Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

TB HEMAPTOE

A. Pengertian

Paru-paru adalah organ pada sistem pernapasan (respirasi) dan berhubungan


dengan sistem peredaran darah (sirkulasi) vertebrata yang bernapas dengan
udara. Fungsinya adalah menukar oksigen dari udara dengan karbon dioksida
dari darah. Prosesnya disebut "pernapasan eksternal" atau bernapas. Paru-paru
juga mempunyai fungsi nonrespirasi. Istilah kedokteran yang berhubungan
dengan paru-paru disebut juga pulmo-, dari kata Latin pulmones untuk paru-
paru. Manusia mempunyai dua paru-paru, paru-paru kanan dan kiri. Keduanya
terletak di dalam rongga dada. Paru-paru kanan lebih besar daripada yang kiri,
karena paru-paru kiri terletak dekat jantung. Kedua paru-paru beratnya sama-
sama sekitar 1,3 kg, tetapi paru-paru kanan lebih berat. Paru-paru termasuk
bagian saluran pernapasan bawah yang dimulai di trakea dan bercabang ke
dalam bronkus dan bronkiolus. Saluran ini menerima udara yang dihirup

1
melalui zona konduksi. Zona konduksi berakhir di bronkiolus
terminal.(Tortora,2012)

Tuberkulosis adalah penyakit yang ditularkan melalui udara, dimana


bakteri basil yang infeksius terhirup (droplet) di udara (Jurdao& Otilia VV,
2011). TB atau Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosa yang dapat menular melalui percikan
dahak. Tuberkulosis bukan penyakit keturunan atau kutukan dan dapat
disembuhkan dengan pengobatan teratur, diawasi oleh Pengawasan Minum
Obat (PMO). Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB. Sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi
bisa juga organ tubuh lainnya. (Sadiman, 2010). Hemaptoe (batuk darah)
adalah darah berdahak yang dibatukkan yang berasal dari saluran pernafasan
bagian bawah. Dikatakan batuk darah masif apabila jumlah darah yang keluar
600 ml dalam waktu 24 jam. Hemaptoe adalah ekspetorasi darah / mukus
yang berdarah (Anonimous, 2012). Hemaptoe (hemoptysis) adalah batuk
dengan sputum yang mengandung darah yang berasal dari paru atau
percabangan bronkus (Kusmiati & Laksmi, 2011).
Hemaptoe diklasifikasikan menjadi (Tafti SF dkk, 2005):
1. Hemaptoe masif : perdarahan lebih dari 200cc per 24 jam
2. Hemaptoe moderat : perdarahan kurang dari 200cc per 24 jam
3. Hemaptoe ringan : sputum dengan bercak darah.

B. Penularan dan Faktor-faktor Risiko


Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui
udara. Individu terinfeksi , melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa, atau
bernyanyi, melepaskan droplet besar (lebih besar dari 100µ) dan kecil (1-5µ).
Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang kecil tertahan di udara
dan terhirup oleh individu yang rentan. Individu yang berisiko tinggi untuk
tertular tuberkulosis adalah :
1. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.

2
2. Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka
yang dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi HIV).
3. Pengguna obat-obat IV dan alkoholik
4. Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (mis.
Diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi, bypass
gastrektomi atau yeyunoileal)
5. Imigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi (Asia Tenggara,
Afrika, Amerika Latin, Karibia)
6. Setiap individu yang tinggal di institusi (mis, fasilitas perawatan jangka
panjang, institusi psikiatrik, penjara)
7. Individu yang tinggal di daerah perumahan substandar kumuh
8. Petugas kesehatan

