Anda di halaman 1dari 41

TUGAS MANDIRI

PROPOSAL PENELITIAN AKUNTANSI

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, VARIABILITAS


PERSEDIAAN TERHADAP PEMILIHAN METODE PENILAIAN
PERSEDIAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2014-2018

NAMA : JUNI MARDIANSYAH


NPM : 160810001
KODE KELAS : 182-AC020-N2
RUANG : N-407
DOSEN : Erni Yanti Natalia, S.Pd.,M.Pd.K.,M.Ak.

FAKULTAS SOSIAL DAN HUMANIORA


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
TAHUN AJARAN 2018/2019
UNIVERSITAS PUTERA BATAM
ABSTRAK

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, VARIABILITAS PERSEDIAAN


TERHADAP PEMILIHAN METODE PENILAIAN PERSEDIAAN PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2014-2018

Oleh
Juni Mardiansyah

Setiap perusahaan pasti memiliki yang namanya sebuah persediaan, karena


persediaan adalah suatu aktiva yang menempati posisi yang cukup penting
bagi suatu perusahaan manufaktur, dengan adanya persediaan pada
perusahaan manufaktur suatu perusahaan dapat mengolah yang tadinya
hanya sebuah bahan baku / bahan mentah kemudian dapat di proses atau di
olah menjadi sebuah barang jadi. Pada kesempatan ini penelitian bertujuan
untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan dan variabilitas persediaan
terhadap pemilihan metode penilaian persediaan di perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014-2018. Penelitian
diatas menggunakan sampel sebanyak 60 perusahaan. Data yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari situs Bursa Efek
Indonesia (BEI) atau dapat diakses pada website www.idx.co.id. Penelitian
ini menggunakan metode analisis kuantitatif, dan hasil pengujian hipotesis
menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
pemilihan metode penilaian persediaan, sedangkan variabilitas persediaan
juga berpengaruh signifikan terhadap pemilihan metode penilaian
persediaan.

Kata Kunci : Ukuran Perusahaan (X1), Variabilitas Persediaan (X2),


Pemilihan Metode Penilaian Persediaan (Y1)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga pedoman


penyelesaian Tugas Mandiri Proposal Penelitian Akuntansi ini dapat diselesaikan
dengan baik walaupun masih terdapat kekurangan namun diharapkan dapat
diperbaiki kedepannya.

Tugas Mandiri (TM) Proposal Penelitian Akuntansi disusun menurut


kaidah keilmuan dan ditulis berdasarkan kaidah Bahasa Indonesia di bawah
pengawasan atau pengarahan dosen pengampu untuk memenuhi kriteria-kriteria
kualitas yang telah ditetapkan sesuai keilmuannya masing-masing. Tugas Mandiri
Proposal Penelitian Akuntansi dibuat sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan suatu mata kuliah di Universitas Putera Batam (UPB). Dalam
upaya mendokumentasikan seluruh Tugas Mandiri mahasiswa, diperlukan
Pedoman Penulisan Tugas Mandiri yang dapat digunakan di semua fakultas di
lingkungan Universitas Putera Batam. Pedoman ini disusun oleh Tim Penyusun
Pedoman Penulisan Tugas Mandiri dari LPPM UPB dengan tujuan memberikan
tuntunan kepada mahasiswa dan pedoman bagi semua fakultas. Tim Penyusun
memberikan kesempatan kepada Program Studi/Fakultas untuk membuat petunjuk
tambahan mengenai hal-hal yang tidak diatur dalam pedoman ini.

Semoga dengan adanya Panduan Penulisan Tugas Mandiri ini maka


penyelesaian Tugas Mandiri bagi setiap mahasiswa UPB dapat lebih lancar.

Batam, 16 June 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ..................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................... 7

1.3 Batasan Masalah..................................................................................... 7

1.4 Rumusan Masalah .................................................................................. 7

1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................... 8

1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................. 8

1.6.1 Manfaat Teoritis .............................................................................. 8

1.6.2 Manfaat Praktis ............................................................................... 9

BAB II .................................................................................................................. 10

LANDASAN TEORI........................................................................................... 10

2.1 Kajian Teori .......................................................................................... 10

2.1.1 Teori Keagenan ............................................................................. 10

2.1.2 Pengertian Persediaan .................................................................. 10

2.1.3 Metode Akuntansi Persediaan ..................................................... 10

2.1.4 Sistem Pencatatan Persediaan ..................................................... 13

2.1.5 Pengertian Ukuran Perusahaan .................................................. 13

2.1.6 Pengertian Variabilitas Persediaan ............................................. 15

iii
2.2 Peneliti Terdahulu ................................................................................ 16

2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 23

2.4 Hipotesis ................................................................................................ 24

2.4.1 Hubungan Antara Ukuran Perusahaan Terhadap Pemilihan


Metode Penilaian Persediaan ...................................................................... 24

2.4.2 Hubungan Antara Variabilitas Persediaan Terhadap Pemilihan


Metode Penilaian Persediaan ...................................................................... 26

BAB III ................................................................................................................. 27

METODE PENELITIAN ................................................................................... 27

3.1 Desain Penelitian Kausalitas ............................................................... 27

3.2 Operasional Variabel ........................................................................... 27

3.2.1 Variabel Terikat ............................................................................ 27

3.2.2 Variabel Bebas............................................................................... 27

3.3 Populasi Dan Sampel............................................................................ 28

3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 29

3.4.1 Jenis Data dan Sumber Data ........................................................ 29

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 29

3.5 Metode Analisis Data ........................................................................... 29

3.5.1 Analisis Statisik Deskriptif ........................................................... 30

3.5.2 Uji Asumsi Klasik.......................................................................... 30

3.5.3 Uji Hipotesis................................................................................... 31

3.6.1 Lokasi Penelitian ........................................................................... 35

3.6.2 Jadwal Penelitian .......................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Maraknya persaingan di dunia usaha yang semakin kompetitif, membawa
pengaruh besar dalam perkembangan ekonomi di Indonesia. Hal tersebut
menjadikan perusahaan termotivasi untuk terus mengembangkan usahanya.
Salah satu motivasinya adalah dengan adanya tuntutan konsumen akan
produk maupun jasa yang mengharuskan perusahaan mengelola sumber daya
secara efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut.
Pada umumnya, perusahaan memiliki persediaan, terutama perusahaan yang
bergerak pada bidang manufaktur maupun perdagangan. Persediaan
digunakan atau diproses untuk menghasilkan barang yang dapat memberikan
nilai tambah dan manfaat bagi para konsumennya, serta bertujuan untuk
memberikan manfaat ekonomi dimasa depan kepada perusahaan berupa
pendapatan dari penjualan. Persediaan sebagai sumber daya yang
berpengaruh serta berkontribusi penuh dalam menjaga stabilitas aktivitas
operasional perusahaan. Kebijakan tiap perusahaan dalam memilih metode
persediaan tidaklah sama, karena perusahaan juga harus memperhatikan jenis
aktivitas operasional perusahaan agar metode yang digunakan sesuai dengan
keadaan perusahaan. Manajer juga perlu memahami model-model
pengendalian persediaan agar perusahaan dapat menentukan jumlah
persediaan yang optimal.

Persediaan merupakan salah satu unsur yang memiliki peran paling


penting, karena hampir seluruh pendapatannya diperoleh dari hasil penjualan
persediaan, yang pada umumnya juga merupakan bagian terbesar dari beban
pada perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur maupun perdagangan.
Perusahaan manufaktur memiliki jenis-jenis persediaan, seperti persediaan
bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.
Hubungan antara ketiga jenis persediaan tersebut sangatlah erat. Apabila
salah satu dari persediaan tidak terpenuhi, maka akan menghambat aktivitas

1
operasional perusahaan. Oleh karena itu, manajemen persediaan yang efektif
serta efisien merupakan kunci utama keberhasilan operasional perusahaan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pentingnya memperhatikan pemilihan
metode penilaian persediaan.

