Anda di halaman 1dari 13

Desain Penelitian Politik Pemerintahan:

Dari Paradigma & Pendekatan, sampai Taktik


David Efendi, MA
Dosen Ilmu Pemerintahan UMY dan Magister Ilmu Pemerintahan UMY

E: defendi@umy.ac.id | http://davidefendi.staff.umy.ac.id

Pendahuluan

Kajian ilmu pemerintahan (government studies) secara genealogis dan filosofis tidak
pernah berbeda dengan studi ilmu politik (political science) karenanya kiblat riset di
jurusan ilmu pemerintahan UMY sejatinya memiliki kiblat yang sangat stabil yaitu
bidang ilmu politik yang merentang berbagai macam sub kajian misalnya dalam
bentuk penjurusan dalam fakultas maupun genre ilmu sosial dan politik lainnya yang
tidak pernah jelas demarkasinya—justru akhir-akhir ini riset ilmu sosial harus
memperlihatkan dimensi multidisplin yang kuat. Misalnya, ilmu politik di dalam
madzab Amerika memiliki bagian area studi seperti comparative politics,
international politics, dan public policy atau public administration. Di saat yang sama
terlihat dari mata kuliah yang ditawarkan kuatnya relasi antar disiplin ilmu seperti
sosiologi politik, komunikasi politik, antropologi politik, politik Islam, dan berbagai
studi kawasan yang membuat hubungan interseksi yang tidak terpisahkan.

Hal ini mengilustrasikan bahwa keberagaman topik dan judul penelitian di jurusan
Ilmu pemerintahan UMY terutama lima tahun terakhir ini menunjukkan bahwa
jurusan kita berada di track yang benar—alias tidak tersesat. Lebih menarik lagi di
Jurusan kita ini, tidak ada saling baku olok antara riset kualitatif (naratif) dengan
kuantitatif (statistic), case study dengan yang non-case; studi kepustakaan dengan
grounded research, yang deksriptif dengan interpretatif, yang fenomenologi dengan
yang biografi, dan sebagainya termasuk tidak ada debat sengit yang mem-viral antara
klaster negara, intermediate, dan klaster masyarakat (Nurmandi et.al, 2006) dalam
klaim obyektifikasi penelitian. Klasterisasi ini sekedar membingkai riset agar jelas
genealoginya dan memang secara akademik ada kebutuhan untuk terlibat di tiga
ranah tersebut baik dalam konteks makro: state, intermediate, dan society atau sedikit
diturunkan dengan klaster governance, kolaborasi/politik perwakilan, maupun
partisipasi publk/politik grassroot. Ada juga fokus governance yang dua decade
terakhir menjadi konsen penelitian penting antara lain terkait isu demokrasi,
transparansi, dan akuntabilitas di lembaga pemerintahan. Juga termasuk
memberikan kredit terhadap ‘proyek’ desentralisasi/otonomi daerah dengan segala
konsekuensi sub kajian di dalamnya termasuk hadinya regulasi penguatan desa, dan
resentralisasi peran pemerintah pusat (keadaan aktual).

Pembagian kajian politik pemerintahan juga terdapat dalam beberapa referensi yang
cukup mirip dengan gagasan di atas, misalnya pembagian level politik atau type of
politics yang digagas oleh Benedict K Kerkvliet (2010) dengan membagi tiga ranah
politik yaitu official politics, advocacy politics, dan everyday politics. Official politics
dapat disbeut juga formal politik sedangkan everyday politics adalah informal dan
private serta tidak terorganisir/tak terlembaga. Tipe advokasi politik adalah model

1
gerakan sosial dan antor Non-negara. Nalar tipologisasi jenis ini tidak jauh berbeda
dengan tiga klaster tersebut di atas sebagaimana yang dimani oleh jurusan IP UMY.
Hanya perlu ditekankan tipe yang ketiga, politik keseharian, ini lebih dapat bekerja
dalam konteks perilaku dan makna sehingga dapat didekati dengan metode etnografi
(antropologi politik). Beberapa mahasiswa IP UMY sudah/sedang mencoba riset jenis
ini.

Saking sepinya, kadang juga tidak terjadi perdebatan secara kritis antar berbagai
metodologi penelitian yang dilakoni mahasiswa dan civitas akademika lainnya. Semua
jenis wawancara dan observasi dilakukan di dalam kegiatan riset lapangan akan tetapi
endingnya ternyata sama: banyak data menarik tidak didayagunakan oleh mahasiswa;
mahasiswa tidak mau susah-susah transkrip dari rekaman; ada juga yang enggan
merekam wawancara dan mencatat seingat seperlunya saja; di pembahasan juga tidak
dicantumkan tangal wawancara sehingga kesan riset lapangan menjadi tidak penting.
Nyaris, situasi buruk ini hanya menjadi concern penelitinya (baca: mahasiswa) saat
diadili pada ujian skirpsi dan semua telah berakhir: tak lagi dapat diselamatkan
karena kalua sudah ujian skripsi, seburuk apa pun karya anda, anda akan jadi sarjana!

