Anda di halaman 1dari 9

PEMBUATAN BRIKET DARI CAMPURAN LIMBAH

PLASTIK LDPE DAN KULIT BUAH KAPUK SEBAGAI


ENERGI ALTERNATIF
Muhammad Faizal *,1, Achmad Daniel Rifky1, Irwanto Sanjaya1
1
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jl. Raya Indralaya–Prabumulih KM. 32 Inderalaya30662
*Email: mfaizal1405@gmail.com

Abstrak

Setiap tahun penggunaan bahan bakar fosil mengalami peningkatan, yang mengharuskan untuk mecari
sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar fosil. Kulit buah kapuk merupakan limbah
perkebunan yangjumlahnya berlimpah di indonesia dan memiliki kadar selulosa yang cukup tinggitetapi
masih kurang pemafaatannya secara maksimal. Pencampuran limbah kulit buah kapuk dengan bahan baku
yang memiliki nilai kalor tinggi seperti limbah plastik ldpe dinilai dapat dijadikan sebagai energi
alternatif yaitu biobriket. Pada penelitian ini dilakukanpembuatan biobriket dari kulit buah kapuk dan
limbah plastik LDPE.Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah temperatur karbonisasi,
komposisi campuran dari arang kulit buah kapuk dan limbah plastik LDPE. Temperatur karbonisasi yang
digunakan pada penelitian ini yaitu 400˚C, 500˚C dan 600˚C. Sedangkan variabel komposisi bahan baku
yang digunakan pada penelitian ini yaitu 100% KBK : 0% LDPE, 95% KBK : 5% LDPE, 90% KBK :
10% LDPE dan 85% KBK : 15% LDPE. Perekat yang digunakan barupa tepung kanji dengan kadar
campuran 10% dari total berat biobriket. Pada penelitian ini diperoleh biobriket dengan kualitas optimal
pada temperatur karbonisasi 500˚C dengan komposisi 85% kulit buah kapuk (KBK) dan 15% Plastik
LDPE dimana diperoleh nilai kalor sebesar 6985.35 cal/g, kadar karbon padat 51,12%, kadar air lembab
4.65%, Kadar abu 4.23% dan kadar zat terbang 39%.

Kata Kunci : Biobriket, kulit buah kapuk, plastik LDPE, temperatur karbonisasi

Abstract

Every year, the fossil fuels are constantly increasing, that require to look another alternative energy as a
substitute for fossil fuels. Skin Kapok (KBK) is plantation waste that’s very abundant in indonesia and
have a highly cellulose content but the utilization isn’t maximally. Mixing of skin kapok waste with raw
materials that have high calorific value as LDPE waste can be considered as alternative energy that is
biobriket. In this research, a method of making biobriket from KBK and LDPE plastic waste. The
variables used in this research are carbonization temperature, mixed composition of KBK and LDPE
plastic waste. The Carbonization temperature used in this research is 400˚C, 500˚C and 600˚C. While the
variable of raw material composition used in this research is 100% KBK: 0% LDPE, 95% KBK: 5%
LDPE, 90% KBK: 10% LDPE and 85% KBK: 15% LDPE. The adhesive used is a starchy with mixed
content of 10% total weight of the biobriket.In this reaserch were obtained biobriket with optimal quality
at the carbonization temperature of 500˚C with a composition of 85% Skin kapok (KBK) and 15% LDPE
which gained the calorific value of 6985.35 cal / g, 51.12% carbon content, 4.65% Moisture content, ash
content 4.23% and Fly substance content 39%.

Kata Kunci :Biobriquettes,Skin Kapok, LDPE, carbonization temperature

1. PENDAHULUAN
Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus cadangan batubara sebesar 32,27 miliar ton.
meningkat menyebabkan tingginya tingkat Bukan tidak mungkin cadangan energi tak
pemakaian bahan bakar fosil di Indonesia. terbarukan akan lebih cepat habis dari tahun
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi yang ditentukan karena kecenderungan produksi
(BPPT) tahun 2016 menyatakan bahwapada energi fosil yang terus meningkat.Oleh karena
tahun 2014, cadangan minyak bumi sebesar 3,6 itu. Perlunya upaya peningkatan dalam
miliar barel, gas bumi sebesar 100,3 TCF dan pengelolaan sumber energi alternatif terbarukan