C. Etiologi
Agens infeksius utama, Mycobacterium tuberculosis, adalah bakteri
batang aerobik tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitif terhadap panas dan
sinar ultraviolet. Mycobacteriumtuberculosis kompleks terdiri dari strain
limaspesies yaitu M. tuberkulosis, M.canettii, M.africanum, M. microti, dan
M.bovisdan duasubspesies yaitu M. capraedan M.Pinnipedii. Mikobakteriini
ditandai dengan99,9% kesamaan pada tingkat nukleotida dan hampir identik
dengan urutan 16SrRNA tetapi berbeda dalam halinangtropisme, fenotipe dan
patogenisitas(Jurdao & Otilia VV, 2011).M. Bovis dan M. Avium pernah, pada
kejadian yang jarang, berkaita dengan terjadinya infeksi tuberkulosis
Hemaptoe adalah gejala pernafasannon-spesifik dan memiliki hubungan
yang signifikan denganTB paru. Etiologi hemaptoe antara lain :
1. Infeksi: penyakit paru inflamasi kronis (bronkhitis akut/ kronis,
bronchiectasis (fibrosis cystic), abses paru, aspergilloma, tuberkulosis.
2. Neoplasma: karsinoma bronchogenik, metastase pulmonal, adenoma
bronkial, sarcoma.
3. Benda asing/ trauma: aspirasi benda asing, fistula trakeovaskular, trauma
dada, broncholith.

3
4. Pembuluh darah pulmonal/ cardiac: gagal ventrikel kiri, stenosis katup
mitral, infark/emboli pulmonal, perforasi arteri pulmonal (komplikasi dari
kateter arteri pulmonal).
5. Alveolar hemoragik: sindrom Goodpasteur, vasculitide sistemik/ penyakit
vaskular kolagen, obat-obatan (nitrofurantoin, isocyanate, trimellitic
anhydrid, D-penicillamine, kokain), koagulopati.
6. Iatrogenik: post biopsi paru, rupturnya arteri pulmonal dari kateter Swan-
Ganz
7. Lain-lain: malformasi arterivenous pulmonal, bronkial telangiectasia,
pneumoconiosis.

D. Tanda dan Gejala


1. Padahemaptoe, darah adalah berbusa karena dicampur dengan udara dan
lendir dan kadang-kadang lendir yang bernoda darah.
2. Kuantitas mungkin berbeda dengan jumlah yang kecil karena iritasi
tenggorokan atau jumlah yang besar dalam kasus kanker.
3. Darahm ungkin berwarna merah terang atau mungkin berwarna kekuningan.
4. Jika batuk disertai dengan demam tinggi, sesak napas, pusing,nyeri dada
dandar ahdalam urin ataufeses, pasien harus mendapatkan perhatian medis
yang mendesaktanpa penundaan (Anonimous, 2012).

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaaan laboratorium (Hb, Ht)
2. Bronkoskopi
3. CT scan dada. Mendeteksi adanya aneurysm dan malformasi arterivenous
atau bronchiectasis yang terkadang tidak terlihat pada radiografi dada.
4. X-Ray dada. Bermanfaat untuk menentukan sumber lokasi perdarahan jika
terdapat masa, lesi atau alveoli hemoragik.
5. Sputum sitologi

F. Penatalaksanaan Medis

4
Dalam kasustuberkulosis, yang merupakan masalahkesehatan nasional,
rejimenyang tepat dariobat anti-TBC dapat diberikan (Nakhoda N, 2012).ada
umumnya hemoptoe ringan tidak diperlukan perawatan khusus dan biasanya
berhenti sendiri. Yang perlu mendapat perhatian yaitu hemoptisis yang masif.
Tujuan pokok terapi ialah (Anonimous, 2011):
1. Mencegah tersumbatnya saluran napas oleh darah yang beku
2. Mencegah kemungkinan penyebaran infeksi
3. Menghentikan perdarahan
Sasaran-sasaran terapi yang utama adalah memberikan suport
kardiopulmaner dan mengendalikan perdarahan sambil mencegah asfiksia yang
merupakan penyebab utama kematian pada para pasien dengan hemoptisis
masif (Anonimous, 2011).
Masalah utama dalam hemoptoe adalah terjadinya pembekuan dalam
saluran napas yang menyebabkan asfiksi. Bila terjadi afsiksi, tingkat
kegawatan hemoptoe paling tinggi dan menyebabkan kegagalan organ yang
multipel. Hemoptoe dalam jumlah kecil dengan refleks batuk yang buruk dapat
menyebabkan kematian. Dalam jumlah banyak dapat menimbukan renjatan
hipovolemik (Anonimous, 2011).
Pada prinsipnya, terapi yang dapat dilakukan adalah (Anonimous,
2011):
1. Terapi konservatif
a. Pasien harus dalam keadaan posisi istirahat, yakni posisi miring (lateral
decubitus). Kepala lebih rendah dan miring ke sisi yang sakit untuk
mencegah aspirasi darah ke paru yang sehat.
b. Melakukan suction dengan kateter setiap terjadi perdarahan.
c. Batuk secara perlahan – lahan untuk mengeluarkan darah di dalam saluran
saluran napas untuk mencegah bahaya sufokasi.
d. Dada dikompres dengan es – kap, hal ini biasanya menenangkan penderita.
e. Pemberian obat – obat penghenti perdarahan (obat – obat hemostasis),
misalnya vit. K, ion kalsium, trombin dan karbazokrom.
f. Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.