Absennya perdebatan ini juga bisa menjadi keburukan jika tidak disikapi karena ilmu
sosial itu menuntut dinamika metode di dalam menjelaskan realitas dunianya. Jangan
sampai tekhnik mencari data dan analisis itu menjadi ‘machine’ dan kehilangan elan
vital-nya akibat kemandegan berfikir dan berkreasi di dalam penelitian. Pentingnya
kreasi dan pembaharuand alam riset ilmu politik pemerintahan atau ilmu sosial pada
umumnya telah banyak disinggung penulis buku babon penelitian dengan melabeli
penelitian sebagai ‘kerajinan’ (craft) atau sebagai seni (art of research) di mana itu
semua menuntut daya kreatif orang yang menjalaninya. Tanpa kretifitas, seorang
peneliti sebenarnya sedang meng-copy paste apa yang sudah dilakukan
orang/peneliti sebelumnya. Ujung-ujungnya adalah situasi yang jauh dari
memuaskan penulisnya: ‘ini adalah skripsi pertama dan terakhir, dan yang membaca
dan peduli hanya saya sendiri; bahkan saya tidak terlalu peduli pun dosen
pembimbing juga kurang peduli jika mahasiswa tidak serius menyelesiakan karyanya’.

Klinik skripsi ini adalah suatu trobosan kreatif untuk memfasilitasi mahasiswa akhir
agar dapat menyelesiakan skripsi tepat waktu, berkualitas, dan layak terbit. Itu adalah
mimpi yang sangat mulia dan membutuhkan dukungan kita semua. Pasti semua
mahasiswa senang didampingi untuk mempercepat urusan skripsi yang kerap
menjadi penghalang terbesar mahasiswa menjadi sarjana ini. Banyak hal bisa disemai
dalam kelas klinik ini (tentu harus ada syarat bahwa mahasiswa harus punya masalah
dengan skripsi) seperti mendiskusikan topik dan judul penelitian, bagaimana metode,
literature, dan analisa yang harus divisualisasikan ke dalam proposal yang utuh,
padat, dan jelas. Hal lain yang terpenting adalah hasrat mahasiswa untuk
menyelesaikan tugas akhir ini. Karenanya, kita mencoba mendiskusikan secara
sporadis beberapa hal terkait desain penelitian sebagai berikut.

Topik dan Judul

Topik penelitian yang dipilih karena rasa keingintahuan luar biasa pada umumnya
menjadi hasil penelitian yang banyak dibaca orang lain. Pertanyaannya: sudahkah
mahasiswa tingkat akhir di dalam pikirannya menggebu-gebu ingin mengetahui
sesuatu yang biasa tetapi tidak ada orang yang memikirkannya sebagai karya
penelitian politik pemerintahan?

2
Dari berbagai referensi, sebuah topik yang baik pada umumnya adalah kajian
memiliki genealogi pengetahuan yang besar/luas tetapi ambil posisi yang paling
menarik karenanya ada gap di dalam teori. Kedua, adanya referensi/sumber data yang
mendukung. Ketiga, topik dikerucutkan dalam satu aspek yang dirumuskan dalam
pertanyaan penelitian. Hal yang penting juga, tersediannya supervisor untuk
memastikan proyek riset berjalan.

Apa saja yang diteliti oleh jurusan ilmu pemerintahan atau ilmu politik? Tentu saja
banyak sekali merentang dari persoalan perebutan kekuasaan (who gets what and
how?)1 dalam berbagai levl dan juga mengenai bagaimana alokasi sumber daya
dipergukana untuk kepentingan publik. Kedua lokus llmu politik ini menjadi kajian
ilmu pemerintahan. Prasyarat penting di dalam menentukan scope kajian atau
penelitian adalah adanya sebuah ‘realitas’. Realitas di dalam ilmu sosial merupakan
kondisi keseharian (pengulang/keadaan yang berulang, berpola) dari interaksi
manusia/subyek (Berger & Luckmann, 2013). Kekagaman dan keingintahuan
seringkali menjadi penanda hadirnya sebuah epistimologi—asal muasal kelahiran
pengetahuan (Gallagher, 1994). Dinamisnya realitas dan ‘fakta; politik seharusnya
mendorong produksi dan reproduksi ilmu politik lebih akseleratif dalam konteks
Indonesia dan dunia. Cara pandang terhadap realitas inilah yang sangat dipengaruhi
oleh paradigma peneliti (Salim, 2006).2

Kembali ke topik sub bahasan, dari mana datangnya judul/topik penelitian?


Jawabannya sangat beragam. Mahasiswa dapat ditanya satu persatu bagaimana
kemarin lusa menemukan judul skripsinya. Ada yang mendapatkannya dari skripsi
‘orang terdahulu’, ada yang dari buku, dari teman yang sedekah judul karena berlebih
nafsunya, dari mata kuliah kelas penelitian, dari minat yang digeluti sejak lama, dari
koran dan TV, dari dosen, dan ada juga yang mendapati judulnya dari sebuah
peristiwa sakral: mimpi bin ilham. Bagaimana dengan anda? Dapat wahyu dari mana?
Pada umumnya orang-orang ‘sholeh’ dan ‘shalehah’ selalu mendapatkan judul yang
baik untuk diteliti maka jadilah warga dari salah satu dari kedua golongan tersebut.

Adalah seorang Indonesionis asal Amerika bernama Wlliam Liddle menuliskan artikel
di Kompas terkait aktifitas risetnya di Indonesia. Ia meneliti tentang community
development di DI Yogyakarta dimana penelitian dimulai karena ada persoalan di
dalam literatur, kemudian diupayakan bagaimana tekhnik mencari data, dan
membangun simpulan. Ia menusliskan begini:3

Kunjungan kami ke Yogyakarta melengkapi mata kuliah di Ohio State pada


musim spring (semi) 2011. Topiknya, pembangunan di negara-negara
sedang berkembang dengan Indonesia sebagai kasus. Melalui buku teks dan
artikel di jurnal ilmiah, mahasiswa saya diperkenalkan pada dua macam
literatur tentang pembangunan. Salah satu berasal dari ilmu ekonomi yang
mengandalkan pasar dan insentif-insentif pribadi. Literatur yang satu lagi
berasal dari tradisi sosiologi kritis yang mencemooh ilmu ekonomi sebagai
”neoliberalisme”.


