Anda di halaman 1dari 12

Idea Nursing Journal Vol. III No.

2 2012
ISSN: 2087-2879
HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI
DENGAN STATUS GIZI LANJUT USIA DI UPTD RUMOH SEUJAHTERA
GEUNASEH SAYANG BANDA ACEH

Correlation between Factors Affecting Nutritional Needs With Nutrition Status of Elders
Residing in UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang, Banda Aceh

Ibrahim HS
Bagian Keilmuan Keperawatan Jiwa dan Komunitas PSIK-FK Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Mental Health and Community Health Nursing Department, School of Nursing,
Faculty of Medicine, Syiah Kuala University, Banda Aceh
E-mail: ibrahim.laweung@yahoo.com

ABSTRAK
Masalah gizi adalah masalah yang mungkin terjadi pada lansia yang erat kaitannya dengan masukan makanan
dan metabolisme tubuh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hal ini disebabkan oleh terjadinya proses
degradasi yang berlangsung sangat cepat yang mengakibatkan terjadinya perubahan status gizi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi lanjut usia di Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Banda Aceh Tahun 2011. Desain
penelitian yang digunakan deskriptive corelative dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian ini
dilakukan dari tanggal 26 - 29 Oktober 2011 di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Rumoh Seujahtera
Geunaseh Sayang Banda Aceh dengan jumlah responden 49 orang. Alat pengumpulan data menggunakan
kuesioner dalam bentuk dikotomi. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan total sampling, analisa
bivariat dengan mengunakan uji statistik chi-square test (x2). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan
faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi dengan status gizi lanjut usia, diantaranya aktivitas fisik,
depresi dan kondisi mental, pengobatan, penyakit dan kemunduran biologis dengan status gizi lanjut usia
dengan nilai p-value < 0,05. Kesimpulan hasil penelitian didapatkan bahwa status gizi lansia sudah berada
dalam kategori normal, maka peneliti menyarankan kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Banda Aceh agar dapat mengoptimalkan perhatian terhadap makanan
yang dikonsumsi lansia guna mencapai status gizi yang normal dan dalam memberikan obat kepada lansia
agar lebih memperhatikan daya penyerapan obat tanpa mempengaruhi status gizi lansia, dan peneliti
selanjutnya dapat menjadikan referensi untuk melihat lebih lanjut tentang hubungan faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan gizi dengan status gizi lanjut usia.

Kata kunci: lansia, faktor-faktor kebutuhan gizi, status gizi

ABSTRACT
Nutritional problems are a case that may occur in the elderly related to food intake and metabolism or the
factors that influence it. It caused by a rapid degradation processes which resulted in a nutritional status
change. This study aims to determine the factors that affect the nutritional needs of the elderly in technical
service unit home stay Seujahtera Genaseh Sayang, Banda Aceh, 2011. The study design used descriptive
correlative with cross sectional study. This study was conducted from October 26 to 29, 2011 in technical
service unit home stay Seujahtera Genaseh Sayang, Banda Aceh by the number of respondents 49 people.
The data collection used a questionnaire with dichotomy form. Sampling technique used total sampling and
bivariate analysis using the statistical test chi-square tests (x2). The results showed, there was a relationship
between influencing factors nutritional needs with nutritional status of elders including; (1) physical
activity, (2) depression and mental condition, (3) treatment, (4) disease and biological deterioration with p-
value <0.05.The result showed that the nutritional status of elders were already in the normal category. The
researchers suggested that the Head Office technical service unit home stay Seujahtera Genaseh Sayang,
Banda Aceh to concern regarding the elders food consuming in order to achieve a normal nutritional status
and to pay more attention regarding drug absorption when the elders consume the drugs without affecting
their nutritional status, and for further study, it can be as references to see more about the relationship of the
factors that affect the nutritional needs and the elders nutritional status.

Keywords: elders, nutritional need factors, nutritional status

51
Idea Nursing Journal Ibrahim HS

PENDAHULUAN Darmojo & Martono (1995)


