Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem saluran pembuang air
guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen dalam perencanaan kota (perencanaan
infrastruktur khususnya). Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membung, atau mengalirkan
air. Suripin,2004.
Dalam perencanaan pembuatan lapangan terbang atau bandara harus memiliki sistem drainase yang
baik, dikarenakan bandara adalah area yang dipergunakan untuk kegiatan tinggal landas (take off) dan
mendarat (landing) pesawat udara, yang dilengkapi dengan fasilitas untuk pendaratan, parkir pesawat,
perbaikan pesawat naik turunya penunpang dan barang sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi.
Bandara mamiliki daerah yang luas dan datar, maka membutuhkan sebuah perencanaan sistem drainase
yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menjamin lapangan terbang bebas dari genangan air yang
dapat menggangu penerbangan.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang dapat dirumuskan dari latar belakang tersebut adalah bangaiman cara perancangan
sistem drainase bandara yang baik .

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar dapat mengetahui perencanan sebuah sistem
drainase bandara yang baik .

1.4 Manfaat
Manfaat dalam penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa bisa mengetahui perencanaan sebuah
drainase bandara yang baik .
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Lapangan Terbang


Lapangan terbang atau bandara (Airport) adalah daerah yang luas dan datar yang digunakan untuk
terbang (take off) maupun mendarat (landing) pesawat terbang. Karena luas dan datar, maka membutuhkan
drainase yang dirancang sedemikian rupa agar tidak ada genangan air yang dapat mengganggu
penerbangan. Bandara dilengkapi dengan fasilitas untuk pendaratan pesawat, parkir pesawat, perbaikan
pesawat, naik turun penumpang, dan barang . sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi.Beberapa
istilah kebandarudaraan yang perlu diketahui adalah sebagai berikut (Basuki, 1996; Sartono, 1996 dan PP
No. 70 thn 2001)

2.1.2 Airfield
Area daratan atau air yang dapat dipergunakan untuk kegiatan tinggal landas (take-off) dan
mendarat (landing) pesawat udara. Fasilitas untuk pendaratan, parkir pesawat, perbaikan pesawat dan
terminal building untuk mengakomodasi keperluan penumpang pesawat.

2.1.3 Aerodrom
Area tertentu baik di darat maupun di air (meliputi bangunan sarana dan prasarana, instalasi
infrastruktur dan peralatan penunjang) yang dipergunakan baik sebagian maupun keseluruhannya untuk
kedatangan dan keberangkatan penumpang dan barang, serta pergerakan pesawat terbang. Namun aerodrom
belum tentu dipergunakan untuk penerbangan yang terjadwal.

2.1.4 Landing area


Bagian dari lapangan terbang yang dipergunakan untuk tinggal landas dan mendarat. Tidak
termasuk terminal area.

2.1.5 Landing strip


Bagian yang bebentuk panjang dengan lebar tertentu yang terdiri atas bahu (shoulders) dan landas
pacu (runway) untuk tempat tinggal landas dan mendarat pesawat terbang.

2.1.6 Runway (landas pacu)


Bagian memanjang dari sisi darat aerodrom yang disiapkan untuk tinggal landas dan mendarat
pesawat terbang. Runway (landas pacu) jalur perkerasan yang dipergunakan oleh pesawat terbang untuk
mendarat (landing) atau lepas landas (take off). Menurut Horonjeff (1994) sistem runway di suatu bandara
terdiri dari perkerasan struktur, bahu landasan (shoulder), bantal hembusan (blast pad), dan daerah aman
runway (runway end safety area).
2.1.8 Taxiway
Bagian sisi darat dari aerodrom yang dipergunakan pesawat untuk berpindah (taxi) dari runway
ke apron atau sebaliknya.

2.1.8 Apron
Bagian aerodrom yang dipergunakan oleh pesawat terbang untuk parkir, menunggu, mengisi bahan
bakar, mengangkut dan membongkar muat barang dan penumpang. Perkerasannya dibangun berdampingan
dengan terminal building.

2.1. 9 Holding apron


Bagian dari aerodrom area yang berada di dekat ujung landasan yang dipergunakan oleh pilot untuk
pengecekan terakhir dari semua instrumen dan mesin pesawat sebelum take off. Dipergunakan juga untuk
tempat menunggu sebelum take off.

