SKRIPSI
OLEH :
TITIK ETIKA
106084002767
Ekonomi
JAKARTA
2010
SURAT PERNYATAAN
NIM : 106084002767
merupakan hasil penelitian, pengolahan, dan analisisi saya sendiri serta bukan
merupakan replika maupun sandaran dari hasil karya atau penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replika maka skripsi ini dianggap
gugur dan harus melaksanakan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan
Titik Etika
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
NIM : 106084002767
Agama : Islam
Alamat Lengkap : Jl. H. Dulwanih Rt 03/04 no.8 Bedahan Kec. Sawangan Kota
Depok
E-mail : Ti2x_kha16@yahoo.com
3. Alamat : Jl. H. Dulwanih Rt 03/04 n0.8 Bedahan Kec. Sawangan Kota Depok
4. Ibu : Nurlaela
6. Alamat : Jl. H. Dulwanih Rt 03/04 n0.8 Bedahan Kec. Sawangan Kota Depok
7. Anak : Dari Lima (5) Bersaudara
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, M. Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Lukman, MSi selaku Ketua Jusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Pheni Chalid, Ph.D selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka
penyempurnaan skripsi ini.
8. Buat sahabat-sahabati PMII KOMFEB UIN Jakarta, dan para rekan serta
simpatisan Partai Persatuan Mahasiswa, yang selalu membimbing saya
dalam berorganisasi, yang selalu memberi motivasi saya ketika menjadi
Ketua Bem Jurusan IESP periode 2007-2008, menjadi bendahara Bem
Fakultas Ekonomi dan Bisnis periode 2008-2009. Teruntuk mantan ketua
umum PMII cabang ciputat abang sultan, mantan ketua-ketua umum PMII
KOMFEB abang alwi, ka bongkeng, bang ropik, badri. Buat mantan
presiden BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis periode 2007-2008 sdr. Nurul
sobah, periode 2008-2009 sdr. Abraham firdaus ghofur. Buat danang, ipul,
H. muis, ayu, ita, bang onta, dan sahabat-sahabati semuanya serta adik-
adik jurusan IESP semoga kalian tetap semangat dalam menjalani masa
perkuliahan.
9. Buat levi Ahyar dan Ahmad Fauzie yang juga selalu memberi support
dalam penyelesaian skripsi ini, Dan buat temen-temen OZ FM Kemang-
Jakarta, buat ponggawa-ponggawa tercinta ka’nggok, oomleeo, itto, raben
dan ozzers khususnya legalers “thanks yach dukungannya..”.
Dalam berbagai bentuk penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari
kesempurnaan, hal ini tidak terlepas dari kurangnya pengalaman dan terbatasnya
ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna mencapai tulisan ini
pada masa mendatang. Akhir kata, semoga Allah SWT selalu memberikan ridho
dan karunianya kepada kita semua. Dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua
pembaca.
Jakarta, 12 November
2010
Penulis
Titik Etika
DAFTAR ISI
ABSTRAK.…………………………………………....................................... i
ABSTRACT...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………. iii
DAFTAR TABEL………………………………………………………….... ix
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………... x
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian………………………………………………...... 1
B. Perumusan Masalah………………………………………………….….….. 11
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian…………………………………………...... 11
1. Tujuan Penelitian…………………………………………………..... 11
2. Manfaat Penelitian………………………………………………...... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori............................................................................................... 13
1. Ekspor........................................................................................................ 13
a. Pengertian Ekspor............................................................................... 13
b. Ketentuan dan Persyaratan Ekspor..................................................... 13
c. Prosedur Ekspor.................................................................................. 14
d. Strategi Pemasaran Ekspor................................................................. 15
e. Pengelompokkan Barang Ekspor........................................................ 18
2. Kredit......................................................................................................... 19
a. Pengertian Kredit................................................................................ 19
b. Fungsi dan Manfaat Kredit................................................................. 20
c. Jenis Kredit……………………………………………...………..... 20
d. Pertimbangan Penyaluran Dana......................................................... 21
e. Hubungan Kredit Dengan Ekspor....................................................... 24
3. Kurs...............................................................…………………………... 25
a. Pengertian Kurs.................……………………………..………...... 25
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kurs..........………...…………. 25
c. Kurs Nominal Dan Kurs Riil……………………………………...... 28
B. Penelitian Terdahulu………………………………………………………. 28
C. Teori Pengaruh Kredit Perbankan, Kurs, dan Krisis Ekonomi Terhadap
Volume Ekspor............................................................................................. 31
D. Kerangka Berpikir……………………………………………………….... 37
E. Hipotesis………………………………………………………………….... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………..……... 40
B. Metode Pengumpulan Data……………………………………………….. 40
C. Metode Analisis……………………………………………………………. 40
1. Uji Stasioneritas…………………………………………….............. 41
2. Uji Asumsi Klasik………………………………………………....... 42
3. Uji Statistik (Signifikansi)………………………………………….. 45
D. Definisi Operasional Variabel…………………………………………….... 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perkembangan Ekspor Indonesia Tahun 1986-2008..................................... 48
B. Perkembangan Kredit Perbankan (Sektor Perdagangan) Tahun 1986-2008.. 51
C. Perkembangan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat…………… 53
D. Hasil dan Pembahasan……………………………………………………... 56
1. Hasil Uji Stasioneritas……………………………………………..... 57
2. Hasil Uji Asumsi Klasik……………………………………...……… 59
3. Hasil Regresi Berganda….................................................................... 63
4. Hasil Uji Statistik (Signifikansi)…………………….……………….. 64
5. Interpretasi Hasil Regresi…………………………………………...... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………………. 71
B. Saran……………………………………………………………………….... 72
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 74
DAFTAR TABEL
No Keterangan Hal
Tabel 1.1 Data Ekspor Indonesia Tahun 2005-2008 3
Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Minyak Bumi dan 4
Gas Alam Tahun 2006-2008
(Juta Kg, Juta Dollar AS)
Tabel 1.3 Negara Utama Tujuan Ekspor Menurut Hasil 5
Komoditas Tahun 2006
Tabel 4.1 Data Ekspor Indonesia Tahun 1986-2008 48
Tabel 4.2 Data Kredit Perbankan (Sektor Perdagangan) 51
Tahun 1986-2008
Tabel 4.3 Data Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika, 54
Tahun 1986-2008
Tabel 4.4 Uji Stasioneritas Output Unit Root Test 57
Augmented Dickey-Fuller Pada Tingkat Level
Second Difference
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tidak dapat dipenuhi seluruh jenisnya oleh produksi yang dihasilkan didalam
negeri semata, sementara itu kenaikan kapasitas produksi dari berbagai komoditi
membutuhkan pasar yang lebih luas tidak hanya dalam negeri. Keadaan tersebut
mendorong terjadinya kegiatan perdagangan luar negeri baik barang maupun jasa
perdagangan luar negeri yang kita kenal dengan ekspor dan impor.
Ekspor merupakan sistem perdagangan barang dan jasa dari dalam negeri
negara. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian utama terhadap ekspor sebagai
sangat penting. Salah satu kebijakan perdagangan luar negeri adalah kebijakan
ekspor. Tujuan utama dari kebijakan ekspor adalah meningkatkan ekspor dengan
prasyarat bahwa kebutuhan pasar domestik telah terpenuhi. Selain itu, kebijakan
ekspor Indonesia perlu lebih menekankan pada pembukaan akses pasar yang
Indonesia.