Salah satu ciri kependudukan abad melaporkan bahwa lansia yang mengalami
tahun 21 adalah meningkatnya pertumbuhan kurang gizi di Indonesia sebanyak 3,4%, dan
penduduk lansia yang sangat cepat. Pada yang mempunyai berat badan kurang
tahun 2000 jumlah penduduk lansia di sebanyak 28,3%. Sedangkan menurut
seluruh dunia mencapai 426 juta atau sekitar Wirakusumah (2000, p. 72) lansia yang
6,8% total populasi. Jumlah ini diperkirakan mengalami obesitas di Indonesia sebanyak
akan mencapai peningkatan dua kali lipat 3,4% dan berat badan lebih sebanyak 6,7%.
pada tahun 2025 dimana terdapat 828 lansia Sebuah penelitian di Inggris pada
yang menempati 9,7% populasi. Sedangkan tahun 2005 dilakukan terhadap 5000
di Indonesia jumlah lansia menunjukkan responden laki-laki dan 5000 responden
peningkatan absolut maupun relatif. Kalau perempuan yang berumur 16 – 64 tahun.
pada tahun 1990 jumlah hanya sekitar 10 Hasilnya menunjukkan prevalensi obesitas
juta maka pada tahun 2020 diperkirakan dengan kriteria IMT (< 30 kg/ ) lebih
akan meningkat menjadi sekitar 29 juta, tinggi pada responden yang umurnya lebih
dengan peningkatan dari 5,5% menjadi tua (Herry, 2008).
11,4% dari total populasi (Bustan, 2000, p. Masalah gizi adalah masalah yang
112). mungkin terjadi pada lansia yang erat
Menurut UU No. 13 tahun 1998 Pasal kaitannya dengan masukan makanan dan
1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia metabolisme tubuh serta faktor-faktor yang
menyatakan lanjut usia adalah seseorang mempengaruhinya. Secara umum faktor
yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas yang mempengaruhi kebutuhan gizi lansia
(Notoatmodjo, 2007, p. 275). Dimana terdiri dari aktivitas fisik, depresi dan
kemampuan yang dimiliki pun makin kondisi mental, pengobatan, penyakit dan
berkurang pada usia lanjut. Hampir semua kemunduran biologis (Wirakusumah, 2001,
organ dalam tubuh kehilangan fungsinya p. 10).
kira-kira 1% setiap tahun mulai dari usia 30 Status gizi merupakan keadaan
tahun (Hutapea, 2005, p. 41). kesehatan individu atau kelompok yang
ditentukan oleh derajat keburukan fisik dan
Menurut ahli gerontologi dan geriatri
energi dan zat-zat gizi yang diperoleh dari
diperkirakan 30 – 50% faktor gizi berperan
ragam makanan yang berdampak fisiknya
penting dalam mencapai dan
diukur secara antropometri dengan
mempertahankan kesehatan lansia yang
mengukur berat badan dan tinggi badan
optimal. Kebutuhan unsur gizi tertentu pada
(Supariasa, 2002)
lansia mengalami peningkatan, hal ini
Keadaan gizi individu dipengaruhi
disebabkan oleh terjadinya proses degradasi
juga oleh pola konsumsi dan infeksi.
(perusakan) yang berlangsung sangat cepat.
Keadaan konsumsi pangan dapat dijadikan
Lansia merupakan salah satu kelompok yang
sebagai indikator pola pangan yang
rawan menderita kekurangan gizi dan
baik/kurang baik dan bukan merupakan
kelebihan gizi. Kekurangan gizi disebabkan
ukuran keadaan gizi yang ditentukan secara
oleh penurunan selera makan, penurunan
langsung. Sedangkan dalam tubuh seorang
sensitivitas indra perasa dan penciuman
lansia terdapat interaksi sinergis antara gizi
akibat meningkatnya usia. Sedangkan
dan infeksi yang disebabkan antara lain
kelebihan gizi disebabkan oleh perubahan
karena berkurangnya konsumsi pangan
gaya hidup dan lansia mempunyai lemak
karena tidak nafsu makan, menurunnya
lebih banyak.
penurunan zat gizi, diare dan meningkatnya

52
Idea Nursing Journal Vol. III No. 2 2012

kebutuhan karena status fisiologis (Riyadi, Berdasarkan hasil pengambilan data


1990; Ady, 2010). awal pada tanggal 16 Juli tahun 2011 dari
Selain status fisiologis, kondisi mental bagian tata usaha Unit Pelaksana Teknis
juga sangat berpengaruh terhadap asupan Dinas (UPTD) Rumoh Seujahtera Geunaseh
gizi lanzia. Lansia yang tinggal di Panti Sayang didapatkan bahwa ada 49 orang
jompo akan mengalami suatu perubahan lanjut usia yang terdiri dari 32 lanjut usia
sosial dalam kehidupannya sehari-hari. perempuan dan 17 lanjut usia laki-laki.
Apabila orang lanjut usia tidak segera Sedangkan dari hasil wawancara dari bagian
mampu menyesuaikan diri dengan dapur mengatakan bahwa lansia yang berada
lingkungan baru yang ada di Panti jompo di panti makan 3 kali sehari dengan menu
dan berusaha menjalin hubungan dengan yang berbeda setiap hari. Menu makanan
orang lain yang seusia, ketegangan jiwa atau bagi lansia semua sama, tidak ada
stres akan muncul. Stres yang pemisahan menu khusus bagi lansia yang
berkepanjangan dapat memperbesar mengidap suatu penyakit tertentu. Di panti
penyakit fisik maupun mental dan tidak juga tidak disediakan makanan tambahan
menutup kemungkinan lansia akan lainnya. Sedangkan dari hasil wawancara
mengalami keputus asaan yang akhirnya dengan 7 orang lansia 5 diantaranya
menjurus ke depresi (Sarwoko, 2011). mengatakan bahwa mereka sering
Hasil penelitian yang di lakukan oleh mengalami penurunan selera makan dan
Andrew (2011), menyatakan bahwa merasa lelah jika beraktivitas.
beberapa lansia yang dititipkan sanak Berdasarkan latar belakang maka
keluarganya di panti jompo mengeluhkan masalah dalam penelitian ini adalah
kondisinya saat baru pertama kali berada di “Hubungan Faktor-faktor Yang
dalam panti. Dengan kondisinya yang tidak Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Dengan
dapat melihat membuat penghuni baru ini Status Gizi Lanjut Usia di Unit Pelaksana
kebingungan. Sikap menolak dan ingin Teknis Dinas (UPTD) Rumoh Seujahtera
kembali pulang ini yang terjadi karena Geunaseh Sayang Banda Aceh tahun 2011”.
belum adanya adaptasi. Keadaan fisik yang Adapun tujuan penelitian ini yaitu
mulai melemah, suasana hati yang berubah, untuk mengetahui hubungan faktor-faktor
serta keadaan tempat tinggal yang baru yang mempengaruhi kebutuhan gizi dengan
membuat lansia merasa kebingungan status gizi lanjut usia meliputi: aktivitas
menyesuaikan kondisi di sana, biasanya para fisik, depresi dan kondisi mental,
lansia yang merasa sendiri dan selalu kemunduran biologis, pengobatan serta
bersedih, marah-marah, mengeluh maupun penyakit.
menangis merupakan contoh dari mereka Diharapkan tulisan ini dapat menjadi
yang tidak nyaman akan keadaan Panti. bahan masukan bagi pemberi pelayanan
Dengan demikian, perubahan lingkungan asuhan keperawatan lanjut usia dalam
sosial, kondisi yang terisolasi, kesepian dan mengevaluasi kebutuhan gizi lanjut usia
berkurangnya aktivitas serta kondisi mental sehingga diharapkan dapat memberikan
yang tidak sehat menjadikan para lansia asuhan keperawatan yang paripurna dengan
mengalami rasa frustasi dan kurang mengoptimalkan pola makan yang beragam
bersemangat. Akibatnya, selera makan dan gizi seimbang.
terganggu dan pada akhirnya status gizi
METODE
lansia tidak terpenuhi dengan baik
Penulisan ini menggunakan
(Wirakusumah, 2001, p. 13).
Deskriptive Corelative dengan teknik

