Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBUATAN SUSPENSI SEMEN


DAN CETAKAN SAMPEL

2.1. Tujuan Praktikum


1. Mengetahui dan memahami cara pembuatan suspensi semen
pemboran.
2. Mengetahui cara membuat cetakan semen / sample.
3. Mengetahui pengkondisian suspensi semen.

2.2. Teori Dasar


Bubur semen terdiri dari zat cair, bubuk semen dan additive. Tujuan dari
zat cair disini adalah agar bubur semen yang terjadi dapat di pompakan. Bubuk
semen ditempatkan dalam karung atau sack. Berat satu sack semen adalah 94 lbs
pada umumnya, sedangkan berat jenis bubuk semen adalh 3.14 gr/cc. Bubuk
semen yang digunakan pada penyemenan sumur minyak atau gas berbeda dengan
semen yang digunakan untuk bangunan. American Institute telah menstandarisasi
dari bubuk semen yang digunakan untuk menyemen sumur minyak dan gas
menurut kelas yang tertentu.

 Komponen Bubuk Semen


Semen yang biasa digunakan dalam industri perminyakan adalah Semen
portland, dikembangkan oleh JOSEPH ASPDIN tahun 1824. Disebut portland
karena mula-mula bahannya didapat dari pulau portland Inggris. Semen Potrland
ini termasuk semen hidrolisdalamarti akan mengeras bila bertemu atau bercampur
air.
Semen Portland mempunyai 4 komponen mineral utama, yaitu :
a. Tri Calcium Silicate

8
Tricalcium sillicate (3CaO SiO2) dinotasikan sebagai C3S yang dihasilkan
dari kombinasi CaO dan SiO2. Komponen ini merupakan yang terbanyak dalam
semen Portland, sekitar 40-50% untuk semen yang lambat pengerasannya dan
sekitar 60-65% untuk semen yang cepat pengerasannya (high – early strength
cement). Komponen C3S pda semen memberikan strength yang terbesar pada awal
pengerasan.
b. Di Calcium Silicate
Di calcium silicate ( 2CaO SiO 2) dinotasikan sebagai C2S yang juga
dihasilkan dari kombinasi CaO dan SiO2. Komponen ini sangat penting dalam
memberikan final strength semen. Karena C2S ini tidak menghidarasinya lambat
maka tidak berpengaruh dalam setting time semen, akan tetapi sangat menentukan
dalam kekuatan semen lanjut. Kadar C2S dalam semen tidak lebih dari 20%.
c. Tri Calcium Aluminate
Tri calcium aluminate ( 3CaO AL2O3) dinotasikan sebagai C3A, yang
terbentuk dari reaksi antara CaO dengan Al2O3. Walaupun kadarnya lebi kecil dari
komponen silikat (sekitar 15% untuk high-early strenth cement dan sekitar 3%
untuk semen yang tahan terhadap sulfat), namun berpengaruh pda rheologi
suspensi semen dan membantu proses pengerasan awal pada semen.
d. Tetra Calcium Alumino Ferrite
Tetra calcium alumino ferrite (4CaO AL2O3 FE2O3) dinotasikan sebagai C4AF,
yang terbentuk dari reaksi CaO, Al2O3 dan Fe2O3. Komponen ini hanya sedikit
pengaruhnya pada strength semen. API menjelasakan bahwa kadar C4AF
ditambah dengandua kali kadar C3A tidak boleh lebih dari 24% untuk semen yang
tahan terhadap kandungan sulfat yang tinggi. Penambahan oksidasi besi yang
berlebihan akan menaikkankadar C4AF dan menurunkan kadar C3A, dan berfungsi
menurunkan panas hasil reaksi/hidrasi C3S dan C2S.

 Pembuatan Semen
Pembuatan semen portland melalui beberapa tahap sebagai berikut :
 Proses Peleburan

9
- Dry proses, pada awal proses ini mineral clay dan limestone sama-
sama dihancurkan , lalu dikeringkan di rotary dries. Hasilnya dibawa
ke tempat penggilingan untuk dileburkan. Kemudian hasil leburan ini
masuk ketempat penyaringan, dan partikel – partikel yang kasar
dibuang dengan sistem sentrifugal. Hasil saringan ditempatkan di
beberapa silo (tempat yang berbentuk tabung tertutup) dan setelah
didapat komposisi kimia yang diinginkan, kemudian akan melalui
proses pembakaran di Klin.