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 24, Januari 2018 Page | 8


salah satu contoh pengembangan smbe energi yang paling mudah untuk dibentuk ketika diberi
terbarukan yaitu pemanfaatan limbah biomassa. perlakuan tekanan dan panas. Rumus molekul
Biomassa merupakan sumber energi LDPE adalah (-CH2- CH2-)n. LDPE termasuk
alternatif terbarukan yang berasal dari tumbuh- resin yang bersifat keras, kuat dan tidak dapat
tumbuhan dan limbah yang dapat digunakan bereaksi terhadap zat atau senyawa kimia lain.
sebagai bahan bakar dalam skala waktu yang Secara umum, kemungkinan LDPE merupakan
tidak lama, salah satu aplikasi dari pemanfaatan plastik yang paling baik atau paling tinggi
limbah biomassa dalam pembuatan mutunya dibanding plastik polietilen lainnya.
biobriketcontohnya pembuatan briket dari kulit LDPE memiliki nilai kalor sebesar 11.172
buah kapak dan plastik LDPE. kalori/gram, dimana angka tersebut termasuk
tinggi dan baik untuk dijadikan bahan baku
Kulit Buah Kapuk
pembuatan biobriket. Hanya saja nilai volatile
Kapuk randu (Ceiba pentandra) merupakan
matter (zat terbang) nya yang sangat tinggi
salah satu tanaman tropis dan seringkali
(99%) membuatnya menjadi sangat cepat habis
dijumpai di Indonesia terutama terdapat di
terbakar (Asip, 2014). Untuk memperoleh
daerah Jawa (Ningrum dan Kusuma, 2013).
biobriket dengan kualitas yang baik dan tidak
Satu pohon kapuk mengha-silkan 4000-5000
cepat terbakar habis, maka perlu
buah dan menghasilkan 15-20 kg serat kapuk
dikombinasikan dengan bahan baku lain berupa
bersih dan 24-32 kg kulit buah kapuk (Barani,
biomassa dengan kadar volatile matter rendah,
2006). Selama ini buah kapuk randu yang sudah
maka dari itu pada penelitian yang akan
dimanfaatkan secara intensif adalah seratnya,
dilakukan ini digunakan campuran LDPE
terutama pada bahan pengisi kasur, bantal, dan
dengan sabut kelapa.
isolator suara.
Selain dari pada itu, beberapa Tepung Tapioka (Tepung Kanji)
penelitian berupaya untuk dapat meningkatkan Tepung tapioka, tepung singkong,
kegunaan dari kulit buah randu, antara lain tepung kanji, atau aci adalah tepung yang
sebagai sumber mineral untuk pembuatan diperoleh dari umbi akar ketela pohon atau
sabun. Sementara itu pemanfaatan dari kulit dalam bahasa indonesia disebut singkong.
buah kapuk sebagai bahan dasar energi Tapioka memiliki sifat- sifat yang serupa
biomassa belum berkembang, hanya saja dengan sagu, sehingga kegunaan keduanya
terbatas sebagai pengganti kayu bakar. Pada dapat dipertukarkan. Tepung ini sering
pengembangan kulit buah kapuk sebagai sumber digunakan untuk membuat makanan, bahan
dari energi baru terbarukan diperlukan perekat, dan banyak makanan tradisional yang
penelitian untuk karakteristiknyasebagai dasar menggunakan tapioka sebagai bahan bakunya..
pemanfaatan yang dapat lebih baik.Kadar Kualitas tapioka sangat ditentukan oleh
komponen kimia yang dimiliki kulit buah kapuk beberapa faktor yaitu warna tepung, kandungan
adalah sebagai berikut: air, banyaknya serat dan kotoran,Serta tingkat
kekentalan nya
Tabel 1. Komposisi Kimia Kulit Buah Kapuk Tabel 2. Kandungan Nutrisi Pada Tepung
Komponen Komposisi Tapioka 100 g Bahan Makanan
Zat Ekstraktif (dalam 30,20-37,68% No Zat Gizi Kadar
NaOH 1%) 1 Energi 362 kkal
Holoselulosa 50,94-69,55% 2 Protein 0,5 g
α-selulosa 23,82-36,3% 3 Lemak 0,3 g
Hemiselulosa 27,12-33,25% 4 Karbohidrat 86,9 g
Lignin 10,54-26,02% 5 Kalsium (Ca) 0 mg
Kadar Air 9,54- 14,04% 6 Besi (Fe) 0 mg
Volatile Matter 71,62-74,7% 7 Fosfor (P) 0 mg
Ash Content 5,25-6,08% 8 Vitamin A 0 mg
Fixed Carbon 20,10-23,14% 9 Vitamin B1 0 mg
Calorific Value 4126-4493 kkal/kg 10 Vitamin C 0 mg
(Sumber: Putra, 2014) 11 Air 12 g
(Sumber :Badan Ketahanan Pangan dan
Low Density Polyethylene (LDPE) Penyuluhan Provinsi DIY, 2012)
Low density polyethylene (LDPE) atau
polietilena berdensitas rendah adalah salah satu Biobriket
jenis termoplastik yang dibuat dengan bahan Biobriket merupakan salah satu energi biomassa
baku minyak bumi. LDPE adalah jenis plastik yang ramah lingkungan (eco friendly) serta

