Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia yang
diberikan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan Critical Journal
Report ini dengan sebaik–baiknya. Penulisan laporan Critical Journal Report ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosio Antropologi
Kesehatan dengan ibu Fauziah Nasution, M.P.si selaku dosen pengampu.
Laporan Critical Journal Report ini telah saya susun semaksimal mungkin.
Namun, apabila masih ada kekurangan dan kesalahan, saya memohon maaf. Saya
berharap, dengan membaca laporan Critical Journal Report ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua, semoga hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai
inti dari laporan Critical Journal Report ini.

Medan, Mei 2019

Fauza Tamara

NIM 0801181141

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................
A. Pengantar ................................................................................................... 3
1. Identitas Jurnal Utama............................................................................... 3
2. Identitas Jurnal Pembanding ..................................................................... 3
BAB II RINGKASAN ARTIKEL/HASIL PENELITIAN ................................... 5
A. Ringkasan Jurnal/Hasil Penelitian............................................................. 5
1. Jurnal Utama ............................................................................................. 5
2. Jurnal Pembanding .................................................................................... 6
BAB III KEUNGGULAN PENELITIAN ............................................................
A. Kegayutan Antar Elemen .......................................................................... 8
B. Originalitas Temuan .................................................................................. 8
C. Kemuktahiran Masalah ............................................................................. 9
D. Kohesi dan Koherensi Isi Penelitian ......................................................... 9
BAB IV KELEMAHAN PENELITIAN ...............................................................
A. Kegayutan Antar Elemen ......................................................................... 10
B. Originalitas Temuan ................................................................................. 10
C. Kemuktahiran Masalah ............................................................................ 10
D. Kohesi dan Koherensi Isi Penelitian ........................................................ 10
BAB V IMPLIKASI TERHADAP .......................................................................
A. Teori ......................................................................................................... 11
B. Pembahasan dan Analisis ........................................................................ 12
BAB VI PENUTUP ..............................................................................................
A. Kesimpulan .............................................................................................. 13
B. Saran .......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengantar

Salah satu target yang ingin dicapai pada SDG‟s 2030 adalah semua orang
memiliki hak yang sama terhadap sumber daya ekonomi, serta akses terhadap
layanan dasar, sebagaimana disebutkan pada target 1.4. Indikator untuk target
tersebut adalah rumah tangga memiliki akses terhadap layanan dasar (termasuk air
minum, sanitasi dan higiene) (WHO, 2017). Menurut laporan WHO tahun 2017,
sampai dengan tahun 2015 Indonesia termasuk salah satu negara dari 15 negara
yang perkembanganya sesuai dengan yang diharapkan untuk akses universal
penyediaan air dasar SDG‟s 2030, seperti Republik Demokratis Laos, Maroko,
Mongolia, Sri Lanka, Bolivia, Turkmenistan dan seterusnya. Meskipun demikian,
masih ada kesenjangan proporsi rumah tangga miskin dengan yang kaya dalam
pemenuhan kebutuhan dasar air minum yang memenuhi syarat kesehatan; yaitu
antar 60%-90% (UNICEF, 2017). Akses masyarakat terhadap sumber air minum
layak meningkat dari 62% pada tahun 2007 menjadi 66,8% pada tahun 2013
(Kemenkes, 2013b). Sumber air minum yang dimaksud layak adalah yang
bersumber dari perpipaan PDAM ke rumah-rumah penduduk atau keran umum
PDAM, sumur bor, sumur gali terlindung, mata air terlindung dan PAH terlindung
(WHO, 2017).

1. Jurnal Utama

Identitas Jurnal

Judul Artikel : KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PENGGUNA AIR


MINUM KEMASAN DAN ISI ULANG DI INDONESIA

Penulis : Elsa Elsi, Sahat P Manalu, Dasuki, Aria Kusuma

Tahun Terbit : 2019

3
Volume : 17

Nomor :3

ISSN : -

Alamat URL :-

Tanggal Akses : 20 Mei 2019

2. Jurnal Pembanding

Judul Artikel : Harmonisasi Standar Nasional (SNI) Air Minum Dalam


Kemasan Dan Standar Internasional

Penulis : Sri Agustini

Tahun Terbit : 2017

Volume :9

Nomor :2

ISSN : -

Alamat URL :