1 Pengertian politik yang paling luas dianut dari Harold Laswell,
2 persoalan penelitian sosial ada dua pertanyaan sulit terjawab yaitu, dalam batas apa kita dapat
memotret fenomena sosial/realitas ke dalam konsep? Dalam batas apa pengetahuan kita dapat
menjelaskan kebenaran absolut (absolute truth) atau realitas yang multitafsir (interpretative reality)?
3 Opini Kompas dengan judul Keistimewaan DI Yogyakarta, terbit cetak 12 Desember 2012.

3
Perdebatan besar ini tentu tak bisa kami selesaikan dengan satu bulan
penelitian lapangan diYogyakarta. Namun, setidak-tidaknya kami bisa
menelusuri, melalui pendekatan pengamatan langsung, pengalaman
beberapa individu dan kelompok di daerah itu. Sejauh mana pembangunan
berhasil pada era reformasi di Yogyakarta dan faktor apa yang paling
memengaruhi proses itu? Atas dasar pertanyaan pokok itu, kami memilih
empat topik khusus. Topik pertama, pengembangan industri pariwisata
dengan fokus pada program desa wisata sebagaimana terwujud di
Candirejo, sebuah desa di Kabupaten Magelang yang berbatasan dengan
Candi Borobudur.

Di dalam kajian politik pemerintahan, untuk memudahkannya kita bisa pilah-pilah


dan kategorikan riset bidang ini menjadi tiga klaster besar yaitu klaster
negara/pemerintahan; klaster antara/intermediate; dan klaster masyarakat.
Ketiganya tidak terpisahkan secara jelas namun pembedaan ini memudahkan peneliti
pemula untuk membangun fokus area kajian yang hendak dilakukan. Pembagian ini
juga untuk memudahkan di dalam memburu literature yang diperlukan sejak tahap
pra proposal, proposal, sampai laporan. Juga, pembagian klaster akan memudahkan
rencana dengan siapa dan bagaimana peneliti akan berinteraksi.

Hemat saya, judul penelitian adalah manifestasi dari pergolakan perasaan, rasa ingin
tahu, ambisi, dan jiwa estetik penulisnya. Judul penelitian kualitatif atau sosial pada
umumnya antara 8-10 kata; tidak terlalu panjan dan tidak terlalu pendek. Pada
umumnya, judul yang baik ada dimensi rasa, ada dimensi diksi, dan juga dimensi
actualitas. Mahasiswa seringkali ada persoalan saat menjuduli sebuah proposal. saran
saya, tulis saja sampai 10 alternatif judul kemudihan seleksi/pilih setelah minta
masukan pada teman/pembaca satu sampai dua judul saja. Mengingat mendesaknya
juudl, mari kita sejenak tadarus judul dan klaster/topik berikut ini:

|||||||||||||||||| Topik Judul Rumusan masalah

Peran pemerintah Bagaimana peran


kota Yogyakarta pemerintah kota
Transportasi dalam menangani Yogyakarta dalam
/manejemen masalah kemacetan menangani masalah
Kota kemacetan di Kota
Yogyakarta?
Analisis Faktor-Faktor Faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi yang menghambat
Lahan/Tanah/ Upaya pengendalian upaya pengendalian
evaluasi kebijakan Alih Fungsi Lahan di alih fungsi lahan di
Desa Sariharjo, Sariharjo?
Negara/ Sleman
state Praktik Transparansi Bagaimanakah praktik
Pengunaan dana transparansi
Keistimewaan di penggunaan dana
Anggaran Publik Dinas Kebudayaan DI istimewa bagian
Yogyakarta Tahun kebudayaan di Daerah
Anggaran 2016 Istimewa Yogyakarta
tahun anggaran 2016?

4
Analisis kerusakan Bagaimana dampak
lingkungan akibat kerusakan lingkungan
Pabrik Semen di dan sosial yang
NGO/Lingkungan
Pegunungan Kendeng, diakibatkan
Rembang pembangunan pabrik
semen?
Persepsi Masyarakat Bagaimana persepsi
Terhadap Gerakan masyarakat terhadap
Politik Islam Front Pembela Islam gerakan FPI?
(FPI) di Indonesia
pasca Gerakan 212)*
Political How the process and
Volunteerism: by which an alternative
Investigating candidate has been
Democracy Process in created in Yogyakarta
Politik lokal/pemilu/
Electing an Mayorals election?
demokrasi
Alternative Candidate
in “Jogja
Independent” toward
2017 Mayor Election
Pola Suksesi Bagaimana pola-pola
Kepemimpinan dalam suksesi kepemimpinan
Demokrasi/partai
Partai Amanat di Partai Amanah
politik
Nasional di DPW Nasional?
Sulewesi Selatan
Jihad Konstitusi: Bagaimana proses
Kasus Judicial Review jihad kontitusi dan
Muhammadiyah implikasi politik dalam
Muhammadiyah
Intermediate terhadap UU yang judicial review
melanggar konstitusi Muhammadiyah
terhadap UU?
Dinamika Politik Bagaimana
Muhamamdiyah perbandingan respon
dalam merespon Muhammadiyah dan
perubahan politik— peran gerakan
Muhammadiyah
antara rezim terhadap rezim politik
hegemonic dan yang berbeda?
otoriter dengan rezim
demokratik
Strategi Incumbent Bagaimana strategi
dalam Pemilukada di pasangan petahana
Cilacap tahun dalam memenangkan
2017: Studi Kasus: pemilukada di Cilacap?
Petahana/pemilu Strategi Kampanye
Pasangan petahana H.
Tatto Suwarto Pamuji
dan Syamsul Aulia
Rahman
Konflik agraria dalam Bagaimana konflik
Pembangunan dan pembangunan terjadi dan bagaimana
konflik Bandara Baru di respon masing-masing
Kulon Progo aktor lokal?
Peran WALHI dalam Bagaimana peran
pengendalian dampak WALHI sebagai NGO
Pencemaran Timah di dalam pengendalian
Lingkungan
Desa Sukadamai, dampak Pencemaran
Bangka Selatan pabrik Timah di Desa
Sukadamai?
Politik Informal dalam Bagaimana aktor
Politik informal Pemilukada di Bangka politik informal
selatan tahun 2015 bekerja dalam proses