53
Idea Nursing Journal Ibrahim HS

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Katagori Umur, Jenis Kelamin dan Pendidikan
Terakhir di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Banda Aceh Tahun 2011 (n = 49)
No Data Demografi Frekuensi Persentase (%)
1 Umur responden
a. Usia pertengahan (45 – 59 tahun) 0 -
b. Lanjut usia (60 - 74 tahun) 33 67,35
c. Lanjut usia tua (75-90 tahun) 16 32,65
d. Usia sangat tua (> 90 tahun) 0 -
2 Jenis Kelamin responden
a. Laki-Laki 17 34,7
b. Perempuan 32 65,3
3 Pendidikan responden
a. Tidak Sekolah 8 16,3
b. SD 29 59,2
c. SMP 10 20,4
d. SMA 2 4,1
Total 49 100
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2011)

pengambilan sampel yang digunakan total Data demografi dalam penelitian ini
sampling dengan alat pengumpulan data meliputi : umur, jenis kelamin dan
penelitian menggunakan instrumen dalam pendidikan terakhir.
bentuk dikotomi dimana memiliki 2 Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui
alternatif jawaban “ya” dan “tidak”. Uji bahwa sebagian besar umur responden
validitas instrumen menggunakan konstruk berada antara 60 – 74 tahun dengan
validity pada 30 responden. Jika hasil uji frekuensi sebanyak 33 orang (67,35%),
kuesioner diperoleh nilai lebih besar dari berdasarkan jenis kelamin responden
0,361 maka kuesioner tersebut dinyatakan sebagian besar adalah perempuan dengan
valid. Pengolahan data dilakukan melalui frekuensi sebanyak 32 orang (65,3%) dan
tahap editing, coding, transfering dan berdasarkan pendidikan responden adalah
tabulating. Analisa data dilakukan dengan SD dengan frekuensi sebanyak 29 orang
menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” (59,2%).
untuk masing-masing subvariabel. Hasil
penelitian kategori tinggi bila semua item DISKUSI
dilakukan dan kategori rendah bila tidak Pada pembahasan berikut ini akan
dilakukan. diuraikan hasil penelitian yang telah
didapatkan serta analisis berdasarkan
HASIL konsep-konsep teoritis yang ada mengenai
Pengumpulan data penelitian ini di Hubungan Faktor-faktor Yang
laksanakan pada tanggal 26 Oktober sampai Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Dengan
dengan 29 Oktober 2011 di Unit Pelaksana Status Gizi Lanjut Usia di Unit Pelaksana
Teknis Dinas (UPTD) Rumoh Seujahtera Teknis Dinas (UPTD) Rumoh Seujahtera
Geunaseh Sayang Banda Aceh dengan Geunaseh Sayang Banda Aceh tahun 2011.
jumlah sampel yang digunakan sebagai Faktor-faktor yang mempengaruhi
responden adalah 49 lansia sesuai dengan kebutuhan gizi tersebut meliputi: aktivitas
kriteria sampel yang telah di tetapkan fisik, depresi dan kondisi mental,
dengan menggunakan alat ukur berbentuk pengobatan, penyakit dan kemunduran
kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian di biologis.
dapatkan data sebagai berikut:

54
Idea Nursing Journal Vol. III No. 2 2012

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Lanjut Usia di UPTD
Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Banda Aceh Tahun 2011 (n = 49)
Faktor-faktor Status gizi
kebutuhan gizi Normal Kurus Jumlah % α p value
lansia f % f %
Tinggi 10 41,7 14 58,3 24 49,0
Rendah 22 88,0 3 12,0 25 51,0 0,05 0,002
Jumlah 32 65,3 17 34,7 49 100
Aktivitas fisik Status gizi
Normal Kurus Jumlah % α p value
f % f %
Tinggi 8 40,0 12 60,0 20 40,859,
Rendah 24 82,8 5 17,2 29 2 0,05 0,005
Jumlah 32 65,3 17 34,7 49 100
Depresi dan Status gizi
kondisi mental Normal Kurus Jumlah % Α p value
f % f %
Tinggi 17 53,1 15 46,9 32 65,3
Rendah 15 88,2 2 11,8 17 34,7 0,05 0,032
Jumlah 32 65,3 17 34,7 49 100
Pengobatan Status gizi
Normal Kurus Jumlah % α p value
f % f %
Tinggi 10 43,5 13 56,5 23 46,9
Rendah 22 84,6 4 15,4 26 53,1 0,05 0,007
Jumlah 32 65,3 17 34,7 49 100
Penyakit Status gizi
Normal Kurus Jumlah % α p value
f % f %
Buruk 8 40,0 12 60,0 20 40,8
Baik 24 82,8 5 17,2 29 59,2 0,05 0,005
Jumlah 32 65,3 17 34,7 49 100
Kemunduran Status gizi
biologis Normal Kurus Jumlah % α p value
f % f %
Tinggi 6 35,3 11 64,7 17 34,7
Rendah 26 81,3 6 18,8 32 65,3 0,05 0,004
Jumlah 32 65,3 17 34,7 49 100
Sumber : Data Primer (Diolah Tahun 2011)