5
g. Pemberian cairan atau darah sesuai dengan banyaknya perdarahan yang
terjadi.
h. Pemberian oksigen.
i. Tindakan selanjutnya bila mungkin:
1) Menentukan asal perdarahan dengan bronkoskopi
2) Menentukan penyebab dan mengobatinya, misal aspirasi darah dengan
bronkoskopi dan pemberian adrenalin pada sumber perdarahan.
2. Terapi pembedahan
Reseksi bedah segera pada tempat perdarahan merupakan pilihan.
Tindakan operasi ini dilakukan atas pertimbangan:
a. Terjadinya hemoptisis masif yang mengancam kehidupan pasien.
b. Pengalaman berbagai penyelidik menunjukkan bahwa angka kematian
pada perdarahan yang masif menurun dari 70% menjadi 18% dengan
tindakan operasi.
c. Etiologi dapat dihilangkan sehingga faktor penyebab terjadinya hemoptoe
yang berulang dapat dicegah.

G. Masalah Keperawatan
Pengkajian (Anonimous, 2011)
1. Jumlah dan warnadarah
2. Lamanya perdarahan
3. Batuknya produktif atau tidak
4. Batuk terjadi sebelum atau sesudah perdarahan
5. Sakit dada
6. Hubungannya perdarahan dengan : istirahat, gerakanfisik, posisibadan dan
batuk
7. Wheezing
8. Riwayat penyakit parua tau jantung terdahulu
9. Perdarahan di tempat lain serempak dengan batuk darah
10. Perokok berat dan telah berlangsung lama
11. Sakit pada tungkai atau adanya pembengkakan serta sakit dada

6
12. Hematuria yang disertai dengan batuk darah
13. Untuk membedakan antara batuk darah dengan muntah darah dapat
digunakan petunjuk sebagai berikut :

Keadaan Hemoptoe Hematemesis

1. Prodromal Rasa tidak enak di Mual, stomach distress


tenggorokan, ingin batuk

2. Onset Darah dibatukkan, dapat Darah dimuntahkan dapat


disertai batuk disertai batuk

3. 3. Penampilan Berbuih Tidak berbuih


darah

4. Warna Merah segar Merah tua

5. 4. Isi Lekosit, mikroorganisme, Sisa makanan


makrofag, hemosiderin

6. 5. Reaksi Alkalis (pH tinggi) Asam (pH rendah)

7. 6. Riwayat Menderita kelainan paru Gangguan lambung,


Penyakit kelainan hepar
Dahulu

8. 7. Anemi Kadang-kadang Selalu

9. 8. Tinja Warna tinja normal Tinja bisa berwarna


Guaiac test (-) hitam, Guaiac test (-)

14. Pemeriksaan fisik


Pada pemeriksaan fisik dicari gejala/tanda lain di luar paru yang dapat
mendasari terjadinya batuk darah, antara lain : jari tabuh, bising sistolik dan
opening snap, pembesaran kelenjar limfe, ulserasi septum nasalis,
teleangiektasi (Anonimous, 2011).