Tanggal Akses : 31 Mei 2019

BAB II

RINGKASAN ARTIKEL ATAU HASIL PENELITIAN

A. Ringkasan Jurnal/Hasil Penelitian

1. Jurnal Utama

4
Desain penelitian adalah potong lintang. Variabel terikat adalah jenis
sumber air minum rumah tangga, sedangkan variabel bebas terdiri dari
karakteristik sumber air utama dan waktu yang diperlukan untuk mengambil air.
Analisis data secara bivariat dilakukan untuk menganalisis hubungan antara
proporsi pengguna air minum kemasan/isi ulang oleh rumah tangga dengan
sumber air layak dengan rumah tangga yang menggunakan sumber air tidak
layak.
Hasil penelitian di atas menunjukan bahwa umumnya masyarakat di
pedesaan tidak menggunakan air minum kemasan/isi ulang karena ketersediaan
depot air minum isi ulang di pedesaan relatif terbatas dan dari segi harga relatif
lebih tinggi untuk masyarakat di pedesaan. Sementara jumlah Kabupaten di
Indonesia adalah 414 (80,39%) dan Kota 99 (19,61%). Kondisi ini menyebabkan
sebagian besar responden pada penelitian ini berada di pedesaan. Menurut hasil
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, akses masyarakat terhadap sumber air minum
layak untuk pedesaan sebesar 69,4% dan perkotaan sebesar 64,3%. (Kemenkes,
2013b). Akan tetapi proporsi penduduk yang berdomisili di perkotaan lebih kecil
dibanding pedesaan yaitu 49,8% pada tahun 2010 (BPS, 2014). Oleh sebab itu
hasil analisis secara statistik pada artikel ini menemukan bahwa rumah tangga
dengan sumber air minum belum layak dan sumber air utama belum layak 66 kali
lebih besar kemungkinanya untuk menggunakan air kemasa/isi ulang sebagai
sumber air minum rumah tangga. Pada rumah tangga dengan sumber air minum
sudah layak dan sumber air utama belum layak protektif terhadap penggunaan air
kemasan/ isi ulang sebagai sumber air minum. Berdasarkan penelitian-penelitian
yang sudah ada di Indonesia juga tidak sedikit yang menemukan bahwa kualitas
dari air minum isi ulang belum sepenuhnya terjamin. Penelitian yang dilakukan
pada Kecamatan Kuta Selatan dan Kabupaten Badung, Bali bertujuan untuk
mengetahui kualitas air minum isi ulang. Ada 22 depo air minum isi ulang dia
wilayah tersebut, namum yang diperiksa hanya 10 depo yang dipilih secara acak.
Penelitian tersebut menemukan bahwa air minum isi ulang yang diperiksa tidak
memenuhi standar kualitas air minum dan ada 8 depo air minum isi ulang yang
tidak aman. Air minum isi ulang dari depo A dan B terkontaminasi salmonella,

5
depo D, F, G, H dan J terkontaminasi Koliform dan Salmonella (Gede I, Kacu N,
Nocianitri K, 2013). Penelitian di tanggerang yang dilakukan terhadap 12 depo
airminum isi ulang dengan menggunakan standar SNI sebagai parameter yang
diukur.

2. Jurnal Pembanding

Penelitian dilakukan pada tahun 2017. Penelitian ini merupakan perpaduan


penelitian kuantitatif dan kualitatif. Analisa data sekunder seperti data potensi
desa dan Riskesdas dilakukan dengan pendekatan spasial. Air minum
didefinisikan sebagai air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi persyaratan kesehatan dan langsung dapat diminum
(Permenkes, 2010). Dari definisi ini maka dapat disimpulkan bahwa air yang
disediakan oleh PDAM tidak termasuk dalam subjek peraturan ini, karena air
yang dihasilkan tidak dapat diminum langsung. Berbeda halnya dengan AMDK
dan air minum isi ulang, keduanya termasuk subjek yang diatur dalam peraturan
ini karena merupakan air yang dapat diminum langsung. Permenkes 492/2010
mewajibkan produsen air minum menjamin air minum yang produksinya
memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimia dan radio aktif yang
ditetapkan sebagai parameter wajib. Sedangkan untuk parameter tambahan masing
masing sesuai kondisi dan lingkungan setempat namun tetap mengacu pada
parameter tambahan yang ditetapkan oleh Permenkes tersebut. Permenkes
492/2010 menetapkan 8 parameter wajib yang berhubungan langsungdengan
kesehatan ( 6 parameter kimia dan 2 parameter mikrobiologi) dan 12 parameter
wajib yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan serta parameter
persyaratan tambahan. Menurut peraturan ini air minum dikatakan aman bagi
kesehatan jika memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radio
aktiv yang ditetapkan dalam persyaratan parameter wajib dan tambahan. SNI
3553:2015 menetapkan 34 parameter sebagai persyaratan kualitas AMDK.
Persyaratan tersebut meliputi 6 parameter mengenai kondisi fisika, 6 parameter
persyaratan cemaran logam berat, 16 parameter kimia serta 5 parameter
persyaratan mikrobiologi.