Gambar 2.1
- Wet Proses, material-material mentah dicampur dengan air, lau
dimasukkan ketempat penggilingan (Grinnding Mil). Campuran ini
kemudian dipompa melaui ‘vibrating screen’. Material – material yang
kasar dikembalikan ke penggilingan, sementara campuran yang lolos
yang berupa suspensi ini ditampung pada suatu tempat berbentuk
kolom. Ditempat ini, suspensi mengalami proses rotasi dan
pemanpatan sehinggga didapat campuran yang homogen. Ditempat ini
pula komposisis kimia suspensi diuba0-ubah untuk didapatkan
komposisi yang diinginkan sebelum dibawa ke Klin.

10
Gambar 2.2
 Proses Pembakaran
Setelah mengalami proses peleburan, campuran tersebut dimasukkan
kedalam tempat pembakaran (klin). Di klin campuran tersebut berputar-
putar kemudian berubah menjadi klinker. Ada 6 tahap temperatur yang
harus dilalui campuran di klin, yaitu :
- Tahap 1 (sampai 200°C)
Ditahap ini mengalami proses penguapan air bebas.
- Tahap 2 (200° sampai 800°)
Pada tahap ini mengalami proses pra-pemanasan, dimana partikel-
partikel clay dihidroksidasi (pembebasan unsur-unsur dihidroksida).
- Tahap 3 (800°-1100°) dan Tahap 4 (1100° - 1300°)
Pada tahap ini mengalami proses pembebasan unsur karbon
(dekarbonisasi). Dehidroksidasi mineral – mineral clay disempurnakan
dan didapatkan hasil yang berbentuk kristal. Kalsium Karbonat
membebaskan sejumlah besar karbondioksida. Produk bermacam-
macam kalsium aluminat dan ferit mulai terjadi.
- Tahap 5 (1300°-1500°-1300°)
Pada tahap ini sebagian campuran reaksi mencair. Dan suhu 1500oC
(clincering temperature), C2S dan C3S terbentuk. Sementara itu lime,
alumina dan oksida besi tetap dalam fasa cair.
- Tahap 6 (1300o – 10000C)

11
Pada tahap ini C3A dan C4AF berubah dari fasa liquid menjadi padat
dan berbentuk kristal.
 Proses Pendinginan
Proses pendinginan sebenarnya telah dimulai dari sebagian tahap 5, ketika
temperature mulai menurun dari clinkering temperature. Kualitas clinker
danselesainya pembuatan semen sangat tergantung dari laju pendinginan
perlahan – lahan sekitar 4-5oC sampai suhu 1250oC, kemudian cepat
sekitar 18o – 20oC per menit. Saat laju pendingin lambat, C 3A dan C4AF
dengan cepat mengkristal, kristal C3S dan C2S menjadi lebih teratur dan
MgO bebas juga mengkristal (mineral ini disebut Periclase). Pada kondisi
ini, aktivitas hidrolik kecil, compressive strength awal tinggi namun
strength selanjutnya rendah. Saat laju pendinginan cepat, fasa likuid
memadat seperti gelas. C3A dan C2S menurun. MgObebsa tetapdalam fasa
gelas, sehingga menjadi kurang aktif dan dapat menyebabkan semen
menjadi kurangkokoh. Pada kondisi ini, compressive strength awal rendah,
namun selanjutnya tinggi.
 Proses Penggilingan
Pada tabung penggiling ada bola-bola baja, yang dapat mengakibatkan
sekitar 97-99% energi yangmasuk diubah menjadi panas. Oleh karena itu
diperlukanpendinginan, karena biola terlalu panas akan banyak gipsum
yang menghidrasi menjadi kalsium sulfat hemihidrat (CSH1/2) atau
larutan anhidrit(CS). Akhirnya dai proses penggilingan di dapat bubuk
semen yang diinginkan, yangdihasilkan dari penggilingan clinker dengan
gipsum (CSH2).

 Klasifikasi Bubuk Semen


American Petroleum Institute (API) dan American Society for Testing
Material (ASTM), telah menstandarisasibubuk semen yang digunakan untuk
sumur minyak dan gas. Berikut klasifikasi bubuk semen yang diberikan API.
Standarisasi oleh API tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kelas A

