haji maka lamanya ijin disesuaikan dengan
jadwal haji pemerintah), serta akan diberikan berdasarkan pertimbangan dari
Pengusaha.

2. Untuk kegiatan tersebut di atas, Karyawan tetap berhak mendapat upah penuh
dan tidak mengurangi hak cutinya.

3. Bagi Karyawan yang akan menggunakan ijin tersebut, harus mengajukan


permohonan secara tertulis kepada bagian Sumber Daya Manusia (SDM)
dengan diketahui oleh atasan masing-masing sekurang-kurangnya 15 (lima
belas) hari sebelumnya.

Pasal 26
Ijin Meninggalkan Pekerjaan Lain-lain

1. Atas pertimbangan perusahaan, ijin meninggalkan pekerjaan di luar ketentuan


pasal 24 di atas dapat diberikan tanpa upah.

2. Ijin meninggalkan pekerjaan secara mendadak dapat dipertimbangkan


perusahaan dengan ketentuan:
2.1. Harus dengan alasan yang dapat diterima perusahaan.
2.2. Harus diberitahukan secepatnya sebelum jam masuk kerja, dan jika sampai
lebih dari satu hari, maka selambat-lambatnya pada hari kedua Karyawan
harus memberitahukan kepada perusahaan baik melalui telepon, surat, dll.
ke bagian Sumber Daya Manusia (SDM).

3. Setiap Karyawan yang meninggalkan pekerjaan tanpa ijin perusahaan atau


surat keterangan maupun alasan yang dapat diterima oleh perusahaan,
dianggap mangkir dan dapat dipotong hak cutinya dan/atau tidak berhak atas
upah pada hari mangkir tersebut.

4. Karyawan diberi Ijin Pulang Awal (IPA) untuk urusan pribadi maksimal 7 jam
dalam sebulan. Apabila IPA lebih dari 7 jam atau kelipatannya maka akan
diperhitungkan ke dalam pengurangan gaji. Untuk 7 jam pertama
diperhitungkan 1 (satu) hari, 7 jam kedua menjadi 2 (dua) hari, dan seterusnya.
Perhitungan jam IPA berlaku kumulatif per bulan dan pelaksanaan
pemotongan setelah selesai satu tahun, dan atau pada akhir masa kerja.

5. Apabila Karyawan tidak masuk bekerja karena sakit lebih dari satu hari harus
dengan Surat Keterangan Dokter. Jika tidak dengan Surat Keterangan Dokter
13
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

dianggap mangkir, dan akan dikenakan sanksi dan/atau tidak berhak atas upah
pada hari tersebut.

BAB VII
PENGUPAHAN DAN
TUNJANGAN-TUNJANGAN

Golongan kepangkatan dan sistem pengupahan disesuaikan dengan kebutuhan


perusahaan dan akan diatur tersendiri pelaksanaannya dengan Surat Keputusan
Direksi.

Pasal 27
Karyawan Tetap, Tunjangan-tunjangan dan Pengupahan

1. Karyawan Tetap:
1.1. Karyawan tetap dibagi dalam golongan kepangkatan yang diatur tersendiri.
1.2. Pendapatan/gaji terdiri dari gaji pokok dan tunjangan-tunjangan
1.3. Pembayaran gaji dilakukan setiap akhir bulan; apabila tanggal pembayaran
gaji jatuh pada hari Minggu atau hari libur, pembayaran gaji dilakukan
sehari sebelumnya.

2. Tunjangan-tunjangan:
2.1. Tunjangan tetap yaitu tunjangan yang diberikan tanpa memperhitungkan
kehadiran. Tunjangan tetap antara lain: tunjangan jabatan.
2.2. Tunjangan Tidak tetap yaitu tunjangan yang diberikan berdasarkan
kehadiran. Tunjangan tidak tetap antara lain: tunjangan makan, tunjangan
transport.
2.3. Besarnya tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap tersebut akan diatur
dan ditetapkan dalam ketentuan tersendiri. Khusus untuk tunjangan
jabatan akan ditinjau setiap 3 (tiga) tahun sekali.

3. Penyesuaian Gaji pada prinsipnya dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu


penyesuaian Gaji Berkala dan Penyesuaian Gaji Khusus:
3.1. Penyesuaian Gaji Berkala diadakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
sesuai ketentuan yang berlaku. Penyesuaian Gaji berkala ini ditentukan
berdasarkan hasil penilaian prestasi Karyawan, tingkat inflasi, masa kerja,
dan perkembangan perusahaan. Namun apabila kondisi ekonomi
perusahaan menunjukkan ketidakstabilan, maka kebijakan penyesuaian
gaji berkala akan dimusyawarahkan antara Pengusaha dan Serikat Pekerja.
3.2. Penyesuaian Gaji Khusus bisa diberikan tidak bersamaan dengan
penyesuaian gaji berkala. Penyesuaian Gaji Khusus ini terutama dikenakan
bagi Karyawan yang mendapatkan promosi/kenaikan jabatan,
pengangkatan sebagai Karyawan tetap dan atas keputusan dari Pengusaha.

Pasal 28
Insentif Kehadiran

1. Untuk meningkatkan gairah kerja Karyawan, maka Pengusaha memberikan


insentif kehadiran kepada Karyawan yang telah mempunyai masa kerja
minimal 1 tahun, dan untuk mendapatkan premi kehadiran tersebut maka

14
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

Karyawan harus masuk kerja terus menerus pada tiap bulannya dan atau tidak
pernah:
3.3. mangkir, ijin (termasuk cuti mendadak yang diajukan kemudian) dan sakit
tanpa surat keterangan dokter; atau
3.4. Sakit dengan surat keterangan dokter lebih dari 3 hari (termasuk haid dan
cuti melahirkan); atau
3.5. Masuk kerja terlambat dari waktu yang telah ditetapkan lebih dari 50 menit
dalam sebulan.

2. Besarnya insentif kehadiran tersebut ditetapkan sebesar Rp. 35.000,- (tiga puluh
lima ribu rupiah) dan hanya diberikan kepada Karyawan yang termasuk dalam
golongan C & D.

Pasal 29
Fasilitas Makan Karyawan

1. Pengusaha menyediakan fasilitas makan bagi Karyawan sekali sehari pada hari
Senin – Jumat dalam bentuk pemberian konsumsi yang disediakan di kantin
perusahaan.

2. Pengecualian butir (1) di atas, Karyawan akan mendapat penggantian uang


makan apabila:
2.1. Pengusaha tidak dapat menyediakan konsumsi di kantin perusahaan yang
disebabkan hal-hal yang di luar dugaan.
2.2. Karyawan yang bersangkutan sedang bertugas di luar perusahaan (dinas
luar) dengan batasan waktu berangkat sebelum jam 11.30 dan kembali
setelah jam 14.00. Di luar jam tersebut dianggap yang bersangkutan
makan di dalam perusahaan.
2.3. Dalam bulan puasa, khususnya bagi Karyawan muslim yang menjalankan
ibadah puasa.
2.4. Karyawan bekerja lembur yang ditetapkan/sesuai ketentuan dan prosedur
yang berlaku.

3. Besarnya penggantian uang makan akan ditetapkan dengan ketentuan


tersendiri.

Pasal 30
Tunjangan Transport

1. Yang dimaksud dengan tunjangan transport adalah:


1.1. Penggantian biaya transport untuk pergi dan pulang dari dan ke kantor/
tempat kerja, baik mengggunakan kendaraan umum/kendaraan pribadi.
1.2. Fasilitas kendaraan yang diatur oleh perusahaan.
1.3. Yang diatur tersendiri.

2. Penggantian biaya transport per hari hadir kerja ditetapkan dari waktu ke
waktu.

15
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

Pasal 31
Tunjangan Hari Raya Keagamaan (THRK), Bonus dan
Penghargaan Masa Kerja

Pada dasarnya baik Pengusaha maupun Serikat Pekerja menyadari bahwa sesuai
dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka THRK ini sifatnya
wajib, sementara untuk Pemberian Bonus merupakan kebijakan dari Pengusaha.

Oleh karena itu pemberian THRK dan Bonus diatur sebagai berikut:

1. Pengusaha memberikan THRK pada setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri dan
memberikan Bonus pada setiap akhir tahun.

2. Ketentuan pemberian THRK adalah:


2.1. Masa kerja > 3 bulan sampai dengan 12 bulan dihitung secara
proporsional.
2.2. Masa kerja 1 tahun atau lebih sebesar 1 (satu) bulan upah.
(Masa kerja dihitung dari tanggal masuk kerja sampai dengan tanggal Hari
Raya).

3. Ketentuan pemberian bonus adalah sebagai berikut:


Masa kerja Karyawan minimal 1 tahun takwin (sampai dengan tanggal 31
Desember tahun ybs.)