Metode pemilihan persediaan menjadi salah satu pusat perhatian dalam


berbagai penelitian. Karena nantinya akan mempengaruhi kandungan
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, baik dalam neraca maupun
laporan laba rugi. Hal ini dikarenakan metode penilaian persediaan yang
digunakan secara signifikan akan menentukan laba rugi perodik dengan
menghitung harga pokok barang dijual dengan hasil penjualan dalam satu
periode, serta mempengaruhi nilai persediaan akhir pada neraca dan juga
menentukan besarnya pajak suatu perusahaan.

Sebagai contoh, kesalahan dalam perhitungan fisik perusahaan akan


mengakibatkan kekeliruan persediaan akhir, aktiva lancar dan total aktiva
dalam neraca. Disamping itu, kesalahan dalam perhitungan fisik perusahaan
akan menimbulkan kekeliruan harga pokok penjualan, laba kotor, dan laba
bersih pada laporan laba rugi. Implikasi pemilihan metode akuntansi
persediaan yang lain yaitu dapat mempengaruhi manajemen serta pihak
pihak lain yang berkepentingan dalam mengambil keputusan (Setiyanto dan
Laksito, 2012).

Seperti kasus yang terjadi pada salah satu perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yaitu PT Kabelindo Murni Tbk. Pada tahun
2010 perusahaan tersebut mengalami kenaikan penjualan bersih yang cukup
signifikan yaitu 80%, setelah mengalami krisis global ekonomi pada tahun
2009. Hal tersebut yang menyebabkan melemahnya permintaan pelanggan
dan mengakibatkan penjualan PT Kabelindo Murni Tbk menurun hampir
50%. Penjualan bersih yang dicapai yaitu dari Rp 301,3 milyar di tahun 2009,
menjadi Rp 542,6 milyar di tahun 2010, serta mengakibatkan terjadinya
peningkatan laba bersih sebesar 122,5%, yaitu dari Rp 1,7 milyar di tahun
2009 menjadi Rp 3,9 milyar di tahun 2010. Selanjutnya, perusahaan kembali
meningkatkan kinerjanya dan berhasil mencapai penjualan bersih sebesar

2
59,38%,dari Rp 542,6 milyar di tahun 2010 menjadi Rp 864,8 milyar di tahun
2011, serta diikuti peningkatan laba komprenshif tahun berjalan sebesar
389,06%, yaitu dari Rp 3,9 milyar di tahun 2010 menjadi Rp 19 milyar di
tahun 2011. Melonjaknya laba bersih pada tahun 2010 hingga 2011,
merupakan target yang dituturkan oleh Direktur Utama PT Kabelindo Murni
Tbk, Surya Adiwijaya Soepono di Jakarta (jpnn.com). Lonjakan laba tersebut
didukung oleh penggunaan metode persediaan FIFO yang digunakan oleh
perusahaan tersebut. Efek dari penggunaan metode persediaan FIFO sendiri
adalah mendukung perusahaan untuk meningkatkan kembali laba yang
menurun, karena Indonesia baru saja terlepas dari krisis ekonomi global yang
menerpa pada tahun 2009.

Selanjutnya ditahun 2012, perusahaan mengubah kebijakan akuntansinya,


yaitu metode penilaian persediaan. Pada awalnya, perusahaan menerapkan
metode FIFO dan kemudian beralih menggunakan metode rata-rata.
Melonjaknya laba yang terjadi sebesar 389,06% ditahun 2011 seakan
memberikan peluang pada perusahaan untuk melakukan penghematan pajak.
Peralihan metode penilaian persediaan tersebut mengakibatkan kenaikan
penjualan bersih yang lebih rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya, yaitu
hanya sebesar 17,98%, dari Rp 864,8 milyar pada tahun 2011 menjadi Rp
1,020 milyar pada tahun 2012 dengan diikuti peningkatan laba hanya sebesar
25,42%, yaitu Rp 19 milyar pada tahun 2011 menjadi Rp 23,8 milyar pada
tahun 2012.

Dengan beralihnya perusahaan menggunakan metode rata-rata, PT


Kabelindo Murni Tbk ini berhasil memperoleh penghematan pajak.
Berdasarkan kasus tersebut dapat dilihat bahwa pemilihan metode penilaian
persediaan dapat membuat perusahaan mengatur besarnya laba yang
diinginkan untuk kepentingan dan tujuan perusahaan, salah satunya yaitu
melakukan tax saving.

Penyajian informasi mengenai persediaan akan membantu para investor


serta pemakai lainnya untuk memprediksi arus kas di masa yang akan datang.
Dalam kegiatan perusahaan sehari-hari, jumlah sumber daya persediaan yang

3
tersedia akan mendukung arus kas melalui penjualan. Dalam kegiatan normal,
jumlah persediaan yang ada akan mempengaruhi jumlah kas yang diperlukan
selama periode berikutnya untuk mendapatkan barang yang akan dijual
selama periode tersebut. Persediaan dapat memprediksi baik arus kas masuk
dari penjualan maupun arus kas keluar yang diperlukan karena pembelian
barang.

Sehubungan dengan pemilihan metode persediaan maka antara manajer


dengan pemilik akan timbul konflik kepentingan (agency theory). Masing-
masing pihak, yaitu pemilik dan manajer akan berusaha memaksimalkan
kesejahteraanya masing-masing. Pemilik (share holder) akan memilih metode
rata-rata. Sedangkan manajer akan memilih menggunakan metode FIFO agar
memperoleh laba yang besar sehingga kompensasi yang akan diterima juga
akan menjadi besar. Apabila memiliki saham dengan persentase yang besar
maka manajer akan cenderung memilih metode rata-rata yang memperoleh
penghematan pajak.

Pemilihan metode persediaan di Indonesia mengacu pada Pernyataan


Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.14 (IAI, 2002) yang memberikan
kebebasan untuk menggunakan salah satu alternatif persediaan yaitu First In
First Out (FIFO), Last In First Out (LIFO), & Weight Average (rata-rata).
Namun Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 jo Undang-Undang No.10
tahun 1994 tentang Perpajakan hanya memperboleh penggunaan metode
FIFO atau metode Rata-rata. (Nugroho Tulus Rahayu, 2017)

Perkembangan dunia usaha yang pesat telah membawa pengaruh besar


dalam perkembangan dunia ekonomi di Indonesia. Hal ini terlihat dengan
adanya persaingan yang ketat dalam dunia usaha dan adanya tuntutan
konsumen akan produk dan jasa yang dikonsumsinya. Adanya persaingan
yang ketat mengharuskan perusahaan untuk mengelola sumber daya secara
efisien dan efektif agar perusahaan dapat tetap bertahan. Persediaan
merupakan sumber daya yang penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Persediaan meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu

4
dengan tujuan untuk dijual dan diolah kembali dalam kegiatan operasi
perusahaan dengan tujuan untuk menghasilkan pendapatan.