Berdasarkan tabel di atas dan dari fisik mempunyai hubungan yang rendah
hasil pengolahan data tentang hubungan dengan status gizi lansia yaitu sebanyak 29
faktor aktivitas fisik dengan status gizi lanjut responden (59,2%) dari 49 responden.
usia dapat dianalisis bahwa aktivitas fisik Berdasarkan hasil uji statistik pada
mempunyai hubungan yang tinggi dengan tabel diatas didapatkan bahwa nilai p-value
status gizi lansia yaitu sebanyak 20 0,005 < 0,05, sehingga hipotesa nol (Ho)
responden (40,8%) dan selebihnya aktivitas ditolak. Ini berarti bahwa ada hubungan

55
Idea Nursing Journal Ibrahim HS

faktor aktivitas fisik dengan status gizi lanjut tinggal di panti 60 - 74 tahun sebanyak 33
usia di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) responden (67,35%). Pertambahan usia akan
Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Banda menimbulkan beberapa perubahan, terutama
Aceh. secara fisik. Perubahan ini akan
Hal ini disebabkan oleh aktivitas fisik mempengaruhi kondisi fisik seseorang dari
memberikan suatu gambaran terhadap status aspek psikologis, fisiologis maupun lainnya.
gizi, dimana dengan aktivitas yang tinggi Sehingga kondisi ini juga berpengaruh
menunjukkan adanya penurunan nafsu terhadap fungsi organ tubuh yang berperan
makan, sedangkan apabila aktifitas fisiknya penting dalam mempertahankan dan
rendah maka status gizinya normal. Hal ini menciptakan kesehatan yang prima yaitu
dapat dilihat dari jawaban responden fungsi organ yang berkaitan dengan
mengenai “bapak/ibu tidak selera makan bila makanan dan pencernaannya. Orang yang
badan lelah”, sebanyak 19 responden berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya sama
(38,8%) menjawab “ya” dan sebanyak 30 dengan saat berumur 50-an. Sayangnya,
responden (61,2%) menjawab “tidak”. Hal nafsu makan mereka yang cenderung
ini menunjukkan bahwa ada beberapa lansia menurun ditambah lagi dengan berbagai
yang apabila melakukan banyak kegiatan aktivitas semakin membuat penurunan nafsu
akan mengalami penurunan nafsu makan makan. Oleh karena itu, kebutuhan gizi yang
yang diakibatkan karena kelelahan. mencukupi sangat penting bagi lansia
Penurunan aktivitas fisik pada lansia harus melalui pengupayaan konsumsi makanan
diimbangi dengan penurunan asupan kalori. penuh gizi (Wirakusumah, 2001, p.1).
Kondisi ini bertujuan mencegah terjadinya Aktivitas fisik merupakan pergerakan
obesitas. anggota tubuh yang menyebabkan
Jenis kelamin merupakan faktor pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi
internal yang menentukan status gizi. kesehatan dan mempengaruhi asupan gizi
Sehingga terdapat hubungan antara antara lansia. Aktivitas fisik tersebut berupa
jenis kelamin dengan status gizi seseorang. olahraga berjalan kaki, berkebun, naik turun
Laki-laki cenderung membutuhkan gizi yang tangga, angkat beban, membawa belanjaan,
lebih banyak dibandingkan dengan mencuci, mengepel lantai (Rianti, 2010).
perempuan untuk membantu proses Hal ini juga sependapat dengan teori
metabolisme. Karena, laki-laki memiliki yang dikembangkan oleh Khomsan (2004,
aktivitas fisik yang tinggi dan juga p.32), secara umum aktivitas fisik pada
dipengaruhi oleh berat badan. Dimana tubuh lansia tidak terjadi penurunan yang begitu
pria lebih berat dibandingkan perempuan. signifikan. Hanya saja penurunan ini terjadi
Begitu juga untuk tinggi tubuh. Karena karena adanya faktor kemunduran biologis
itulah, pria juga membutuhkan makanan yang tidak bisa dihindari. Oleh karena itu,
yang lebih banyak dibandingkan dengan konsumsi makanan yang mengandung cukup
perempuan. Dari jumlah kalori, pria gizi akan memperbaiki status gizi lansia.
membutuhkan minimal 400 kalori lebih Berdasarkan tabel diatas dan dari hasil
banyak daripada perempuan, tergantung pengolahan data tentang hubungan depresi
pada aktivitas (WHO, 1992; Woman, 2011). dan kondisi mental dengan status gizi lanjut
Responden laki-laki yang tinggal di panti usia dapat dianalisis bahwa depresi dan
sebanyak 17 orang (34,7%). kondisi mental mempunyai hubungan yang
Usia juga berpengaruh terhadap tinggi dengan status gizi lansia yaitu
sebanyak 32 responden (65,3%) dan
aktivitas. Sebagian besar usia lansia yang
selebihnya depresi dan kondisi mental

