“SISTEM AKUNTANSI”
OLEH :
NAMA KELOMPOK :
UNIVERSITAS WARMADEWA
B. Akuntansi Anggaran
C. Akuntansi Dana
Akuntansi Dana merupakan sistem akuntansi yang sering digunakan oleh organisasi-organisasi
nirlaba dan institusi sektor publik. Sistem tersebut merupakan metode pencatatan dan
penampilan entitas dalam akuntansi seperti aset, dan kewajiban yang dikelompokkan menurut
kegunaannya masing-masing. Akuntansi dana umumnya digunakan pada organisasi-organisasi
nirlaba dan sektor publik yang umumnya membutuhkan metode pelaporan khusus neraca akhir
yang dapat menunjukkan arus pengeluaran keuangan organisasi tersebut secara jelas. Metode
pelaporan tersebut berbeda dengan laporan neraca akhir yang biasa digunakan oleh sektor bisnis
yang menekankan pada nilai keuntungan ataupun kerugian yang diperoleh organisasi tersebut
dalam suatu periode akuntansi tertentu.
Terdapat dua jenis dana yang digunakan pada organisasi sektor public yaitu ;
Dana yang dapat dibelanjakan (expendable fund) digunakan untuk mencatat nilai aktiva,
utang, perubahan aktiva bersih, dan saldo yangdapat dibelanjakan untuk kegiatan yang
bertujuan mencari laba. Jenis akuntansi ini digunakan pada organisasi pemerintah
(governmental funds)
Dana yang tidak dapat dibelanjakan (nonexpendable) untuk mencatat pendapat biaya,
aktiva, utang, dan modal untuk kegiatan yang sifatnya mencari laba. Jenis akuntansi ini
digunakan pada organisasi bisnis (proprietary).
D. Akuntansi Komitmen
System akuntansi komitmen adalah system akuntansi yang dijadikan dasar pengambilan
keputusan (komitmen) manajemen oprasional. Sitem akuntansi komitmen dipergunakan untuk
pengendalian anggaran belanja organisasi. Akibatnya system akuntansi komitmen (comiment
accounting) sering diimplementasikan sebagai sub system. Fungsi utama pada system ini adalah
pengendalian anggaran, oleh sebab itu fokusnya pada pesanan yang dikirimkan.
E. Akuntansi Akrual – Sistem Akuntansi Pemerintahan Berbasis Adaptasi IPSAS
System akrual merupakan system yang paling modets. Keberhasilan new Zealand
menerapakan akuntansi akrual telah menyebabkan berbagai perubahan manajemen sektor
public. Salah satu usaha untuk menerapkan akuntansi akrual diindonesia adalah penerbitan
manual akuntansi keuangan pemerintah daerah (MAKUDA) – 2001 (bastian 2001). Orientasi basis
akrual telah dinyatakan secara tegas dibagian tujuan manual sebagai berukut ;
Sebagai pedoman, agar terdapat suatu pedoman, penafsiran atau panduan yang jelas bagi
aparat yang berkecimbung keuangan daerah dalam menerapkan SAK dan SKAP
Fungsi manajemen, agar fungsi manajemen keuangan daerah dapat diselenggarakan dengan
baik, transparan dan lebil akuntabel.
Penyajian laporan keuangan, agar tahapan dalam penyajian laporan keuangan dapat
diselenggarakan dengan baik oleh pemerintah daerah.
Keseimbangan transparansi dan akuntabilitas .
Sebagai alat pengendalian / pengawasan dan pemeriksaan
Dalam manual tersebut, ada dua titik yang amat kritis dalam menentukan kualitas produk
laporan keuangan. Pertama prinsip konsiladisian laporan keuangan, kedua laporan dinas atau
unit kerja setara akan dijadikan dasar pembuatan laporan keuangan konsolidasian pemerintah.
Ini berarti mekanisme manajemen keuangan sudah tidak akan terpusat ditingkat pemerintah
daerah / pusat dan memperkuat manajemen keuangan unit kerja. Untuk memperaktikan
akuntansi akrual, dinas sebagai unit kerja yang melakukan transaksi keuangan diwajibkan
melaporkan transaksi, sekaligus mempertanggung jawabkan. Wujud pelaporan /
pertanggungjawabannya adalah ringkasan transaksi atau laporan keuangan unit kerja. Secara
rinci tugas dan tanggungjawab unit kerja akan dibahas dibawah ini.