Persediaan merupakan asset perusahaan yang harus dikelola dengan baik


karena persediaan perusahaan biasanya terdapat dalam jumlah yang besar dan
penting bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan metode
yang digunakan untuk menilai persediaan tersebut. Persediaan harus dinilai
dengan tepat karena apabila terdapat kekeliruaan dalam penilaian metode
persediaan akan berdampak pada laporan keuangan perusahaan, seperti
laporan laba rugi yang mencantumkan harga pokok penjualan. Penilaian
persediaan akan berdampak pada nilai harga pokok penjualan dan
mempengaruhi laba atau rugi perusahaan. (Fasa, 2016)

Ada dua hal yang memotivasi sebagian besar manajemen perusahaan


untuk memilih metode penentuan persediaan. Pertama, pengaruh laba bersih
dimana manajer memilih untuk melaporkan laba yang lebih tinggi untuk
perusahaan mereka dan yang kedua, pengaruh pajak pendapatan dimana
manajer cenderung untuk memilih membayar pajak yang lebih rendah sejauh
tidak melanggar aturan perpajakan tertentu. Konflik antara dua motivasi
tersebut biasanya dipecahkan dengan memilih satu metode akuntansi untuk
pelaporan eksternal dan metode yang berbeda untuk menyusun laporan
keuangan untuk kepentingan perpajakan. Perusahaan manufaktur merupakan
perusahaan yang kegiatannya mengolah bahan baku menjadi produk jadi dan
melakukan penjualan produk tersebut kepada konsumen atau perusahaan lain.
Sebagai perusahaan yang mempunyai dua fungsi sekaligus sangatlah penting
bagi perusahaan untuk membuat suatu kajian dalam persediaan perusahaan
tersebut menyangkut bagaimana kontrol atas barang sampai metode
persediaan apa yang nantinya akan digunakan perusahaan dalam membuat
suatu kebijakan penentuan harga pokok penjualan. Untuk itu dalam penelitian
ini objek yang diambil adalah perusahaan manufaktur sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan. (Sangeroki, 2013)

Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang


cukup penting dalam suatu laporan keuangan perusahaan dagang. Hampir

5
50% investasi terbesar pada aset lancar terbesar perusahaan dagang adalah
persediaan. Dalam perusahaan dagang persediaan dapat dikatakan sebagai
kunci utama perusahaan. Hal ini dikarenakan ketika terjadi masalah dalam
persediaan, maka hal tersebut akan menggangu semua kegiatan operasional
perusahaan terutama pada bagian pembelian dan penjualan. Contohnya
keterlambatan pengiriman persediaan. Ketika persediaan kosong karena
terlambat, maka kegiatan operasional perusahaan juga berhenti hingga
mendapatkan persediaan untuk kegiatan operasional perusahaan. Oleh karena
itu diperlukannya perencanaan dan pengendalian persediaan yang baik agar
operasional perusahaan dapat berjalan dengan lancar.

Sebagai salah satu aktiva lancar, permasalahan yang timbul adalah


bagaimana melaporkan nilai persediaan akhir pada neraca dan laporan laba
rugi. Kesalahan pengakuan persediaan dapat menimbulkan kelebihan
(overstated) atau kekurangan (understated) terhadap laba yang dihasilkan oleh
perusahaan. Hal ini dapat terjadi jika jumlah persediaan akhir lebih catat (jika
jumlah fisik barang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah
yang tercatat) sehingga akan membuat harga pokok penjualan menjadi lebih
kecil dan laba yang dihasilkan akan menjadi lebih besar sehingga
menguntungkan perusahaan dimata investor dan kreditor.

Penggunaan metode akuntansi yang berbeda akan menghasilkan dampak


yang berbeda. Metode akuntansi yang dipilih dapat mempengaruhi laba yang
akan dilaporkan, jumlah pajak yang akan dibayar, dan nilai rasio yang
dihasilkan dari neraca. Sehingga dalam pemilihan akuntansi persediaan
memerlukan banyak pertimbangan. Hal ini disebabkan karena salah satu
tujuan manajemen perusahaan dalam memilih metode akuntansi agar dapat
meningkatkan laba sehingga mendapatkan kesan kinerja perusahaan yang
baik di mata pemilik dan investor. Sedangkan bagi pemilik perusahaan,
pemilihan metode akuntansi agar dapat mengurangi pajak penghasilan
perusahaan.

Hal yang menjadi pertimbangan oleh perusahaan dalam memilih metode


akuntansi persediaan selain perbedaan kepentingan, perubahan harga,

6
peraturan perpajakan juga mempertimbangkan kondisi internal berupa
karakterisitik operasional perusahaan. (A.Kadim, 2019) (Siti Sangadah, 2014)
(Harjanta, 2018)

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Baik diperusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur, apabila jika


sebuah perusahaan keterlambatan dalam pengiriman suatu persediaan,
maka kegiatan operasional sebuah perusahaan dipastikan juga akan
berhenti disebabkan tidak ada lagi persediaan yang harus diproses pada
berikutnya.
2. Permasalahan yang sering timbul adalah bagaimana melaporkan nilai
persediaan akhir pada neraca dan laporan laba rugi. Kesalahan pengakuan
persediaan dapat menimbulkan kelebihan (overstated) atau kekurangan
(understated) terhadap laba yang dihasilkan oleh perusahaan.

1.3 Batasan Masalah


Pada penelitian diatas batasan masalah adalah pengaruh ukuran
perusahaan, variabilitas persediaan terhadap pemilihan metode penilaian
persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2014-2018.

1.4 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dapat dibuat dalam penelitian proposal ini adalah
sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pemilihan Metode


Penilaian Persediaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.

7
2. Bagaimanakah Pengaruh Variabilitas Persediaan terhadap Pemilihan
Metode Penilaian Persediaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
3. Bagaimanakah Ukuran Perusahaan, Variabilitas Persediaan secara
bersama-sama berpengaruh terhadap Pemilihan Metode Penilaian
Persediaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk memberi dukungan secara empiris mengenai pengaruh Ukuran
Perusahaan terhadap Pemilihan Metode Penilaian Persediaan pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk memberi dukungan secara empiris mengenai pengaruh Variabilitas
Persediaan terhadap Pemilihan Metode Penilaian Persediaan pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk memberi dukungan secara empiris mengenai Ukuran Perusahaan,
Variabilitas Persediaan secara bersama-sama terhadap Pemilihan Metode
Penilaian Persediaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Manfaat Teoritis
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Pada penelitian proposal ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
untuk kedepanya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi bagaimana
cara Pemilihan Metode Penilaian Persediaan dengan memperhatikan
Ukuran Perusahaan, Variabilitas Persediaan sebagai variabel independen.
2. Pada penelitian proposal ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
baik mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi bagaimana cara

8
Pemilihan Metode Penilaian Persediaan, dengan memperhatikan Ukuran
Perusahaan, Variabilitas Persediaan sebagai variabel independen.
3. Pada penelitian proposal ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan kepada para peneliti selanjutnya mengenai faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi bagaimana cara Pemilihan Metode Penilaian
Persediaan dengan memperhatikan Ukuran Perusahaan, Variabilitas
Persediaan sebagai variabel independen.

1.6.2 Manfaat Praktis


a. Bagi Penyusun Penelitian Proposal
Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang cara
meningkatkan keyakinan atau kemampuan terhadap judul proposal
yang telah dibuat.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya


Dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya, dengan
mempelajari atau membaca penelitian proposal yang telah dibuat
peneliti sebelumnya mengenai apa saja kelebihan atau kekurangan yang
dapat diambil sebagai referensi kedepanya. Jika bagi peneliti
sebelumnya terdapat kekurangan terhadap proposal penelitian yang
telah dibuat oleh peneliti sebelumnya, maka untuk peneliti selanjutnya
dapat ditambah apa saja kekurangan-kekuarangan yang tidak ada pada
peneliti sebelumnya.

9
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Teori Keagenan
Teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan
agent (Anthony dan Govindarajan, 2005). Teori agensi ini berasumsi
bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan
dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara
principal dan agent. Konflik kepentingan yang terjadi antara principal
dan agent dalam pemilihan metode penilaian akuntansi persediaan
adalah terkait dengan laba yang akan dihasilkan perusahaan (Hanum,
2016:4).

2.1.2 Pengertian Persediaan


Persediaan adalah pos harta yang ditahan untuk dijual dalam
kegiatan usaha yang biasa atau barang yang dikonsumsi dalam produksi
barang yang akan dijual. (Kieso dan Weygandt, 2008).

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004) dalam PSAK No 14,


“Persediaan adalah aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan
usaha normal dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan atau
dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa”.