2.1.10 Blast pad (Bantal hembusan)


adalah suatu daerah yang dirancang untuk mencegah erosi permukaan yang berdekatan dengan
ujung-ujung runway yang menerima hembusan jet yang terus-menerus atau yang berulang. ICAO
menetapkan panjang bantal hembusan 100 feet (30 m), namun dari pengalaman untuk pesawat-pesawat
transport sebaiknya 200 feet (60 m), kecuali untuk pesawat berbadan lebar panjang bantal hembusan yang
dibutuhkan 400 feet (120 m). Lebar bantal hembusan harus mencakup baik lebar runway maupun bahu
landasan (Horonjeff , 1994).
2.1.11 Runway end safety area (Daerah aman runway)
Merupakan daerah yang bersih tanpa benda-benda yang mengganggu, diberi drainase, rata dan
mencakup perkerasan struktur, bahu landasan, bantal hembusan dan daerah perhentian, apabila disediakan.
Daerah ini selain harus mampu untuk mendukung peralatan pemeliharaan dan dalam keadaan darurat juga
harus mampu mendukung pesawat seandainya pesawat karena sesuatu hal keluar dari landasan.

2.2 Drainase Lapangan Terbang

Drainase adalah tindakan teknis untuk penanganan kelebihan air yang disebabkan oleh hujan,
rembesan, maupun air buangan dengan cara mengalirkan, menguras, membuang, meresapkan, serta usaha-
usaha lainnya, dengan tujuan akhir untuk mengembalikan ataupun meningkatkan fungsi kawasan. Secara
umum sistem drainase merupakan suatu rangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan.

2.2.1 Fungsi Sistem Drainase Lapangan Terbang adalah :


1. Mengalirkan dan membuang air permukaan dan bawah tanah yang berasal dari tanah sekitar
lapangan terbang.
2. Mempertahankan daya dukung tanah sehingga mampu menahan beban pesawat.
3. Menjaga seluruh daerah lapangan terbang termasuk terminal building agar tidak tergenang oleh air
inase tidak berfungsi dengan baik tentu mengakibatkan tergenangnya air pada runway dan shoulder yang
bisa menganggu aktivitas pesawat pada saat Take Off maupun Landing. Sistem drainase lapangan terbang
harus baik dikarenakan hal-hal sebagai berikut
1. Daerah yang dikeringkan sangat luas
2. Permukaan daerah lapangan berupa beton,aspal, rumput, dan sebagainya.
3. Sebagian besar berupa beton dan aspal sehingga air hujan tergenang serta air hujan yang dapat
diserap oleh tanah hanya sedikit
4. Kemiringan landasan pacu kecil
a. Kearah memenjang kemiringan maksimum 1%
b. Kemiringan melintang maksimum 1,5%
5. Genangan air diatas landasan pacu maksimal 10 cm
6. Pada lapangan terbang tidak diperkenangkan adanya selokan terbuka kecuali pada sekeliling
lapangan terbang
2. 3 Aspek- aspek dalam perencanan drainase lapangan terbang

2.3.1 Keadaan Topografi

Dalam perencanaa suatu drainase bandara harus dipertimbangkan keadaan wilayah bandara
tersebut. Apakah berada pada wilayah yang datar, diperbukitan atau pengunungan. pada daerah perbukitan
atau pengunungan maka akan ada air limpasan dari daerah yang lebih tinggi kedaerah yang
rendah ,Sehingga pada musim penghujan akan ada penambahan aliran air pada bandara tersebut.

2.3.2 Aspek Hidrologi

Kajian ilmu hidrologi meliputi hidrometeorologi (air yang berada di udara dan berwujud gas),
potamologi (aliran permukaan), limnologi (air permukaan yang relatif tenang seperti danau; waduk),
geohidrologi(air tanah), dan kriologi (air yang berwujud padat seperti es dan salju) dan kualitas air.
Penelitian Hidrologi juga memiliki kegunaan lebih lanjut bagi teknik lingkungan, kebijakan lingkungan,
serta perencanaan. Hidrologi juga mempelajari perilaku hujan terutama meliputi periode ulang curah hujan
karena berkaitan dengan perhitungan banjir serta rencana untuk setiap bangunan teknik sipil.

2. 3.2.1 Analisa Frekuensi hujan


Sistem hidrologi kadang-kadang dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang luar biasa (ekstrim),
seperti hujan lebat, banjir, dan kekeringan. Besaran peristiwa ekstrim berbanding terbalik dengan frekuensi
kejadiannya, peristiwa yang luar biasa ekstrim kejadiannya sangat langka. Dalam menghitung analisa
frekuensi hujan ini menggunakan 2 metode antara lain :
1. Metode Gumbell

2. Metode Log Pearsson

2. 3. 2. 2 Curah Hujan Regional

1. Metode Rerata Aljabar


Cara ini adalah perhitungan rata-rata secara aljabar curah hujan di dalam dan disekitar daerah
yang bersangkutan.
2. Cara Poligon Thiessen
Jika titik-titik di daerah pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar merata, maka
caraperhitungan curah hujan dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh tiap titik
pengamatan. n = banyaknya pos penakar

3. Cara Isohyet
Peta isohiet di gambar pada pera topografi dengan perbedaan 10 mm – 20mm berdasarkan data
curah hujan pada titik-titik pengamatan di dalam dan sekitar daerah yang dimaksud. Luas bagian daerah
antara 2 garis isohiet yang berdekatan diukur dengan planimeter. Demikian pula harga rata-rata dari garis-
garis isohiet yang berdekatan yang termasuk bagian-bagian itu dapat dihitung.