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 24, Januari 2018 Page | 9


mudah diuraikan (biodegradable). Biobriket Bahan perekat sangat dibutuhkan dalam
dapat dibuat dari sumber hayati (sisa-sisa pembuatan briket bioarang. Hal ini dikarenakan
makhluk hidup) atau biomassa, misalnya kayu- sifat alami dari bubuk arang yang cenderung
kayuan, ranting, daun, rumput, sekam, saling memisah. Dengan bantuan bahan perekat,
cangkang, kulit buah, kertas, jerami ataupun bubuk arang dapat disatukan dan dibentuk.
limbah rumah tangga dan pertanian lainnya Pemilihan jenis bahan perekat sangat
yang dapat dikarbonnisasi. Biobriket ini dapat mempengaruhi kualitas bioarang. Menurut
digunakan sebagai pengganti bahan bakar fossil, Kurniawan et al (2008), ada beberapa jenis
seperti minyak tanah dan gas elpiji, sehingga perekat yang biasa digunakan untuk briket arang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar yaitu :
alternatif untuk mencegah krisis energi. a. Perekat aci (starch)
Biobriket merupakan pemanfaatan energi Proses pembuatannya sangat, sederhana,
biomassa yang dapat menjadi sumber energi yaitu cukup dengan mencampurkan tepung
bagi masa depan yang tidak akan pernah habis, tapioka dan air, lalu campuran tersebut
serta sangat membantu dalam pengurangan dipanaskan di atas api.
jumlah limbah yang dihasilkan dari rumah b. Perekat tanah liat (tanah lempung/clay)
tangga, pertanian, atau industri lainnya. Saat ini Perekat tanah liat atau tanah lempung
digunakan SNI 01-6235-2000 mengenai standar dapat digunakan sebagai perekat bahan
kualitas biobriket dengan bahan baku utamanya berdasar karbon dengan mengayak tanah
kayu, yaitu seperti pada tabel di bawah ini ; liat hingga halus, lalu diberi air sampai
campuran menjadi lengket.
Tabel 3. Standar Kualitas Biobriket c. Perekat getah karet
No. Parameter Satuan Kisaran Daya lekat bahan perekat dari getah karet
Inherent % lebih kuat dibandingkan dengan jenis
1. Maks 8 perekat yang lainnya. Briket arang dengan
Moisture
Ash bahan perekat ini menghasilkan asap tebal
2. % Maks 8 berwarna hitam dan beraroma tidak enak
Content
Volatile ketika dibakar, sehingga sebisa mungki
3. % Maks 15
Matter penggunaan perekat ini dihindari.
Fixed d. Perekat getah pinus
4. % Min 77
Carbon Sama seperti perekat getah karet, hanya
Calorific saja memiliki keunggulan. Keung-
5. cal/gr Min 5000 gulannya adalah daya benturan briket yang
Value
(Sumber: Standar Nasional Indonesia no. SNI cukup kuat walaupun briket dijatuhkan
01-6235-2000) dari tempat yang tinggi atau dilemparkan
dengan keras.
Teknik Pembriketan e. Perekat sintetis
Teknik pembriketan meliputi proses- Perekat sintetis adalah bahan perekat
proses pengolahan pada pembuatan briket khusus yang diproduksi oleh pabrik atau
seperti tahap penggerusan, tahap pencampuran industri pengolahan kayu. Perekat jenis ini
bahan baku, tahap pencetakan dan tahap mempunyai daya lekat yang sangat kuat,
pengeringan dalam kondisi tertentu, dimana tetapi tidak ekonomis jika digunakan
nantinya akan diperoleh briket yang memiliki dalam pembuatan briket
bentuk, ukuran fisik, serta sifat kimia tertentu.
Briket adalah bahan bakar padat yang memiliki 2. METODOLOGI PENELITIAN
bentuk tertentu dan yang dapat digunakan Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
sebagai sumber energi alternatif selain bahan Operasi Teknik Kimia Universitas Sriwijaya
bakar fossil. Kandungan air yang terdapat pada dan Laboratorium PT Bukit Asam Dermaga
briket berkisar antara 10-20% berat. Ukuran Kertapati Provinsi Sumatera Selatan yang
briket beragam bervariasi20-100 gram. berlangsung dari bulan Oktober 2017 sampai
Pemilihan proses pembriketan hendaknya bulan November 2017. Variabel penelitian yang
mengacu pada segmen pasar agar diperoleh nilai digunakan yaitu Rasio bahan baku kulit buah
ekonomi, teknis dan lingkungan yang efisien. kapuk dan plastik LDPE, uji proksimat yang
Tujuan pembriketan adalahmendapatkan suatu terdiri dari kadarair lembab, kadar abu, kadar
bahan bakar berkualitas yang dapat zat terbang, kadar zat padat, dan nilai
diaplikasikan untuk semua sektor sebagai kalor.Ukuran serbuk arang yang dihasilkan
sumber energi alternatif diayak menjadi 40mesh dengan suhu
karbonisasi 400ºC, 500ºC, dan 600ºC selama 90
Bahan Perekat