2.1.3 Metode Akuntansi Persediaan


Peraturan tentang penentuan harga pokok untuk perusahaan yang
berada di Indonesia sudah diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) Nomor 14 tahun 2015 bahwa biaya persediaan harus
dihitung dengan menggunakan rumus biaya First In First Out (FIFO)
dan rata-rata tertimbang (weighted average) (Tjahjono, 2015: 152).
Menurut Waluyo (2010: 85) peraturan diatas selaras dengan peraturan
perpajakan Pasal 10 ayat (6) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008
tentang pajak penghasilan yang menyebutkan bahwa persediaan dan

10
pemakaian persediaan untuk menghitung harga pokok dinilai
berdasarkan harga perolehan yaitu dilakukan secara rata-rata atau
dengan cara mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama. Metode
penilaian persediaan dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu :
(a) Metode First In First Out (FIFO) ini unit barang dijual atau
dikeluarkan pertama kali dibebani dengan harga pokok dari pembelian
yang pertama kali. Unit yang dijual berikutnya dibebani harga pokok
dari pembelian pertama (jika belum seluruhnya dibebankan pada
penjualan pertama) dan harga pokok dari pembelian berikutnya (jika
harga pokok dari pembelian pertama telah dibebankan seluruhnya)
Mardiasmo (2000: 109). (b) Metode rata-rata atau (weighted average)
ini harga pokok persediaan ditentukan atas dasar harga pokok rata-rata.
Dibandingkan dengan metode identifikasi khusus, metode rata-rata atau
weighted average lebih mudah cara menghitungnya karena kuantitas
persediaan yang ada cukup dikalikan dengan harga pokok rata-rata
untuk menentukan harga pokok persediaan barang yang bersangkutan
Mardiasmo (2000: 106). (c) Metode Last In First Out (LIFO) yaitu
didasarkan pada asumsi bahwa barang yang terakhir dibeli yang akan
dijual terlebih dahulu sehingga yang termasuk di dalam persediaan
akhir adalah yang dibeli terdahulu (Stice et al., 2010).

Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang yang pertama dibeli


adalah barang yang pertama digunakan atau dijual. Metode FIFO
dianggap sebagai sebuah pendekatan yang logis dan realistis terhadap
arus biaya ketika penggunaan metode identifikasi khusus tidak
memungkinkan atau tidak praktis (Kieso dan Weygant, 2008). Metode
FIFO tidak memperkenankan memanipulasi laba karena perusahaan
tidak bebas memilih item-item harga perolehan tertentu yang
dibebankan pada biaya (Kieso dan Weygant, 2008). Harga perolehan
dibebankan ke harga pokok penjualan sesuai urutan pembelian, dimulai
dari yang dibeli terlebih dahulu. Dalam metode FIFO, unit yang tersisa
pada persediaan akhir adalah unit yang paling akhir dibeli sehingga

11
biaya yang dilaporkan akan mendekati atau sama dengan biaya
penggantian di akhir periode (end of periode replacement cost).

Metode LIFO didasarkan pada asumsi bahwa barang yang terakhir


dibeli yang akan dijual terlebih dahulu sehingga yang termasuk di
dalam persediaan akhir adalah yang dibeli terdahulu (Stice et al., 2010).
Harga perolehan dibebankan ke harga pokok penjualan dimulai dari
pembelian yang terakhir (Reeve, Warren, dan Duchac, 2009). Metode
LIFO akan menghasilkan nilai persediaan yang rendah sehingga nilai
harga pokok penjualan tinggi. Perusahaan akan memilih metode ini
karena bisa memberikan keuntungan berupa pembayaran pajak yang
relatif lebih kecil. Metode LIFO telah dilarang penggunaannya di
Indonesia sesuai PSAK 14 revisi 2008 dam Undang-undang Perpajakan
No. 36 tahun 2008, pasal 10 ayat 6.

Metode rata-rata membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap


unit, baik yang sudah terjual maupun yang belum terjual. Biaya rata-
rata per unit ditentukan dengan membagi total biaya dari barang yang
tersedia untuk dijual selama suatu periode dengan jumlah unitnya.
Dengan menggunakan metode rata-rata, harga pokok penjualan
dihitung dengan cara mengalikan jumlah unit yang terjual dengan biaya
rata-rata per unit. Harga perolehan dibebankan ke harga pokok
penjualan menurut rata-rata biaya per unit dari persediaan yang tersedia
untuk dijual (Stice et al, 2010). Metode ini didasarkan pada asumsi
bahwa barang yang terjual seharusnya dibebankan dengan biaya rata-
rata, yaitu rata-rata tertimbang dari jumlah unit yang dibeli pada tiap
harga. Dalam sistem persedian periodik, metode ini disebut metode
rata-rata tertimbang (weighted average method) dan dalam sistem
perpetual dikenal dengan nama metode rata-rata bergerak (moving
average method).

12
2.1.4 Sistem Pencatatan Persediaan
Terdapat dua sistem utama dalam pencatatan persediaan yaitu :

1. Sistem Periodik (Periodic Inventory System)


Dalam sistem periodik, persediaan tidak dicatat secara terpisah
sebagai suatu pos tersendiri dalam buku besar ataupun buku
pembantu persediaan, melainkan dicatat, secara langsung dalam
perkiraan penjualan yang berarti pengurangan terhadap jumlah
persediaan yang ada.

2. Sistem Perpetual (Perpetual Inventory System)


Dalam sistem perpetual, barang yang dijual dicatat menurut harga
jual dan jenis barang yang terjual. Persediaan yang dibeli dicatat
pada perkiraan persediaan. Pada saat persediaan dijual, akan
dilakukan pencatatan atas harga jual dari persediaan tersebut beserta
dengan harga pokok penjualan dari persediaan tersebut. Pencatatan
dilakukan secara terus menerus terhadap setiap transaksi yang
berhubungan dengan persediaan dalam buku besar maupun buku
pembantu persediaan, baik penambahan maupun pengurangan
jumlah persediaan sesuai dengan waktu terjadinya. Dengan
menggunakan metode ini dapat terlihat secara pasti jumlah
persediaan dan harga dari masing-masing persediaan setiap saat.

2.1.5 Pengertian Ukuran Perusahaan


Ukuran perusahaan pada dasarnya adalah pengelompokan
perusahaan kedalam beberapa kelompok, diantaranya perusahaan besar,
sedang dan kecil. Skala perusahaan merupakan ukuran yang dipakai
untuk mencerminkan besar kecilnya perusahaan yang didasarkan
kepada total aset perusahaan (Suwito dan Herawaty, 2005).

Ukuran perusahaan adalah skala perusahaan yang dilihat dari total


aktiva perusahaan pada akhir tahun. Total penjualan juga dapat
digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan. Karena biaya-biaya

13
yang mengikuti penjualan yang tinggi cenderung memilih kebijakan
akuntansi untuk mengurangi laba (Sidharta, 2000).

Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai besar kecilnya


perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai perusahaan, ataupun
hasil nilai total aktiva dari suatu perusahaan (Riyanto, Ukuran
perusahaan dapat diartikan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat
dinyatakan dengan total aktiva.

Brigham dan Houston, (2001: 50) menyatakan bahwa ukuran


perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk tahun yang
bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih
besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh
jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil
daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan
menderita kerugian.

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya perusahaan.


Besar kecilnya tersebut ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankan.
Penentuan skala besar kecilnya perusahaan dapat ditentukan
berdasarkan total penjualan, total asset, rata-rata tingkat penjualan
(Seftianne, 2001).

Perusahaan yang berukuran besar mempunyai berbagai kelebihan


dibanding perusahaan berukuran kecil. Kelebihan tersebut yang pertama
adalah ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan
perusahaan memperoleh dana dari pasal modal. Kedua, ukuran
perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar (bargaining power)
dalam kontrak keuangan. Dan ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala
dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat
memperoleh lebih banyak laba (Sawir, 2004).