Bukan lagi suatu rahasia umum bahwa era perdagangan bebas adalah era
luar negeri, diplomasi perdagangan luar negeri harus menjadi ujung tombak
mendapatkan pasar yang lebih luas bagi ekspor Indonesia serta dalam upaya
ekspor non migas. Ekspor non migas tumbuh tinggi dengan peningkatan volume
ekspor terutama pada komoditas ekspor berbasis sumber daya alam. Pada tahun
2008, ekspor masih tetap mengalami kenaikan, kenaikan ini disebabkan oleh
adanya peningkatan pada sektor migas dan non migas. Yakni untuk non migas
sebesar 17,3 persen dari 92.012,3 juta dollar AS pada tahun 2007 menjadi
107.894,2 juta dollar AS. Sementara pada sektor migas terjadi peningkatan
Volume minyak mentah tahun 2008 naik sebesar 0,33 persen, dan nilainya
dipengaruhi oleh permintaan volume ekspor minyak mentah dan harga dan harga
minyak mentah dipasaran dunia. Dalam kurun waktu 2007 dan 2008, harga rata-
rata minyak mentah mengalami kenaikan dari 72,3 dollar AS per barrel pada
tahun 2007, menjadi 97,0 dollar AS per barrel tahun 2008 atau naik sebesar 24,7
dollar AS per barrel. Peranan ekspor minyak mentah sampai akhir desember 2008
mencapai 9,06 persen terhadap total ekspor atau 0,97 persen diatas peranan tahun
2007.
Tabel 1.2
Penerimaan devisa dari gas alam tahun 2008 tercatat 13.160,5 juta dollar
AS dengan kenaikan sebesar 31,82 persen atau senilai 3.176,7 juta dollar AS dari
tahun sebelumnya. Hal ini tidak sejalan dengan menurunnya volume ekspor gas
alam pada tahun 2008 dibanding tahun 2007 sebesar 2,02 persen. Dengan
demikian peranan gas alam pada tahun 2008 adalah 45,18 persen dari total ekspor
migas. Dua lokasi penyumbang terbesar adalah LNG Arun (Aceh), dan LNG
Indonesia kepada lima negara masih belum berubah. Lima negara tujuan ekspor
dengan pangsa terbesar adalah Jepang, Amerika Serikat, Singapura, Cina, Serta
Tabel 1.3
Negara Utama Tujuan Ekspor Menurut Hasil Komoditas Tahun 2006
__________________________________________________________________
Jepang Amerika Uni Eropa Singapura Cina
Komodity Share Komodity Share Komodity Share Komodity Share Komodity Share
__________________________________________________________________
Biji Logam 4.22 Pakaian 3.84 Minyak 1.57 Mesin Listrik 1.35 Minyak 1.33
&Sisa Sayur dan & Peralatan Sayur
Logam Lemak &Lemak
Biji
Batu Bara 1.43 Karet Mentah 1.29 Pakaian 1.35 Mesin Kantor & 1.05 Logam 0.8
Pengolah Data & Sisa
Logam
Logam 1.23 Ikan dan 0.81 Alas Kaki 0.74 Logam tidak 0.98 Karet
Tidak Udang Mengandung Besi Mentah
Mengandun
Besi
Mesin Listrik 0.93 Barang-barang 0.62 Furniture 0.65 Alat 0.64 Kimia 0.59
Dan Peralatan Manufaktur Telekomunikas Organik
Sumber : Bank Indonesia
bervariasi antara negara yang satu dengan negara yang lainnya. Komoditas ekspor
ke pasar Jepang yang dominan adalah biji logam, dan batu bara dengan pangsa
ekspor masing-masing sebesar 4,2 persen dan 1,43 persen dari total ekspor non
migas. Untuk pasar Amerika Serikat, ekspor lebih banyak berupa komoditas
pakaian dankaret mentah dengan pangsa masing-masing sebesar 3,84 persen dan
1,29 persen. Ke pasar Singapura, mesin dan produk logam merupakan komoditas
ekspor yang dominan dengan pangsa 1,35 persen dan 0,98 persen. Sementara itu,
komoditas ekspor andalan indonesia ke Cina adalah minyak sayur danlema biji
dengan pangsa 1,33 persen, sedangkan ke Uni Eropa banyak berupa produk
minyak sayur dan lemak dengan pangsa 1,57 persen dari total ekspor non migas.
perbankan, kurs serta krisis ekonomi tahun 1998 (Dummy Variable). Penelitian ini
oleh Putu Krisna Adwitya Sanjaya (2007) ia meneliti tentang analisis beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap volume ekspor kopi propinsi bali periode 1990-
independen harga rata-rata ekspor kopi, kurs rupiah terhadap dollar Amerika, serta
kebijakan ekspor kopi terhadap volume ekspor kopi propinsi bali periode 1990-
2006.
Ia meneliti tentang analisis pengaruh suku bunga kredit, kurs dollar Amerika dan
inflasi terhadap volume ekspor kerajinan anyaman propinsi bali Periode 1992-
Ika Rahutami dan Sri Yani Kusumastuti (2007) mereka meneliti tentang
volatilitas nilai tukar terhadap ekspor yakni berdampak negatif yang signifikan,
dan dalam jangka panjang dampak volatilitas nilai tukar terhadap impor yakni
volume ekspor secara nasional, dan variabel independen kredit perbankan, kurs
serta krisis ekonomi tahun 1998 (dummy variable). Dimana kredit merupakan
akan menentukan output riil dari berbagai sektor ekonomi (Luh Gede
keuntungan jika kredit yang disalurkan untuk keperluan ekspor, karena dengan itu
Kurs merupakan faktor yang digunakan dalam penelitian ini, dimana kurs
adalah nilai mata uang antar negara. Secara teoritis, perubahan kurs suatu negara
depresiasi kurs, maka hal ini berdampak positif bagi volume ekspor di negara
tersebut, dimana harga barang-barang ekspor menjadi lebih murah di pasar global
mengakibatkan perubahan keatas baik ekspor maupun impor. Jika kurs dollar
Amerika Serikat mengalami depresiasi, nilai mata uang dalam negeri melemah
dan berarti nilai mata uang asing menguat kursnya, dan akan menyebabkan ekspor
meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi kurs valuta asing mempunyai
hubungan yang searah dengan volume ekspor. Apabila nilai kurs dollar Amerika
Dalam penelitian ini, kurs yang digunakan adalah kurs rupiah terhadap
dollar Amerika Serikat. Dengan berpatokan kurs rupiah terhadap kurs dollar
Amerika Serikat ini karena dollar Amerika Serikat merupakan mata uang
pada konferensi Bretton Woods pada bulan Juli 1944, Pemilihan dollar Amerika
Serikat merupakan pertengahan antara sistem nilai tukar mengambang yang penuh
yang terlalu restriktif. Disisi lain, Amerika Serikat menjamin konvertibilitas dollar
terhadap emas yang pada waktu itu pada level 35 dollar Amerika Serikat per ons
emas.
12
10
8
6
4
2
0
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
Gambar 1.1
Perkembangan Kurs Indonesia
mengambang yang dimulai sejak agustus 1997, posisi kurs rupiah terhadap mata
uang asing khususnya USD ditentukan oleh mekanisme pasar. Fenomena terbaru
yang berhubungan dengan kurs yaitu dengan terjadinya fluktuasi kurs yang tajam
di Indonesia selama periode krisis ekonomi dan moneter mulai pertengahan tahun
1997, dimana nilai kurs meningkat dan berfluktuasi secara tajam. Gejolak nilai
kurs ini tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh variabel non ekonomi, selama
periode krisis ekonomi kita dapat kita dapat menyaksikan bahwa nilai kurs ini
(Rupiah) terhadap mata uang asing yang menjadi awal krisis ekonomi, pada
dasarnya dari permintaan akan uang luar negeri yang begitu tinggi, sedangkan
penawarannya terbatas. Hal inilah yang menjadikan nilai valuta asing seperti
dollar Amerika Seriat dan Yen Jepang membubung tinggi. Selain itu nilai kurs
juga tidak terlepas dari variabel-variabel lain seperti tingkat suku bunga dalam dan
luar negeri, jumlah uang beredar, dan tingkat harga yang di indikasikan dengan
tingkat inflasi, serta variabel-variabel ekonomi dan non ekonomi lainnya.