6
BAB III
KEUNGGULAN PENELITIAN

A. Kegayutan Antar Elemen


Dari segi pembahasan masalah antara kedua jurnal, keduanya memberikan
penjelasan yang rinci serta menyeluruh. Pemaparan masalah dijelaskan secara
menyeluruh, mulai dari alasan mengapa terjadinya masalah tersebut sampai
dampaknya. Dalam penelitian dari kedua jurnal, dijelaskan bahwa alasan
masyarakat lebih memilih menggunakan air Hasil menunjukkan bahwa proporsi
pengguna air minum kemasan/isi ulang oleh rumah tangga dengan sumber air
minum yang belum layak lebih tinggi diibandingkan dengan rumah tangga
dengan sumber air minum layak, yaitu masing-masing (7,6%) dan (26,7%).
Terdapat hubungan bermakna antara rumah tangga dengan sumber air minum
belum layak, dengan waktu tempuh pengambilan air belum layak terhadap
penggunaan air minum kemasan/ isi ulang (p=0,000). Pada rumah tangga dengan
sumber air minum layak, sumber air utama belum layak dan waktu pengambilan
belum layak juga ditemukan hubungan bermakna secara statistik terhadap
penggunaan air minum kemasan/ isi ulang (p=0,000).

Hubungan antara sub-sub penjelasannya pun saling berhubungan satu


dengan yang lainnya serta saling melengkapi. Setiap sub-subnya disajikan secara
cukup singkat dan menyeluruh, serta mampu memaparkan topik yang dibahas
secara jelas.

B. Originalitas Temuan
Pembahasan jurnal yang saya baca, dari kedua jurnal tersebut penulis dari
masing-masing jurnal membuat jurnal tersebut sesuai dengan masalah layak tau
tidaknya untuk di minum, terutama pada masyarakat, yang dirasa karena lebih
praktis. Terutama bagi masyarakat ekonomi kebawah dan masih tinggal di
pedesaan dan sarat akan budaya, air kemasan sangat murah pergalonnya dan lebih
hemat. Namun sekarang ini hampir semua masyarakat indonesia meminum air
mineral dan tidak di masak.

C. Kemukhtahiran Masalah

7
Setelah penyusun membaca kedua jurnal tersebut, masalah yang diangkat
kedalam penelitian dan dibahas di dalam jurnal yaitu mengenai layak atau
tidaknya air minum mineral untuk di minum masyarakat.
D. Kohesi dan Koherensi Isi Penelitian
Dari kedua jurnal tersebut, penulis mampu untuk menghubungkan antara
gagasan utama dengan topik yang disampaikan, sehingga saling berhubugan satu
sama lain baik jurnal utama maupun pada jurnal pembanding. Pembahasan
masalah yang diangkat secara singkat, serta memberikan bagaimana masyarakat
dalam memadang permasalaha tersebut, serta data dari organisasi kesehatan dan
tidak terlalu banyak definisi di dalam kedua jurnal tersebut. Penulis langsung
membahas topik masalah yang dibahas di dalam hasil penelitian.

BAB IV
KELEMAHAN PENELITIAN

A. Kegayutan Antar Elemen


Dalam kedua jurnal tersebut hanya sedikit kelemahannya, yaitu jika pada
jural utama, saran tidak dibuat sub penjelasan baru sehingga jika tidak teliti maka
tidak akan mengetahuinya, sedangkan pada jurnal utama tidak diberitahukan
apakah minuman mineral lebih layak dari air masak.