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 24, Januari 2018 Page | 10


menit. Waktu pemanasan dalam oven yaitu 12 1. Hasil arang kulit buah kapuk yang telah
jam pada suhu 80ºC. dikarbonisasi dan plastik LDPE yang telah
Alat yang digunakan pada penelitian ini dipotong-potong kecil terlebih dahulu
adalah oven, neraca analitik, crucible porcelai, dicampurkan sampai homogen, dengan
muffle furnace, ayakan 40 mesh, (alat analisa: rasio perbandingan arang dan plastik
bomb calorimeter, furnace ACF, furnace VMF), LDPE sebagai berikut 100 %:0%,
stopwatch, spatula, beker gelas, mortar, pastle, 95%:5%, 90%:10%, 85%:15%.
gelas ukur,pipet dan tetes. Sedangkan bahan 2. Setelah itu, campurkan campuran hasil
yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit arang dan plastik LDPE dengan larutan
buah kapuk, plastik LDPE dan perekat tepung kanji sebanyak 10% dari berat total yaitu
kanji sebesar 15 gram sampai benar-benar
tercampur sempurna
3. Masukan adona ke dalam cetakan.
Kemudian dilakukan pengepresan.
4. Briket yang telah jadi dibiarkan dalam
suhu kamar selama 24 jam, kemudian
dipanaskan didalam oven pada suhu 80oC
selama12jam.
5. Briket dikeluarkan dari dalam oven dan
dibiarkan sampai dingin.Briket yang telah
jadi siap untuk dianalisa dengan uji analisa
proksimat.