Melemahnya kurs inilah yang membuat sektor riil kolaps, serta beban utang luar
besar.
Pada tahun 1999 kurs rupiah menguat ke level 7000an, hal ini disebabkan
oleh berbagai kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi nilai tukar,
antara lain : penanda tanganan hutang luar negeri terhadap IMF, kebijakan uang
ketat, serta pembekuan beberapa bank. Kondisi tersebut juga didukung oleh
harapan bagi para pelaku pasar. Kondisi tersebut bertahan dengan fluktuasi yang
relatif tipis sampai pada era presiden Abdurrahman Wahid. Namun selama tahun
2000, posisi kurs mengalami pelemahan ke level 9.595. puncaknya pada tahun
2001 kurs pada melemah secara tajam ke level 10.400, hal ini terjadi Karena
Dari uraian diatas, maka penulis sangat tertarik untuk memilih judul
ekspor Indonesia?
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Sebagai bahan referensi yang diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Ekspor
a. Pengertian Ekspor
2005, ekspor dapat dilakukan oleh setiap perusahaan atau perorangan yang telah
memiliki :
(SIUP), atau
c. Prosedur Ekspor
kegiatan yang dilakukan secara beurutan mulai dari langkah awal hingga langkah
kegiatan ekspor dikenal juga istilah prosedur ekspor. Prosedur ekspor adalah
yakni dengan adanya pengadaan barang-barang ekspor itu sendiri, serta dengan
1. Korespondensi
dilaksanakan tanpa harus keluar negeri, dan cukup hanya membaca laporan atau
mengetahui ekspor.
f. Melihat buku niaga (Trade Directory) untuk mendapatkan daftar nama dan
d. Sistem pembayaran
e. Promosi
secara langsung atau tidak langsung. Apabila akan ditangani secara langsung
Ada dua jenis perwakilan yakni bentuk agen atau distributor diluar negeri.
Yang dimaksud dengan agen adalah orang atau perusahaan yang mencari order
untuk perusahaan yang diageninya atas dasar komisi. Seorang agen tidak
melibatkan diri dalam pelaksanaan hubungan dagang antara pembeli dan penjual,
penjual.peranan agen amat penting bagi para eksportir baik untuk mengenal
pasaran maupun untuk tatap bertahan, hal ini dikarenan agen akan terus
memberikan informasi tentang pasaran dan mencegah eksportir terdesak dari
diperoleh oleh eksportir tapi untuk jangka panjang agen sangat menguntungkan.
perusahaan yang langsung membeli barang dari dari eksportir dengan dasar
a. Produk kurang sesuai dengan selera dan kebutuhan para konsumen atau
berat.
c. Volume produksi kurang dari yang ditargetkan, sehingga ada order yang
pemasaran.
mendapatkan tempat berpijak, harga rendah denga mutu yang rendah, laba
biaya perunit atau volume atau dalam laba yang diperkirakan, sedangkan biaya
kelompok, yakni :
(prekursor).
2. Barang yang diawasi ekspornya. Seperti : produk peternakan (sapi dan
kerbau, kulit buaya, binatang liar dan tumbuhan alam), produk perikanan
bumi, emas murni atau perak), produk industri (pupuk urea, skrap besi
atau baja khusus yang berasal dari wilayah pulau batam, skrap dari
dan ikan arowana, benih ikan sidat, ikan hias jenis botia, udang galah dan
bantalan kereta api atau trem dari kayu dan kayu gergajian), produk
dan rumah asap), produk peternakan (kulit mentah, pickled dan wet blue
dari binatang melata atau reptil, binatang liar dan tumbuhan alam yang
dilindungi), produk industri (skrap besi atau baja kecuali yang berasal dari
4. Barang yang bebas ekspornya. Seperti : tekstil dan produk tekstil (TPT).
2. Kredit
a. Pengertian Kredit
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
syariah) kepada nasabah, baik berupa fasilitas pinjaman tunai (cash loan) maupun
meningkatkan usahanya .
berkembangnya usaha.
lainnya.
c. Jenis Kredit
Totok Budisantoso (2006:117) kredit dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Kredit investasi
misalnya untuk pembelian mesin-mesin, bangunan dan tanah untuk pabrik, yang
Kredit modal kerja adalah kredit yang diberikan baik dalam rupiah
maupun valuta asing untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang habis dalam
satu siklus usaha dengan jangka waktu maksimal 1 tahun dan dapat diperpanjang.
3. Kredit konsumsi
Kredit konsumsi adalah kredit jangka pendek atau panjang yang diberikan
bukan barang modal dalam kegiatan usaha. Penggunaan kredit ini misalnya untuk
tersebut diatas dan adanya prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan bank serta
adanya risiko yang selalu melekat dalam penyaluran dana, maka sebelum kredit
atau pembiayaan disalurkan bank ingin selalu mengetahui segala sesuatu tentang
telah diberikan oleh bank. Hal-hal yang selalu ingin diketahui oleh bank sebelum
Bank tidak ingin menanggung risiko yang besar apabila setelah dana
digunakan oleh nasabah debitor, lalu dikemudian hari sebelum nasabah mampu
memenuhi kewajibannya kepada bank, kegiatan atau usaha nasabah tidak dapat
dilanjutkan karena tidak sah secara yuridis. Terhentinya kegiatan usaha nasabah
mengembalikan dana yang telah diterima dari bank, sehingga kredit atau
perizinan dan aspek legalitas yang harus dipenuhi debitor sangat bervariasi
tergantung pada bidang kegiatan atau usaha nasabah. Perizinan dan aspek legalitas
tersebut antara lain : izin mendirikan bangunan, angka pengenal eksportir terbatas,
surat izin tempat usaha, surat izin usaha jasa kontruksi, sertifikat tanah dan tanda
daftar perusahaan.
2. Karakter
yang akan datang, bank hanya dapat menggunakan beberapa indikator. Yakni
dimasa lalu.
3. Pengalaman dan Manajemen
bidang kegiatan yang akan dijalankan akan mengurangi kinerja usaha nasabah.
4. kemampuan Teknis
kelancaran kegiatan usaha nasabah secara teknis. Tersedianya bahan baku, adanya
tenaga ahli, ketersediaan mesin dan peralatan, tempat usaha yang memenuhi
5. Pemasaran
perencanaan pemasaran yang matang dan wajar. Hal ini dapat membantu
6. Sosial
Keberadaan kegistsn yang dibiayai bank bisa sesuatu yang disukai atau
tidak disukai masyarakat. Maka dari itu pihak bank harus ekstra hati-hati apabila
Sehat dan tidak sehatnya usaha nasabah dapat dilihat salah satunya adalah
melalui keadaan keuangannya adan keadaan keuangan nasabah dapat dilihat dari
laporan keuangannya.
nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi dan modal kerja.
Dengan dana tersebut maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan
disalurkan oleh pihak perbankan maka akan semakin baik, mengingat semakin
Dari penjelasan mengenai fungsi dan tujuan kredit diatas, secara garis
Negara apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor
(Kasmir,2002:106).