5
politik elektoral di
Bangka selatan?
Politik Keseharian; Bagaimana ekspresi
Membaca Ekspresi dan makna politik
Politik Seni Jalanan di keseharian dalam seni
Kota Yogyakarta jalanan di kota
Masyarakat/ Yogyakarta?
society
Political Violence and How local politics
Local elites Politics in contribute to the
Local politics/Conflict Sampang, Madura conflict in Sunni-syiah
case in Sampang?

Grafiti Sebagai Bagaimana graffiti


gerakan Sosial Politik: menjadi gerakan sosial
Studi Kasus di Kota politik dalam
Politik dan seni Yogyakarta merespon kebijakan
pembangunan di Kota
Yogyakarta?
Partisipasi Politik Bagaimana partisipasi
Kaum Difable di Politik Kaum Difable di
Pemilu/demokrasi Yogyakarta dalam Yogyakarta dalam
Pemilihan Presiden pilpres?
tahun 2014

Sumber: Kelas-kelas MK di Ilmu Pemerintahan 2014-2017

Jika kita sedikit mengintip topik-topik apa saja yang menjadi minat mahasiswa ilmu
pemerintahan UGM maka akan terlihat mapping yang sama hanya porsi berbeda.
Roadmap riset kita sangat sporadis. Dari buku pengalaman penltian di UGM besutan
Hasrul hanif (2010), di IP UGM, penelitian mahasiswa banyak mengambil politik
informal, aktor informal, orang kuat lokal, dan besar di aspek intermediate dan society
(citizenship) yang mengarah pada kajian ethnografi politik. Dukungan dari penerbitan
internal itu benar-benar telag mamicu produksi pengetahuan yang melimpah bagi
mahasiswa dan academia di kampus tersebut.

Daftar judul di atas hanya sebagian kecil keragaman riset di IP UMY. Ada banyak lagi
yang belum terwakilkan misalnya skripsi kajian pemikiran tokoh dan pemimpin. Juga,
ada baiknya, setelah melamunkan judul di atas dan menelaah dengan imajinasi,
beberapa buku berikut adalah diterbitkan dari skripsi mahasiswa ilmu pemerintahan
dan mahasiswa Ilmu Politik di Indonesia.

No Judul buku Penulis Penerbit


1 Transformasi strategi Gerakan petani)4 Rizza Kamajaya PolGOV, UGM
2 Politik Air di Indonesia: Penjarahan si Erwin Endaryanto PolGoV, UGM
gedang oleh Korporasi Aqua danone5
3 Politik Pendidikan: Liberalisasi Galih R.N Putra YOI, Jakarta
Pendidikan Tinggi di Indonesia dan India
4 Decline of Bourgeoisie: Runtuhnya David Efendi PolGOV, UGM
Pedagang Pribumi di Kotagede6

4 Judul skripsi studi kasus ini aslinya: politik representasi Petani (sebuah studi mengenai transformasi
gerakan petani pada kasus Forum Perjuangan Petani Batang, Jawa tengah.
5 Judul aslinya, Politik Air: studi politik privatisasi air dalam relasi ekonomi politik negara dan trans-

national Corporation, studi kasus pemetaan kuasa dan eksploitasi sumber air si gedhang—Klaten oleh
PT TIA-D (Aqua danone).
6 Judul skripsinya, Formasi Elit Politik Lokal dan Borjuasi di Kotagede abad 19-20 (edit).

6
Kebutuhan menyajikan data di atas sebenarnya untuk memacu mahasiswa untuk
sedikit menambah daya juang untuk menghasilkan karya-karya yang layak terbit dan
menambal kebutuhan peneliti lain untuk referensi—mengisi gap atau kekosongan
kajian yang belum dilakukan oleh peneliti lainnya. Sambal berharap, laboratorium
ilmu pemerintahan UMY akan memberikan ‘reward’ bagi mahasiswa yang memiliki
skripsi berkualitas tinggi untuk diterbitkan.

Literature review

Tantangan di dalam menyusun literature review dalam bidang politik pemerintahan


adalah menghadirkan referensi yang dekat dengan riset yang sedang dilakukan baik
dalam konteks teori atau hasil penelitian berbasis lokasi/area yang berdekatan. Selain
itu, juga penting memperhitungkan kepastian definisi yang hendak dipakai mengingat
beragam definisi yang ada di dalam ilmu politik pemerintahan. Misal: kata demokrasi,
desentralisasi, partisipasi, dsb memiliki beragam definisi dan sebaiknya kita
mengambil definisi yang paling mewakili kajian yang hendak kita lakukan
(kontekstual).