4. Perusahaan memberikan penghargaan kepada Karyawan yang telah memiliki


masa kerja 10 (sepuluh) tahun ke atas yang akan diberikan dalam bentuk piagam
dan tabungan dengan ketentuan sebagai berikut:
4.1. Masa kerja di atas 10 – 15 tahun Rp. 1.500.000,- (diberikan pada saat
Karyawan berhasil menempuh masa kerja 10 (sepuluh) tahun).
4.2. Masa kerja di atas 15 – 20 tahun Rp. 1.750.000,- (diberikan pada saat
Karyawan berhasil menempuh masa kerja 15 (lima belas) tahun).
4.3. Masa kerja di atas 20 – 25 tahun sebesar Rp. 2.000.000,- (diberikan pada
saat Karyawan berhasil menempuh masa kerja 20 (dua puluh) tahun).
4.4. Masa kerja di atas 25 tahun sebesar Rp. 2.250.000,- (diberikan pada saat
Karyawan berhasil menempuh masa kerja 25 (dua puluh lima) tahun).

Pasal 32
Bantuan Untuk Keluarga
Selama Karyawan Dalam Tahanan Yang Berwajib

1. Karyawan yang ditahan oleh pihak yang berwajib karena tindak pidana tidak
mendapat upah.

2. Pihak keluarga yang ditinggalkan diberikan bantuan sebagai berikut:


2.1. Untuk 1 (satu) orang tanggungan …………….…… 25 % dari upah
2.2. Untuk 2 (dua) orang tanggungan ………………….. 35 % dari upah
2.3. Untuk 3 (tiga) orang tanggungan ………………….. 45 % dari upah
2.4. Untuk 4 (empat) orang tanggungan ……………….. 50 % dari upah.

16
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

3. Bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 (dua) di atas diberikan untuk


paling lama 6 (enam) bulan takwin terhitung sejak hari pertama Karyawan
ditahan pihak yang berwajib.

4. Setelah mendapat putusan pengadilan yang menyatakan tidak bersalah, yang


bersangkutan bisa diterima kembali sebagai Karyawan dan berhak atas
kekurangan upah selama masa tahanan.

5. Apabila Karyawan mendapat putusan pengadilan yang menyatakan bersalah,


yang bersangkutan dapat diputuskan hubungan kerjanya berdasarkan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIII
PENGOBATAN, PERAWATAN DAN
PEMBAYARAN GAJI SELAMA SAKIT

Pasal 33
Pengobatan

1. Dalam memperhatikan kesehatan Karyawan, Perusahaan menyediakan Dokter


Perusahaan.

2. Selain menyediakan Dokter Perusahaan, Perusahaan juga akan menunjuk


Perusahaan lain sebagai penyelenggara fasilitas kesehatan bagi Karyawan yang
biayanya akan ditanggung oleh Perusahaan.

3. Perusahaan menanggung segala biaya pengobatan dan perawatan (rawat jalan)


Karyawan hanya apabila hal tersebut dilakukan melalui Dokter Perusahaan
serta pembelian obat-obatan yang sesuai dengan resep dokter yang
bersangkutan.

4. Apabila diperlukan, Karyawan dapat melakukan perawatan lanjutan pada


dokter ahli (spesialis) setelah mendapat rujukan dari Dokter perusahaan. Segala
biaya pengobatan dan perawatan Karyawan dalam hal ini akan ditanggung
melalui Perusahaan yang telah ditunjuk sebagai penyelenggara fasilitas
kesehatan Karyawan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 (dua), dan
selanjutnya mengenai tata cara, besarnya penggantian dan hal-hal lainnya
mengacu pada ketentuan dari Pihak penyelenggara fasilitas kesehatan tersebut.

5. Segala Mekanisme Pelayanan Pengobatan (termasuk biaya kacamata


Karyawan, biaya persalinan Karyawan, rawat inap Karyawan dan lain-lain) di
luar rawat jalan sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 (tiga) akan mengacu pada
ketentuan dari Perusahaan penyelenggara fasilitas kesehatan Karyawan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 (dua), Ketentuan tersebut akan dibagikan
kepada Karyawan.

6. Segala biaya pengobatan/perawatan yang dilakukan tanpa melalui Dokter


Perusahaan atau di luar dari ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan oleh
perusahaan penyelenggara fasilitas kesehatan Karyawan, tidak menjadi
tanggungan perusahaan.

17
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

Pasal 34
Jaminan/Bantuan Biaya Pemeliharaan Kesehatan Keluarga Karyawan

1. Hanya berlaku bagi keluarga Karyawan pria, dan Karyawan wanita janda sah
dan tidak menikah lagi.

2. Hanya diberikan kepada maksimum 1 (satu) orang isteri sah dan sampai dengan
anak sah yang ketiga, yang belum berkeluarga, tidak bekerja dan usia
maksimum 21 (dua puluh satu) tahun, serta terdaftar di perusahaan.

3. Besarnya bantuan biaya pemeliharaan kesehatan bagi keluarga Karyawan


ditetapkan sebesar Rp.50.000 per orang per bulan yang akan diberikan setiap 6
(enam) bulan sekali.

4. Untuk biaya rawat inap dan biaya persalinan isteri Karyawan, maka
Perusahaan akan menunjuk Perusahaan lain sebagai penyelenggara fasilitas
kesehatan bagi keluarga Karyawan yang memenuhi syarat sesuai dengan
Perjanjian Kerja Bersama ini yang biayanya akan ditanggung oleh Perusahaan.

5. Segala mekanisme termasuk tata cara, besarnya biaya yang ditanggung dan hal-
hal lainnya akan mengacu pada ketentuan Perusahaan penyelenggara fasilitas
Karyawan sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 (empat) pasal ini. Ketentuan
tersebut akan dibagikan kepada Karyawan.

6. Segala perawatan dan/atau pengobatan yang dilakukan di luar ketentuan yang


telah diberikan perusahaan penyelenggara fasilitas perusahaan tersebut tidak
menjadi tanggungan Perusahaan.

Pasal 35
Upah Selama Sakit

1. Dalam hal Karyawan sakit dan dapat dibuktikan dengan surat keterangan
dokter maka upahnya dibayar.

2. Apabila Karyawan sakit dalam jangka waktu yang lama dan dibuktikan dengan
surat keterangan dokter, maka upahnya dibayar sesuai dengan ketentuan:
2.1. 4 (empat) bulan pertama dibayar ……………………100 % upah sebulan
2.2. 4 (empat) bulan kedua dibayar ………………………75 % upah sebulan
2.3. 4 (empat) bulan ketiga dibayar ………………………50 % upah sebulan
2.4. Bulan selanjutnya (selama proses PHK) dibayar ……25 % upah sebulan

3. Apabila ternyata Karyawan yang bersangkutan setelah lewat 12 (dua belas)


bulan tidak mampu bekerja kembali, maka perusahaan dapat memutuskan
hubungan kerja dengan yang bersangkutan sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 36
Program Keluarga Berencana (KB) di Perusahaan

1. Perusahaan wajib untuk mensukseskan Program Nasional Keluarga Berencana.

18
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

2. Program Keluarga Berencana adalah merupakan salah satu bagian untuk


menunjang peningkatan kesejahteraan Karyawan, untuk itu perlu adanya peran
aktif dari pihak Karyawan maupun perusahaan.

3. Bahwa untuk pelaksanaan program Keluarga Berencana ditangani oleh dokter


atau rumah sakit yang ditunjuk oleh perusahaan.

4. Untuk kelancaran program tersebut, Perusahaan membantu sesuai dengan


kemampuan yang ada.

BAB IX
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Pasal 37
Keselamatan dan Perlengkapan Kerja

1. Pengusaha dan Karyawan menyadari akan pentingnya masalah keselamatan


dan kesehatan kerja, karenanya kedua belah Pihak berusaha sekuat mungkin
untuk mencegah dan menghindari kemungkinan-kemungkinan timbulnya
kecelakaan kerja dan sakit akibat hubungan kerja yang dapat menimpa
Karyawan.

2. Perusahaan akan memberikan pakaian seragam minimal 2 (dua) setel per tahun
dan sepatu kerja (khusus Karyawan produksi dan teknik) minimal 1 (satu)
pasang setiap dua (2) tahun. Karyawan diwajibkan untuk memakainya dan
merawatnya.

Pasal 38
Keamanan dalam Hubungan Kerja

1. Untuk menghindari dan mencegah timbulnya kecelakaan serta sakit akibat


hubungan kerja, Karyawan dan Pengusaha menyadari pentingnya dibentuk
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan (P2K3).

2. Setiap Karyawan wajib menjaga keselamatan dirinya dan Karyawan lainnya


serta wajib memakai alat-alat keselamatan kerja yang telah disediakan oleh
perusahaan serta mengikuti/mematuhi ketentuan-ketentuan mengenai
keselamatan kerja dan perlindungan kerja yang berlaku.

3. Apabila Karyawan menemui hal-hal yang membahayakan terhadap


keselamatan Karyawan dan perusahaan, supaya segera melaporkan kepada
atasannya atau Pimpinan Perusahaan.

4. Di luar waktu yang telah ditentukan oleh Perusahaan, setiap Karyawan tidak
diperbolehkan memakai/menggunakan alat-alat atau perlengkapan milik
perusahaan untuk kepentingan pribadi.

5. Setiap Karyawan wajib memelihara alat-alat perlengkapan kerja dengan baik


dan teliti.

19
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

6. Setiap Karyawan tidak diperkenankan memasuki ruangan listrik yang


mempunyai tegangan tinggi atau tempat-tempat lainnya yang diberi tanda
khusus.

