BAB I
Pendahuluan
I. 1. Latar Belakang
Beton merupakan bahan bangunan yang popular digunakan dalam
bidang konstruksi, baik konstruksi gedung, jembatan, bendungan, fondasi,
saluran air hingga jalan. Beton memiliki bahan pembentuk utama yang
terdiri dari semen, air, agregat halus (Pasir), dan agregat kasar (Kerikil)
dengan perbandingan tertentu, kadang-kadang ditambahkan bahan
campuran lain (bahan aditif) untuk menghasilkan beton dengan karakteristik
tertentu seperti, kemudahan pengerjaan (Workability), durabilitas, dan waktu
pengerasan.
Beton merupakan material komposit dimana sifat-sifat beton
tergantung pada sifat unsur masing-masing serta interaksi mekanis dan
kimiawi dari material pembentuknya. Ada tiga sistem umum yang
melibatkan semen, yaitu pasta semen, mortar dan beton. Interaksi antara
pasta semen, mortar, dan beton akan membentuk adukan beton yang baik
dan dapat dicetak sesuai jenis beton yang diinginkan bahkan komposisi
campurannya yang dapat dimodifikasi sehingga membentuk jenis beton
yang berbeda. Berikut merupakan jenis-jenis beton :
1. Beton siklop
2. Beton Ringan
3. Beton non pasir
4. Beton hampa
5. Beton bertulang
6. Beton prategang
7. Beton pracetak
8. Beton massa
9. Fero semen
10. Beton serat
Reaksi semen dan air akan membentuk pasta (Grount) yang dapat
mengikat pasir dan kerikil menjadi bahan beton yang bersifat keras seperti
batu. Proses pembentukan pasta ini disebut proses hidrasi. Proses hidrasi
membutuhkan waktu dari lembek sampai dengan keras. Pada saat lembek
adukan beton dapat dicor pada cetakan (Formwork / Bekisting). Setelah
beton mengeras, material beton mengeras dapat digunakan sebagai elemen
struktur yang dapat menahan beban.
Untuk memperoleh kualitas beton yang baik diperlukan parameter-
parameter yang penting yaitu :
1. Kualitas semen;
2. Proporsi semen terhadap air dalam campurannya;
3. Kekuatan dan kebersihan agregat;
4. Interaksi atau adhesi antara pasta semen dan agregat;
5. Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton;
6. Penempatan yang benar, penyelesaian dan kompaksi beton segar;
7. Perawatan pada temperatur yang tidak lebih rendah dari 500F pada saat
beton hendak mencapai kekuatannya;
8. Kandungan klorida tidak melebihi 0,15 % dalam beton ekspos dan 1 %
untuk beton terlindung.
Teori faktor air semen (faktor w/c) menyatakan bahwa suatu
kombinasi bahan yang diberikan sudah memenuhi konsistensi yang sudah
dikerjakan, kekuatan beton pada unsur tertentu bergantung pada
perbandingan berat air dan berat semen dalam campuran beton. Dengan kata
lain, jika angka perbandingan air terhadap semen sudah tentu, maka
kekuatan beton pada umur tertentu pada dasarnya dapat diperoleh, dengan
syarat bahwa campurannya plastis, dapat dikerjakan dan agregatnya baik,
tahan lama, dan bebas material yang merugikan. Sementara kekuatan
bergantung pada faktor air-semen, nilai ekonomis bergantung pada
persentase agregat yang ada, yang masih menghasilkan campuran yang
dapat dikerjakan.