Banyak orang salah paham tentang inti aktifitas mer-review literature/referensi ini
dan jatuh pada urusan merangkum tulisan orang lain atau meng-cut dan glue milik
orang lain ke dokumen peneliti baru. Sejatinya, literature review merupakan
pembacaan kritis dan evaluative atas referensi yang memilki kesamaan topik dengan
rencana penelitian seseorang. Jadi, penting sekali analisis dan kritik terhadap
argumentasi peneliti/literature yang ada untuk mendapatkan posisi terbaik bahwa
riset kita akan mengisi gap atau ruang kosong dari penelitian sebelumnya. Hal ini bisa
dilakukan dengan mendiskusikan beberapa referensi yang kita pilih dari beberapa
penulis yang berbeda mengenai aspek kelebihan dan kekurangannya, kesamaan
(similarities) dan perbedaan (differences), konsistensi dan inkonsistensinya serta
aspek yang kontroversial/provokatif dari hasil penelitian terdahulu. 


Jadi, literature review berbeda dengan resensi buku. Dalam membuat literature
review yang baik misalkan anda sedang mengarahkan riset hubungan antara tingkat
kesejahteraan ekonomi dengan perilaku menerima politik uang anda perlu sekali
membuat kajian dari bahan yang bertolak belakang. Satu berkorelasi, satunya tidak
memilki korelasi dalam kasus pemilihan umum. Pun begitu, jika anda sedang ingin
melihat bagaimana elit lokal memprioritaskan pembangunan demokrasi atau
ekonomi yang diutamakan dalam konteks era desentralisasi sekarang ini. Banyak lagi
contohnya, sehingga di dalam membuat kajian literature yang hebat, perlu sekali
radius akses terhadap keragaman literature menjadi sebuah keniscayaan (sudahkan
memaksimalkan online rjournal, perpustakaan universitas, jurusan, toko buku,
komunitas yang mengelola referensi?). selain itu, disarankan sebelum melakukan
kajian literature perlu membaca karya lain yang baik bagaimana penulisnya memiliki
model sajian—pilihan kalimat dan diksinya, juga penting diperhatikan bahwa di
dalam membuat literature review adalah penulis sedang memproblematisasi suatu
topik penelitian sehingga menjadi legitimasi bahwa riset anda penting dan mendesak!

Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana mencari referensi untuh bahan literature


review? Bagaimana tahu referensi itu relevan dengan topik penelitian yang hendak
dijalani? Langkah yang paling mudah adalah dengan memanfaatkan internet dengan
memasukkan kata-kata kunci rencana penelitian kita ke laman “internet search
engine”. Banyak tersedia juga di link jurnal langganan universitas. Opini berkualitas

7
di media cetak juga sangat membantu memetakan jalan atau alur perburuan referensi.
Ada baiknya, kita ikuti beberapa tekhnik menyiapkan bahan review sebagai berikut.

a) Teknik Snowball

Ini metode yang sangat perlu dicoba dan banyak orang bilang ini sangat efektif. Jika
anda sudah menemukan satu buku dana tau satu jurnal yang relevan dengan riset
anda, lacaklah di daftar pustakanya, di footnote atau end note-nya dijamin anda akan
berselancar dengan menyenangkan memburu bukunya baik dengan online maupun
offline. Di dalam buku pertama yang anda pegang, jika itu hasil riset, ada juga bagian
literature reviewnya dan itu menjadi inspirasi model menulis/gaya menyajikannya.

b) Berburu ke katalog perpustakaan

Pergi ke perpustakaan banyak sekali manfaatnya selain meminjam dan mencari


bacaan, mengunjungi perpustakaan lebih banyak memberi inspirasi dan instuisi
mengenai tulisan da nisi tulisan yang sedang kita siapkan. Di banyak negara,
perpustakaan universitas menyediakan pustakawan yang akan membantu setiap
mahasiswa jurusan (spesialisasi) sehingga mereka menjadi penolong kita di saat
banyak bahan yang harus diburu.

c) Library Article Databases

Katalog artikel online sangat perlu dicoba sebelum berburu bahan keluar kampus. Jika
dapat akses e-journal sangat dianjurkan mendownload full text pdf atau bentuk
lainnya dan disimpan ke delam folder proyek penelitian skripsi dan jangan lupa agar
tidak kesulitan memanfaatkan bahan yang sudah didapatkan perlu rename file sesuai
judul & nama penulisnya.

d) Google Scholar /google cendekia

Google Scholar baik berbahasa Indonesia ataupun inggris adalah sumber referensi
luar bisa bernilai bagi peneliti/penulis. Tersedia full text yang downloadable. Ada
jutaan artikel dan buku/bagian buku di sana serta dapat berinteraksi dengan
penulisnya misalnya yang terhubung di data base serupa seperti researchgate.net dan
academia.edu. beberapa scholar dari mancanegara biasa berbagi di laman tersebut
dan juga di group facebook yang bertopik penelitian. Sangat dianjukan, peneliti
memiliki akun di laman-laman yang tersebut di atas.

Jika sudah banyak bahan terkumpul, sebelum memulai/sambal memulai pembuatan


literature review juga menyeleksi bahan-bahan dari aspek tahun yang terlalu lama,
kasus yang jauh berbeda dalam konteks tertentu. dan sebagainya. Tahapan
berikutnya, penulis dapat melakukan analisis dan ienterpretasi atas bahan yang sudah
dibaca. Lalu, keep going dengan proses ini sampai literature review yang panjangnya
kurang lebih 2-3 halaman benar-benar kelar. Berikut ini ada contoh penggalan dari
bagian literature review oleh beberapa penelitian/penulis:

Contoh 1:7

Menurut Smith (1985), secara umum, tujuan desentralisai mencakup dua



7 Buku Too Much Too Soon karya Syarif Hidayat, 2007. Kutipan dari buku atau ahli juga harus
dilengkapi dicantumkan di daftar pustaka/referensi tulisan.