7. Setiap Karyawan dilarang membersihkan alat-alat atau memperbaiki mesin-


mesin yang sedang berjalan, dilarang naik di atas bangunan atau cerobong
tanpa ijin.

8. Setiap Karyawan harus bekerja sama satu sama lain jika terjadi sesuatu
bahaya/kecelakaan untuk menghindari seminimal mungkin kecelakaan yang
timbul.

BAB X
JAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN

Pasal 39
Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Merupakan kewajiban Pengusaha dan Karyawan untuk turut aktif dalam program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), oleh karena itu baik Pengusaha dan
Karyawan wajib ikut dalam program JAMSOSTEK.

Pasal 40
Tunjangan Kecelakaan Kerja & Pelanggaran Tata Tertib Lalu Lintas

1. Apabila Karyawan mendapatkan kecelakaan kerja sesuai dengan yang


dimaksud dalam Undang-undang Kecelakaan Kerja, maka perusahaan akan
memberikan ganti kerugian sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor
3 tahun 1992 tentang JAMSOSTEK dan peraturan pelaksanaannya (PP nomor
14 tahun 1993).

2. Apabila Karyawan tersebut telah masuk peserta JAMSOSTEK maka


perusahaan berkewajiban mengurus klaim kecelakaan tersebut di PT
JAMSOSTEK.

3. Bagi Karyawan bertugas Dinas Luar yang menggunakan kendaraan


perusahaan, apabila mengalami kecelakaan kerja dan atau melanggar tata tertib
lalu lintas jalan, maka pengaturan biaya yang timbul ditetapkan sebagai berikut:
3.1. Apabila kecelakaan bukan akibat kesalahan Karyawan, maka biaya-biaya
yang timbul menjadi beban perusahaan.
3.2. Apabila kecelakaan akibat kesalahan Karyawan, maka biaya-biaya yang
timbul menjadi beban Karyawan.
3.3. Biaya-biaya yang timbul akibat pelanggaran lalu lintas merupakan beban
tanggungan Karyawan yang bersangkutan.

20
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

Pasal 41
Tunjangan Kematian Bukan Oleh Karena Kecelakaan Kerja

1. Apabila Karyawan meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja, maka


perusahaan akan memberikan sumbangan kepada ahli warisnya dengan
ketentuan sebagai berikut:
1.1. Upah dalam bulan yang sedang berjalan.
1.2. Sumbangan ongkos penguburan (bagi yang belum terdaftar Program
Jamsostek).
1.3. Uang duka (bagi yang belum terdaftar Program Jamsostek, yang besarnya
serendah-rendahnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku) dan uang
pengabdian Karyawan yang serendah-rendahnya sesuai pasal 57 ayat 8 jo.
Pasal 58 Perjanjian Kerja Bersama ini.
1.4. Santunan dari PT JAMSOSTEK sesuai dengan Undang-undang nomor 3
tahun 1992 mengenai JAMSOSTEK.

2. Apabila keluarga Karyawan (suami/isteri/anak/orang tua/mertua yang sah)


meninggal dunia maka Pengusaha akan memberikan sumbangan duka cita
sebesar Rp. 500.000,-.

Pasal 42
Fasilitas Ibadah

Untuk keperluan pembinaan rohani Karyawan, maka perusahaan menyediakan:

1. Waktu dan kesempatan untuk melaksanakan ibadah bagi Karyawan di


lingkungan perusahaan.

2. Dana untuk kegiatan keagamaan yang diadakan oleh Karyawan di lingkungan


perusahaan.

Pasal 43
Rekreasi dan Olah Raga

1. Untuk menyegarkan dan mempererat tali persaudaraan bagi Karyawan maka


perusahaan akan mengadakan rekreasi bersama setiap 2 (dua) tahun sekali.

2. Perusahaan juga menyediakan fasilitas olah raga bagi Karyawan untuk


menjaga kesehatan, yang akan diatur dengan ketentuan tersendiri.

Pasal 44
Pendidikan dan Pelatihan Kerja

1. Berdasarkan pertimbangan perusahaan dalam hal:


1.1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan Karyawan
secara berkesinambungan dan meningkatkan efisiensi serta produktivitas
kerja;
1.2. Meningkatkan ke jenjang/jabatan/golongan yang lebih tinggi;
maka perusahaan akan menyelenggarakan pendidikan/pelatihan kerja kepada
Karyawan, adapun pelaksanaannya akan diatur tersendiri oleh perusahaan.

21
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

2. Semua biaya pendidikan/pelatihan tersebut di atas ditanggung oleh


perusahaan.
Pasal 45
Beasiswa

Untuk meningkatkan kesejahteraan Karyawan, maka perusahaan akan memberikan


Beasiswa bagi anak Karyawan yang syah berprestasi, dengan ketentuan/kriteria
yang akan ditetapkan kemudian.

BAB XI
TATA TERTIB KERJA

Pasal 46
Bukti Kehadiran

1. Untuk membuktikan kehadiran setiap Karyawan di tempat kerja, Pengusaha


menyediakan daftar pencatat kehadiran yang harus dipergunakan Karyawan
mulai akan bekerja dan pada waktu akan meninggalkan pekerjaan (pulang),
begitu pula pada waktu mulai dan setelah selesai melakukan pekerjaan lembur.

2. Setiap Karyawan wajib mengisi daftar pencatat kehadirannya sendiri pada


tempat dan waktu yang telah ditentukan dan tidak dibenarkan untuk mencatat
daftar kehadiran Karyawan lain atau sebaliknya. Apabila tidak melakukan
pencatatan kehadirannya, maka yang bersangkutan dianggap mangkir.

Pasal 47
Berhalangan Hadir Kerja

1. Setiap Karyawan yang tidak dapat hadir kerja di perusahaan diwajibkan


secepat mungkin (sebelum jam masuk kerja) memberitahukan tentang
ketidakhadirannya tersebut kepada Pengusaha melalui cara yang tercepat dan
terjamin.

3. Berhalangan hadir kerja karena sakit harus dibuktikan dengan Surat Keterangan
Dokter atau diketahui oleh atasannya.

Pasal 48
Tata Tertib Dalam Jam Kerja

1. Dalam jam kerja Karyawan tidak dibenarkan untuk meninggalkan ruang tempat
bekerja tanpa seijin atasannya atau melakukan pekerjaan lain yang bukan
tugasnya atau bukan untuk kepentingan perusahaan.

2. Karyawan tanpa ijin atasannya tidak dibenarkan menerima tamu pribadi selama
waktu bekerja, baik di dalam maupun di luar daerah kerja perusahaan.

22
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

Pasal 49
Kewajiban-Kewajiban Karyawan

1. Setiap Karyawan wajib mengikuti dan mematuhi seluruh petunjuk-petunjuk,


instruksi-instruksi yang diberikan oleh atasannya atau Pimpinan Perusahaan
yang berwenang.

2. Setiap Karyawan wajib melaksanakan seluruh tugas dan kewajiban yang


diberikan kepadanya oleh perusahaan dengan sebaik-baiknya.

3. Setiap Karyawan wajib menjaga dan memelihara dengan sebaik-baiknya semua


milik perusahaan dan segera melaporkan kepada pimpinan/atasannya jika
mengetahui hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian
perusahaan.

4. Setiap Karyawan wajib memelihara dan memegang teguh rahasia perusahaan


terhadap siapapun mengenai segala yang diketahuinya tentang perusahaan.

5. Setiap Karyawan wajib memeriksa alat-alat dan tempat kerja masing-masing


sebelum dan sesudah bekerja sehingga benar-benar aman dan tidak
menimbulkan kerusakan, bahaya dan atau kerugian baik bagi Karyawan
maupun perusahaan.

6. Setiap Karyawan wajib bersikap sopan, ramah dan rapih di dalam perusahaan.

7. Setiap Karyawan wajib menjaga kebersihan mushola, kamar kecil, dan lain-lain
serta menggunakannya dengan sebaik-baiknya.

8. Setiap Karyawan wajib memberitahukan kepada perusahaan setiap ada


perubahan status, alamat, dan sebagainya selambat-lambatnya dalam waktu
satu minggu.

Pasal 50
Disiplin dan Sanksi

1. Sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan Karyawan dimaksudkan sebagai


tindakan korektif dan pengarahan terhadap sikap dan tingkah laku Karyawan.

2. Sanksi didasarkan pada:


2.1. Macam pelanggaran.
2.2. Frekuensi (seringnya/pengulangan) pelanggaran.
2.3. Besar/kecilnya pelanggaran.
2.4. Tata Tertib kerja pada BAB XI.