56
Idea Nursing Journal Vol. III No. 2 2012

mempunyai hubungan yang rendah dengan orang lain yang seusia, ketegangan jiwa atau
status gizi lansia yaitu sebanyak 17 stres akan muncul. Stres yang
responden (34,7%) dari 49 responden. berkepanjangan dapat memperbesar
Berdasarkan hasil uji statistik pada penyakit fisik maupun mental dan tidak
tabel diatas didapatkan bahwa nilai p-value menutup kemungkinan lansia akan
0,032 < 0,05, sehingga hipotesa nol (Ho) mengalami keputus asaan yang akhirnya
ditolak yang berarti bahwa ada hubungan menjurus ke depresi.
depresi dan kondisi mental dengan status Pendapat di atas juga di dukung
gizi lanjut usia di Unit Pelaksana Teknis dengan teori menurut Wirakusumah (2011,
Dinas (UPTD) Rumoh Seujahtera Geunaseh p.10), depresi hampir dialami oleh 12-14%
Sayang Banda Aceh. populasi lansia. Perubahan lingkungan
Hal ini dikarenakan dengan sosial, kondisi yang isolasi, kesepian dan
bertambahnya usia, menjadikan keadaan berkurangnya aktivititas menjadikan lansia
fisik mulai melemah, suasana hati yang mengalami rasa frustasi dan kurang
berubah, serta keadaan tempat tinggal yang bersemangat. Akibatnya, selera makan
baru membuat lansia merasa kebingungan terganggu dan pada akhirnya dapat
menyesuaikan kondisi di panti. Berdasarkan mengakibatkan terjadinya penurunan berat
jawaban responden pada pernyataan badan. Dengan demikian, kondisi mental
“bapak/ibu tidak selera makan saat cemas”, yang tidak sehat secara tidak langsung dapat
sebanyak 22 responden (44,9%) menjawab memicu terjadinya status gizi yang buruk.
“ya” dan sebanyak 27 responden (55,1) Berdasarkan tabel diatas dan dari hasil
menjawab “tidak”. Dari hasil penelitian ini pengolahan data tentang hubungan
menunjukkan bahwa sebagian besar lansia pengobatan dengan status gizi lanjut usia
yang tinggal di panti mengalami perubahan dapat dianalisis bahwa pengobatan
selera makan apabila mengalami masalah. mempunyai hubungan yang tinggi dengan
Hal ini menunjukkan populasi lansia lebih status gizi lansia yaitu sebanyak 23
sering terkena depresi saat dihadapkan responden (46,0%) dan selebihnya
dengan suatu keadaan yang mempengaruhi pengobatan mempunyai hubungan yang
emosional. Dengan demikian, perubahan rendah dengan status gizi lansia yaitu
lingkungan sosial, kondisi yang terisolasi, sebanyak 26 responden (53,1%) dari 49
kesepian dan berkurangnya aktivitas serta responden.
kondisi mental yang tidak sehat menjadikan Berdasarkan hasil uji statistik pada
para lansia mengalami rasa frustasi dan tabel diatas didapatkan bahwa nilai p-value
kurang bersemangat. Akibatnya, selera 0,007 < 0,05, sehingga hipotesa nol (Ho)
makan terganggu dan pada akhirnya ditolak. Ini berarti bahwa ada hubungan
kebutuhan gizi lansia tidak terpenuhi dengan pengobatan dengan status gizi lanjut usia di
baik. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Menurut Sarwoko (2011), kondisi Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Banda
mental sangat berhubungan dengan asupan Aceh.
gizi lanzia. Lansia yang tinggal di Panti Hal ini dikarenakan bahwa obat-
jompo akan mengalami suatu perubahan obatan yang dikonsumsi lansia untuk
sosial dalam kehidupannya sehari-hari. membantu memperbaiki kondisi
Apabila orang lanjut usia tidak segera kesehatannya memiliki efek samping yang
mampu menyesuaikan diri dengan dapat mempengaruhi asupan gizi. Efek ini
lingkungan baru yang ada di Panti jompo timbul karena ada obat-obatan tertentu yang
dan berusaha menjalin hubungan dengan dapat mempengaruhi proses penyerapan zat