Prosedur Uji Kualitas Biobriket


Analisa Kadar Air Lembab (Inherent
Moisture)
Prinsip penentuan yaitu dengan cara
menghitung kehilangan berat dari biobriket dari
campuran biomassa kulit kacang tanah dan kulit
kopi yang dipanaskan pada suhu dan kondisi
standar dalam oven pengering.
Gambar 1. Blok Diagram Proses Pembuatan
Biobriket Campuran Kulit Buah Kadar Air = (a  c) x100%
Kapuk dan Plastik LDPE (a  b)

Prosedur Pembuatan Arang Kulit Buah Kapuk Keterangan:a = berat cawan + contoh (gr)
dengan Proses Karbonisasi b = berat cawan kosong (gr)
1. Kulit Buah Kapukdibersihkan, dijemur di c = berat cawan + contoh
bawah terik sinar matahari kurang setelah dipanaskan (gr)
lebih 3 hari kemudian kulit buah kapuk
dihancurkan sampai ukurannya kecil Analisisa Kadar Abu (Ash Content)
2. Kemudian dilakukan proses karbonisasi Prinsip penentuan kadar abu (ash content)
menggunakan furnace dengan variasi suhu yaitu dengan cara menimbang sisa hasil
400ºC, 500ºCdan 600ºC selama 90 menit pembakaran biobriketcampuran biomassa kulit
3. Arang yang dihasilkan diangkat kacang tanah dan kulit kopi pada kondisi
dandidinginkan standar sampai pengabuan sempurna.
beberapasaat,kemudiandihaluskan dan Kadar Abu = (c  b) x100%
diayak dengan ayakan sievenomor 40mesh (a  b)
Pembuatan Perekat Tepung sagu (Kanji)
1. Perekat ditimbang sebanyak10% dari total Keterangan: a = berat cawan + contoh (gr)
campuran berat bahan baku b = berat cawan kosong (gr)
2. Perekat dilarutkan dengan aquadest c = berat cawan + contoh
dengan perbandingan 1:10, aduk rata. setelah dipanaskan (gr)
3. Larutan perekat tepung kanji dipanaskan Analisisa Kadar Zat Terbang (Volatile
di atas hot plate sambil diaduk hingga Matter)
warna yang awalnya putih berubah Prinsip penentuan kadar zat terbang
menjadi bening dan mengental (volatile matter) yaitu dengan cara menghitung
Pembriketan berat contoh biobriketcampuran biomassa kulit

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 24, Januari 2018 Page | 11


kacang tanah dan kulit kopi yang dipanaskan 2 dapat dilihat bahwa kadar air lembab (inherent
(tanpa oksidasi) pada kondisi standar, kemudian moisture) terendah pada briket dengan
dikoreksi terhadap kadar air lembab. temperatur karbonisasi 600˚C dan kadar air
lembab (inherent moisture) tertinggi pada briket
Kadar Zat Terbang (%) = (a  c) x100% dengan temperatur karbonisasi 400˚C.
(a  b)

Keterangan: a = berat cawan + contoh (gr)