Kasmir (2002:110) juga menjelaskan jenis kredit dilihat dari segi tujuan
kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktifitas
diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering
diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang
Maka dari itu, hubungan kredit dengan volume ekspor itu sendiri yakni,
semakin tinggi pemberian kredit maka akan semakin tinggi pula volume ekspor.
Hal ini tercermin dari kemampuan produksi, dan penentuan tingkat output riil.
terhadap kemampuan produksi dunia usaha sehingga akan menentukan output riil
3. Kurs
a. Pengertian Kurs
Kurs adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai
dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya (Salvatore 1997: 9).
Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang
asing. Penurunan nilai mata uang dalam negeri disebut depresiasi atas mata uang
asing.
mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Laju Inflasi Relatif
barang atau jasa menjadi dasar utama dalam pasar valuta asing, sehingga
perubahan harga dalam negeri yang relatif terhadap harga luar negeri dipandang
sebagai faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing. Misalnya, jika
Amerika sebagai mitra dagang Indonesia mengalami tingkat inflasi yang cukup
tinggi maka harga barang amerika juga menjadi lebih tinggi. Sehingga otomatis
mata uang asing adalah laju pertumbuhan riil terhadap harga-harga luar negeri.
Laju pertumbuhan riil dalam negeri diperkirakan akan melemahkan kurs mata
menarik bagi para penanam modal dalam negeri maupun luar negeri. Terjadinya
semuanya tergantung pada besarnya perbedaan tingkat suku bunga didalam dan
diluar negeri, maka perlu dilihat mana yang lebih murah, didalam atau diluar
negeri. Dengan demikian sumber dari perbedaan itu akan menyebabkan terjadinya
kenaikan kurs mata uang asing terhadap mata uang dalam negeri.
4. Kontrol Pemerintah
mata uang.
5. Ekspektasi
ekspektasi atau nilai tukar dimasa depan. Sama seperti pasar keuangan yang lain,
pasar valas bereaksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki dampak kedepan.
memperkirakan nilai dollar akan menurun dimasa depan. Reaksi langsung akan
menekan nilai tukar dollar dalam pasar. Kemudian menurut Madura (2003:111-
123), untuk menentukan perubahan nilai tukar antara mata uang suatu negara
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terjadi di negara yang bersangkutan yaitu
selisih tingkat inflasi, selisih tingkat suku bunga, selisih tingkat pertumbuhan
GDP, intervensi pemerintah dipasar valuta asing dan expectations (perkiraan pasar
Peran ekonom membedakan kurs mata uang domestik terhadap mata uang
asing menjadi dua, yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal adalah harga
relatif mata uang dua Negara. Sedangkan kurs riil adalah harga barang relatif
barang-barang di kedua Negara, atau kadang kala disebut term of trade. Hubungan
Dengan demikian semakin tinggi kurs riil, berarti harga barang-barang luar
negeri relatif lebih murah dibandingkan harga-harga barang domestik. Hal ini
B. Penelitian Terdahulu
dependen dalam penelitian ini adalah volume ekspor kopi propinsi bali periode
1990-2006, dan variabel independennya adalah harga rata-rata ekspor kopi, kurs
dollar Amerika Serikat dan kebijakan Ekspor kopi (dummy Variabel). Dan
kopi, kurs dollar Amerika Serikat dan kebijakan ekspor kopi secara serempak
berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor kopi propinsi bali periode 1990-
2006.
2. Unggul Heriqbaldi (2006)
Granger dan Error Correection model (ECM). Hasil analisis menunjukan bahwa
pada kedua kasus perdagangan bilateral, dalam jangka pendek secara umum
dampak perubahan nilai tukar pada neraca perdagangan tidak begitu jelas, dalam
Amerika Serikat berhubungan positif dan negatif pada aspek teori kurva J, tidak
terdapat bukti kuat pada dua kasus perdagangan bahwa teori ini terjadi. Pada
perspektif jangka panjang juga ditemukan bahwa depresiasi rupiah terhadap yen
dan dollar tidak memperbaiki neraca perdagangan Indonesia. Salah satu argument
ini menggunakan data time series data kuantitatif bulanan periode 2000-2005.
metode yang digunakan yakni Vector Auto Regression (VAR) dan Vektor Error
dan kopi.
penelitian ini yakni suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor
mitra dagangnya. Dengan menggunakan data secara kuartalan dari tahun Q11985-
Q42005 bahwa penelitian mengenai J-curve dengan kasus Turki dengan 13 mitra
dagangnya yang memakai data secara aggregate dan menghasilkan hasil yang
pergerakan dari nilai tukar. Studi ini untuk mentest keberadaan fenomena J-curve
pada kasus turki dan 13 mitra dagangnya. Efek jangka pendek dan jangka panjang
dari depresiasi mata uang lira pada neraca perdagangannya diperkirakan dengan
Secara empiris hasil yang disarankan bahwa tidak terjadi J-curve terhadap neraca
perdagangan bilateral Turki. Namun dapat dikatakan bahwa depresiasi riil pada
nilai mata uang lira Turki telah memberikan pengaruh yang kuat terhadap neraca
perdagangan dengan UKA dan USA pada jangka panjang, yang mana telah terjadi
tukar riil dalam kasus hubungan perdagangan antara Singapura dan Amerika
Serikat. Penelitian tersebut menggunakan data time series dari tahun 1970-1996
dengan basis kuartalan. Model yang digunakan oleh kedua peneliti ini adalah
model yang dikembangkan oleh Rose dan Yellen (1989). Hasil analisis
menunjukkan bahwa nilai tukar (kurs) riil tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap neraca perdagangan riil dalam kasus perdagangan antara Singapura dan
Amerika Serikat.
untuk melihat dampak dari volatilitas nilai tukar terhadap arus perdagangan
Indonesia yang meliputi ekspor dan impor periode 1975-2005. Metode analisis
dalam penelitian ini menggunakan ARDL-ECM. Hasil penelitian ini yakni, dalam
jangka pendek dampak volatilitas nilai tukar terhadap ekspor yakni berdampak
negatif yang signifikan, dan dalam jangka panjang dampak volatilitas nilai tukar
eksternal bisnis.
mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit tersebut dapat berupa kredit
sektor riil, konsentrasi kredit perbankan pada skala usaha dan sektor ekonomi
adalah meningkatkan devisa Negara apabila produk dari kredit yang dibiayai
para pelaku ekonomi secara langsung melalui penyaluran kredit perbankan akan
terhadap kemampuan produksi dunia usaha sehingga akan menentukan output riil
bahwa tingkat harga dipasar luar negeri lebih tinggi dari tingkat harga dipasar
meningkat dipasar global. Sebaliknya nilai riil yang menurun mencerminkan daya
harga dipasar domestik lebih tinggi dari tingkat harga dipasar global.
Boediono (1981:53) apabila mata uang dalam negeri dinilai terlalu tinggi
terhadap mata uang asing (over valued exchange rate) maka macam barang yang
atau apresiasi nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan keatas baik ekspor
maupun impor. Jika kurs dollar Amerika Serikat mengalami depresiasi, nilai mata
uang dalam negeri melemah dan berarti nilai mata uang asing menguat kursnya,
dan akan menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi
kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor.
Apabila nilai kurs dolar Amerika Serikat meningkat, maka volume ekspor juga
akan meningkat.
menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik
dan stabil.
Siregar, Reza dan Ramkishen S. Rajan (2002:123) Bukannya
rupiah dalam pengertian nominal turun rata-rata 0,8 persen perhari terhadap dollar
Amerika antara Juli 1997 dan Januari 1998, sedangkan total ekspor perdagangan
Indonesia dalam dollar Amerika menurun sebesar 8,6 persen pada akhir tahun
volatilitas nilai tukar terhadap ekspor yakni berdampak negatif yang signifikan.