57
Idea Nursing Journal Ibrahim HS

gizi. Kondisi ini dibuktikan dengan hasil yaitu sebanyak 29 responden (59,2%) dari
penelitian didapatkan pengobatan berada 49 responden.
pada kategori rendah sebesar 53,1%, Berdasarkan hasil uji statistik pada
menunjukkan bahwa ketika lansia kurang tabel diatas didapatkan bahwa nilai p-value
menkonsumsi obat-obatan yang 0,005 < 0,05, sehingga hipotesa nol (Ho)
mempengaruhi asupan gizi, maka status ditolak. Ini berarti bahwa ada hubungan
gizinya normal. penyakit dengan status gizi lanjut usia di
Hal ini dapat dilihat dari jawaban Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
responden pada pernyataan mengenai Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Banda
“penggunaan multivitamin”, sebanyak 20 Aceh.
responden (41%) menjawab “ya” dan Hal ini disebabkan penyakit
sebanyak 29 responden (59%) menjawab menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh
“tidak”. Artinya, sebagian besar lansia yang lansia, sehingga dalam proses
tinggal di panti mengkonsumsi multivitamin mempertahankan daya tahan tubuh menjadi
sebagai penambah tenaga untuk melakukan baik. Maka lansia membutuhkan gizi yang
aktivitas sehari-hari. Dimana diketahui, ada cukup dalam proses pemulihan seperti
beberapa obat yang mempunyai efek protein, karbohidrat dan vitamin.
samping yang kemungkinan dapat Meningkatnya usia menyebabkan
mengakibatkan berkurangnya jumlah seseorang menjadi rentan terserang penyakit.
(defisiensi) beberapa unsur gizi. Oleh karena Penyakit-penyakit tertentu sering
itu, dianjurkan untuk berkonsultasi dengan menyebabkan keadaan gizi menjadi buruk.
dokter ahli mengenai waktu yang tepat Misalnya, penderita diabetes mellitus
untuk mengkonsumsi obat-obatan sehingga umumnya mempunyai berat badan dibawah
penggunaan obat lebih efektif dan tidak batas normal. Diduga, penurunan barat
mengganggu proses penyerapan zat gizi badan ini terjadi karena defisiensi insulin
(Wirakusumah, 2001, p.10). yang dialami penderita diabetes mellitus.
Menurut Wirakusumah (2001, p.13), Kondisi ini akan menyebabkan sedikitnya
kadang-kadang bertambahnya usia identik glukosa yang diserap tubuh untuk diubah
dengan ketergantungan obat. Pada dasarnya, menjadi glukogen (energi). Dengan
pengobatan dapat memperbaiki kondisi demikian, untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup, energi, tubuh akan merombak lemak
tetapi dilain pihak pengobatan pun dapat (lipolisis) dan protein (proteolisis) untuk
mempengaruhi asupan kebutuhan gizi lansia. dijadikan sumber energi. Jika kondisi ini
Efek ini timbul karena obat-obatan tertentu terjadi secara terus-menerus akan
dapat mempengaruhi proses penyerapan zat menyebabkan cadangan lemak dan protein
gizi. Tidak jarang lansia harus di dalam tubuh berkurang. Akibatnya, berat
mengkonsumsi obat-obatan dalam waktu badan pun akan menurun (Wirakusumah,
yang cukup lama. 2001).
Berdasarkan tabel diatas dan dari hasil Selain diabetes melitus, defisiensi zat
pengolahan data tentang hubungan penyakit gizi tertentu dialami pula oleh penderita
dengan status gizi lanjut usia dapat dianalisis osteoporosis. Dalam hal ini, penderita
bahwa penyakit buruk berpengaruh dengan osteoporosis mengalami defisiensi kalsium
status gizi lansia yaitu sebanyak 20 yang berlangsung secara perlahan-lahan.
responden (40,8%) dan selebihnya penyakit Lain halnya dengan penderita hipertensi
baik berpengaruh dengan status gizi lansia yang cenderung mengalami defisiensi
vitamin C. Dengan demikian, jelaslah bahwa

58
Idea Nursing Journal Vol. III No. 2 2012

penyakit yang diderita seseorang sangat keropos tulang, rambut beruban, pikun,
berpengaruh terhadap ketersediaan dan depresi, sensitivitas indra berkurang,
kebutuhan zat gizi di dalam tubuhnya metabolisme basal tubuh berkurang dan
(Wirakusumah, 2001, p.14). kurang lancarnya proses pencernaan.
Berdasarkan tabel diatas dan dari hasil Perubahan-perubahan ini akan berpengaruh
pengolahan data tentang hubungan terhadap proses pencernaan, penyerapan dan
kemunduran biologis dengan status gizi penggunaan zat gizi di dalam tubuh. Oleh
lanjut usia dapat dianalisis bahwa karena itu, asupan gizi untuk lansia harus di
kemunduran biologis mempunyai hubungan sesuaikan dengan perubahan kemampuan
yang tinggi dengan status gizi lansia yaitu organ-organ tubuh lansia sehingga dapat
sebanyak 17 responden (34,7%) dan mencapai kecukupan gizi lansia yang
selebihnya pengobatan mempunyai optimal.
hubungan yang rendah dengan status gizi Berdasarkan penelitian dan pendapat
lansia yaitu sebanyak 32 responden (65,3%) diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan
dari 49 responden. bahwa, status gizi lansia juga berhubungan
Berdasarkan hasil uji statistik pada dengan kemunduran biologis. Dimana,
tabel diatas didapatkan bahwa nilai p-value ketika mengalami proses penurunan fungsi
0,004 < 0,05, sehingga hipotesa nol (Ho) tubuh, baik secara fisik maupun psikis yang
ditolak. Ini berarti bahwa ada hubungan akan berdampak terhadap status gizi.
kemunduran biologis dengan status gizi Berdasarkan tabel diatas dan dari hasil
lanjut usia di Unit Pelaksana Teknis Dinas pengolahan data tentang hubungan faktor-
(UPTD) Rumoh Seujahtera Geunaseh faktor kebutuhan gizi lanjut usia dapat
Sayang Banda Aceh. dianalisis bahwa faktor-faktor kebutuhan
Hal ini disebabkan kemunduran yang gizi menunjukkan status gizi tinggi yaitu
dialami lansia akan menghambat dalam sebanyak 24 responden (49,0%) dan
proses pemenuhan gizi yang cukup seperti selebihnya faktor-faktor kebutuhan gizi
lansia yang mengalami masalah dengan menunjukkan status gizi rendah yaitu
bagian mulutnya maka akan merasakan sebanyak 25 responden (51,0%) dari 49
makanan yang dimakan tidak enak atau sulit responden.
untuk dikunyah. Hal dapat dilihat dari hasil Berdasarkan hasil uji statistik pada
penelitian pada pernyataan tentang tabel diatas untuk melihat faktor-faktor yang
“sariawan”, sebanyak 35 responden (71%) mempengaruhi kebutuhan gizi lanjut usia
menjawab “ya” dan sebanyak 14 responden didapatkan nilai p-value 0,002 < 0.05
(29%) menjawab “tidak”. Artinya, seseorang sehingga hipotesa nol (Ho) ditolak yang
yang mengalami proses penuaan maka akan berarti ada hubungan faktor-faktor
diikuti oleh berbagai kemunduran biologis kebutuhan gizi dengan status gizi lanjut usia
lainnya. Dimana dengan sariawan salah di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
satunya. Hal ini dapat menyebabkan indra Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Banda
perasa menurun, sehingga asupan makanan Aceh.
menjadi berkurang yang akan Hal ini disebabkan lansia bila ditinjau
mempengaruhi kebutuhan gizi lansia. dari proses fisiologis sedang menuju ke
Menurut Wirakusumah (2001, p.13), suatu arah degeratif, dimana lansia akan
memasuki usia senja, seseorang akan mengalami kemunduran kemampuan sel
mengalami beberapa perubahan, baik secara sehingga setiap organ dari tubuh manusia
fisik maupun biologis, misalnya tanggalnya mengalami keterbatasan kemampuan dan
gigi, kulit keriput, penglihatan berkurang, fungsi. Kemunduran yang terjadi pada lansia