Perusahaan dengan ukuran besar memiliki akses lebih besar dan luas
untuk mendapat sumber pendanaan dari luar, sehingga untuk
memperoleh pinjaman akan menjadi lebih mudah karena dikatakan

14
bahwa perusahaan dengan ukuran perusahaan besar memiliki
kesempatan lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan
dalam industri (Lisa dan Jogi, 2013).

Perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah


memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil.
Karena kemudahan akses tersebut bearti perusahaan besar memiliki
fleksibilitas yang lebih besar pula (Sartono 2010:249).

2.1.6 Pengertian Variabilitas Persediaan


Nilai persediaan akhir dalam sebuah perusahaan tidak sama dan
bervariatif sekali, variasi ini menggambarkan operasional perusahaan
yang mencerminkan teknik persediaan dan akuntansi persediaan serta
pergerakan persediaan itu sendiri (Lee dan Hsieh, dalam Mukhlasin
2002).

Variabilitas persediaan menggambarkan variasi penyajian nilai


persediaan akhir dalam neraca, dan perusahaan akan dihadapkan oleh
pemilihan metode mana yang akan dipakai. Perusahaan yang
mempunyai variasi persediaan kecil biasanya akan menggunakan
metode rata-rata karena laba yang dihasilkan lebih rendah bila
dibandingkan dengan menggunakan metode FIFO. Di mana dengan
metode ini perusahaan akan memperoleh penghematan pajak.
Sedangkan perusahaan yang mempunyai variasi persediaan tinggi akan
menggunakan metode FIFO sehingga laba akan menjadi besar yang
mengakibatkan perusahaan tidak melakukan penghematan pajak.
Pernyataan di atas disampaikan oleh Chusing dan Le Ckere (dalam
Saripudin 2010). Dimana dalam penelitian Chusing dan Le Ckere ini
didapatkan bahwa perusahaan yang menggunakan metode LIFO
mempunyai variasi persediaan yang kecil. Sedangkan perusahaan yang
menggunakan metode FIFO mempunyai variasi persediaan yang cukup
besar.

15
2.2 Peneliti Terdahulu
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
penilaian persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang
dilakukan oleh Nugroho Tulus Rahayu, Edy Susanto (2017) menghasilkan
kesimpulan bahwa ukuran perusahaan, perputaran persediaan, berpengaruh
terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.

Adapun penelitian menurut Riswan Restiani Fasa (2016) mengenai analisis


faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan
pada perusahaan dagang yang terdaftar di BEI periode 2010-2014
menghasilkan kesimpulan bahwa financial leverage, ukuran perusahaan,
kepemilikan manajerial, rasio lancar berpengaruh secara signifikan & ada
yang berpengaruh secara tidak signifikan terhadap pemilihan metode
penilaian persediaan.

Adapun penelitian menurut Seyla Sangeroki (2013) mengenai ukuran


perusahaan dan margin laba kotor terhadap pemilihan metode penilaian
persediaan di perusahaan manufaktur yang menghasilkan kesimpulan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pemilihan metode penilaian
persediaan.

Adapun penelitian menurut Fitria Purwita Sari, Leny Suzan (2015)


mengenai pengaruh ukuran perusahaan, perputaran persediaan, variabilitas
harga pokok penjualan berpengaruh terhadap Pemilihan Metode Penilaian
Persediaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Barang Komsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-
2013) menghasilkan kesimpulan bahwa ukuran perusahaan, perputaran
persediaan, variabilitas harga pokok penjualan berpengaruh terhadap
pemilihan metode penilaian persediaan.

Adapun penelitian menurut Siti Sangadah Kusmuriyanto (2014) mengenai


analisis pemilihan metode akuntansi persediaan pada perusahaan manufaktur
menghasilkan kesimpulan bahwa variabilitas persediaan, berpengaruh
terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.

16
Dan yang terakhir menurut Sri Ayem, Agus Pratama, Putra Harjanta 2018)
mengenai pengaruh ukuran perusahaan, variabilitas persediaan, kepemilikan
manajerial, financial leverage & laba sebelum pajak terhadap pemilihan

metode akuntansi persediaan yang menghasilkan kesimpulan bahwa


variabilitas persediaan, laba sebelum pajak berpengaruh terhadap pemilihan
metode penilaian persediaan.

17
No Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
1 Nugroho Faktor-Faktor Variabel 1. Struktur
Tulus Yang Independen: Kepemilikan
Rahayu, Edy Mempengaruhi Tidak
Susanto Pemilihan Metode Struktur Berpengaruh
(2017) Persediaan Pada Kepemilikan, Signifikan
Perusahaan Terhadap
ISSN : 2085- Manufaktur Yang Ukuran Pemilihan
5656 Terdaftar Di BEI Perusahaan, Metode
Penilaian
Leverage, Persediaan

Perputaran 2. Ukuran
Persediaan Perusahaan
Berpengaruh
Variabel Signifikan
Dependen: Terhadap
Pemilihan
Metode Metode
Penilaian Penilaian
Persediaan Persediaan

3. Leverage
Tidak
Berpengaruh
Signifikan
Terhadap
Pemilihan
Metode
Penilaian
Persediaan

4. Perputaran
Persediaan
Berpengaruh
Signifikan
Terhadap
Pemilihan
Metode
Penilaian
Persediaan

2 Riswan Analisis Faktor- Variabel 1. Financial


Restiani Fasa Faktor Yang 18 Independen: Leverage
(2016) Mempengaruhi Berpengaruh
Pemilihan Metode Financial Secara
ISSN : 2087- Penilaian Persedia- Leverage, Signifikan
2054 aan Pada Perusah Terhadap
aan Dagang Yang Ukuran Pemilihan
Terdaftar Di BEI Perusahaan, Metode
Periode 2010-2014 Penilaian
Kepemilikan Persediaan
Manajerial, Pada
Perusahaan
Rasio Lancar Dagang Yang
Terdaftar Di
Variabel BEI Periode
Dependen: 2010-2014

Metode 2. Ukuran
Penilaian Perusahaan
Persediaan Berpengaruh
Secara Tidak
Signifikan
Terhadap
Pemilihan
Metode
Penilaian
Persediaan
Pada
Perusahaan
Dagang Yang
Terdaftar DI
BEI Periode
2010-2014

3. Kepemilikan
Manajerial
Berpengaruh
Secara Tidak
Signifikan
Terhadap
Pemilihan
Metode
Penilaian
Persediaan
Pada
Perusahaan
Dagang Yang
Terdaftar Di
BEI Periode
2010-2014

4. Rasio Lancar

19
Berpengaruh
Secara Tidak
Signifikan
Terhadap
Pemilihan
Metode
Penilaian
Persediaan
Pada
Perusahaan
Dagang Yang
Terdaftar Di
BEI Periode
2010-2014

3 Seyla Ukuran Variabel 1. Ukuran


Sangeroki Perusahaan Dan Independen: Perusahaan
(2013) Margin Laba Berpengaruh
Kotor Terhadap Ukuran Terhadap
ISNN : 2303- Pemilihan Metode Perusahaan, Pemilihan
1174 Penilaian Metode
Persediaan Di Margin Laba Penilaian
Perusahaan Kotor Persediaan
Manufaktur
Variabel 2. Margin Laba
Dependen: Kotor Secara
Signifikan
Metode Tidak
Penilaian Berpengaruh
Persediaan Terhadap
Pemilihan
Metode
Penilaian
Persediaan

4. Fitria Purwita Pengaruh Ukuran Variabel 1. Ukuran


Sari, Leny Perusahaan, Independen: Perusahaan
Suzan (2015) Perputaran Berpengaruh
Persediaan, & Ukuran Secara
ISSN : 2355- Variabilitas Harga Perusahaan, Signifikan
9357 Pokok Penjualan Terhadap
Terhadap Perputaran Pemilihan
Pemilihan Metode Persediaan, Metode
Penilaian Penilaian
Persediaan (Studi Variabilitas Persediaan
Empiris Pada Harga Pokok