3. Tingkat-tingkat tindakan pelanggaran dikelompokkan berdasarkan jenis


pelanggaran serta bobot pelanggarannya antara lain:

3.1. Pelanggaran tingkat I:


3.1.1. Datang terlambat lebih dari 7 (tujuh) hari dalam sebulan.
3.1.2. Seringkali tidak menggunakan pakaian seragam yang sudah
diberikan oleh perusahaan.
3.1.3. Meninggalkan tempat kerja atau pulang awal tanpa ijin dari
atasannya.
23
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

3.1.4. Tidak mematuhi pengarahan atasannya tanpa alasan yang wajar.


3.1.5. Dalam melaksanakan tugas tidak menggunakan alat-alat
perlengkapan keselamatan kerja yang disediakan Perusahaan.

3.2. Pelanggaran tingkat II adalah:


3.2.1. Dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan melakukan tindakan
pelanggaran tingkat I yang telah dikenai sanksi sebagaimana
dimaksud dalam ayat 4 (empat) pasal ini sebanyak 2 (dua) kali.
3.2.2. Pengulangan atas pelanggaran tingkat I yang sama dan telah
diberikan sanksi sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 4 (empat)
pasal ini dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan.
3.2.3. Tidak hadir 2 (dua) hari dalam sebulan tanpa memberi laporan
keterangan tertulis atau memberi laporan yang ternyata kemudian
sebagai laporan palsu.
3.2.4. Mengisikan kartu hadir orang lain atau kartu hadirnya diisikan oleh
orang lain dengan sepengetahuannya.
3.2.5. Memberikan keterangan yang tidak benar.
3.2.6. Terbukti terlibat main kartu di saat jam kerja.
3.2.7. Karena lalai menghilangkan barang-barang milik perusahaan.
3.2.8. Mempergunakan barang-barang milik perusahaan untuk
kepentingan pribadi tanpa ijin atasan.

3.3. Pelanggaran tingkat III adalah:


3.3.1. Melakukan tindakan pelanggaran tingkat II yang sama
(pengulangan pelanggaran), selama sanksi surat peringatan yang
diberikan atas pelanggaran tingkat II sebagaimana dimaksud dalam
ayat 4 (empat) pasal ini masih berlaku sesuai pasal 51 ayat 2.
3.3.2. Melakukan tindakan pelanggaran tingkat II lain yang berbeda yang
telah mendapatkan sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat 4
(empat) pasal ini yang masih berlaku sesuai pasal 51 ayat 2 (dua)
sebanyak 1 (satu) kali.
3.3.3. Setelah 3 (tiga) kali berturut-turut Karyawan tetap menolak untuk
mentaati perintah atau penugasan yang layak.
3.3.4. Dengan sengaja mengakibatkan dirinya dalam keadaan sedemikian
rupa sehingga ia tidak dapat menjalankan pekerjaan yang diberikan
kepadanya.

3.4. Pelanggaran tingkat IV antara lain:


3.4.1. Melakukan tindakan pelanggaran tingkat III yang sama
(pengulangan pelanggaran) selama sanksi surat peringatan yang
diberikan atas pelanggaran tingkat III sebagaimana dimaksud dalam
ayat 4 (empat) pasal ini masih berlaku sesuai pasal 51 ayat 2 (dua).
3.4.2. Melakukan tindakan pelanggaran tingkat III lain yang berbeda yang
telah mendapatkan sanksi atas sebagaimana dimaksud dalam ayat 4
(empat) pasal ini yang masih berlaku sesuai pasal 51 ayat 2 (dua_
sebanyak 1 (satu) kali.
3.4.3. Tidak hadir tanpa pemberitahuan selama 3 (tiga) hari berturut-turut
atau 4 (empat) hari tidak berturut-turut dalam seminggu.
3.4.4. Pada saat diadakan perjanjian kerja memberikan keterangan palsu
atau dipalsukan.
3.4.5. Melakukan perbuatan asusila di tempat kerja.
3.4.6. Membujuk Pengusaha atau teman sekerja untuk melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan hukum atau kesusilaan.
24
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

3.4.7. Berbuat asusila sedemikian rupa sehingga dapat mencemarkan


nama baik perusahaan.
3.4.8. Perjudian dalam bentuk apapun di tempat kerja.

3.5. Pelanggaran tingkat V antara lain:


3.5.1. Terbukti terlibat dalam pengedaran dan pemakaian narkoba baik di
lingkungan perusahaan maupun di luar perusahaan.
3.5.2. Mabok di tempat kerja.
3.5.3. Melakukan tindakan kejahatan, misalnya: mencuri, menggelapkan,
menipu, memperdagangkan barang terlarang baik di dalam
lingkungan perusahaan maupun di luar lingkungan perusahaan.
3.5.4. Menganiaya atau berkelahi secara fisik, mengancam secara fisik
atau mental, menghina secara kasar Pengusaha atau Karyawan lain.
3.5.5. Dengan sengaja atau ceroboh merusak, merugikan atau
membiarkan dalam keadaan bahaya milik perusahaan/sabotase.
3.5.6. Dengan sengaja atau ceroboh membahayakan atau membiarkan diri
atau teman sekerja dalam keadaan bahaya.
3.5.7. Membongkar rahasia perusahaan atau mencemarkan nama baik
pimpinan perusahaan dan keluarganya yang seharusnya
dirahasiakan, kecuali untuk kepentingan negara.
3.5.8. Pemalsuan apapun yang merugikan perusahaan.
3.5.9. Tidak hadir selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut tanpa
pemberitahuan tertulis dan setelah dipanggil secara tertulis selama 2
(dua) kali.
3.5.10. Membawa/memindahtangankan/meminjamkan barang-barang
milik perusahaan tanpa ijin yang berwenang.
3.5.11. Pengulangan atas pelanggaran semua tingkat.

4. Bentuk sanksi adalah sebagai berikut:

Tingkat Yang berwenang / Sanksi


Pelanggaran berkewajiban
I Atasan Langsung - Peringatan Lisan

II Kepala Bagian - Surat Peringatan I


cc. : Bagian Sumber Daya
Manusia (SDM)

III Kepala Bagian - Surat Peringatan II


cc. : Bagian Sumber Daya - Penundaan kenaikan
Manusia (SDM) gaji/pangkat/jabatan

IV Bagian Sumber Daya Manusia - Surat Peringatan III


(SDM) atas permintaan Kepala (terakhir)
Bagian
cc. : Serikat Pekerja - Demosi

V Bagian Sumber Daya Manusia - Pemutusan Hubungan Kerja


(SDM) atas permintaan Kepala
Bagian
cc.: Dinas Tenaga Kerja

25
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

Catatan: Dalam Surat Peringatan II & III akan ada tenggang waktu sebelum
berlanjut pada sanksi berikutnya.

Pasal 51
Pemberian Surat Peringatan dan Masa Berlakunya

1. Perusahaan dapat memberikan Surat Peringatan tertulis kepada setiap


Karyawan yang melakukan pelanggaran tata tertib kerja dalam BAB XI pasal
50.

2. Kepada Karyawan yang melakukan pelanggaran tata tertib perusahaan akan


diberikan Surat Peringatan secara tertulis yaitu:
2.1. Surat Peringatan I, masa berlakunya 6 (enam) bulan
2.2. Surat Peringatan II, masa berlakunya 6 (enam) bulan
2.3. Surat Peringatan III, masa berlakunya 6 (enam) bulan

3. Pelaksanaan pemberian Surat Peringatan dari Pengusaha kepada Karyawan


dilakukan dengan cara:
3.1. Di dalam Surat Peringatan harus dijelaskan soal pelanggaran yang
dilakukan seorang Karyawan dan tingkat pelanggarannya.
3.2. Surat Peringatan harus ditandatangani oleh Karyawan yang bersangkutan
dan kemudian diketahui oleh pimpinan unit kerjanya dan apabila yang
bersangkutan tidak bersedia menandatangani Surat Peringatan tersebut,
maka pimpinan unit kerja diminta untuk menandatangani Surat peringatan
tersebut sebagai kesaksian terhadap pelanggaran yang dimaksud.
3.3. Setiap Surat Peringatan tembusannya disampaikan ke Bagian Sumber
Daya Manusia (SDM).

4. Surat Peringatan tersebut dapat diberikan tidak berurutan tetapi dinilai menurut
besar kecilnya kesalahan yang dilakukan Karyawan.

5. Setelah Karyawan diberikan Surat Peringatan ke tiga/terakhir ternyata


Karyawan yang bersangkutan masih melakukan pelanggaran lagi, maka
Perusahaan dapat memutuskan hubungan kerjanya dan dilaksanakan sesuai
dengan prosedur peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 52
Mangkir

1. Apabila Karyawan tidak masuk kerja tanpa alasan yang dapat diterima oleh
Perusahaan, maka Karyawan tersebut dianggap mangkir.

2. Karyawan yang mangkir selain mendapatkan sanksi sesuai yang termuat dalam
pasal 50 Perjanjian Kerja Bersama ini, juga akan dikenai sanksi berupa denda
sebesar:
upah sehari x jumlah hari mangkir

Sementara cara penghitungan upah sehari adalah upah sebulan dibagi 21 (dua
puluh satu) untuk Karyawan yang hari kerjanya 5 (lima) hari dalam seminggu.

3. Apabila Karyawan mangkir selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut dan telah
dipanggil oleh Pengusaha selama 2 kali secara patut dan tertulis tetapi
26
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

Karyawan tidak dapat memberikan keterangan tertulis dengan bukti yang sah,
maka Pengusaha dapat melakukan proses PHK sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

4. Karyawan yang dikenai sanksi Pemutusan Hubungan Kerja karena mangkir


sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 (dua) di atas hanya akan mendapatkan
uang penggantian hak sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
uang pisah yang besarnya ditentukan dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.

