Anda di halaman 1dari 2

4.

3 Pembahasan
Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajar / diselidiki.
Tujuannya adalah untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan
perubahan lingkungan, atau untuk mengetahui jenis vegetasi yang ada di suatu
lahan secara cepat. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang
digunakan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan
sekitar 50 m - 100 m. Sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang
digunakan cukup 5 m - 10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang
lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Ramazas, 2012).
Praktikum kali ini, metode yang digunakan yaitu metode transek yang digunakan
berupa persegi panjang dengan ukuran panjang 100 meter dan lebar 10 meter,
dengan menghitung setiap vegetasi dengan jalur lurus (kontinyu). Luas kawasan
yang diamati dengan jarak antar jalur 10 x 10 meter. Dalam persegi panjang
dibuat segmen (petak contoh) sebanyak 10 petak. Dari hasil analisis vegetasi,
ditemukan sebanyak 21 jenis tanaman, yang terdiri dari spesies A, B, C, D, E, F, G,
H, I, J, K, L, M. N, O, P, Q, R, S, T dan U. Berdasarkan data yang didapatkan dari
tabel penentuan jenis tanaman, A berjumlah 139, spesies B berjumlah 21, spesies
C berjumlah 29, spesies D berjumlah 44, spesies E berjumlah 21, spesies F
berjumlah 113, spesies G berjumlah 80, spesies H berjumlah 23, spesies I
berjumlah 6, spesies J berjumlah 7, spesies K berjumlah 4, spesies L berjumlah
291, spesies M berjumlah 428, spesies N berjumlah 46, spesies O berjumlah 47,
spesies P berjumlah 75, spesies Q berjumlah 192, spesies R berjumlah 293,
spesies S berjumlah 8, spesies T berjumlah 1, dan spesies U berjumlah 4. Total
jumlah spesies sebanyak 1884.
Jenis spesies yang paling banyak ditemukan pada plot yaitu jenis spesies M
berjumlah 428 sedangkan yang paling sedikit yaitu jenis spesies T berjumlah 1. Hal
ini dikarenakan adanya faktor-faktor pembatas seperti iklim, suhu, curah hujan,
cahaya, tanah dan lain-lain, sehingga jenis spesies M lebih mendominansi
pertumbuhannya dibandingkan dengan jenis spesies lainnya.
Berdasarkan tabel analisis data kerapatan mutlak spesies A yaitu 0,139, spesies B
yaitu 0,021, spesies C yaitu 0,025, spesies D yaitu 0,044, spesies E yaitu 0,021,
spesies F yaitu 0,113, spesies G yaitu 0,08, spesies H yaitu 0,023, spesies I yaitu
0,006, spesies J yaitu 0,007, spesies K yaitu 0,004, spesies L yaitu 0,291, spesies M
yaitu 0,428, N yaitu 0,046, spesies O yaitu 0,047, spesies P yaitu 0,075, spesies Q
yaitu 0,192, spesies R yaitu 0,293, spesies S yaitu 0,008, spesies T yaitu 0,001, dan
spesies U yaitu 0,016.
Kerapatan relatif spesies A yaitu 7,38%, spesies B yaitu 1,11%, spesies C yaitu
1,54%, spesies D yaitu 2,34%, spesies E yaitu 1,11%, spesies F yaitu 6,00, spesies G
yaitu 4,25%, spesies H yaitu 1,22%, spesies I yaitu 0,32%, spesies J yaitu 0,37%,
spesies K yaitu 0,21%, spesies L yaitu 15,45%, spesies M yaitu 22,72%, N yaitu
2,44%, spesies O yaitu 2,49%, spesies P yaitu 3,98%, spesies Q yaitu 10,19%,
spesies R yaitu 15,55%, spesies S yaitu 0,42%, spesies T yaitu 0,05%, dan spesies U
yaitu 0,85%. Menurut Andri (2011), nilai kerapatan suatu spesies tumbuhan
sangat dipengaruhi oleh jumlah suatu individu dan luas kawasan yang didiaminya
Pada frekuensi mutlak spesies A yaitu 0,01, spesies B yaitu 0,003, spesies C yaitu
0,007, spesies D yaitu 0,005, spesies E yaitu 0,008, spesies F yaitu 0,01, spesies G
yaitu 0,01, spesies H yaitu 0,004, spesies I yaitu 0,002, spesies J yaitu 0,002,
spesies K yaitu 0,001, spesies L yaitu 0,009, spesies M yaitu 0,01, N yaitu 0,007,
spesies O yaitu 0,005, spesies P yaitu 0,003, spesies Q yaitu 0,009, spesies R yaitu
0,009, spesies S yaitu 0,003, spesies T yaitu 0,001, dan spesies U yaitu 0,004.
Jumlah keseluruhan dari frekuensi mutlak yaitu 0,122.
Dari hasil frekuensi mutlak, selanjutnya dibagi total frekuensi untuk menentukan
frekuensi relatif. Frekuensi relatif spesies A yaitu 8,20%, spesies B yaitu 2,46%,
spesies C yaitu 5,74%, spesies D yaitu 4,10%, spesies E yaitu 6,56%, spesies F yaitu
8,20, spesies G yaitu 3,28%, spesies H yaitu 1,64%, spesies I yaitu 1,64%, spesies J
yaitu 0,82%, spesies K yaitu 7,38%, spesies L yaitu 8,20%, spesies M yaitu 5,74%, N
yaitu 4,10%, spesies O yaitu 2,46%, spesies P yaitu 7,38%, spesies Q yaitu 7,38%,
spesies R yaitu 2,46%, spesies
S yaitu 0,42%, spesies T yaitu 0,82%, dan spesies U yaitu 3,28%. Menurut Novita
(2012), frekuensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti luas petak contoh,
penyebaran tumbuhan dan ukuran jenis tumbuhan.
Nilai dari kerapatan relatif selanjutnya dijumlahkan dengan nilai frekuensi relatif
untuk menghasilkan nilai penting. Nilai penting spesies A berjumlah 15,57, spesies
B berjumlah 3,57, spesies C berjumlah 7,28, spesies D berjumlah 6,43, spesies E
berjumlah 7,67, spesies F berjumlah 14,19, spesies G berjumlah 12,44, spesies H
berjumlah 4,50, spesies I berjumlah 1,96, spesies J berjumlah 2,01, spesies K
berjumlah 1,03, spesies L berjumlah 22,82, spesies M berjumlah 30,91, spesies N
berjumlah 8,18, spesies O berjumlah 6,59, spesies P berjumlah 6,44, spesies Q
berjumlah 17,57, spesies R berjumlah 22,93, spesies S berjumlah 2,88, spesies T
berjumlah 10,87, dan spesies U berjumlah 4,13. Menurut (Wirakusumah, 2003)
semakin luas petak contoh yang dibuat maka semakin banyak macam spesies
yang terdapat pada petak contoh tersebut. Artinya semakin luas habitat tempat
tersebut maka spesies yang kita temukan akan semakin banyak..

Anda mungkin juga menyukai