12
 Semen ini tidak dapat digunakan sampai kedalaman 6000 ft
 Tidak tahan terhadap sulfate
b. Kelas B
 Dapat digunakan dari permukaaan sampai kedalaman 6000 ft
 Bubuk semen ini tahan terhadap sulfate, tersedia untuk tingkat
moderate sampai tinggi.
c. Kelas C
 Dapat dipakai sampai kedalaman 6000 ft.
 Mempunyai strength awal yang tinggi.
 Tersedia semen yang tahan sulfate dan juga yang tidak tahan
sulfate
 Semen yang tahan terhadap sulfate adalah dari tingkat moderate
sampai tinggi.
d. Kelas D
 Digunakan untuk kedalaman 6000 ft sampai dengan 10.000 ft
 Digunakan untuk tekanan formasi yang moderate sampai tinggi.
 Tersedia untuk semen yang tidak tahan terhadap sulfate, dan yang
tahan terhadap sulfate dari tingkat moderate sampai tinggi.
e. Kelas E
 Digunakan untuk kedalaman 6000 ft sampai kedalaman 14.0000 ft
 Digunakan untuk temperatur dan tekanan tinggi.
 Teersedia untuk tipe yang tidak tahan terhadap sulfate, dan yang
tahan terhadap sulfate untuk tingkat tinggi.
f. Kelas F
 Digunakan untuk kedalaman 10.000 ft sampai dengan 16.000 ft.
 Untuk menyemen formasi dengan tekanan dan temperatur yang
sangat tinggi.
g. Kelas G
 Semen kelas G merupakan semen dasar, yang dapat dipakai sampai
kedalaman 8000 ft.

13
 Kalau dinginkan untuk kondisi yang lain maka dapat ditambah
dengan addtive yang sesuai.
 Tersedia untuk ketahanan terhadap sulfate untuk tingkat moderate
sampai tinggi.
h. Kelas H
 Semen kelas H juga merupakan semen kelas dasar, sama dengan
semen kelas G.
 Tersedia untuk tingkay\t moderate sulfate resistance.
Semen dari kelas A sampai dengan F adalah jenis semen yang tidak
ditambahi addtive dalam penggunaannya, sedangkan untuk kelas G dan H dapat
ditambahkan dengan additive bila diperlukan.

 Sifat-Sifat Bubur Semen


Bubur semen memiliki beberapa sifat yang mana sifat-sifat ini harus
disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan disemen. Sifat-sifat tersebut
adalah sebagai berikut :
 Strength
 Water Cement Ratio
 Berat Jenis
 Thickening Time
 Failtration Properties
 Permeabilitas, Perforating Qualities & Sulfate
Resistance

2.3 Pembuatan Suspensi Semen


Pembuatan suspensi semen dimulai dengan persiapan peralatan dan material
semen, baik berupa semen portland, air dan additive.
2.3.1 Peralatan & Bahan Yang Digunakan
a) Peralatan
 Timbangan

14
 Cetakan sampel
 Kantong plastic
 Mixer
 Stop Watch
 Mud Balance

b) Bahan-bahan
 Semen
 Additive (Bentonite dan Barite)
 Air
Peralatan yang digunakan dari alat pengaduk dengan tipe propeller.
Spesifikasi diberikan untuk tipe propeller, pisau mixer, ukuran seerta waktu
pengadukan seperti terlihat pada figure 1.

Gambar 2.3 Constan Speed Mixer

Biasanya sample suspensi semen yang dipersipakan sebanyak 600 ml.


Mixer dioperasikan pada kecepatan 4000 rpm untuk 15 detik (dimana seluruh
padatan semen dicampurkan kedalam campuran air) dilanjutkan dengan putaran

15
12000 rpm selama 35 detik. Karena bubur semen sangat abrasive pengamatan
dengan seksama terhadap pisau mixer sangat penting.

2.3.2 Prosedur Pembuatan Sampel


1. Timbang bubuk semen x gam, dengan timbangan
2. Ukur air dengan WCR (Water Cement Ratio) yang diinginkan, harga
WCR tersebut tidak boleh melebihi batas air maksimum atau kurang
dari batas air minimum. Kadar air maksimum adalah air yang
dicampurkan kedalam semen tanpa menyebabkan terjadinya
pemisahan lebih dari 3,5 ml, dalam 250 ml suspensi semen jika
didiamkan selama 2 jam pada temperature kamar. Sedang kadar ari
minimum adalah jumlah air yang dapat dicampurkan kedalam semen
untuk memperoleh konsistensi maksimum sebesar 30 cc.
3. Jika ingin menggunakan additive, lakukan prosedur sebagai berikut :
- Jika additive berupa padatan, timbang berdasarkan % berat yang
dibutuhkan. Sebagai contoh penambahan tepung silica dalam%
BWOC, dengan berat total semen dan silica seberat 349 gram
adalah :
Silika 10% BWOC dengan berat = 10/100 x 349 gr = 34,9 gr.
Bubuk semen + silica = (349-34,9) gr = 314,1 gr
- Jika additive berupa cairan, % penambahan dilakukan dengan
mengukur volume additive sebanding dengan volume air yang
diperlukan. Sebagai contoh 1,5% HR-13-L, dengan volume total
air sebesar 1000 ml, adalah :
Volume HR-a3-L yang diperlukan = 1,6/100 x 1000 ml = 15
ml
4. Campur bubuk semen dengan additive padatan pada kondisi kering,
kemudian air dan additive larutan masukkan kedalam mixing
container dan jalankan mixer pada kecepatan 4000 Rpm dan
masukkan campuran semen dan additive padatan kedalamnya tidak

16
lebih dari 15 detik, kemudian tutup mixing container dan lanjutkan
pengadukan pada kecepatan tinggi 12000 Rpm selama 35 detik.