20
Perusahaan Penjualan 2. Perputaran
Manufaktur Sektor Persediaan
Industri Barang Variabel Berpengaruh
Komsumsi yang Dependen: Secara
Terdaftar di Bursa Signifikan
Efek Indonesia Metode Terhadap
Periode 2009- Penilaian Pemilihan
2013) Persediaan Metode
Penilaian
Persediaan

3. Variabilitas
Harga Pokok
Penjualan
Berpengaruh
Secara
Signifikan
Terhadap
Pemilihan
Metode
Penilaian
Persediaan

5 Siti Analisis Pemilihan Variabel 1. Variabilitas


Sangadah, Metode Akuntansi Independen: Persediaan
Kusmuriyanto Persediaan Pada Ukuran Berpengaruh
(2014) Perusahaan Perusahaan, Signifikan
Manufaktur Terhadap
ISSN :2252- Variabilitas Pemilihan
6765 Persediaan, Metode
Akuntansi
Intensitas Persediaan
Persediaan,
2. Ukuran
Margin Laba Perusahaan,
Kotor, Intensitas
Persediaan,
Variabilitas Margin Laba
Laba Kotor,
Akuntansi, Variabilitas
Laba
Variabilitas Akuntansi,
Harga Pokok Variabilitas
Penjualan, Harga Pokok
Penjualan,
Financial Financial
Leverage, Leverage, &

21
Likuiditas
Likuiditas Tidak
Memiliki
Variabel Pengaruh
Dependen: Signifikan
Terhadap
Metode Pemilihan
Penilaian Metode
Persediaan Akuntansi
Persediaan

6 Sri Ayem, Pengaruh Ukuran Variabel 1. Ukuran


Agus Perusahaan, Independen: Perusahaan
Pratama, Variabilitas Tidak
Putra Persediaan, Ukuran Berpengaruh
Harjanta Kepemilikan Perusahaan, Terhadap
(2018) Manajerial, Pemilihan
Financial Variabilitas Metode
p-ISSN: Leverage, & Laba Persediaan, Akuntansi
2550-0376 Sebelum Pajak Persediaan
Terhadap Kepemilikan
e-ISSN: Pemilihan Metode Manajerial, 2. Variabilitas
2549-9637 Akuntansi Persediaan
Persediaan Financial Berpengaruh
Leverage, Terhadap
Pemilihan
Laba Sebelum Metode
Pajak Akuntansi
Persediaaan
Variabel
Dependen: 3. Kepemilikan
Manajerial
Metode Tidak
Penilaian Berpengaruh
Persediaan Terhadap
Pemilihan
Metode
Akuntansi
Persediaan

4. Financial
Leverage
Tidak
Berpengaruh
Terhadap
Pemilihan
Metode

22
Akuntansi
Persediaan

5. Laba
Sebelum
Pajak
Berpengaruh
Terhadap
Pemilihan
Metode
Akuntansi
Persediaan

6. Ukuran
Perusahaan
Variabilitas
Persediaan,
kepemilikan
manajerial,
Financial
Leverage, &
Laba
Sebelum
Pajak Secara
Bersama-
Sama
Berpengaruh
Signifikan
Terhadap
Pemilihan
Metode
Akuntansi
Persediaan

2.3 Kerangka Pemikiran

Ukuran Perusahaan

Metode Penilaian
Persediaan

Variabilitas Persediaan

23
2.4 Hipotesis
2.4.1 Hubungan Antara Ukuran Perusahaan Terhadap Pemilihan
Metode Penilaian Persediaan
Pada masa perubahan harga, metode FIFO akan menghasilkan laba
yang lebih besar jika dibandingkan dengan metode rata-rata. Perbedaan
laba akan membedakan besarnya pajak yang harus dibayar perusahaan.
Perusahaan akan lebih memilih metode rata-rata dibandingkan dengan
metode FIFO karena pada metode rata-rata pajak yang harus dibayar
relatif lebih kecil dibandingkan dengan metode FIFO. Laba yang lebih
kecil (dengan menggunakan metode rata-rata) menandakan bahwa
transfer kekayaan keluar perusahaan (biaya pajak) menjadi lebih kecil
jika dibandingkan dengan laba yang besar (dengan menggunakan
metode FIFO) inilah yang menyebabkan manajer memilih metode rata-
rata (Mukhlasih, 2002).

Penilaian HPP adalah berdasarkan pembelian ditambahkan dengan


persediaan barang awal kemudian dikurangkan dengan nilai persediaan
akhir. Metode rata-rata akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang
kecil, sehingga Harga Pokok Penjualan (HPP) besar. Akibatnya laba
kotor akan kecil. Pemilik lebih senang menggunakan metode ini untuk
menghemat uang untuk membayar pajak penghasilan perusahaan. Laba
yang kecil, pajak yang disetor ke kas Negara juga semakin kecil.

Ukuran perusahaan akan mempengaruhi pemilihan metode penilaian


persediaan. Menurut Watts dan Zimmerman (1986), perusahaan yang
lebih besar lebih menyukai metode penilaian persediaan yang dapat
menunda pelaporan laba. Perusahaan besar cenderung memilih metode
rata-rata karena biaya pajak yang dibayarkan relatif lebih kecil
dibandingkan ketika perusahaan menggunakan metode FIFO.
Penggunaan metode rata-rata selain bisa memperoleh penghematan
pajak, juga bisa menghindari political cost atau biaya politis.

Semakin besar ukuran perusahaan, maka perusahaan akan memilih


metode rata rata yang dapat menurunkan laba sehingga perusahaan bisa

24
melakukan tax saving dan menghindarkan perusahaan dari biaya
politik. Sedangkan untuk perusahaan kecil, perusahaan akan memilih
metode yang dapat menaikkan laba yaitu metode FIFO untuk dapat
memperoleh pinjaman dari bank karena bank menilai kinerja
perusahaan melalui laba yang dihasilkan.

Ukuran perusahaan merupakan proksi volatilitas operasional dan


inventory controllability dalam skala besarnya perusahaan
menunjukkan pencapaian operasi lancar dan pengendalian persediaan,
ada banyak proksi yang bisa digunakan dalam menentukan besar atau
kecilnya perusahaan seperti besar atau kecilnya asset dan penjualan
perusahaan. Ukuran perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih
untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini
penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka
akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika
penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka
perusahaan akan menderita kerugian.

Dengan melaporkan laba yang kecil dengan menggunakan metode


rata – rata maka perusahaan – perusahaan besar akan mendapatkan
suatu penghematan pajak. Perusahaan – perusahaan besar tidak terlalu
tertarik dengan metode FIFO yang melaporkan labanya lebih tinggi.
Hal ini didasarkan walaupun laba yang dihasilkan dengan
menggunakan metode FIFO lebih besar dari metode rata – rata
perusahaan – perusahaan besar biasanya akan tetap mendapat investor,
selain itu dengan melaporkan yang lebih kecil perusahaan – perusahaan
besar biasanya akan menghindari persaingan yang bisa merugikan
perusahaan (Sri Rejeki Metallia (2007).

Ha : Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap


pemilihan metode penilaian persediaan.

Ho : Ukuran Perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan


terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.