Dari segi pendapatan daerah/ satuan kerja antara lain berkewajiban untuk :
melaksanakan dan bertanggung jawab atas pemungutan pajak.
memberikan jasa umum untuk mendapatka retribusi
meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan dan jasa produksi yang dihasilkan
oleh satuan unit kerja yang bersangkutan.
turut bertanggungjawab atas tugas tugas pemegang kas khusus penerima dalam unit
kerja yang bersangkutan.
Dari segi belanja daerah, pencatatan transaksi pada unit kerja dalam hal ini pemegang kas
haruslah dapat menyajikan data kegiatan terutama penggunaan uang anggaran pada unit
tersebut, adanya pembukuan ini antara lain untuk mengetahui :
jumlah dan keadaan / kualifikasi rekan
perikatan atau kontrak dengan rekan
jumlah kemajuan fisik masing-masing proyek
jumlah keadaan mutu / kualitas
jumlah dan nilai SKO dan SPMU yang diterima
jumlah-jumlah yang telah dibayarkan oleh rekan dan sisa yang harus dibayarkan
jumlah pemeliharan barang-barang inventaris milik pemerintah per unit/satuan /jenis
jumlah realisasi penerimaan dan yang telah disetor ke kas Negara / daerah serta yang
masih tertunggak pada wajib pajak/ wajiib bayar.
realisasi secara definitive masing-masing ayat dan pasal yang di urus oleh unit kerja
yang bersangkutan.
Kegunaan dari pencatatan dan pelaporan keuangan oleh unit kerja tersebut antara lain
sebagai berikut;
membatu pemegang kas dalam pengajuan SPP
sebagai alat monitoring terhadap pelaksanaan tugas para pemegang kas dalam
lingkugan dinas / satuan kerja yang bersangkutan
penyajian data yang menjadi bahan penyusunan DUKDA/DUPDA dan anggaran kas
penyajian data untuk mengajukan usul perubahan anggaran
sebagai bahan pembanding/percobaan dengan pencatatan buku besar penerimaan
dan buku besar pengeluaran yang sekaligus dapat membantu kelancarab penyusunan
perhitungan APBD
sebagai dasar menyusun laporang keuangan pemerintah yang merupakan
konsolodasi dari laporan keuangan unit kerja
Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan keuangan suatu entitas ekonomi disajikan
seolah-olah seperti entitas tunggal.
b. Prosedur konsolidasi
jumlah tercatat investasi entitas pengendali pada setiap entitas kendalian dan
porsi entitas pengendalian terhadap aset/ekuitas dari setiap entitas
kendalian, dieleminasi
partisipasi minoritas dalam surplus atau defisit neto dari konsolidasi entitas
kendalian untuk pelaporan yang diindentifikasi dan disesuaikan terhadap
surplus atau defisit neto suatu entitas ekonomis agar menghasilkan surplus
atau defisit neto yang terartibusi kepada pemilik entitas pengendali
partisipasi minoritas dalam aset/ekuitas neto suatu entitas kendalian
konsolidasian didefinisikan dan sajikan dalam laporan posisi keuangan secara
terpisah dari kewajiban dan aset/ekuitas neto entitas pengendali.
3) Penyusunan laporan keuangan konsolidasi. Laporan konsolidasi dapat disusun dengan dua
sumber yang ada yaitu:
a. neraca saldo pemerintah dan unit kerja
b. laporan keuangan pemerintah dan unit kerja baik menggunakan sumber yang
pertama maupun yang kedua hasilnya akan sama. Prosedur penyusunaan laporan
keuangan konsolidasi adalah
Membuat jurnal eliminasi
Namun demikian, pada dasawarsa terakhir yang berkulminasi diundangkannya tiga paket
keuangan negara, terdapat dorongan yang kuat untuk memperbaharui akuntansi pemerintahan
di Indonesia.
5. Tidak ada standar dan prinsip akuntansi pemerintah untuk menjaga ke-wajaran
dan keseragarnan perlakuan akuntansi dan pelaporan keuangan pcrncrintah.
6. Khusus dalam pengelolaan keuangan Negara, semakin tahun jumlah APBN yang
harus dikelola semakin hesar dan masalah yang harus dita-ngani pemerintah
scmakin kompleks dan beragam, sedangkan dalam sistem akuntansi
pemerintah yang lama tersebut terdapat banyak kelemahan. Hal ini berakibat
pada praktek akuntasi pemerintah yang belum mampu memberikan informasi
yang sesuai dengan peningkatan transaksi keuangan negara yang semakin
kompleks. Praktek akuntansi pemerintah hanya dapat memenuhi tujuan
pertanggungjawaban, namun tidak menyediakan informasi yang cukup untuk
kepentingan manajerial.