2.3.2.3 Intensitas Curah Hujan


Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume
hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air hujan terkonsentrasi. Biasanya dalam
perencanaan bangunan pengairan (misalnya drainase), debit rencana sangat diperlukan untuk mengetahui
kapasitas yang seharusnya dapat ditampung oleh sebuah drainase, agar semua debit air dapat ditampung
dan teralirkan

2.3.2.4 Debit Rancangan


Debit air hujan (limpasan) adalah volume aliran yang terjadi di permukaan tanah yang disebabkan
oleh turunnya hujan dan terkumpulnya membentuk suat aliran. Aliran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang saling mempengaruhi yaitu jenis permukaan tanah, luas daerah limpasan, dan intensitas curah hujan.
2.3.3 Aspek hidrolika

2.3.3.1 Desain Saluran


Debit aliran yang sama dengan debit akibat hujan, harus dialirkan padasaluran bentuk persegi,
segitiga, trapesium, dan setengah lingkaran untuk drainase muka tanah (surface drainage).
2.3.3.2 Kemiringan Saluran

Yang dimaksud kemiringan saluran adalah kemiringan dasar saluran dan kemiringan dinding
saluran.Kemiringan dasar saluran ini adalah kemiringan dasar saluran arah memanjang dimana umumnya
dipengaruhi oleh kondisi topografi, serta tinggitekanan diperlukan untuk adanya pengaliran sesuai dengan
kecepatan yang diinginkan. Kemiringan dasar saluran maksimum yang diperbolehkan adalah 0.005 –0.008
tergantung pada saluran yang digunakan. Kemiringan yang lebih curam dari 0.002 bagi tanah lepas sampai
dengan 0.005 untuk tanah padat akan menyebabkan erosi (penggerusan).

2.3.3.4 Kecepatan Aliran


Kecepatan aliran adalah kecepatan aliran air pada saluran drainase

2.3. 3. 5 Tinggi Jagaan Saluran

Jagaan saluran adalah jarak vertikal dari puncak saluran kepermukaan air pada kondisi rancang.
Jarak ini harus cukup untuk mencegah gelombang atan kenaikanmukaairyangmelimpahketepi.

2.4 Bangunan Pelengkap

2.4.1 Kolam Retensi


Fungsi dari kolam retensi adalah untuk menngantikan peran lahan resapan yang dijadikan lahan
tertutup/perumahan/perkantoran maka fungsi resapan dapat digantikan dengan kolam retensi. Fungsi kola
ini adalah menampung air hujan langsung dan aliran dari sistem untuk diresapkan ke dalam tanah. Sehingga
kolam retensi ini perlu ditempatkan pada bagian yang terenndah dari lahan. Jumlah, volume, luas dan
kedalaman kola ini sangat tergantung dari beberapa lahan yang dialih fungsikan menjadi kawasan
permukiman.

2.4.2 Bangunan Pelengkap (Gorong-Gorong)

Gorong-gorong adalah saluran tertutup yang digunakan untuk mengalirkan airmelewati jalan raya,
rel kereta api, atau timbunan lainnya. Gorong-gorong biasanya dibuat dari beton, alumunium gelombang,
baja gelombang dan lainnya. Penampang gorong-gorong berbentuk bulat, persegi, oval, tapal kuda, dan
segitiga
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa perencanaan drainase pada lapangan terbang haruslah dengan
perencanaan yang baik agar tidak terjadi masalah yang merugikan masyarakat serta pihak yang terlibat
dalam satu kestuan pada lapangan terbang tersebut.

3.2 Saran
Dalam perencanaan drainase lapngan terbang harus benar-benar mempertimbangkan hal-hal yang
dapat terjadi seperti curah hujan yang besar yang dapat mengakibatkan genangan air pada runway, dan hal-
hal lainnya.
Daftar Isi

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB.I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan

BAB.II PEMBAHASAN

2.1 Lapangan Terbang

2.2 Drainase Lapangan Terbang

2.3 Aspek- aspek dalam perencanan drainase lapangan terbang

2.4 Bangunan Pelengkap

BAB.III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Daftar Pustaka

https://drive.google.com/file/d/1xZzf0Dn7L4iuX4r9qqDCZAAhVrNgjRE2/view

Anda mungkin juga menyukai