Hau (2002) integrasi perdagangan dan volatilitas nilai tukar riil secara
produksi barang ekspor akan semakin tinggi. Hal ini tentunya akan menyebabkan
menjadi turun, karena untuk memproduksi barang ekspor diperlukan biaya yang
tinggi.
dinamika yang terjadi di pasar keuangan (pasar modal dan pasar uang) lebih cepat
jika dibandingkan dengan perubahan dipasar barang komoditi. Oleh karena itu,
dalam jangka pendek fluktuasi nilai tukar lebih dipengaruhi oleh perubahan dalam
pasar modal dan dalam jangka panjang fluktuasi nilai tukar dipengaruhi oleh
pemikiran teori ini adalah bahwa suatu negara akan melakukan spesialisasi
terhadap produksi dan ekspor beberapa jenis barang tertentu, dimana negara
tersebut memiliki keunggulan absolut dan tidak memproduksi atau impor suatu
keunggulan absolute atas negara lain yang memproduksi beberapa jenis barang
yang sama, atau suatu negara akan mengekspor atau mengimpor barang X jika
negara itu dapat atau tidak dapat memproduksinya lebih efisien atau murah
dibandingkan negara lain. Jadi, teori ini menekankan bahwa efisiensi dalam
sangat menentukan keunggulan atau tingkat daya saing dari negara bersangkutan.
Tingkat keunggulan diukur berdasarkan nilai tenaga kerja yang sifatnya homogen
Persoalan dari teori adam smith adalah bahwa perdagangan internasional akan
menurut adam smith hal ini hanya dapat terjadi jika masing-masing negara
keunggulan mutlak atas Amerika Serikat untuk A dan B, yang berarti Indonesia
antara kedua negara tersebut tidak akan terjadi karena hanya Indonesia yang akan
mendapat manfaatnya. Hal ini tidak dipikirkan oleh adam smith, dan ini
merupakan kelemahan utama dari teorinya. Maka muncullah pemikiran dari John
S. Miill dan David Ricardo, yang disebut dengan teori keunggulan komparatif.
antar negara pada prinsipnya tidak berbeda dengan teori Adam Smith.
Perbedaannya hanya pada cara pengukuran keunggulan suatu negara, yakni dilihat
suatu negara akan mengkhususkan diri pada mengekspor barang tertentu bila
negara tersebut memiliki keunggulan komparatif terbesar dan akan impor barang
perdagangan antar dua negara akan terjadi bila masing-masing negara memiliki
biaya relatif yang terkecil (atau produktifitas biaya TK yang terbesar) untuk jenis
barang yang berbeda jadi penekanan Ricardo pada perbedaan efisiensi atau
produktifitas relatif antar negara dalam memproduksi dua atau lebih jenis barang
2004:16).
Teori Purchasing Power Parity. Teori ini merupakan teori tertua dan teori
terpopuler. Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1556 oleh Martin de
Azpilcueta Navarro. Teori ini menyatakan bahwa harga barang disuatu Negara
harus sama dengan harga barang serupa di Negara lain sesuai dengan nilai tukar
yang berlaku antar kedua Negara tersebut. Teori ini disebut “the low of one
price”.
nilai tukar terhadap perubahan dalam neraca perdagangan sangat dipengaruhi oleh
bersifat inelastis, pengaruh penurunan impor dan kenaikan ekspor dalam neraca
D. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berfikir
dari volume ekspor dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni dengan akses
kredit perbankan (khususunya sektor perdagangan/KRDT), dengan posisi kurs
(rupiah terhadap dollar Amerika/EXC) serta krisis Indonesia tahun 1998 /Dummy
Variable (DM).
E. Hipotesis
(Y).
indonesia/PDGN (Y).
(Y).
Asumsi :
volume ekspor.
METODOLOGI PENELITIAN
kurs serta krisis ekonomi tahun 1998 (dummy variable) terhadap volume ekspor
Indonesia. Penelitian ini menggunakan studi time series dari tahun 1986-2008.
Serta pengolahan data dengan metode OLS (Ordinary least square) dan alat
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang
bersumber dari data-data statistik yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik
C. Metode Analisis
Metode analisis dalam penelitian ini yakni menggunakan metode OLS atau
sebagai berikut :
Y = a0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e
Dimana :
a0 = intercept
e = error term
1. Uji Stasioneritas
penting dalam analisis tahunan (time series). Dalam analisis time series masalah
stasioner atau tidak dapat dilihat dari nilai rata-rata varian dari data time series
Tujuan uji stasioner adalah agar meannya stabil dan random errornya = 0,
sehingga model regresi yang diperoleh mempunyai prediksi yang tidak spurious
(regresi semu). Apabila data yang diperoleh belum stasioner pada tingkat level,
maka diperlukan langkah untuk membuat data menjadi stasioner melalui proses
differensi data. Dalam uji akar unit tingkat level bila menghasilkan kesimpulan
bahwa data tidak stasioner, maka diperlukan proses diferensi data. Uji stasioner
data melalui proses diferensi ini disebut uji derajat integras. Hal ini dilakukan
untuk menghilangkan setiap variabel dengan membuat selisih nilai suatu variabel
variabel ini dapat disebut sebagai yang berintegrasi pada derajat satu, demikian
menggunakan uji Akar Unit metode Augment Dickey Fuller (ADF) test. Adapun
a. Jika nilai ADF test statistic < critical value pada 5% = data tidak
b. Jika nilai ADF test statistic > critical value pada 5% = Data stasioner
a. Uji Multikolinieritas
ada tidaknya hubungan yang linier antara variabel bebas (independen) satu dengan
variabel bebas lainnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem
klien.
(Widarjono, 2007:115-117).
..................................(1)
variabel independen yang lain sedangkan nilai kritis dari distribusi F didasarkan
b. Uji Heteroskedstisitas
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda disebut
tolak H1).
H1)
c. Uji Autokorelasi
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang
bebas dari autokorelasi (Gujarati, 2007: 112). Deteksi adanya autokorelasi dengan
menggunakan uji Langrange Multiplier (LM Test). Pada output eviews adalah
sebagai berikut :
H1).
d. Uji Normalitas
Uji Normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data
normal atau mendekati normal. (Gujarati, 2007 : 164). Deteksi normalitas dengan
H1).
2. Jika probability JBtest < a 5% = data tidak berdistribusi normal (terima Ho,
tolak H1).
e. Uji Linieritas
Uji ini didesain untuk menguji apakah suatu variabel penjelas cocok atau
tidak dimasukkan dalam suatu model estimasi. Atau untuk menguji apakah bentuk
fungsi suatu model estimasi linier atau tidak linier (Insukindro : 2003:65). Deteksi
uji linieritas ini dengan menggunakan uji Ramsey RESET Test. Dilihat dari hasil
1. Probabilitas Chi-Square > a 5% = fungsi tidak linier (terima Ho, tolak H1).
Ketepatan fungsi OLS dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari nilai
2. Penentuan nilai kritis atau t-tabel dapat dilihat dari table distribusi t untuk
Dimana :
df = Taraf signifikan
a. Jika nilai t hitung < t tabel, artinya tidak ada pengaruh variabel bebas (X1)
b. Jika nilai t hitung > t tabel, artinya ada pengaruh variable bebas (X1)
satu variabel dipergunakan koefisien korelasi parsial (r2) dan untuk untuk regresi
lebih dari dua variabel bebas digunakan adjusted R2 sebagai koefisien determinasi
F hitung : SSR/k
SSE/ [n-(k+1)]
Dimana :
2. Jika nilai F hitung > F tabel, artinya ada pengaruh variable bebas (X1, X2,
Variabel independen :
1. KRDT (X1) adalah kredit perbankan, yakni meliputi kredit dalam rupiah
dan valuta asing menurut kelompok bank dan sektor ekonomi yang dalam
hal ini adalah sektor perdagangan dalam milyar rupiah. Kredit perbankan
kredit.