Pasal 53
Mengundurkan Diri

1. Karyawan yang akan mengundurkan diri dari Perusahaan harus mengajukan


permohonan secara tertulis pada perusahaan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan
sebelumnya dan menyelesaikan seluruh kewajibannya pada perusahaan 1 (satu)
hari sebelum hari terakhir bekerja di perusahaan.

2. Karyawan yang mengundurkan diri sesuai dengan prosedur yang telah


ditetapkan pada ayat 1 (satu) mendapatkan uang penggantian hak sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan uang pisah sesuai Perjanjian
Kerja Bersama ini.

3. Pemberian uang pisah tidak berlaku bagi Karyawan dengan jabatan Manajer ke
atas yang mengundurkan diri dan bagi setiap Karyawan yang mengundurkan
diri tanpa mengikuti prosedur sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) dalam
pasal ini.

Pasal 54
Uang Pisah

1. Uang pisah diberikan bagi Karyawan yang dikenai sanksi Pemutusan Hubungan
Kerja oleh Pengusaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 dan bagi
Karyawan yang mengundurkan diri sesuai dengan pasal 53 dalam Perjanjian
Kerja Bersama ini.

2. Besarnya uang pisah sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 adalah sebagai
berikut:
Uang Pisah karena
Uang Pisah karena
Mangkir
Masa Kerja Mengundurkan diri
5 (lima) hari kerja
Secara patut
berturut-turut
½ (setengah) bulan
5 tahun atau lebih tetapi 1 (satu) bulan upah
upah
kurang dari 10 tahun
10 tahun atau lebih tetapi 2 (dua) bulan upah 1 (satu) bulan upah
kurang dari 15 tahun
1 ½ (satu setengah)
15 tahun atau lebih tetapi 3 (tiga) bulan upah
bulan upah
kurang dari 20 tahun
20 tahun atau lebih tetapi 4 (empat) bulan upah 2 (dua) bulan upah
kurang dari 25 tahun

27
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

5 (lima) bulan upah 2 ½ (dua setengah)


25 tahun ke atas
bulan upah

Pasal 55
Skorsing

1. Skorsing dapat dikenakan kepada setiap Karyawan yang sedang dalam proses
Pemutusan Hubungan Kerja oleh Pengusaha.
2. Selama dalam skorsing Karyawan tetap akan mendapatkan upah beserta hak-
hak lainnya yang biasa yang biasa diberikan.

Pasal 56
Pemutusan Hubungan Kerja

1. Bagi Karyawan yang melakukan kesalahan berat seperti tersebut dalam pasal
50 ayat 3.5, maka Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
terhadap Karyawan yang bersangkutan melalui prosedur sesuai dengan
peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

2. Pengusaha berhak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Karyawan


yang tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalani proses pidana
selama lebih dari 6 (enam) bulan dan atau bagi Karyawan yang telah
dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana dengan memberikan 1 (satu) kali
uang penghargaan masa kerja dan 1 (satu) kali uang penggantian hak sesuai
Pasal 57 Perjanjian Kerja Bersama ini kepada Karyawan yang bersangkutan
dengan tetap memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Pengusaha berhak untuk melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap


Karyawan yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal
51 ayat 5 Perjanjian Kerja Bersama ini dan dalam hal ini Pengusaha akan
memberikan 1 (satu) kali uang pesangon, 1 (satu) kali uang penghargaan masa
kerja dan 1 (satu) kali uang penggantian hak sesuai Pasal 57 Perjanjian Kerja
Bersama ini, dan dilaksanakan sesuai prosedur peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

4. Apabila perusahaan mengalami kerugian selama 2 (dua) tahun secara terus


menerus, atau karena keadaan memaksa (force Majeur), maka Pengusaha
dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja dengan tetap memperhatikan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan untuk itu Karyawan yang
terkena Pemutusan Hubungan Kerja berhak atas 1 (satu) kali uang pesangon, 1
(satu) kali uang penghargaan masa kerja dan 1 (satu) kali uang penggantian hak
sesuai Pasal 57 Perjanjian Kerja Bersama ini, dan dilaksanakan sesuai prosedur
peraturan perundang-undangan yang berlaku..

5. Apabila demi efisiensi Pengusaha harus mengurangi Karyawan, maka


Pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja dengan Karyawan, dan dalam
hal ini bagi Karyawan yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja berhak atas 2
(dua) kali uang pesangon, 1 (satu) kali uang penghargaan masa kerja dan 1
(satu) kali uang penggantian hak sesuai Pasal 57 Perjanjian Kerja Bersama ini,
dan dilaksanakan sesuai prosedur peraturan perundang-undangan yang
berlaku..

28
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

6. Dalam hal Perusahaan dinyatakan pailit, Pengusaha dapat melakukan


Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Karyawan dengan memberikan 1 (satu)
kali uang pesangon, 1 (satu) kali uang penghargaan masa kerja dan 1 (satu) kali
uang penggantian hak sesuai Pasal 57 Perjanjian Kerja Bersama ini, dan
dilaksanakan sesuai prosedur peraturan perundang-undangan yang berlaku..

7. Dalam hal Pengusaha melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap


Karyawan karena sakit berkepanjangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 35
ayat 3 Perjanjian Kerja Bersama ini, maka Pengusaha akan memberikan 2
(dua) kali uang pesangon, 2 (dua) kali uang penghargaan masa kerja dan 1
(satu) kali uang penggantian hak sesuai Pasal 57 Perjanjian Kerja Bersama ini
kepada Karyawan yang bersangkutan dengan tetap memperhatikan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

8. Dalam hal Karyawan meninggal dunia, maka Perusahaan akan memberikan 2


(dua) kali uang pesangon, 1 (satu) kali uang penghargaan masa kerja dan 1
(satu) kali uang penggantian hak sesuai Pasal 57 Perjanjian Kerja Bersama ini
kepada ahli waris Karyawan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

9. Pemutusan Hubungan Kerja karena Karyawan telah mencapai usia pensiun 55


tahun, maka perhitungan uang pensiun ditetapkan sebagai berikut:
2 (dua) kali uang pesangon, 1 (satu) kali uang penghargaan masa kerja dan 1
(satu) kali uang penggantian hak sesuai Pasal 57 Perjanjian Kerja Bersama ini.

Karyawan yang telah mencapai usia 40 (empat puluh) tahun dan telah
menempuh masa kerja minimal 15 (lima belas) tahun dan mengajukan
permohonan pensiun dipercepat (sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat 2
Perjanjian Kerja Bersama ini):
akan mendapatkan 2 (dua) kali uang pesangon, 1 (satu) kali uang
penghargaan masa kerja dan 1 (satu) kali uang penggantian hak sesuai pasal
57 Perjanjian Kerja Bersama ini.

10. Karyawan dapat mengajukan permohonan Pemutusan Hubungan Kerja dalam


hal kesalahan yang dilakukan Pengusaha sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan dalam hal ini Karyawan berhak atas 2 (dua) kali
uang pesangon, 1 (satu) kali uang penghargaan masa kerja dan 1 (satu) kali
uang penggantian hak sesuai Pasal 57 Perjanjian Kerja Bersama ini.

11. Apabila kesalahan Pengusaha sebagaimana dimaksud dalam ayat 10 (sepuluh)


di atas tidak terbukti, maka Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan
Kerja kepada Karyawan yang bersangkutan dengan hanya memberikan 1 (satu)
kali uang penggantian hak sesuai dengan Pasal 57 Perjanjian Kerja Bersama ini
dengan tetap memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

12. Apabila sesama Karyawan perusahaan terjadi ikatan perkawinan, maka salah
satu Karyawan harus mengundurkan diri selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan
setelah ikatan perkawinan, dan dalam hal ini Pengusaha akan memberikan
uang kompensasi dengan ketentuan sebagai berikut:
12.1.Masa kerja kurang dari 1 tahun, sebesar 1 (satu) x bulan upah.
12.2.Masa kerja 1 tahun atau lebih, tetapi kurang dari 3 tahun, sebesar 2 (dua) x
bulan upah.

29
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

12.3.Masa kerja 3 tahun atau lebih, tetapi kurang dari 5 tahun, sebesar 3 (tiga) x
bulan upah.
12.4.Masa kerja di atas 5 tahun sebesar 2 (dua) x uang penghargaan masa kerja
sesuai Pasal 57 Perjanjian Kerja Bersama ini.

13. Apabila terjadi peleburan, penggabungan atau perubahan kepemilikan


Perusahaan, Pengusaha kemudian dapat melakukan Pemutusan Hubungan
Kerja terhadap Karyawan dengan memberikan 2 (dua) kali uang pesangon, 1
(satu) kali uang penghargaan masa kerja dan 1 (satu) kali uang penggantian
hak sesuai Pasal 57 Perjanjian Kerja Bersama ini kepada Karyawan yang
bersangkutan.