8
bidang yaitu tujuan politik dan tujuan ekonomi. Adanya motiv ekonomi
dibenarkan oleh Rondinelli (1983) bahwa desentralisasi akan meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pembangunan ekonomi di daerah. Hal ini dapat
diartikan bahwa desentralisasi menjadi alat untuk membangun
kesejahteraan kolektif masyarakat lokal dengan mengefektifkan pengelolaan
sumber daya yang ada di daerah. Dukungan atas spirit ekonomi ini juga
dikemukakan oleh Jurgen Ruland (1992) yaitu partisipasi masyarakat luas di
daerah pada akhirnya akan mendukung agenda pembangunan sosial-
ekonomi.

Contoh 2:8

…Para aktor utama ini tidak cukup hanya memiliki kapasitas dasar. Mereka
perlu memiliki visi, kepentingan, dan kekuatan untuk mencari alternative
untuk pengembangan institusi demokrasi (Prasetyo, Priyono, Tornquist,
2003). Kemampuan inilah yang disebut sebagai kapasitas politik.

Sejauh ini, studi khusus membahasa kapasitas politik aktor sebagai basis
informasi untuk mendorong demokratisasi belum banyak dilakukan. Studi
tentang aktor biasanya dilakukan untuk secara langsung memotret kegiatan
aktual aktifis gerakan demokrasi (Tornquist & Budiman, 2001; Prasetyo,
Priyono, Tornquist, 2003; Priyono & Nur, 2009; Tornquist, 2009). Studi yang
mereka lakukan kebanyak melacak strategi gerakan, egagalan, keberhasilan,
dan implikasinya terhadap perkembangan demokrasi dari beragam konteks.
studi tersebut belum menjelaskan konsistensi antara strategi yang dipilih
dengan kapasitas politik aktor.

Desain Metodelogi: Data dan Analisis

Pertama-tama definisi mengenai metode saya pikir penting untuk diberikan di sini.
Metodologi adalah tentang bagaimana seseorang mempelajari fenomena. Kesatuan
prinsip, keyakinan, filosofis, konsep, strategi yang digunakan untuk memproduksi
pemahaman/pengetahuan (knowledge) itu disebut metodologi. Proses yang darinya
seseorang memahami ‘dunia’/fenomena/fakta/realitas. Pengertian lainnya,
metodologi merupakan prinsip-prinsip dalam praktik penelitian dan logika pencarian
secara sistematis. Jadi, metodelogi adalah alat untuk melakukan
pencarian/penelitian/pemahaman ilmiah (scientific inquiry).

Di dalam dunia persilatan, metode penelitian yang lazim dipakai mahasiswa tingkat
sarjana ilmu politik pemerintahan adalah case studies dan statistical analysis yang
mewakili kubu kualitatif dan kuantitatif. Juga terdapat klasifikasi penelitian yang
meliputi penelitian kepustakaan/library research, riset lapangan/field research,
laboratory research, dan experimental research (Simanjuntak & Sosrodiharjo, 2014).
Dan kategori lainnya juga ada banyak ragamnya.

Satu hal yang paling penting dari desain metode riset adalah berangkat dari
pertanyaan mengenai bagaimana seorang peneliti/penulis skripsi akan menjawab
rumusan masalahnya yang paling penting. Perlu juga mengakui bahwa setiap

8 Dikutipkan dari buku Blok kesejahteraan: Merebut Kembali Demokrasi karya Willy Purna Samadhi
(2016), halaman 4-5.

9
metode/pendekatan memiliki kekuatan dan melekat di dalamnya aspek kelemahan
masing-masing. Sebagai contoh, bagaimana kita menjelaskan hubungan antara
kemiskinan dan terorisme. Menjelaksan dengan statistik sangat mungkin, juga
menerangkan dengan kasus bagaimana proses terjadinya hubungan sebab akibat
tersebut juga bukan hal yang tidak penting. Metode mana yang paling obyektif?
Barangkali ini pertanyaan yang membutuhkan revisi? Atau salah pertanyaan?!

Terkait, objektifitas subjektif merupakan titik fokus pada penelitian kualitatif, yang
memiliki berbagai model. Pemilihan model penelitian kualitatif sangat tergantung
pada sudut pandang yang digunakan peneliti dan tujuan penelitian. Beberapa
penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam perspektif Symbolic Interactionism,
semiotics, existential phenomenology, constructivism dan critical (Searcy and
Mentzer 2003).

Di dalam penelitian ilmu sosial dan ilmu politik, tidak dikenal kebenaran absolut atau
obyektif 100% sehingga yang penting untuk dikenalkan adalah pendekatan dalam
penelitiannya. Yaitu, yang biasa kita kenal terdapat empat pendekatan utama dalam
penelitian sosial/politik: positifis (rationalis, naturalis), konstruksi sosial
(ethnomethodology), action research, dan normative political theory. Dari sinilah
beragam model/jenis penelitian dilahirkan. Berikut adalah tabel yang membantu
memahaminya:

Pendekatan Posisi Desain penelitian Kelemahan metodologis

“ilmu sebagai 1. mendefinisikan 1. Sudah ada hubungan


metode yang konsep sebab akibat yang
terorganisir untuk 2. Operasionalisasi diasumsikan/diingink
mengkombinasikan konsep ke dalam an peneliti
logika deduktif variable yang dapat 2. Mensyaratkan adany
dengan observasi diukur a sampling luas/besar
Positifis empirik 3. Membangun dalam penelitiannya.
…untuk hubungan antar
menemukan dan variabel
mengkonfirmasikan 4. Memaknai
kemungkinan sebab hubungan tersebut
akibat yang dapat ke dalam hipotesis
digunakan untuk 5. Mengukur variabel
memprediksikan dan uji coba
perilaku manusia hipotesis
(Neuman, 2003, 6. melihat tiga hal:
pp.71) validity, reliability
and generalizability