2. EXC (X2) adalah kurs yang meliputi kurs rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat.
3. DM (X3) adalah krisis ekonomi tahun 1998 (dummy variable), yakni ingin
dilihat ada atau tidaknya pengaruh krisis ekonomi 1998 terhadap volume
ekspor Indonesia.
Variabel Dependen :
Ekspor merupakan sistem perdagangan barang dan jasa dari dalam negeri
negara. Ekspor dapat dilakukan oleh setiap perusahaan atau perorangan yang
memiliki tanda daftar usaha perdagangan, izin usaha dari departement teknis, dan
Bukan lagi suatu rahasia umum bahwa era perdagangan bebas adalah era
Tabel 4.1
Data Ekspor Indonesia Tahun 1986-2008
Tahun Volume Ekspor Indonesia
(juta dollar AS)
1986 14396
1987 17206
1988 19218
1989 22159
1990 25801
1991 29142
1992 33967
1993 36823
1994 40053
1995 45418
1996 49815
1997 53444
1998 48847
1999 48665
2000 62124
2001 56321
2002 57159
2003 61058
2004 71585
2005 85660
2006 100799
2007 114101
2008 137020
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS)
160
140
120
100
80
60
40
20
0
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
Gambar 4.1
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada 14.396 juta dollar AS tahun 1986
naik menjadi 53.444 juta dollar AS pada tahun 1997. Sayangnya pada tahun 1998
ekspor indonesia mengalami penurunan menjadi 48.848 juta dollar AS. Penurunan
ekspor tahun 1998 ini disebabkan adanya penurunan yang tajam pada sektor
migas yakni sebesar 32,3% dari 11.662,6 juta dollar AS pada tahun 1997 menjadi
7.872,1 juta dollar AS pada tahun 1998. Sementara untuk non migas juga terjadi
penurunan sebesar 2,0 %. Penurunan volume ekspor tahun 1998 lebih disebabkan
karena terdepresiasinya kurs rupiah diiringi dengan tingkat volatilitas yang tinggi
serta diiringi dengan tingkat inflasi yang tinggi yang menyebabkan ekspor kurang
sebesar 0,4%. Kemudian ditahun 2000 nilai ekspor mengalami kenaikan yang
sangat tajam hingga mencapai 62.124 juta dollar AS. Ditahun 2001 kembali
menurun hingga menjadi 56.321 juta dollar AS. Sedangkan ditahun 2003 ekspor
sebelumnya. Dan pada tahun 2004 ekspor Indonesia kembali mengalami kenaikan
yang signifikan menjadi 71.585 juta dollar AS. Peningkatan ekspor tahun 2004 ini
disebabkan adanya peningkatan pada sektor migas dan non migas. pada tahun
ditopang oleh ekspor non migas. Ekspor non migas tumbuh tinggi dengan
daya alam.
2008 jumlah ekspor mencapai 137.020 juta dollar AS, peningkatan ekspor tahun
2008 ini disebabkan adanya peningkatan pada sektor migas dan non migas sebesar
17,3 persen, dari 92.012,3 juta dollar AS pada tahun 2007 menjadi 107.894,2 juta
dollar AS. Sementara pada sektor migas terjadi peningkatan sebesar 31,86 persen.
B. Perkembangan Kredit Perbankan (Sektor Perdagangan) Tahun 1986-
2008.
dalam bentuk kredit masih tetap memiliki peranan terbesar dalam penanaman
dana perbankan. Dalam kaitan ini, bank Indonesia memberikan perhatian khusus
kredit sangat besar terhadap kualitas aktiva produktif, rentabilitas dan aspek lain
tahun 1986-2008.
Tabel 4.2
Data Kredit Perbankan (Sektor Perdagangan) Tahun 1986-2008
250
200
150
100
50
0
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
Gambar 4.2
Perkembangan Kredit Perbankan Sektor Perdagangan Tahun 1986-2008
tahun 1998 berada pada Rp. 96.364 milyar, hal ini mengedintifikasikan bahwa
Penurunan kredit terjadi pada tahun 1999, dengan posisi kredit pada Rp.
43.288 milyar. Penurunan kredit ini terjadi tidak hanya pada sektor perdagangan
saja, tetapi pada semua sektor ekonomi mapun kelompok bank. Hal ini terjadi
karna belum pulihnya perekonomian Indonesia pasca krisis dibanding dengan
badan penyehatan perbankan nasional (BPPN). Sejak tahun 2002 dan tahun-tahun
Kurs adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai
dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya (Salvatore 1997: 9).
Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang
asing. Penurunan nilai mata uang dalam negeri disebut depresiasi atas mata uang
asing.
atau apresiasi nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan keatas baik ekspor
maupun impor. Jika kurs dollar Amerika Serikat mengalami depresiasi, nilai mata
uang dalam negeri melemah dan berarti nilai mata uang asing menguat kursnya,
dan akan menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi
kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor.
Apabila nilai kurs dolar Amerika Serikat meningkat, maka volume ekspor juga
akan meningkat.
Tabel 4.3
Data Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Tahun 1986-2008
Nilai Tukar Rupiah/$ US
Tahun
(Ribu Rupiah)
1986 1641
1987 1650
1988 1731
1989 1797
1990 1901
1991 1992
1992 2062
1993 2110
1994 2200
1995 2308
1996 2383
1997 4650
1998 8025
1999 7085
2000 9595
2001 10400
2002 8940
2003 8465
2004 9290
2005 9830
2006 9020
2007 9419
2008 9531
Sumber : Bank Indonesia (BI)
12
10
8
6
4
2
0
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
Gambar 4.3
Perkembangan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Tahun 1986-2008
Melihat data yang dikeluarkan Bank Indonesia diatas, posisi kurs pada
tahun 1986 sampai dengan tahun 1996 masih berada dibawah 2500. setelah
Amerika telah mengalami tekanan yang cukup tinggi dari level Rp. 2.383 pada
tahun 1996 menjadi Rp 4.650 pada tahun 1997. pada tahun 1998 kurs rupiah
mengalami penurunan atau melemah tajam ke level Rp. 8.025 jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, hal ini berkaitan dengan kondisi ekonomi makro
Dari data kurs pada tahun 1999 dapat disimpulkan bahwa terjadi apresiasi
berpengaruh terhadap fluktuasi kurs 1999. Hal ini nampak pada pertengahan
pertengahan juli pasca pemilu yang diwarnai dengan terapresiasinya kurs rupiah.