2.3.3 Cetakan Sample


Untuk kebutuhan pengujian digunakan tiga bentuk cetakan sample sebagai
berikut :
1. Cetakan pertama
Berupa kubik berukuran 2x2 in, cetakan sample ini diperlukan untuk
pengukuran compressive strength standar API

2. Cetakan Kedua
Berupa silinder casing berukuran tinggi 2 in dan diameter dalamnya 1 in,
cetakan sample ini diperlukan untuk mengukur shear bond strength antara
casing dan semen, serta pengukuran permeabilitas dengan casing.
3. Cetakan Ketiga
Berupa core silinder berukuran tinggi 1-1/2 in dan diameter luarnya 1 in.
Sampel ini digunakan untuk pengukuran permeabilitas semen dengan
casing dan pengukuran caompresive strength.

2.3.4 Pengkondisian Suspensi Semen


Pengkondisi suspensi semen dimaksudkan untuk mensimulatorkan kondisi
tekanan dan temperature yang diinginkan. Pengkondisian dapat dilakukan dengan
tekanan atmosphere dan temperature sampai 900C dengan menggunakan water
bath. Pengkondisian pada tekanan dan temperature operasi dapat dilakukan
dengan alat Pressure Curing Chamber.

2.4 Pembahasan
Dalam pelaksanaan percobaan diatas kita menggunakan semen
dalam x gram yang ditimbang, harga WCR yang diinginkan tidak boleh
melebihi batas air maksimum tau kurang dari batas air minum. Kadar
maksimum yang dimasud yaitu apabila air yang dicampurkan kedalam
semen tanpa menyebabkan pemisahan lebih dari 3.5 ml, dalam 250 ml

17
suspensi semen jika didiamkan selama2 jam pada temperatur kamar.
Sedangkan kadar air minimum jumlah air yang dapat dicampurkan
kedalam semen untuk memperoleh konsisten maksimum sebesar 30 cc.
Prosedur yang digunakan jika ingin menggunakan additif berupa padatan,
timbang % berat yang dibutuhkan. Jika menggunakan additif cairan, %
penambahan dilakukan dengan mengukur volume additif berbanding
dengan volume air yang diperlukan. Setelah bubuk semen dengan additif
dicampur kemudian air dan additif dimasukan kedalam mixing container
dan dijalankan dengan kecepatan 4000 RPM. Kemudian tutup mixing
container dengan pengadukan pada kecepatan tinggi 1200 RPM selama 35
detik.
Semen yang dibuat dipergunakan pada percobaan penentuan shear
band dan compressive strength maka ditambahkan kedalamnya additive
(barite) sebesar 2 gram. Semen yang telah dibuat dimasukkan kedalam
cetakan yang telah tersedia.
Cetakan sampel pertama yang berupa kubik berukuran 2 x 2 inchi,
yang akan digunakan dalam percobaan pengukuran compressive streght
sebelum sampel suspensi semen dituangkan terlebih dahulu pada cetakan
diolesi vaselin yang berguna untuk melicinkan batuan semen saat akan
dilepas dari cetakan.
Cetakan sampel kedua adalah cetakan berupa silinder yang akan
dipergunakan dalam pengukuran shear band strength, pada pengukuran
shear band strength kita akan mengukur kemampuan semen untuk
menahan tekanan secara horizontal dan vertical.
Cetakan ketiga berupa core silinder 11/2 in dan diameter luarnya 1 in.
Sampel yang digunakan untuk pengukuran permeabilitas semen dengan
casing dan pengukuran compressive strength.
Setelah memasukkan semen kedalam masing-masing cetakan, tutup
cetakan dengan penutupnya dan memasukkan kedalam plastik kemudian
diletakkan didalam ember yang berisi air. Hal ini dilakukan agar cetakan
yang kita buat cepat mengeras.

18
2.5 Kesimpulan
1. Pembuatan suspensi semen dan cetakan semen ini perlu dilakukan
dalam penentuan shear bond dan compressive strength.
2. Pembuatan suspensi semen dan cetakan semen yang baik akan sangat
mendukung nilai dari shear band dan compressive strength yang akan
ditentukan kemudian.
3. Pada umumnya operasi penyemanan bertujuan untuk melekatkan casing
pada dinding lubang bor, melindung casing dari masalah–masalah
mekanis dari suatu operasi pemboran yang bersifat korosif.

19

Anda mungkin juga menyukai