25
2.4.2 Hubungan Antara Variabilitas Persediaan Terhadap Pemilihan
Metode Penilaian Persediaan
Variabilitas persediaan merupakan variasi dari nilai persediaan dan
menggambarkan operasional perusahaan yang mencerminkan teknik
persediaan dan akuntansi persediaan serta pergerakan-pergerakan
persediaan itu sendiri (Setiyanto, 2012:9). Apabila variasi persediaan
semakin besar maka laba sebuah perusahaan juga akan besar begitu
pula sebaliknya apabila semakin kecil variasi nilai persediaan maka
variasi terhadap labanya juga akan semakin kecil. Semakin tinggi
variasi nilai persediaan maka perusahaan akan menggunakan FIFO
sehingga laba yang dihasilkan lebih besar dan tidak bisa melakukan tax
saving sedangkan semakin rendah variasi nilai persediaan maka
perusahaan akan memilih rata-rata sehingga laba yang dihasilkan kecil
sehingga dapat melakukan tax saving. Hal ini didukung penelitian Siti
Sangadah (2014) dan Kusmuriyanto (2014) menunjukkan bahwa
variabel variabilitas persediaan berpengaruh positif terhadap pemilihan
metode akuntansi persediaan. Berbeda penelitian dengan Victoria
(2016) dan Mashuri (2015) menunjukkan bahwa variabel variabilitas
persediaan tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi
persediaan.

Variabilitas Persediaan menggambarkan variasi nilai persediaan


akhir dalam neraca, variabilitas yang tinggi menunjukan bahwa
penyajian persediaan heterogen Variabilitas persediaan metode FIFO
secara signifikan lebih besar. Sedangkan nilai persediaan akhir average
lebih stabil yang senantiasa dipengaruhi perubahan harga. Investor
cenderung memilih metode average yang menghasilkan informasi lebih
stabil dan mampu memprediksi dibandingkan FIFO.

Ha : Variabilitas Persediaan memiliki pengaruh yang signifikan


terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.

Ho : Variabilitas Persediaan tidak memiliki pengaruh yang


signifikan terhadap pemilihan metode penilaian persediaan.

26
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian Kausalitas


Desain penelitian kausalitas adalah desain yang digunakan untuk
mengetahui antara sebab dan akibat dari variabel yang mempengaruhi dengan
variabel yang dipengaruhi.

Pada desain penelitian diatas, riset dirancang untuk mengetahui dan


menggambarkan bagaimana hubungan antara ukuran perusahaan(x1),
variabilitas persediaan(x2) mempengaruhi variabel metode penilaian
persediaan(y1) pada perusahaan manufaktur yang ada di Bursa Efek
Indonesia.

Pada penelitian diatas, penulis akan menggunakan data keuangan masing-


masing variabel yang ada pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia.

3.2 Operasional Variabel


3.2.1 Variabel Terikat
Terhadap Pemilihan Metode Penilaian Persediaan
Variabel penelitian dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
variabel dependen & variabel independen. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah pemilihan metode penilaian persediaan.
Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran
perusahaan, variabilitas persediaan. Dalam penelitian ini, pengukuran
pemilihan metode penilaian persediaan dilakukan dengan menggunakan
variabel dummy, dengan memberikan kode nol (0) pada metode FIFO
dan memberikan kode satu (1) pada metode rata-rata (Average).

3.2.2 Variabel Bebas


Terhadap Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan dilihat
dari penjualan bersih suatu perusahaan. Variabel ini diproksikan dari

27
total penjualan. Variabel ini diukur dengan rata-rata total penjualan
bersih selama tahun 2000 sampai dengan tahun 2004. Skala pengukuran
yang digunakan adalah skala rasio. Pengukuran ini telah digunakan oleh
Taqwa, dkk (2003), Abdullah dan Djalil (2004), dan Rustardy, dkk
(2004).
Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan nilai Logaritma
natural dari total asset sebagai dasar pengukuran (Jogiyanto, 2008).
Pengukuran ini juga telah dilakukan oleh Syailendra (2013).
Ukuran Perusahaan = Ln Total Asset

Terhadap Variabilitas Persediaan


Variabilitas persediaan merupakan variasi dari nilai persediaan suatu
perusahaan. Variasi ini menggambarkan operasional perusahaan yang
mencerminkan teknik persediaan dan akuntansi persediaan serta
pergerakan-pergerakan persediaan itu sendiri (Setiyanto, 2012:9).
Variabilitas persediaan menggunakan skala pengukuran berupa skala
rasio. Variabel ini diukur dari koefisien variasi persediaan yang
diperoleh dengan membagi nilai standar deviasi persediaan akhir
dengan nilai persediaan akhir rata- rata selama tahun 2012-2016.
Pengukuran ini juga telah dilakukan oleh Syailendra (2013), Setiyanto
(2012) dan Saripudin (2010).
Variabilitas Persediaan = Standar Deviasi Persediaan Akhir
Rata-Rata Persediaan Akhir

3.3 Populasi Dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini yaitu semua perusahaan manufaktur yang
listing di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2014 sampai 2018 yaitu sebanyak
151 perusahaan tetapi yang menjadi sampel penelitian hanya 60 perusahaan
sesuai dengan kriteria yang berlaku. Sampel dalam penelitian ini
menggunakan tiga kriteria yang digunakan untuk dapat membedakan
pemilihan perusahaan yang akan menjadi sampel penelitian, sebagai berikut :

28
1. Perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia dan
mempublikasikan Laporan Keuangannya untuk periode tahun 2014 sampai
2018.
2. Perusahaan tersebut hanya menggunakan satu metode penilaian
persediaan saja yaitu metode FIFO atau rata – rata, jika perusahaan
menggunakan metode penilaian persediaan selain kedua metode tersebut
maka perusahaan tersebut tidak termasuk dalam penelitian.
3. Perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan yang datanya dapat
diketahui khususnya mengenai metode penilaian persediaan yang
digunakan oleh perusahaan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


3.4.1 Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan
tahunan atau annual report yang dapat diakses melalui situs resmi Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada website www.idx.co.id.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah dengan metode
dokumentasi, data penelitian ini berupa data sekunder yaitu data
laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia yang menggunakan pemilihan metode penilaian
persediaan FIFO dan rata-rata (Average).

3.5 Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan uji regresi logistik. (logistic regression). Regresi logistik dipilih
karena data dalam penelitian ini berupa data nominal dan data rasio. Variabel
dependen dalam penelitian ini berupa data nominal yaitu pemilihan metode
penilaian persediaan. Sedangkan variabel independen berupa data nominal
dan data rasio yaitu ukuran perusahaan dan variabilitas persediaan. Asumsi

29
multivariate normal distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas
merupakan campuran antara variabel kontinyu (metrik) dan kategorikal (non
metrik) (Ghozali, 2005 : 211). Dalam hal ini, dapat dianalisis dengan logistic
regression karena tidak perlu asumsi normalitas data pada variabel bebasnya.

Regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan


dan variabilitas persediaan terhadap pemilihan metode persediaan.
Metpersed = a + b1 UP + b2 VP + e1-metpersed
Dimana :
Metpersed = Metode Persediaan
a = konstanta
UP = Ukuran Perusahaan
VP = Variabilitas Persediaan
e = error

3.5.1 Analisis Statisik Deskriptif


Analisis Statistik Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data atau
menggambarkan data-data keuangan yang telah penelitian kumpul
dengan cara mendownload pada Bursa Efek Indonesia dengan kriteria
perusahaan yang ditentukan adalah perusahaan manufaktur.
Berikut ini kriteria-kriteria analisis statistik deskriptif antara lain :
 Penyajian data dalam bentuk tabel
 Penyajian data dalam bentuk visual
 Perhitungan Mean, Median, & Modus
 Perhitungan Kuartil, Desil, & Persentil
 Perhitungan Standar Deviasi, Varians, Range, Deviasi, Kuartil,
Mean Deviasi dll.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik


Uji Asumsi Klasik adalah uji yang digunakan pada sebuah penelitian
dengan cara memberikan kepastian bahwa persamaan regresi yang
didapatkan memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias, dan

30
konsisten. Uji asumsi klasik meliputi beberapa uji antara lain : uji
multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, uji
normalitas dan uji linearitas.