hal ini disebabkan pula oleh berbagai kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam
mengatasi nilai tukar, antara lain : penanda tanganan hutang luar negeri terhadap
IMF, kebijakan uang ketat, serta pembekuan beberapa bank. Kondisi tersebut juga
membawa harapan bagi para pelaku pasar. Kondisi tersebut bertahan dengan
fluktuasi yang relatif tipis sampai pada era presiden Abdurrahman Wahid. Namun
selama tahun 2000, posisi kurs mengalami pelemahan ke level 9.595. puncaknya
pada tahun 2001 kurs pada melemah secara tajam ke level 10.400, hal ini terjadi
karena pemerintah sedang mencari formulasi yang tepat untuk mengatasi berbagai
Keadaan kurs rupiah terhadap dollar pada tahun 2002 mengalami kondisi
penguatan kurs rupiah antara lain adanya sentimen positif pasar, membaiknya
tersedianya pasokan valas yang cukup serta keberhasilan reschedulng utang luar
negeri pemerintah dalam forum paris club III. Keadaan kurs yang membaik ini
berlanjut hingga tahun 2003 yakni Rp 8.465. kurs rupiah pada tahun 2004 kembali
melemah ke Rp. 9.290, keadaan ini terutama disebabkan oleh faktor eksternal
tekanan terhadap rupiah, dipicu oleh perubahan sentimen akibat adanya analisis
kenaikan suku bunga Bank Sentral AS. Pelemahan kurs rupiah ini masih terjadi
pada tahun 2005 dengan jumlah Rp. 9.830, dan sempat menguat pada tahun 2006
ke Rp. 9.020, akan tetapi pada tahun 2007 dan 2008 kurs rupiah kembali melemah
Dalam bab ini dibahas mengenai analisis ekonomi dan analisis statistik
dari hasil regresi persamaan pengaruh kredit perbankan dan kurs terhadap
1. Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas data dengan menggunakan uji akar unit (unit root test)
dilakukan untuk menentukan stasioneritas atau tidaknya suatu data time series.
digunakan oleh peneliti didasarkan pada Augmented Dickey Fuller Test, untuk
Tabel 4.4
Output Unit Root Test
Augmented Dickey-Fuller pada tingkat Level
Level
Critical Value
No. Variabel ADF-test 5% Kesimpulan
1 PDGN 3.693693 -3.004861 Data Stasioner
Data Tidak
2 KRDT 1.180993 -3.004861 Stasioner
Data Tidak
3 EXC -0.652687 -3.004861 Stasioner
4 DM -1.414214 -3.004861 Data tidak Stasioner
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel hasil uji akar unit diatas menunjukan bahwa besarnya
tingkat level pada PDGN sudah stasioner tetapi variabel KRDT, EXC, dan DM
adalah memiliki nilai ADFtest masih lebih kecil dari 5% test critical value dan
menunjukan bahwa ada tiga variable (KRDT, EXC, dan DM) adalah tidak
stasioner, sehingga perlu dilakukan proses difference pada orde pertama (1 st –
Tabel 4.5
Level
Critical Value
No. Variabel ADF-test 5% Kesimpulan
Data Tidak
1 PDGN -1.713279 -3.012363 Stasioner
2 KRDT -3.350717 -3.012363 Data Stasioner
3 EXC -4.313522 -3.012363 Data Stasioner
Data Tidak
4 DM -3.007926 -3.012363 Stasioner
Sumber: Data diolah
difference) pada KRDT dan EXC menunjukkan nilai ADFtest sudah lebih besar
dari 5% test critical value dan nilai probability signifikan pada 5% yang
berarti variabel tersebut stasioner pada order pertama atau 1 st – difference = data
stasioner. Akan tetapi pada variabel PDGN dan DM menunjukkan nilai ADFtest
sudah lebih kecil dari 5% test critical value dan nilai probability tidak
diatas menunjukan bahwa ada dua variable (PDGN dan DM) adalah tidak
Level
No. Variabel ADF-test Critical Value 5% Kesimpulan
1 PDGN -6.328576 -3.020686 Data Stasioner
2 KRDT -6.227101 -3.020686 Data Stasioner
3 EXC -6.309320 -3.020686 Data Stasioner
4 DM -5.749889 -3.020686 Data Stasioner
Sumber: Data diolah
pada PDGN, KRDT, EXC, dan DM menunjukkan nilai ADFtest sudah lebih besar
dari 5% test critical value dan nilai probability signifikan pada 5% yang
berarti seluruh variabel indeks stasioner pada order kedua atau 2st – difference =
data stasioner.
a. Uji Multikolinieritas
yang pasti diantara variabel penjelas dalam model regresi. Gejala ditunjukan oleh
dalam model yaitu apabila nilai R2 dari hasil regresi sangat tinggi namun sebagian
variabel yang dijelaskan, melalui perbandingan antara niali t-stat, F-stat dan t-
auxiliary variabel independen KRDT, EXC dan DM lebih kecil dari nilai R2 hasil
b. Uji Autokorelasi
regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem Autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang
1. Uji Breusch-Godfrey
Uji breusch-godfrey atau uji L-M adalah pengganda langrange. Hasil uji
Breusch-Godfrey yakni :
Tabel 4. 8
Uji Breusch-Godfrey
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
lebih besar dari derajat kesalahan 5% (0,05). Dan nilai Obs*R-squared-nya adalah
c. Uji Heteroskedastisitas
model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda,
Tabel 4.9
Dari hasil uji white cross term diatas, nilai probability untuk Obs*R-
squared nilainya adalah 0.419634 nilai ini lebih besar dari derajat kesalahan 5%
Uji Normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data
Dari hasil olah data maka hasil uji normalitas adalah sebagai berikut :
Tabel 4.10
Uji Normalitas (Jarque-Bera)
7
Series: Residuals
6 Sample 1986 2008
Observations 23
5
Mean -5.44e-15
4 Median -1.089127
Maximum 9.884954
Minimum -16.60009
3
Std. Dev. 5.683051
Skewness -0.718784
2
Kurtosis 4.363123
1 Jarque-Bera 3.761177
Probability 0.152500
0
-15 -10 -5 0 5 10
lebih besar dari derajat kesalahan 5% (0,05). Artinya tidak ada permasalahan
normalitas.
e. Uji Linieritas
Uji linieritas ini didesain untuk menguji apakah suatu variabel penjelas
cocok atau tidak dimasukkan dalam suatu model estimasi. Atau untuk menguji
apakah bentuk fungsi suatu model estimasi linier atau tidak linier (Insukindro :
2003:65). Deteksi uji linieritas ini dengan menggunakan uji Ramsey RESET Test.
Dari hasil olah data maka hasil uji linieritas (Ramsey RESET Test) adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.11
Uji Ramsey RESET Test :
lebih besar dari derajat kesalahan 5% (0,05). Artinya tidak ada permasalahan
linieritas.
Y = a0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e
pendekatan regresi berganda dan metode OLS hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.12
Hasil Regresi Linier Berganda Utama
Dan hasil estimasi dan model dari persamaan regresi berganda adalah
sebagai berikut :
Estimation Command:
=====================
LS PDGN C KRDT EXC DM
Estimation Equation:
=====================
PDGN = C(1) + C(2)*KRDT + C(3)*EXC + C(4)*DM
Substituted Coefficients:
=====================
PDGN = 9.610904481 + 0.3834394641*KRDT + 4.351224491*EXC - 16.03115416*DM
variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari hasil pengolahan data, dilihat dari
nilai probability-nya bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
bebas kredit perbankan dan kurs serta krisis ekonomi tahun 1998 (variabel
variabel tidak bebasnya. Uji F-stat ini merupakan uji signifikansi satu arah. Dilihat
perbankan, kurs, krisis ekonomi tahun 1998 (variabel dummy) dalam pengamatan
indonesia .