Bertujuan untuk 1. Pertanyaan sebagai 1. Wawancara dianggap


memahami awal gampang, padahal
bagaimana 2. Identifikasi dan tidak mudah
orang/masyarakat kontak 2. Banyaknya informasi
Konstruktifis membangun makna pelaku/informan/akt dan gampang
/ tindakan dalamm or terlupakan/tak
hidupnya 3. Mendengarkan dimaknai/tak
bagaimana mereka dimengerti
Melihat membuat/memaha 3. salah paham dan salah
fenomena/keadaan mi keadaan/realitas interpretasi
sebagai konstruksi menjadi masuk akal
sosial, ini tidak bisa 4. Mentranskrip,
diobservasi secara analisis, dan

10
obyektif dan dan membuat sintesis
tidak bisa dari wawancara
dimengerti secara
langsung
penelitian 1. Identifikasi dari 1. Keseimbangan antara
kolaboratif dan perubahan yang posisi insider- outsider
refleksi diri diharapkan 2. Menghabiskan banyak
bertujuan untuk (empowerment) waktu
Action memproduksi 2. Membangun ‘trust’
research pengetahuan dan dan interaksi yang
mendorong berkelanjutan
perubahan; 3. Pendekatan
partisipasi/peneliti konstruktif melalui
an terlibat (direct pertanyaan
accounts). 4. Siklus dari
tindakan/action dan
refleksi.

Fokus pada 1. Identifikasi hal hal 1. Validitas hasil


pertentangan kontroversial di penelitian
politik yang tidak masyarakat 2. Pengakuan pihak luar
bisa dipecahkan 2. memahami tujuan, atas hasil
Normative dengan nilai-nilai, dan penelitian/analisis dan
political menggunakan kepentingan rekomendasi yang
theory ‘empirical evidence’ 3. mengambil posisi dihasilkan
tetapi dengan dalam kontroversi
pendekatan politik 4. merangsang untuk
berfikir alternatif
Bertujuan untuk 5. menunjukkan
merefleksikan koherensi melalui
kontroversi dan pengunaan teori-
menghadirkan teori ilmiah
pilihan/alternatif (scientific theories)
npolitical choices as
logical alternative

Selain itu, ada juga yang membagi pendekatan penelitian sosial politik ini menjadi
beberapa pendekatan yang lebih spesifik seperti Craswell (2008) yang
mengkategorikan pendekatan ke dalam lima jenis yaitu, Narrative Research,
Phenomenology, Grounded Theory, Ethnography, dan Case Study. Sementara Denzin
memasukkan satu lagi yaitu jenis pendekatan biografis. Di dalam pengamatan saya
grounded theory dan etnografi sangat sulit saya menemukan dipakai di tingkat sarjana
di jurusan Ilmu pemerintahan UMY, sementara riset biografi sangat minoritas
keberadaanya. Karenanya beberapa pendekatan saya singgung disini.

Pertama, riset ethnografi. Metode penelitian etnografi termasuk dalam metode


penelitian kualitatif. Kata etnografi berasal dari kata-kata Yunani ethos yang artinya
suku bangsa dan graphos yang artinya sesuatu yang ditulis. Menurut Emzir (2012:18)
etnografi adalah ilmu penulisan tentang suku bangsa, menggunakan bahasa yang
lebih kontemporer, Etnografi dapat diartikan sebagai penulisan tentang kelompok
budaya. Menurut Ary, dkk (2010:459) etnografi adalah studi mendalam tentang
perilaku alami dalam sebuah budaya atau seluruh kelompok sosial.

Menurut Creswell (2012:462) Ethnographic designs are qualitative research


procedures for describing, analyzing, and interpreting a culture-sharing group’s
shared patterns of behavior, beliefs, and language that develop over time. Metode

11
etnografi adalah prosedur penelitian kualitatif untuk menggambarkan, menganalisa,
dan menafsirkan unsur-unsur dari sebuah kelompok budaya seperti pola perilaku,
kepercayaan, dan bahasa yang berkembang dari waktu ke waktu. Fokus dari penelitian
ini adalah budaya. Budaya sendiri menurut Le Compte dkk (dalam Creswell,
2012:462) adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan perilaku manusia dan
keyakinan. Termasuk di dalamnya adalah bahasa, ritual, ekonomi, dan struktur
politik, tahapan kehidupan, interaksi, dan gaya komunikasi.

Jadi bisa disimpulkan penelitian etnografi adalah penelitian kualitatif yang meneliti
kehidupan suatu kelompok/masyarakat secara ilmiah yang bertujuan untuk
mempelajari, mendeskripsikan, menganalisia, dan menafsirkan pola budaya suatu
kelompok tersebut dalam hal perilaku, kepercayaan, bahasa, dan pandangan yang
dianut bersama. Creswell (2012: 462) menjelaskan bahwa seseorang melakukan
penelitian etnografi ketika penelitian kelompok tersebut mampu memberikan
pemahaman tentang masalah yang luas. Seseorang melakukan etnografi ketika
memiliki kelompok untuk belajar berbagi budaya dan telah bersama-sama selama
beberapa waktu dan mengembangkan nilai-nilai kebersamaan, kepercayaan, dan
bahasa. Orang tersebut akan menangkap aturan perilaku seperti ketika guru
melakukan hubungan informal berkumpul di tempat favorit untuk bersosialisasi
(Pajak & Blase dalam Creswell, 2012: 462).