59
Idea Nursing Journal Ibrahim HS

akan mempengaruhi status gizi lansia, bila Wirakusumah (2001, p.11), menyatakan
lansia yang mempunyai aktivitas yang bahwa kebutuhan unsur gizi tertentu pada
banyak dengan kemundurannya maka lansia lansia mengalami peningkatan. Hal ini
akan mengalami kelemahan. Hal ini disebabkan oleh terjadinya proses degradasi
menyebabkan kebutuhan gizi terutama (perusakan) yang berlangsung sangat cepat.
karbohidrat yang cukup bagi lansia maka Misalnya, sebagian besar lansia wanita
akan sangat membantu dalam sumber energi membutuhkan asupan mineral kalsium
yang digunakannya dalam beraktivitas. sedikit lebih tinggi. Tujuannya untuk
Pendapat diatas didukung oleh teori memperlambat proses kerusakan tulang. Di
yang dikemukan oleh Wirakusumah (2001, lain pihak, kebutuhan kalori justru
p. 5) bahwa setiap makhluk hidup mengalami penurunan seiring dengan
membutuhkan makanan untuk bertambahnya usia. Penurunan ini
mempertahankan kehidupannya, karena berhubungan dengan rendahnya aktivitas
didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang fisik dan metabolisme basal tubuh sehingga
dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan jika bertambahnya usia tidak diimbangi
metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan dengan penurunan asupan kalori maka
gizi yang diberikan dengan baik dapat terjadinya obesitas, kemungkinan besar tidak
membantu dalam proses beradaptasi atau dapat dihindari.
menyesuaikan diri dengan perubahan- Berdasarkan hasil penelitian yang
perubahan yang dialaminya selain itu dapat telah dilakukan didapatkan bahwa faktor
menjaga kelangsungan pergantian sel-sel kebutuhan gizi lanjut usia berada pada
kategori rendah artinya banyak lansia yang
tubuh sehingga dapat memperpanjang usia.
Secara umum, kebutuhan gizi para mengalami penurunan status gizi. Penurunan
lansia sedikit lebih rendah dibandingkan ini terjadi karena tidak adanya
kebutuhan gizi di usia dewasa. Kondisi ini keseimbangan antara usia yang bertambah
merupakan konsekuensi terjadinya dengan asupan makanan. Maka dari itu,
penurunan tingkat aktivitas dan metabolisme hendaknya keluarga maupun pihak terkait
basal tubuh para lansia. Metabolisme tubuh untuk lebih memperhatikan asupan gizi
lansia mulai menurun setelah usia 50 tahun lanjut usia agar kebutuhan gizi mereka
dan aktivitas fisik pun semakin berkurang. tercapai secara normal.
Oleh karena itu, tak mengherankan kalau Berdasarkan penelitian yang dilakukan
terjadi penurunan 10-15% kebutuhan energi. oleh Syukran (2010) tentang hubungan
Secara prinsip, kebutuhan gizi pada setiap antara pemenuhan asupan energi dengan
individu berbeda-beda. Hal ini tergantung status gizi pada lanjut usia di gampong
pada kondisi kesehatan, berat badan aktual Lambaro Sukon Kecamatan Darussalam
dan tinggi rendahnya tingkat aktivitas fisik Aceh Besar tahun 2010, hasil analisis data
seseorang. Disamping itu, angka kecukupan didapatkan bahwa pemenuhan asupan energi
gizi untuk lansia pria dan wanita sedikit diperoleh sebanyak 37 (59,7%) lansia tidak
berbeda karena adanya perbedaan dalam terpenuhi asupan energi dan sebanyak 25
ukuran dan komposisi tubuh (Khomsan, (40,3%) lansia berada pada kategori
2004, p.32). terpenuhi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor kebutuhan gizi lansia tinggi yaitu KESIMPULAN DAN SARAN
sebanyak 24 responden (49,0%), hal ini Dari diskusi di atas dapat disimpulkan
: faktor-faktor yang mempengaruhi
sesuai dengan teori yang dikemukan oleh
kebutuhan gizi dengan status gizi lanjut usia