14. Apabila terjadi peleburan, penggabungan atau perubahan kepemilikan


Perusahaan dan Karyawan tidak ingin melanjutkan hubungan kerjanya, maka
terjadi Pemutusan Hubungan Kerja dan Karyawan yang bersangkutan berhak
atas 1 (satu) kali uang pesangon, 1 (satu) kali uang penghargaan masa kerja dan
1 (satu) kali uang penggantian hak sesuai Pasal 57 Perjanjian Kerja Bersama
ini.

Pasal 57
Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja
dan Uang Penggantian Hak

1. Uang Pesangon diberikan kepada Karyawan yang berhak oleh Perusahaan


sebagai akibat adanya Pemutusan Hubungan Kerja sebagaimana dimaksud
dalam pasal 56 Perjanjian Kerja Bersama ini dengan tetap memperhatikan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Besarnya uang pesangon
ditetapkan sebagai berikut:
a. Masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun sebesar 1 (satu) bulan upah;
b. Masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun
sebesar 2 (dua) bulan upah;
c. Masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun
sebesar 3 (tiga) bulan upah;
d. Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat)
tahun sebesar 4 (empat) bulan upah;
e. Masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima)
tahun sebesar 5 (lima) bulan upah;
f. Masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam)
tahun sebesar 6 (enam) bulan upah;
g. Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh)
tahun sebesar 7 (tujuh) bulan upah;
h. Masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 (delapan)
tahun sebesar 8 (delapan) bulan upah;
i. Masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih sebesar 9 (sembilan) bulan
upah.

2. Uang Penghargaan Masa Kerja diberikan Perusahaan kepada Karyawan yang


berhak sehubungan dengan Pemutusan Hubungan Kerja sebagaimana
dimaksud dalam pasal 56 Perjanjian Kerja Bersama ini dengan tetap
memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Besarnya Uang
Pengahargaan masa Kerja ditetapkan sebagai berikut:
a. Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun
sebesar 2 (dua) bulan upah;
30
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

b. Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan)
tahun sebesar 3 (tiga) bulan upah;
c. Masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua
belas) tahun sebesar 4 (empat) bulan upah;
d. Masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 (lima
belas) tahun sebesar 5 (lima) bulan upah;
e. Masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 18
(delapan belas) tahun sebesar 6 (enam) bulan upah;
f. Masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 21
(dua puluh satu) tahun sebesar 7 (tujuh) bulan upah;
g. Masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 24
(dua puluh empat) tahun sebesar 8 (delapan) bulan upah;
h. Masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau lebih sebesar 10
(sepuluh) bulan upah.

3. Uang Penggantian Hak diberikan Perusahaan kepada Karyawan yang berhak


sesuai dengan pasal 56 Perjanjian Kerja Bersama ini dengan tetap
memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Uang
Penggantian ditetapkan terdiri atas:
a. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
b. Biaya ongkos pulang untuk Karyawan dan keluarganya ke tempat di
mana Karyawan diterima;
c. Penggantian perumahan serta pengobatan dan dan perawatan
ditetapkan sebesar 15 % (lima belas per seratus) dari uang pesangon
dan atau uang penghargaan masa kerja bagi Karyawan yang
memenuhi syarat.

BAB XII
PENYELESAIAN KELUH KESAH KARYAWAN

Pasal 58
Tata Cara Penyelesaian Keluh Kesah

1. Apabila terjadi keluhan/kekurangpuasan dan atau masalah antar Karyawan


dan perusahaan, maka sedapat mungkin diselesaikan secara baik, dengan
mengutamakan musyawarah untuk mufakat.

2. Selama dalam proses penanganan/penyelesaian, masing-masing pihak harus


dapat menahan diri dan berkewajiban untuk tetap memelihara ketertiban,
ketenangan kerja serta tidak dibenarkan melakukan penekanan dan intimidasi,
dan sebagainya yang dapat mempengaruhi proses penanganan/penyelesaian
tsb.

3. Tata cara penanganan dan penyelesaian masalah:


3.1. Apabila terjadi masalah di antara Karyawan di lingkungan perusahaan,
maka sebagai langkah pertama akan diselesaikan antara Karyawan yang
bersangkutan dengan melalui atasannya.
3.2. Jika langkah pertama tidak dapat menghasilkan penyelesaian, maka
masalah tersebut akan diselesaikan melalui atasan dari atasan langsung.

31
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

3.3. Jika langkah kedua tidak dapat menghasilkan penyelesaian, maka masalah
tersebut akan diselesaikan dengan Direksi dengan melibatkan Bagian
Sumber Daya Manusia (SDM).
3.4. Jika langkah ketiga tersebut tidak dapat menghasilkan penyelesaian, maka
masalah tersebut akan diselesaikan secara bipartit, dalam hal ini Serikat
Pekerja diwakili oleh Pengurus Serikat Pekerja sedangkan perusahaan
diwakili oleh pejabat yang ditunjuk perusahaan.
3.5. Jika langkah keempat tersebut belum juga menyelesaikan masalah, maka
Serikat Pekerja dan Perusahaan (bersama-sama) akan menyelesaikan
masalah tersebut ke Dinas Tenaga Kerja setempat untuk diproses sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Penyelesaian/penanganan masalah yang menyangkut sebagian besar


Karyawan dan atau yang menyangkut hubungan kerja sama antara Serikat
Pekerja dengan perusahaan sebagai berikut:
4.1. Permasalahan harus disampaikan secara tertulis dengan jelas dan lengkap
kepada pihak yang berkepentingan.
4.2. Setelah permasalahan disampaikan, maka pertemuan secara bipartit akan
diadakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
4.3. Jika penyelesaian secara bipartit tidak menghasilkan kesepakatan, maka
akan diserahkan ke Kantor Dinas Tenaga Kerja setempat untuk diproses
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XIII
PERATURAN PERALIHAN, MASA BERLAKU PERUBAHAN DAN
PERPANJANGAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA

Pasal 59
Peraturan Peralihan

1. Hal-hal yang belum diatur dalam PKB ini akan ditetapkan dengan peraturan
tersendiri setelah melalui berbagai pertimbangan.

2. Apabila di kemudian hari terjadi masalah yang harus diselesaikan secara hukum
di Pengadilan, maka kedua belah Pihak memiliki domisili yang tetap di
Pengadilan Negeri ………………

3. Selama masa berlakunya PKB ini, apabila salah satu atau kedua belah Pihak
yang menandatanganinya tidak lagi memegang jabatan atau tidak lagi bekerja di
Perusahaan, maka segala isi PKB ini tetap berlaku sebagaimana mestinya.

4. Apabila ada ketentuan-ketentuan dalam PKB ini yang bertentangan dengan


peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka PKB ini tetap berlaku dan
sah, dan Kantor Dinas Tenaga Kerja akan memberikan catatan pada surat
keputusan pendaftaran PKB ini.

32
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

Pasal 60
Masa Berlaku

1. Perjanjian Kerja Bersama ini berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun
terhitung sejak tanggal ditandatanganinya Perjanjian Kerja Bersama ini.

2. Setelah jangka waktu berlakunya berakhir seperti yang dimaksud pada ayat 1
di atas, maka Perjanjian Kerja Bersama ini dianggap diperpanjang untuk
waktu paling lama 1 (satu) tahun kecuali jika salah satu Pihak menghendaki
perundingan baru. Pihak yang menghendaki perundingan untuk pembaharuan
PKB ini harus memberitahukan kepada Pihak lainnya dalam waktu 90
(sembilan puluh) hari sebelum masa berlaku PKB ini berakhir.

Pasal 61
Perubahan dan Perpanjangan

Jika di dalam pelaksanaan atau masa berlakunya PKB ini diperlukan perubahan
ataupun pembaharuan/perpanjangannya maka kedua belah Pihak bersepakat
merundingkan dan memberitahukan perubahannya kepada Karyawan, serta
mendaftarkan perubahan/pembaharuan tersebut ke Kantor Dinas Tenaga Kerja
setempat.

BAB XIV
PENUTUP

Pasal 62
Ketentuan Penutup

1. Perjanjian Kerja Bersama ini ditandatangani pada tanggal …………………..


bertempat di ………………………………..

2. Pihak-pihak yang menandatangani Perjanjian Kerja Bersama ini telah diberi


wewenang oleh Pihak-pihaknya masing-masing.

3. Jika terjadi salah penafsiran akan isi Perjanjian Kerja Bersama ini akan
diselesaikan secara musyawarah dan bila tidak tercapai persesuaian paham,
maka persoalannya akan diserahkan ke Kantor Dinas Tenaga Kerja setempat.

33
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

PIHAK-PIHAK YANG MENGADAKAN


PERJANJIAN KERJA BERSAMA
PERIODE TAHUN ........-- ........