H. Diagnosa Keperawatan

7
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas (sekresi
dibronkus, mukus yang berlebihan); fisiologis (infeksi).
2. Nyeri akut b.d agen injuri (fisik).
3. Kurang pengetahuan b.d kurangnya paparan informasi.
4. Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologi
(hemaptoe).
5. Gangguan rasa nyaman
6. PK infeksi

8
PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC DAN INDIKATOR URAIAN AKTIVITAS RENCANA


NO DITEGAKKAN / KODE SERTA SKOR AWAL DAN SKOR TINDAKAN (NIC)
DIAGNOSA KEPERAWATAN TARGET

9
1 Ketidakefektifan kebersihan jalan Tujuan : Manajemen Jalan Napas (3140)
nafas yang berhubungan dengan Setelah diakukan asuhan keperawatan selama Aktivitas :
sekresi yang tertahan 2 x 24 jam, Ketidakefektifan kebersihan jalan nafas O : - Identifikasi pasien pasien perlunya
teratasi peasangan alat bantu buatan
Kode Diagnosa N : - Posisikan pasien untuk meminimalisir sesak
Keperawatan : 00031 Kriteria Hasil : - Keluarkan secret dengan batuk atau suction
1) Status Pernapasan (042505) -Auskultasi suara napas, apakah ada suara
Kode Indikator S.A S.T napas tabahan atau tidak
041502 Irama 3 4 E : Ajarkan pasien batuk efektif
bernapasan C :Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
041504 Suara auskutlasi 2 5
napas
041531 Batuk 2 5

Keterangan :
1 = Deviasi berat dar kisaran normal
2 = Deviasi cukup berat dari kisaran normal
3 = Deviasi sedang dari kisaran normal
4 = Deviasi ringan dari kisaran normal
5 = Tidak ada deviasi kisaran normal

10
Keterangan (untuk indicator 041531)
1 = Sangat berat
2 = Berat
3 = Cukup
4 = Ringan
5 = Tidak ada

2 Nyeri akut berhubungan dengan Tujuan : Manajemen Nyeri(1400)


Aktivitas :
berhubungan dengan agens cindera Setelah diakukan asuhan keperawatan selama
O : -Lakukan pengkajian nyeri
fisik 3 x 24 jam, nyeri akut teratasi
-Gali pengetahuan pasien terhadap nyeri
Kode Diagnosa
-Ukur TTV
Keperawatan : 00132 Kriteria Hasil :
1) Kontrol Nyeri (1605)
N : - Memposisikan pasien senyaman mungkin
Kode Indikator S.A S.T
160502 Mengenali 3 4
E: -Ajarkan terknik non farmakologi seperti teknik
kapan nyeri
relaksasi
terjadi
160504 Menggunakan 2 5
C : -Kolaborasi dengan pasien, keluarga pasien,

11
tindakan dan tim kesehatan lainnya untuk memilih dan
pengurangan mengimplementasikan tindakan penurun nyeri
(nyeri) tanpa nonfarmakologi sesuai kebutuhan
anagesik
160513 Melaporkan 2 5
perubahan
terhadap
gejala nyeri
pada
professional
kesehatan

Keterangan :
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang - kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Secara konsisten menunjukkan

12
Daftar Pustaka
Ackley BJ, Ladwig GB. 2011. Nursing Diagnosis Handbook an Evidence-Based
Guide to Planning Care. United Stated of America : Elsevier.

Anonimous. 2011. Hemaptoe.


Diakses pada tanggal 22 April 2013
http://uzanxwsdcito.blogspot.com/2011/07/hemaptoe.html

Anonimous. 2012. Asuhan keperawatan pada pasien hemaptoe (batuk darah).


Diakses pada 22 April 2013.
http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-
pasien-hemaptoe.html

Bicley LS, Szilagy P. 2009. Guide to Physical Examination, Ed 10. Philadelphia:


Lippincott, Williams and Wilkins.

Kusmiati T, Laksmi W. 2011. Terapi Bedah pada Penderita dengan Persistent


Hemoptysis. Majalah kKedokteran Respirasi, 2 (1); 26..

Nakhoda N. 2012. Hemoptysis. mDhil.


Diakses pada tanggal 22 April.
http://www.mdhil.com/hemoptysis/

NANDA International. 2009. Nursing Diagnosis: Definition and Classification


2009-2011. USA: Willey Blackwell Publication.

Nurarif AH, Hardhi K. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosis Medis dan Nanda Nic Noc. Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction.

O’Regan P. 2009. Nutrition for Patients in Hospital. Nurs Stand; 23 (32): 35-41.

13
-268.

Wong M, Elliot M. 2009. The Use of Medical Orders in Acute Care Oxygen
Therapy. Br J Nurs; 18 (8): 462-464.

14

Anda mungkin juga menyukai