3.5.2.1 Uji Autokorelasi


Uji Autokorelasi adalah uji yang digunakan untuk mengetahui
apa saja variabel-variabel dalam sebuah penelitian baik variabel
yang mempengaruhi dan variabel yang dipengaruhi sama-sama
menghasilkian hubungan yang kuat baik yang bersifat positif
maupun negatif di dalam sebuah penelitian. Biasanya uji
autokorelasi ini harus menampilkan data yang bersifat times series
atau runtut waktu dari satu periode ke berbagai periode agar data
yang ditampilkan sangat jelas. (Harjanta, 2018)

3.5.2.2 Uji Multikolinearitas


Uji Multikolinearitas adalah uji yang bertujuan untuk melihat
apakah variabel independen (yang mempengaruhi) dalam model
regresi dengan memberikan nilai tolerance dan VIF nya, nilai
Eigenvalue, Condition Index, serta nilai standar error koefisien beta
atau koefisien regresi parsial. (Harjanta, 2018)

3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas


Uji Heteroskedastisitas adalah uji yang digunakan untuk menilai
apakah ada ketidaksamaan varian dari residual untuk semua
pengamatan pada model regresi linear. Uji ini merupakan salah satu
dari uji asumsi klasik yang harus dilakukan pada regresi linear.

3.5.3 Uji Hipotesis


Uji hipotesis adalah uji yang asumsinya bersifat dugaan atau
sementara. Jika asumsi atau dugaan sementara dikhususkan pada
sebuah populasi maka pada umumnya nilai-nilai parameter sebuah
populasi akan disebut dengan hipotesis statistik.

31
3.5.3.1 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis Regresi Linear Berganda adalah analisis yang digunakan
untuk menganalisis besarnya hubungan pada variabel independen
(yang mempengaruhi disini variabel yang mempengaruhi adalah
ukuran perusahaan, variabilitas persediaan yang jumlahnya bisa
melebihi dari dua

Adapun persamaan model regresi berganda tersebut adalah :

Y = a+ b1X1+ b2X2+ ...+bkXk

Keterangan :

Y = Nilai prediksi dari Y

a = Bilangan Konstan

b1,b2,bk = Koefisien Variabel Bebas

x1,x2 = Variabel Independen

x1 = Ukuran Perusahaan

x2 = Variabilitas Persediaan

3.5.3.2 Uji Parsial (Uji T)


Uji signifikan parsial (uji t) atau individu digunakan untuk
menguji apakah suatu variabel bebas berpengaruh atau tidak
terhadap variabel terikat. Adapun langkah untuk uji t atau uji parsial
adalah:

1. Perumusan Hipotesis
H0 = B1 = 0 Ha = B1 ≠ 0
H0 = B2 = 0 Ha = B2 ≠ 0

32
2. Menentukan daerah kritis
Daerah kritis ditentukan oleh nilai t-tabel dengan derajat bebas n-
k, dan taraf nyata α

3. Menentukan nilai t-hitung


untuk menentukan nilai t-hitung maka dengan cara:
𝑏−𝐵
t-hitung = 𝑆𝑏

Dimana :
t-hitung = Besarnya t-hitung
b = Koefisien Regresi
Sb = Standar Error

4. Menentukan Daerah Keputusan


Daerah keputusan untuk menerima Ho atau menerima Ha.

5. Memutuskan Hipotesis
Ho: Diterima jika t hitungt tabel
Ha: Diterima jika t hitung≥t table

3.5.3.3 Uji Silmutan (Uji F)


Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara
bersama –sama terhadap variabel terikat.

𝑅 2 (𝑘 − 1)
F hitung =
(1 − 𝑅 2 )/ (𝑁 − 𝑘)

Keterangan :
F = Pendekatan Distribusi Probabilitas Fischer
R = Koefisien Korelasi Berganda
K = Jumlah Variabel Bebas
N = Banyaknya Sampel

33
a. Perumusan Hipotesis
H0 : Diduga variabel Ukuran Perusahaan (X1), Variabilitas
Persediaan (X2) secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap
pemilihan metode penilaian persediaan (Y1).

Ha : Diduga variabel Ukuran Perusahaan (X1), Variabilitas


Persediaan (X2) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
pemilihan metode penilaian persediaan (Y1).

b. Kriteria Penolakan Atau Penerimaan


Ho diterima jika :
a. F hitung ≤ F tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak ini berarti
tidak terdapat pengaruh simultan oleh variable X dan Y.
b. F hitung ≥ F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima hal ini berarti
terdapat pengaruh yang simultan terhadap variabel X dan Y.

3.5.3.4 Koefisien Determinasi (𝑹𝟐 )


Koefisien determinasi menunjukkan suatu proporsi dari varian
yang dapat diterangkan oleh persamaan regresi terhadap varian total.
Besarnya koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut :
𝑛(𝑎. ∑𝑦 + 𝑏1. ∑𝑦𝑥1 + 𝑏2. ∑𝑦𝑥2 + 𝑏3. ∑𝑦𝑥3) − (∑𝑦)2
𝑅2 =
𝑛. ∑𝑦2 − (∑𝑦)2

Nilai 𝑅 2 akan berkisar 0 sampai 1. Nilai 𝑅 2 = 1 menunjukkan


bahwa 100% total variasi diterangkan oleh varian persamaan regresi
atau variabel bebas, baik X1, X2, maupun X3 mampu menerangkan
variabel (Y1). sebesar 100 %. Sebaliknya apabila 𝑅 2 = 0
menunjukkan bahwa tidak ada total varian yang diterangkan oleh
variabel bebas dari persamaan regresi baik X1, X2 maupun X3.
(Ilmiyah, 2015)

34
3.6.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana
penelitian ingin mengambil data-data keuangan. Adapun data-data
keuangan yang diambil oleh peneliti adalah pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) atau bisa di website www.idx.co.id dengan mempertimbangkan
perusahaan-perusahaan manufaktur dari tahun 2014-2018.

3.6.2 Jadwal Penelitian


No Kegiatan Bulan 2019
May June July Agustus
1 Tahap Persiapan
Penelitian
a. Penyusunan dan
Pengajuan Judul
b. Pengajuan
Proposal
c. Perizinan
Penelitian
2 Tahap Pelaksanaan
a. Pengumpulan Data
b. Analisis Data
3 Tahap Penyusunan
Laporan

35
DAFTAR PUSTAKA

A.Kadim, A. S. (2019, Maret). Analisis Pengaruh Rasio Lancar, Perputaran


Persediaan Dan Margin Laba Kotor Terhadap Pemilihan Metode
Persediaan Pada Perusahaan Dagang Yang Terdaftar Di BEI Tahun
2013-2015, 2 No. 1, 13.

Fasa, R. R. (2016, September). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Pemilihan Metode Penilaian Persediaan Pada Perusahaan Dagang Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014, 7, 24.

Harjanta, S. A. (2018, April). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Variabilitas


Persediaan, Kepemilikan Manajerial, Financial Leverage, & Laba
Sebelum Pajak Terhadap Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan (Studi
Empiris Pada Perusahaan Sub Sektor Farmasi Yang Terdaftar Di BEI
Periode 2012-2016), 2 No. 1, 13.

Ilmiyah, F. (2015). (F. Ilmiyah, Ed.) p. 20.

Nugroho Tulus Rahayu, E. S. (2017, Oktober). Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Pemilihan Metode Persediaan Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI, 9 No 3 Edisi, 17.

Sangeroki, S. (2013, September). Ukuran Perusahaan Dan Margin Laba Kotor


Terhadap Pemilihan Metode Penilaian Persediaan Di Perusahaan
Manufaktur, 1 No. 3, 8.

Siti Sangadah, K. (2014, Agustus). Analisis Pemilihan Metode Akuntansi


Persediaan Pada Perusahaan Manufaktur, 10.

36

Anda mungkin juga menyukai