Untuk dan atas nama Untuk dan atas nama


Serikat Pekerja PT XYZ PT XYZ

__________________ ____________________
Ketua Direktur

__________________ ____________________
Sekretaris Manajer HRD

Menyaksikan:
Penandatanganan PKB tersebut di atas
Kantor Wilayah Dinas Tenaga Kerja
…………………………
Kepala,

_______________________

34
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

LAMPIRAN A

HARI DAN JAM KERJA SHIFT DAN NON SHIFT

No. Jenis Pekerjaan Jam Kerja


1. Non Shift 08.00 – 16.30
2. Produksi Langsung
a. Shift I 07.00 – 15.30
b. Shift II 15.00 – 22.30
c. Shift III 22.00 – 07.00
3. Satuan Pengamanan (Satpam)
a. Shift I 07.00 – 15.00
b. Shift II 15.00 – 23.00
c. Shift III 23.00 – 07.00

LAMPIRAN B

UANG SHIFT

Shift II Shift III


Pelaksana Rp. 3.000 Rp.6.000
Kepala Seksi, Operator Rp. 7.500 Rp. 15.000
Supervisor, Superintendent Rp. 10.000 Rp. 20.000

LAMPIRAN C

BANTUAN BIAYA PEMELIHARAAN KESEHATAN

No. Golongan Maksimal


1. Keluarga Karyawan tingkat Manajer Rp. 1.100.000
2. Keluarga Karyawan tingkat Asisten Manajer Rp. 900.000
3. Keluarga Karyawan tingkat Supervisor, Kepala Rp. 800.000
Seksi
4. Keluarga Karyawan ltingkat Karyawan Biasa Rp. 700.000

35
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

LAMPIRAN D

TAHAP-TAHAP PEMBERIAN SURAT PERINGATAN


DAN TINGKATAN SURAT PERINGATAN

I. DI LUAR TENGGANG WAKTU

No. Sanksi yang diberikan Kesalahan yang Sanksi Lanjutan


dilakukan
1. 1 kali Surat Peringatan I Pelanggaran Tingkat II Surat Peringatan I
2 kali Surat Peringatan I Pelanggaran Tingkat II Surat Peringatan I
3 kali Surat Peringatan I Pelanggaran Tingkat II Surat Peringatan II
2. 1 kali Surat Peringatan I Pelanggaran Tingkat III Surat Peringatan II
3. 1 kali Surat Peringatan I Pelanggaran Tingkat IV Surat Peringatan III
4. 1 kali Surat Peringatan II Pelanggaran Tingkat II Surat Peringatan II
5. 1 kali Surat Peringatan II Pelanggaran Tingkat III Surat Peringatan II
6. 1 kali Surat Peringatan II Pelanggaran Tingkat IV Surat Peringatan III
7. 1 kali Surat Peringatan III Pelanggaran Tingkat II Surat Peringatan III
8. 1 kali Surat Peringatan III Pelanggaran Tingkat III PHK
9. 1 kali Surat Peringatan III Pelanggaran Tingkat IV PHK

II. SELAMA MASA TENGGANG WAKTU

No. Sanksi yang diberikan Kesalahan yang Sanksi Lanjutan


dilakukan
1. 1 kali Surat Peringatan I Pelanggaran Tingkat II Surat Peringatan II
2. 1 kali Surat Peringatan I Pelanggaran Tingkat III Surat Peringatan III
3. 1 kali Surat Peringatan I Pelanggaran Tingkat IV Surat Peringatan III
4. 1 kali Surat Peringatan II Pelanggaran Tingkat II Surat Peringatan III
5. 1 kali Surat Peringatan II Pelanggaran Tingkat III Surat Peringatan III
6. 1 kali Surat Peringatan II Pelanggaran Tingkat IV PHK
7. 1 kali Surat Peringatan III Pelanggaran Tingkat II PHK
8. 1 kali Surat Peringatan III Pelanggaran Tingkat III PHK
9. 1 kali Surat Peringatan III Pelanggaran Tingkat IV PHK

36
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

LAMPIRAN E

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN KARYAWAN

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Karyawan meliputi:


A. Rawat Jalan Tingkat Pertama
B. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan
C. Rawat Inap
D. Pemeriksaaan Kehamilan dan pertolongan persalinan
E. Penunjang Diagnostik
F. Pelayanan Khusus
G. Gawat Darurat.

A. RAWAT JALAN

Pelayanan rawat jalan meliputi:


Tingkat Pertama:
1. Bimbingan dan konsultasi kesehatan
2. Pemeriksaan kehamilan, nifas dan ibu menyusui
3. Keluarga Berencana
4. Imunisasi kehamilan
5. Pemeriksaan dan pengobatan dokter umum
6. Pemeriksaan dan pengobatan dokter gigi
7. Pemeriksaan laboratorium sederhana
8. Tindakan medis sederhana
9. Pemberian obat-obatan dengan berpedoman pada Daftar Obat Esensial
Nasional Plus (DOEN Plus) atau generik
10. Rujukan rawat jalan tingkat lanjutan.

Tingkat Lanjutan:
1. Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis
2. Pemeriksaan penunjang diagnostik lanjutan
3. Pemberian obat-obatan DOEN Plus atau generik
4. Tindakan khusus lainnya.

PELAKSANA PELAYANAN KESEHATAN:


1. Poliklinik Perusahaan
2. Dokter Praktek Swasta
3. Rumah Sakit
4. Apotik
5. Optik.

37
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

No. Golongan Badan Penyelenggara Kesehatan Rujukan


1. Kepala Seksi, Supervisor, - Poliklinik Perusahaan
Superintendent, Manajer - Klinik …………………
(Penggantian 100 % bila - Klinik …………………
berobat di luar RS/Klinik - RSUP
yang ditunjuk) - RS……………………..
- RS……………………..
2. Karyawan Madya, - Poliklinik Perusahaan
Karyawan Utama - Klinik ……………….
(Penggantian 75 % bila - Klinik ……………….
berobat di luar RS/Klinik - RSUP
yang ditunjuk) - RS……………………
3. Karyawan Dasar - Poliklinik Perusahaan
(Penggantian 75 % bila - Klinik ……………….
berobat di luar RS/Klinik - Klinik ……………….
yang ditunjuk) - RSUP
4. Operative/Pelaksana - Poliklinik Perusahaan
(Penggantian 75 % bila - Klinik ……………….
berobat di luar RS/Klinik - RSUP
yang ditunjuk)

B. RAWAT INAP
1. Pemeriksaan rawat inap meliputi:
1.1. Pemeriksaan Dokter
1.2. Tindakan medis
1.3. Penunjang Diagnostik:
- Pemeriksaan Electro Encephalography (EEG)
- Pemeriksaan Cardiography (ECG)
- Pemeriksaan Ultrasonography (USG)
- Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan Radiologi
- Pemeriksaan Diagnostik lanjutan lainnya.
1.4. Pemberian obat-obatan DOEN atau generic
1.5. Menginap dan makan.

2. Jumlah hari rawat inap ditetapkan maksimal 60 (enam puluh) hari termasuk
perawatan ICCU/ICU untuk setiap jenis penyakit dalam setiap tahun.

3. Standard Rawat Inap


No. Golongan Kelas RS Rujukan
1. Manajer VIP - RS Pemerintah
I - RS Swasta
2. Asisten Manajer,
I - RS Pemerintah
Supervisor, Kepala Seksi
II - RS Swasta
3. Karyawan Utama, Madya, - RS Pemerintah
II
Dasar
III - RS Swasta Standard
38
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

C. PEMERIKSAAN KEHAMILAN DAN PERTOLONGAN PERSALINAN


1. Pelayanan kehamilan dan persalinan meliputi:
1.1. Pemeriksaan kehamilan oleh bidan, dokter umum dan atau dokter
spesialis kandungan berdasarkan rujukan dokter umum
1.2. Pertolongan persalinan oleh dukun, bidan, dokter umum dan atau
dokter spesialis kandungan berdasarkan rujukan dokter umum
1.3. Perawatan Ibu dan bayi selama proses persalinan
1.4. Pemberian obat-obatan DOEN atau generik
1.5. Menginap dan makan.

2. Pelayanan kehamilan dan persalinan dapat dilaksanakan di Poliklinik,


Rumah Sakit yang ditunjuk dan atau RS Bersalin dengan ketentuan sebagai
berikut:
2.1. Hanya berlaku untuk anak ke satu, kedua dan ketiga
2.2. Tenaga kerja wanita yang suaminya tidak bekerja dan atau tidak
ditanggung oleh tempat suami bekerja (berdasarkan surat keterangan
yang dapat dipertanggungjawabkan)
2.3. Tenaga kerja yang pada awal kerja sudah mempunyai tiga anak atau
lebih tidak berhak atas biaya pemeriksaan kehamilan dan persalinan.
2.4. Rawat inap maksimum selama 5 hari.

3. Untuk persalinan/gugur kandungan dengan penyulitan yang memerlukan


tindakan spesialistik maka berlaku ketentuan rawat inap.

4. Penggantian biaya pemeriksaan kehamilan ditetapkan sebagai berikut:


4.1. Biaya pemeriksaan bidan dan dokter umum Rp.25.000
4.2. Pemeriksaan dokter spesialis maksimum Rp.50.000,-
4.3. Obat-obatan, dan lain-lain maksimum 75%.

D. PELAYANAN GAWAT DARURAT


1. Pelayanan Gawat Darurat meliputi:
1.1. Pemeriksaan
1.2. Pemberian obat-obatan
1.3. Tindakan medis
1.4. Rawat inap
1.5. Biaya angkutan ambulance.
2. Yang dimaksud dengan Pelayanan Gawat Darurat adalah:
2.1. kecelakaan (bukan kecelakaan kerja)
2.2. pendarahan berat (terus menerus)
2.3. muntah berak disertai dehidrasi
2.4. kejang-kejang
2.5. serangan asma berat
2.6. persalinan dengan kelahiran mendadak atau pendarahan
2.7. kehilangan kesadaran (koma).