Estimation Command:
=====================
LS PDGN C KRDT EXC DM
Estimation Equation:
=====================
PDGN = C(1) + C(2)*KRDT + C(3)*EXC + C(4)*DM
Substituted Coefficients:
=====================
PDGN = 9.610904481 + 0.3834394641*KRDT + 4.351224491*EXC - 16.03115416*DM
satu satuan secara rata-rata maka volume ekspor akan naik sebesar
0.383439 persen.
b. Interpretasi koefisien variabel kurs rupiah terhadap dolar amerika (EXC) =
4.351224
Interpretasi : Jika kurs rupiah terhadap dollar amerika naik sebesar satu
satuan secara rata-rata maka volume ekspor akan naik sebesar 4.351224
persen.
persen.
yang ada didalam model, selebihnya 3,3% dijelaskan oleh variabel lain
diluar model.
bahwa kredit perdagangan ini menjadi salah satu sumber pemodalan untuk
kegiatan perekonomian. Maka volume ekspor indonesia akan naik juga sebesar
0.383439 persen. Oleh Suseno dan Piter A. (2003:6) dikatakan bahwa pihak-pihak
yang kelebihan dana, baik perseorangan, badan usaha, yayasan, maupun lembaga
dana akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit tersebut dapat
berupa kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi. Dan Levine
berperan). Tercermin dari peningkatan produksi yang lebih banyak, peluang besar
bagi para pekerja agar terus dipekerjakan, dapat mengatasi pengangguran dan
penciptaan lapangan kerja baru, serta pendapatan perkapita yang meningkat. Dan
4.351224 dan bertanda positif. Artinya setiap kurs dollar mengalami apresiasi
(menguat) dan kurs rupiah mengalami depresiasi (melemah), hal ini akan
menyebabkan volume ekspor meningkat sebesar 4.351224 persen. Jika mata uang
dalam negeri melemah terhadap dollar Amerika, maka harga jual akan menjadi
lebih murah diluar negeri, sehingga lebih banyak lagi konsumen diluar negeri
mampu berbelanja produk Indonesia. Hal ini akan mendorong semangat dari para
eksportir untuk lebih giat memasarkan produk-produknya. Sadono Sukirno
(2000:32) Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi atau apresiasi nilai mata
uang akan menyebabkan perubahan keatas ekspor maupun impor. Jika kurs dollar
Amerika serikat mengalami apresiasi maka nilai mata uang dalam negeri
melemah dan berarti nilai mata uang asing menguat kursnya, dan akan
menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi kurs valuta
asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. Apabila kurs
dollar Amerika meningkat maka volume ekspor juga akan meningkat. Anwar
Nasution (1996:16) kurs riil yang meningkat mencerminkan bahwa tingkat harga
di pasar luar negri lebih tinggi dari tingkat harga di pasar domestik. Ia
pasar domestik lebih tinggi dari tingkat harga di pasar global. Selanjutnya
Boediono (1981:53) apabila mata uang dalam negeri dinilai terlalu tinggi terhadap
mata uang asing (over valued exchange rate) maka macam barang yang di ekspor
ekonomi yang terjadi di indonesia pada tahun 1998 mempunyai pengaruh negatif
terhadap volume ekspor. Maka volume ekspor Indonesia turun sebesar -16.03115
persen. Hal ini disebabkan oleh terdepresiasinya kurs rupiah di iringi dengan
volatilitas kurs yang tinggi serta tingkat inflasi yang tinggi. Pada saat krisis posisi
ekspor malah menurunkan ekspor. Keadaan ini terjadi karena ekspor kurang
rupiah dalam pengertian nominal turun rata-rata 0,8 persen perhari terhadap dollar
Amerika antara Juli 1997 dan Januari 1998, sedangkan total ekspor perdagangan
Indonesia dalam dollar Amerika menurun sebesar 8,6 persen pada akhir tahun
Tidak hanya terdepresiasi saja, kurs rupiah terhadap dollar AS pada saat
krisis mengalami volatilitas yang tinggi dan sangat rentan, yang menyebabkan
mendorong pelaku usaha untuk menutup resiko dengan memasang harga tinggi
sehingga berimplikasi pada daya saing bisnis yang relatif rendah. Ika. A Rahutami
dan Sriyani. K (2007:1) Dalam jangka pendek dampak volatilitas nilai tukar
(2002) integrasi perdagangan dan volatilitas nilai tukar riil secara struktural
tingkat inflasi yang tinggi, sehingga berdampak pada biaya produksi barang
ekspor akan semakin tinggi. Hal ini tentunya akan menyebabkan eksportir tidak
A. Kesimpulan
kredit perbankan, kurs terhadap volume ekspor Indonesia tahun 1986-2008, serta
pengaruh variabel dummy crisis tahun 1998 terhadap volume ekspor Indonesia.
usaha.
kata lain, setiap kurs dollar mengalami apresiassi (menguat) dan kurs
volume ekspor meningkat. Jika mata uang dalam negeri melemah terhadap
dollar AS, maka harga jual akan menjadi lebih murah diluar negeri,
diiringi dengan tingkat volatilitas kurs rupiah yang sangan rentan, serta
B. Saran
pertumbuhan ekonomi.
2008. Dapat disarankan kepada pemerintah dan otoritas moneter agar tetap
3. Dalam penelitian ini hanya terdapat tiga variabel independen, selain kredit
faktor yang mempengaruhi volume ekspor dapat di estimasi lebih luas lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Wilson, P. 2001. “Exchange Rate and The Trade Balance For Dynamic
Asian Economics Does The J-Curve Exist for Singapore, Malaysia
and Korea”, Open Economies Review, 12, 389-413.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Data Ekspor Indonesia Tahun 1986-2008
Tahun Volume Ekspor Indonesia
(juta dollar AS)
1986 14396
1987 17206
1988 19218
1989 22159
1990 25801
1991 29142
1992 33967
1993 36823
1994 40053
1995 45418
1996 49815
1997 53444
1998 48848
1999 48665
2000 62124
2001 56321
2002 57159
2003 61058
2004 71585
2005 85660
2006 100799
2007 114101
2008 137020
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS)
Lampiran 2
Data Kredit Perbankan (Sektor Perdagangan) Tahun 1986-2008
Posisi Kredit Sektor
Tahun Perdagangan
(Milyar Rupiah)
1986 8399
1987 10247
1988 13888
1989 20109
1990 29737
1991 33049
1992 32944
1993 37271
1994 44372
1995 54224
1996 70586
1997 85122
1998 96364
1999 43288
2000 44099
2001 48450
2002 65978
2003 84257
2004 111035
2005 134108
2006 162396
2007 215670
2008 217540
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS)
Lampiran 3
Data Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Tahun 1986-2008
Nilai Tukar Rupiah/$ US
Tahun
(Rupiah)
1986 1641
1987 1650
1988 1731
1989 1797
1990 1901
1991 1992
1992 2062
1993 2110
1994 2200
1995 2308
1996 2383
1997 4650
1998 8025
1999 7085
2000 9595
2001 10400
2002 8940
2003 8465
2004 9290
2005 9830
2006 9020
2007 9419
2008 9531
Sumber : Bank Indonesia (BI)
Lampiran 4
Uji Stasioneritas Volume Ekspor (PDGN) Pada Tingkat Level
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
Dependent Variable: DM
Method: Least Squares
Date: 11/26/10 Time: 10:54
Sample: 1986 2008
Included observations: 23
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 11/26/10 Time: 10:36
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 11/26/10 Time: 10:32
Sample: 1986 2008
Included observations: 23
7
Series: Residuals
6 Sample 1986 2008
Observations 23
5
Mean -5.44e-15
4 Median -1.089127
Maximum 9.884954
Minimum -16.60009
3
Std. Dev. 5.683051
Skewness -0.718784
2
Kurtosis 4.363123
1 Jarque-Bera 3.761177
Probability 0.152500
0
-15 -10 -5 0 5 10
Lampiran 22
Uji Linieritas
Test Equation:
Dependent Variable: PDGN
Method: Least Squares
Date: 11/26/10 Time: 10:39
Sample: 1986 2008
Included observations: 23