8
B. Originalitas Temuan
Dari kedua jurnal tersebut, tidak ada kekuragan dari segi originalitas,
karena kedua jurnal memberikan data serta hasil wawancara yang berbeda,
sehingga sudah memenuhi dari segi originalitas temuan.

C. Kemukhtahiran Masalah
Setelah diamati dapat disimpulkan bahwa kemukhtahiran masalah yang
diangkat dari kedua jurnal dapat dikatakan bahwa sudah tidak mukhtahir lagi.

D. Kohesi dan Koherensi Isi Penelitian


Hampir tidak ada kekurangan dari kedua jurnal tersebut dari segi kohesi
dan koherensi.

9
BAB V

IMPLIKASI TERHADAP

A. Teori

Pada kedua jurnal mengumpulkan data memalui secara langsung dan


melihat ketetapan pemeritah tentang masalah air layak atau tidak layaknya untuk
di minum masyarakat.

B. Pembahasan dan Analisis

Hasil kajian dari kedua jurnal menunjukkan, di beberapa daerah di


Indonesia masyarakat lebih memilih air mineral . di karenakan pihak WHO juga
menetapkan bahwasannya air mineral sudah di uji langsung dan tidak
mengandung bakteri ecoli, akan tetapi air mineral atau kemasan tidak boleh
terpancar langsung pada sinar matahri karena akan berakibat bakteri tersebut
muncul dan botol penggunaan plastic tersebut akan mencemari air tersebut.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kedua jurnal membahas Rumah tangga dengan sumber air utama layak
lebih banyak yang menggunakan air minum kemasan/isi ulang (7,6%), dibanding
rumah tangga dengan sumber air utama yang belum layak (1,8%). Berdasarkan
waktu tempuhnya, proporsi rumah tangga -dengan sumber air yang layak
menggunakan air minum kemasan/ isi ulang juga lebih tnggi (26,7%) dibanding
rumah tangga dengan waktu pengambilan air ke sumber air utama belum layak

10
(20,7%). Terdapat perbedaan persyaratan parameter mikrobiologi antara SNI
3553:2015 dan SNI 6241:2015 dengan Permenkes 492/2010, IBWA (2015) dan
FDA dan WHO (2011). SNI 3553:2015 dan SNI 6241:2015 tidak mensyaratkan
E. coli sebagai parameter yang harus dipastikan tidak boleh ada pada AMDK. Hal
ini berbeda dengan Permenkes 492/2010, IBWA, FDA dan WHO yang
mensyaratkan bahwa E. coli tidak boleh ada pada air minum. Sebaliknya SNI
AMDK mensyaratkan parameter Pseudomonas aeruginosa serta angka lempeng
total seperti yang disyaratkan oleh Perka BPOM. SNI 3553:2015 belum harmonis
dengan Permenkes 492/2010, IBWA dan WHO yaitu kesadahan, aluminium dan
seng. Perlu dilakukan revisi dan harmonisasi antara persyaratan SNI 3553:2015
dengan regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah seperti Permenkes, Permenperin
serta persyaratan internasional.

B. Saran
Berdasarkan hasil dari perbandingan kedua jurnal, keduanya mempunyai
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun pada jurnal utama terdapat
kesalahan penulisan dan saran tidak diberikan sub penjelasan baru, sementara pad
jurnal pembanding tidak dijelaskan apa tujuan penelitian, maka penyusun
menyarankan agar pembaca lebih teliti dalam membaca jurnal kedua jurnal,
namun jika ingin lebih mudah maka bacalah jurnal kedua, karena meskipun tidak
terdapat tujuan dari jurnal, namun jika membaca saran jurnal, maka pembaca
dapat menyimpulkan tujuan dari jurnal tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

Elsa Elsi, Sahat P Manalu, Dasuki, Aria Kusuma, “KARAKTERISTIK RUMAH


TANGGA PENGGUNA AIR MINUM KEMASAN DAN ISI ULANG DI
INDONESIA”
Sri Agustini “Harmonisasi Standar Nasional (SNI) Air Minum Dalam
Kemasan Dan Standar Internasional”

12
13

Anda mungkin juga menyukai