39
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

E. PELAYANAN KHUSUS
Yang dimaksud dengan pelayanan khusus adalah pelayanan kacamata, dapat
dilaksanakan sesuai resep/rujukan dokter spesialis mata dan dapat dibeli di optik
yang ditunjuk atau semua optik dan ditetapkan satu tahun sekali dengan
penggantian maksimum sebagai berikut:
a. Golongan Manajer maksimum Rp. 450.000,-
b. Golongan Asisten Manajer maksimum Rp. 325.000,-
c. Golongan Kepala Seksi, Supervisor, Superintendent Rp. 225.000,-
d. Golongan Karyawan Utama Rp. 175.000,-
e. Golongan Karyawan Madya Rp. 150.000,-

F. LAIN-LAIN
1. Perusahaan tidak memberikan penggantian biaya pelayanan kesehatan
kepada Karyawan yang masih status masa percobaan.

2. Pelaksanaan pelayanan kesehatan di luar Poliklinik Perusahaan dan atau


klinik/rumah sakit yang ditunjuk perusahaan dapat dilaksanakan hanya
dalam keadaan mendesak sekali/darurat (malam hari/hari libur).

3. Dalam hal diperlukan rawat inap, maka:


3.1. Karyawan yang akan rawat inap harus membawa surat rujukan dari
dokter layanan tingkat pertama atau surat rawat dari dokter poli
rumah sakit.
3.2. bagi Karyawan yang memerlukan pelayanan gawat darurat, dapat
langsung ke rumah sakit terdekat dan segera melaporkan ke
perusahaan (bagian Sumber Daya Manusia (SDM).

4. Perusahaan tidak memberikan penggantian biaya pelayanan kesehatan untuk


kondisi di bawah ini:
4.1. Penyakit yang diakibatkan oleh kecanduan alcohol, narkotik, obat-
obatan terlarang, penyakit kelamin, AIDS/HIV;
4.2. Perawatan kosmetik untuk kecantikan;
4.3. Pemeriksaan dan tindakan untuk mendapatkan keturunan;
4.4. Pemeriksaan untuk mengatasi ketuaan;
4.5. Cacat bawaan, operasi plastik, trasplantasi, gigi palsu dan atau
sejeninsnya, dan lain-lainya yang diluar ketentuan medis.

5. Obat-obatan yang tidak mendapat penggantian dari perusahaan adalah:


5.1. Obat-obatan kosmetika, untuk kecantikan;
5.2. Obat-obatan untuk kesuburan;
5.3. Semua obat/vitamin yang tidak ada kaitannya dengan pengobatan
penyakit;
5.4. Obat-obatan berupa makanan antara lain susu untuk bayi;
5.5. Obat-obatan gosok seperti minyak kayu putih dan sejenisnya.

40
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

DAFTAR ISI i

MUKADIMAH 1

BAB I : PENGERTIAN
Pasal 1 : Istilah-istilah 2

BAB II : KETENTUAN UMUM


Pasal 2 : Pihak-Pihak yang mengadakan Perjanjian 3
Pasal 3 : Maksud dan Tujuan Perjanjian Kerja Bersama 4
Pasal 4 : Lingkup Perjanjian Kerja Bersama 4
Pasal 5 : Wewenang Pengusaha 4

BAB III : HUBUNGAN KERJA SAMA PENGUSAHA DENGAN


SERIKAT PEKERJA
Pasal 6 : Pengakuan terhadap Serikat Pekerja 5
Pasal 7 : Fungsi Serikat Pekerja 5
Pasal 8 : Fasilitas dan Bantuan untuk Serikat Pekerja 5
Pasal 9 : Rapat Serikat Pekerja 6
Pasal 10 : Jaminan Bagi Serikat Pekerja 6
Pasal 11 : Jaminan Bagi Pengusaha 6

BAB IV : HUBUNGAN KERJA


Pasal 12 : Penerimaan Karyawan Baru, Masa Percobaan, dan
Pengangkatan Karyawan 6
Pasal 13 : Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) 7
Pasal 14 : Tenaga Kerja Asing (TKA) 8
Pasal 15 : Promosi Karyawan 8
Pasal 16 : Mutasi Keryawan 8
Pasal 17 : Demosi Karyawan 8
Pasal 18 : Usia Karyawan di Perusahaan 9

BAB V : PERATURAN KERJA


Pasal 19 : Hari dan Jam Kerja 9
Pasal 20 : Kerja Shift dan Kerja Lembur 9

BAB VI : PEMBEBASAN DARI KEWAJIBAN BEKERJA


Pasal 21 : Istirahat Mingguan dan Hari Libur 11
Pasal 22 : Istirahat Tahunan/Cuti Tahunan 11
Pasal 23 : Cuti Melahirkan, Gugur Kandungan & Haid 12

Pasal 24 : Ijin Meninggalkan Pekerjaan dengan Mendapat Upah


(Dispensasi) 13
Pasal 25 : Ijin Meninggalkan Pekerjaan karena Menunaikan
Ibadah Agama 13
Pasal 26 : Ijin Meninggalkan Pekerjaan Lain-lain 13

BAB VII : PENGUPAHAN DAN TUNJANGAN-TUNJANGAN


Pasal 27 : Karyawan Tetap, Tunjangan-tunjangan dan
Pengupahan 14
Pasal 28 : Insentif Kehadiran 14
Pasal 29 : Fasilitas Makan Karyawan 15
Pasal 30 : Tunjangan Transport 15
41
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

Pasal 31 : Tunjangan Hari Raya Keagamaan (THRK), Bonus dan


Penghargaan Masa Kerja 16
Pasal 32 : Tunjangan Untuk Keluarga Selama Karyawan Dalam
Tahanan Yang Berwajib 16

BAB VIII : PENGOBATAN, PERAWATAN, DAN PEMBAYARAN GAJI


SELAMA SAKIT
Pasal 33 : Pengobatan 17
Pasal 34 : Jaminan/Bantuan Biaya Pemeliharaan Kesehatan
Keluarga Karyawan 18
Pasal 35 : Upah Selama Sakit 18
Pasal 36 : Program Keluarga Berencana (KB) di Perusahaan 18

BAB IX : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Pasal 37 : Keselamatan dan Perlengkapan Kerja 19
Pasal 38 : Keamanan dalam Hubungan Kerja 19

BAB X : JAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN


Pasal 39 : Jaminan Sosial Tenaga Kerja 20
Pasal 40 : Tunjangan Kecelakaan Kerja & Pelanggaran
Tata Tertib Lalu Lintas 20
Pasal 41 : Tunjangan Kematian Bukan Oleh Karena
Kecelakaan Kerja 21
Pasal 42 : Fasilitas Ibadah 21
Pasal 43 : Rekreasi dan Olah Raga
21
Pasal 44 : Pendidikan dan Pelatihan Kerja 21
Pasal 45 : Bea Siswa 22

BAB XI : TATA-TERTIB KERJA


Pasal 46 : Bukti Kehadiran 22
Pasal 47 : Berhalangan Hadir Kerja 22
Pasal 48 : Tata Tertib Dalam Jam Kerja 22
Pasal 49 : Kewajiban-kewajiban Karyawan 23
Pasal 50 : Disiplin dan Sanksi 23
Pasal 51 : Pemberian Surat Peringatan dan Masa Berlakunya 26
Pasal 52 : Mangkir 26
Pasal 53 : Mengundurkan Diri 27
Pasal 54 : Uang Pisah 27
Pasal 55 : Skorsing 28
Pasal 56 : Pemutusan Hubungan Kerja 28
Pasal 57 : Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja dan
Uang Penggantian Hak 30

BAB XII : PENYELESAIAN KELUH KESAH KARYAWAN


Pasal 58 : Tata Cara Penyelesaian Keluh Kesah 31

BAB XIII : PERATURAN PERALIHAN, MASA BERLAKUNYA


PERUBAHAN DAN PERPANJANGAN PERJANJIAN
KERJA BERSAMA
Pasal 59 : Peraturan Peralihan 32
Pasal 60 : Masa Berlaku 33
Pasal 61 : Perubahan dan Perpanjangan 33
42
FX Djoko Soedibjo & Associates, Management Consultants

BAB XIV : PENUTUP


Pasal 62 : Ketentuan Penutup 33

PIHAK-PIHAK YANG MENGADAKAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA 34

LAMPIRAN A : HARI DAN JAM KERJA SHIFT DAN NON SHIFT 35

LAMPIRAN B : UANG SHIFT 35

LAMPIRAN C : BANTUAN BIAYA PEMELIHARAAN KESEHATAN 35


LAMPIRAN D : TAHAP-TAHAP PEMBERIAN SURAT PERINGATAN
DAN TINGKATAN SURAT PERINGATAN 36

LAMPIRAN E : JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN


KARYAWAN 37

43

Anda mungkin juga menyukai