60
Idea Nursing Journal Vol. III No. 2 2012

di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Andrew. (2011). Komunikasi Antar Pribadi
Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Banda antara Penghuni dan Pengasuh di
Aceh Tahun 2011 berada pada kategori Panti Jompo. Dikutip tanggal 22
September 2011,dari
rendah 59,2%, meliputi subvariabel aktivitas
http://andrewsbgumay.blogspot.com/2
fisik berada pada kategori rendah 59,2%, 011/03/komunikasi-antar-pribadi-
subvariabel depresi dan kondisi mental antara.html
berada pada kategori tinggi 65,3%,
subvariabel pengobatan berada pada Bangun, A. P. (2005). Sehat dan Bugar
kategori rendah 53,1%, subvariabel penyakit Pada Usia Lanjut Dengan Jus Buah
berada pada kategori baik 59,2%, & Sayuran. Jakarta: Agro Medya
Pustaka.
subvariabel kemunduran biologis berada
pada kategori rendah 65,3%. Budiarto. (2003). Pengantar Epidemiologi.
Saran bagi Unit Pelaksana Teknis Ed. 2. Jakarta: EGC.
Dinas (UPTD) Rumoh Seujahtera Geunaseh
Sayang Banda Aceh agar dapat Christensen, P. J & Kenney, J. W. (2009).
mengoptimalkan perhatian terhadap Proses Keperawatan: Aplukasi Model
makanan yang dikonsumsi lansia guna Konseptual. Ed. 4. Jakarta: EGC.
mencapai status gizi yang normal. Bagi
Darmojo & Martono. 2006. Geriatri.
Klinik Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Jakarta; FK UI.
Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Banda
Aceh dalam memberikan obat kepada lansia Depkes. (2005). Wanita Butuh Nutrisi Lebih
agar lebih memperhatikan daya penyerapan Banyak. Dikutip tanggal 22
obat tanpa mempengaruhi status gizi lansia. September 2011,dari
http://www.p3gizi.litbang.depkes.go.i
Kepada peneliti selanjutnya dapat
d/index.php?option=com_content&tas
menjadikan referensi untuk melihat lebih k=view&id=50&Itemid=2
lanjut tentang hubungan faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan gizi dengan status Herry. (2008). Hubungan Karakteristik
gizi lanjut usia. (umur, jenis kelamin tingkat
pendidikan , status perkawinan dan
KEPUSTAKAAN tingkat pendidikan) dengan status
IMT pada lansia di kelurahan
Ady. (2010). Perbedaan status gizi Lansia.
rangkapan jaya lama). Dikutip
Dikutip tanggal 19 September 2011,
tanggal 19 September 2011.
dari
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/
Khomsan, A. (2004). Pangan Dan Gizi
106/jtptunimus-gdl-ratihmusti-5263-
Untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja
2-bab1.pdf.
Grafindo persada.
Anna & Suzanna. (2007). Tes Psikologi. Ed.
Mubarak, W. I. (2008). Buku Ajar
7, penerjemah: Robertus Hariono.
Kebutuhan Dasar Manusia: Teori &
Jakarta: PT. Indeks.
Aplikasi Dalam Praktek. Jakarta:
EGC.
Almatsier, S. (2004). Penuntun Diet.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan
Masyarakat: Ilmu Dan Seni. Jakarta:
Anderson, E. T. (2007). Buku Ajar
Rineka Cipta.
Keperawatan Komunitas: Teori Dan
Praktik. Ed. 3. Jakarta: EGC.
Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik
& Geriatrik. Ed. 3. Jakarta: EGC

61
Idea Nursing Journal Ibrahim HS

Suwarsa, I. (2006). Kiat Sehat Bagi Lansia.


Nurachmah, E. (2001). Nutrisi dalam Bandung: MQS Publishing.
Keperawatan. Jakarta: Agung Seto.
Sarwoko. (2011). Komunikasi antar pribadi
Rianti. (2010).Dikutip tanggal 04 September antara Penghuni dan Pengasuh di
2011, dari Panti Jompo. Dikutip tanggal 22
Http://www.digilib.ums.ac.id. September 2011,dari
Upload/dokumen/5317270520090758 http://andrewsbgumay.blogspot.com/2
1.pdf 011/03/komunikasi-antar-pribadi-
antara.html
Santoso, S. (2004). Kesehatan Dan Gizi.
Jakarta: Rineka Cipta. SKRT.(2004). Dikutip tanggal 19 Juni 2011,
dari
Setyosari. (2010). Metode Penelitian http://www.litbang.depkes.go.id/~surk
Pendidikan Dan Pengembangan. esnas2.
Jakarta: Kencana.
Siburian, P. (2011). Penyakit yang yering di
Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar derita lansia. Dikutip tanggal 19
Keperawatan Medikal Bedah. Ed. September2011, dari
8.Jakarta http://ato3nurse07.blogspot.com/2011
/01/masalah-dan-penyakit-yang-
Rahmiati. (2010). Memilih Makanan Sehat sering.html
Untuk Warga Usia Lanjut. Dikutip
tanggal 23 April 2011. Suhardjo. 2005. Perencanaan Pangan dan
duniafitnes.com/.../memilih-makanan- Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.
sehat-untuk-warga-usia-lanjut.
Wirakusumah, E. S. (2000). Tetap Bugar Di
Syukran. (2011). Hubungan Antara Usia Lanjut. Jakarta: Trubus
Pemenuhan Asupan Gizi Pada Lanjut Agriwidya.
Usia Di Gampong Lambaro sukon
Kecamatan Darussalam Aceh Besar. Wirakusumah, E. S. (2001). Menu Sehat
Skripsi yang tidak di publikasi, Untuk Lanjut Usia. Cet. 1. Jakarta:
Unsyiah. Puspa Swarsa.

Stanley, M. (2007). Gerontologi Nursing: A Wirakusumah, E. S. (2004). Agar Tetap


Health Promotion/Protection Sehat, Cantik dan Bahagia Di Masa
Approach. Ed. 2. Jakarta: EGC. Menopause Dengan Terapi Estrogen
Alami. Jakarta: Gramedia Pustaka
Subijanto, E. (2004). Makanan Dan Utama.
Kesehatan. PT. Bumi Aksara.
Woman. (2011). Pastikan Gizi Anda
Supariasa, dkk. (2002). Penilaian Status Seimbang, dari
Gizi. Jakarta: EGC. http://woman.kapanlagi.com/kesehata
n/8834-pastikan-gizi-anda-
seimbang.html

62

Anda mungkin juga menyukai