Etnografi mampu memberikan informasi rinci tentang aktivitas sehari-hari, misalnya


seperti pemikiran dan aktivitas komite untuk mencari kepala sekolah baru (Wolcot,
dalam Creswell, 2012:462). Ketika melakukan peneltian etnografi, peneliti memiliki
akses jangka panjang untuk berbagi budaya dalam kelompok sehingga dapat
membuat catatan rinci tentang perilaku dan keyakinan anggota kelompok dari waktu
ke waktu. Observasi dan wawancara menjadi prosedur standar dalam pengumpulan
data di “lapangan" dalam riset etnografi. mengejutkan, kini sudah berkembang, ada
pula metode online atau digital ethnografi. hal ini karena kehidupan manusia juga
berubah. Dan yang advance dalam riset etnografi adalah tinggal di lokasi atau bersama
keluarga, narasumber. Tipologi peneliti insider (orang dalam) sebagai pengecualian.

Kedua, penelitian birografi politik. Penelitian biografis merupa salah satu jenis
metode sejarah yang digunakan untuk meneliti kehidupan seseorang dan
hubungannya dengan masyarakat. Penelitian ini mengkaji sifat-sifat, watak, dan
pengaruh baik pengaruh lingkungan maupun pengaruh pemikirannya, dan watak
figur yang diterima selama hayatnya (Prastowo, 2013).

Dari berbagai literatur yang kompleks, sebenarnya tidak ada yang tidak mungkin di
dalam penelitian. Misalnya, ada pengalaman penelitian menarik yang say abaca dari
buku karya Cristian Crumlish (2004) dengan judul the power of many: How the living
web is transforming business, politics, and everyday life. Saya kira unik sekali buku
ini, risetnya dilakukan saat liburan atau sambil berlibur—menemui responden sangat
acak, mengejar dengan wawancara email, telpon, dll. Pengalaman riset yang menarik
karena membuat penelitinya bergairah dan senang di dalam menjalani proses. Jadi
kebebasan berexperimen itu selalu terbuka bagi yang mau melakukannya.

Penutup: Lebih cepat, lebih bermutu!

Dalam praktik menuliskan latar belakang proposal riset di bidangpolitik


pemerintahan dan kualitatif sangat penting memahami apa itu realitas dan apa itu

12
pengetahuan obyektif yang mana kita bisa belajar dari Berger dan Luckmann. Itu
semua sudah termasuk dipikirkan serius sejak awal memikirkan topik penelitian.

Penelitian sosial di bidang politik pemerintahan dapat memilih cara dari beberapa
metodologi yang tersedia. Pilihan tersebut sebenarnya tergantung lebih karena latar
belakang pendidikan dan kesukaan dari pada masalah itu sendiri. Hakikat pilihan
metodologi dan pendekatan di dalam penelitian itu bukan soal ekslusi—mengganggap
yang lain buruk/tidak obyektif sementara menganggap pendekatannya lebih obyektif.

Percayalah, jika peneliti atau mahasiswa akhir mendekat kepada urusan-urusan


skripsi, niscaya skripsi dan berbagai faktor pendukungnya akan mendekatimu juga.
Inilah salah satu ‘mukjizat’ yang diberikan kepada mahasiswa semester akhir dan
sesunggugnya Tuhan dan DPL-nya bersemayam di hati mahasiswa yang berjihad
menyelesaikan skripsi. Bagian penutup ini semoga dapat memberikan inspirasi
kepada mahasiswa untuk hebat di dalam menyusun kata pengantar, menyelesiakan
halaman persembahan, dan juga halaman motto. Pastikan skripsi cepat selesai dan
baik mutunya. Sekian, semoga bermanfaat dan selamat berjuang.

Daftar Pustaka

Berger, Peter L & Luckmann, Thomas. 2013. Tafsir sosial atas Kenyataan: risalah tentang
Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: LP3ES.
Charmaz, Kathy. 2009. Constructing Grounded Theory: A Practical Guide Through
Qualitative Analysis. Los Angeles-London-New delhi-Singapore: Sage Publication.
Creswell, John W 2007. “Qualitative Inquiry& Research Design; Choosing Among Five
Approaches”
Denzin, N. K. and Lincoln, Y. S. (eds) (2000). Handbook of Qualitative Research, 2nd revised
ed. London: Sage.
Galaghar, Kennet T. 1994. Epistimologi Fislafat Pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius.
Hanif, Hasrul. 2010. Pengalaman penelitian Kualitatif. Yogyakarta: POLGOV
Harahap, Syahrin. 2014. Metodologo Studi Tokoh dan Penulisan Biografi. Jakarta: Penerbit
prenada.
Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Nurmandi, Achmad et al. 2006. Mencari Jati diri Ilmu Pemerintahan. Yogyakarta:
Laboratorium Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Prastowo, Andi. 2011. memahami metode-metode penelitian: suatu Tinjauan Teoristis dan
praktis. Yogyakarta: ar-Ruzz Media.
Salim, Agus. 2006. Teori dan paradigm Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara wacana.
Silverman, David & Marvasti, Amir. 2008. Doing Qualitative Research.Los Angeles-London:
Sage Publication.
Simanjuntak, Bungaran A & Sosrodiharjo, Soedjito. 2014. Metode Penelitian Sosial (edisi
revisi). Jakarta: penerbit Buku Obor.
Zed, Mustika. 2017. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: yayasan pustaka Obor
Indonesia.

13

Anda mungkin juga menyukai