Dari tujuan utama di atas, penyusunan sistem akuntansi pemerintah pusat telah dilaksanakan
dan dilakukan implementasi secara bertahap. Penyusun standar dan prinsip telah dilakukan
seiring dengan penyusunan sistem akuntansi dan pembentukan pusat akuntansi juga telah
terselenggara dengan diresmikannya Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) pada
Departemen Keuangan RI berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 35/1992 tanggal 7 Juli 1992.
Untuk mengembangan usaha yang telah ada, maka dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan RI
Nomor 295/KMK.012/2001 tentang Tata Pelaksanaan Pembukuan dan Pelaporan Keuangan pada
Departemen/Lembaga dan diimplementasikan tahun 2001.
Tujuan SAPP adalah untuk menyediakan informasi keuangan yang diper-lukan dalam
hal perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pengendalian anggaran,
perumusan kebijaksanaan, pengambil keputusan dan penilaian kinerja pernerintah dan
sebagai upaya untuk mempercepat penyajian Perhitungan Anggaran Negara (PAN), serta
memudahkan pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara efektif clan
efisien.
Tahun 1981, pemerintah daerah telah melakukan pelaporan keuangan yang disebut
perhitungan anggaran dan nota perhitungan anggaran. Berjalannya waktu dan jaman terdapat
pertentangan akuntabilitas public. Berbasis kas dan berdasarkan budgetary accounting, sisem ini
mengakomodasi kepentingan manjemen pemerintahan daerah namun gagal memenuhi
akuntabilitas public
Dalam sistem MAKUDA 1981 dijelaskan bahwa proses pencatatan dan pelaporan keuangan
sebenarnya telah dilakukan. Transaksi keuangan harus disertai bukti dan dipertanggungjawabkan
pertransaksi melalui SPJ (Surat Pertanggungjawaban). Perhitungan anggaran dilakukan di bagian
keuangan pemerintah daerah biasanya ditandatangani oleh kepala sub bagian pembukuan.
Kondisi menyebabkan pelaporan keuangan daerah dianggap sebagai laporannya bagian
keuangan daripada laporan keuangan pemerintah daerah.
Penyusunan dan penetapan DIKDA dan DIPDA (Daftar Isi Proyek Daerah)
Penetapan pejabat yang member wewenang menandatangani Surat Keputusan
Otorisasi (SKO)
Surat Permintaan Pembayaran (SPP) diajukan oleh bendaharawan kepada kepala
daerah lewat biro/ bagian keuangan berdasarkan SKO/DIKDA/DIPDA yang telah
diterima untuk kepentingan pengendalian dan pelaksanaan APBD
Surat Perintah MembayarUang (SPMU) diajukan untuk menjaga keamanan uang
dengan menerbitkan SPMU yang ditandatangani pejabat atas nama kepala daerah
yang ditunjuk dengan Surat Keputusan
Surat Pertanggungjawaban (SPJ) pengelola keuangan daerah
mempertanggungjawabkan pelaksanaan pengurusan keuangan daerah melalui SPJ
Untuk memperoleh laporan yang handal dan tepat waktu transaksi dilakukan
secara sentralisasi di BAKUN. Pemprosesan dilakukan dengan computer maka
diperlukan konsistensi dalam pemberian kode perkiraan dan perlakuan akuntansinya.
Namun adapun kendala – kendala yang dihadapi seperti :
Sistem Akuntansi dan Pengendalian Anggaran (SAPA) yang disusun oleh rezim
lama untuk pemerintah daerah, tidak applicable
Peraturan pemerintah yang memuat ketentuan-ketentuan yang mendukung
kebijakan fiscal, baru terbit tanggal15 nopember 2000 sehingga tidak cukup
waktu untuk melaksanakan sosialisasi yang efektif kepada Pemerintah Daerah
yang dapat dilaksanakan dalam tahun anggaran 2001
Masalah kemampuan SDM khususnya dibidang pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan daerah yang tidak memadai
Dalam rangka pemberdayaan legislative dan menikmati euphoria kebebasan
otonomi daerah, terjadi implikasi negative dalam rangka check ank balances
antara eksekutif dan legislative yang berakibat diabaikannya masalah akuntansi
dan pertanggungjawaban
Masalah kebijakan fiscal ditangani oleh Menteri Dalam Negeri danOtonomi
Daerah
Dari observasi PPA FE UGM, 2001 dinyatakan kelemahan mendasar SAPA dan SAPP
yaitu :
Akuntansi Anggaran pada Pemerintahan ~ Laman Baca Kita diakses tanggal 11 oktober
http://lamanbaca.blogspot.com /2011/05/akuntansi-anggaran-pada -pemerintahan.html#ixzz1a
USANb91