b = berat cawan kosong (gr)
c = berat cawan + contoh
setelah dipanaskan (gr)
Analisisa Kadar Karbon Padat(Fixed
Carbon)
Kadar karbon padat (fixed cabon)
ditentukan dengan menggunakan persamaan
berikut.
Fixed Carbon (%) = 100 - (IM + Ash + VM)
Keterangan: IM = kadar air lembab
(inherentmoisture) Gambar 2. Pengaruh rasio bahan baku dan
Ash = kadar abu (ash content) temperatur karbonisasi terhadap
VM = kadar zat terbang (volatile kualitas kadar air lembab
matter) (inherent moisture)
Analisis Nilai Kalor
Nilai kalor dari bahan baku merupakan Gambar 2 menunjukanbahwa kadar air
penjumlahan dari harga panas pembakaran dari lembab (inherent moisture) terendah diperoleh
unsur-unsur yang membentuk bahan pada briket sampel 4 yaitu temperatur
baku.Prinsip penentuan nilai kalor (calorific karbonisasi 600˚C dengan rasio komposisi
value) yaitu dilakukan dengan alat bomb bahan baku 85% KBK : 15% LDPE sebesar
calorimeter. 3.75% dan kadar air lembab (inherent moisture)
tertinggi diperoleh pada briket sampel 1 yaitu
3. HASIL DAN PEMBAHASAN temperatur karbonisasi 400˚C dengan rasio
Penelitian ini mengenai analisa briket dari komposisi bahan baku 100% KBK : 0% LDPE
campuran limbah plastik LDPE dan kulit buah sebesar 7.71%. Dari hasil penelitian diatas
kapuk sebagai energi alternatif. Analisa tersebut menunjukan bahwa semakin banyak campuran
terdiri dari kadar air lembab (inherent moisture), plastik LDPE maka kadar air pada briket akan
kadar abu (ash content), kadar zat terbang semakin rendah.Hal ini disebabkan karena
(volatile matter), kadar karbon padat (fixed semakin banyaknya penambahan plastik pada
carbon), dan nilai kalor (calorific value) briket kulit buah kapuk maka akan
Pengaruh Rasio Kompisisi Bahan Baku dan menyebabkan air susah meresap kedalam plastik
Temperatur Karbonisasi Terhadap Kualitas LDPE sehingga kadar air yang dihasilkan akan
Kadar Air Lembab(Inherent Moisture) menurun. Secara keseluruhan kadar air lembab
Briket dari Campuran Limbah PlastikLDPE (inherent moisture) dari hasil penelitian briket
dan Kulit Buah Kapuk campuran limbah plastik LDPE dan kulit buah
kapuk relatif kecil dan telah memenuhi syarat
Gambar 2 menunjukkan bahwa semakin mutu briket arang berdasarkan Standar Nasional
tinggi temperatur karbonisasi maka nilai kadar Indonesia (SNI 01-6235-2000) yaitu maksimal
air lembab (inherent moisture)pada briket yang 8%
dihasilkan akan semakin rendah. Hal ini
disebabkan karena temperatur karbonisasi yang
tinggi akan membuat pori-pori pada briket Pengaruh Rasio Kompisisi Bahan Bakudan
limbah plastik LDPE dan kulit buah kapuk akan Temperatur Karbonisasi Terhadap Kualitas
lebih terbuka sehingga air yang terdapat Kadar Abu (Ash Content) Briket dari
didalam briket lebih mudah terlepas, Campuran Limbah Plastik LDPE dan Kulit
mengakibatkan banyak air pada briket yang Buah Kapuk
menguap dan menurunkan kemampuan pada Gambar 3 menunjukan bahwa semakin
briket untuk menyerap banyak air sehingga tinggi temperatur karbonisasi maka kadar abu
kadar air lembab akan semakin rendah.Gambar (ash content) yang dihasilkan pada briket akan

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 24, Januari 2018 Page | 12


semakin meningkat. Hal ini terjadi karena Pengaruh Rasio Komposisi Bahan Baku dan
semakin tinggi temperatur karbonisasi maka Temperatur Karbonisasi terhadap Kualitas
semakin banyak bahan yang terdekomposisi Kadar Zat Terbang (Volatile Matter) Briket
menjadi abu sehingga hubungan antara kenaikan dari Campuran Limbah Plastik LDPE dan
temperatur karbonisasi terhadap kadar abu akan Kulit Buah Kapuk
berbading lurus. Dengan semakin tingginya
kadar abu pada briket maka akan
mengakibatkan terjadinya penurunan nilai kalor
pada briket campuran limbah plastik LDPE dan
Kulit buah kapuk. Gambar 3 dapat dilihat
bahwa kadar abu (ash content) terendah pada
briket dengan temperatur karbonisasi 400˚C dan
kadar abu (ash content) tertinggi pada briket
dengan temperatur karbonisasi 600˚C.

Gambar 4. Pengaruh rasio bahan baku dan


temperatur karbonisasi terhadap
kualitas kadar zat terbang
(volatile matter)
Gambar 4 menunjukan bahwa semakin
tinggi temperatur karbonisasi maka kadar zat
terbang briket yang dihasilkan akan semakin
menurun. Hal ini disebabkan karena pada saat
proses karbonisasi briket, terjadi banyaknya zat
Gambar 3. Pengaruh rasio bahan baku dan terbang yang terkadung dalam arang kulit buah
temperatur karbonisasi terhadap kapuk yang menguap dalam bentuk gas ataupun
kualitas kadar abu (ash content) asap maka pada temperatur karbonisasi yang
lebih tinggi menyebabkan terjadinya pelepasan
Pada gambar 3 menunjukan bahwa kadar senyawa volatil akan lebih cepat sehingga
abu (ash content) terendah diperoleh pada briket dalam waktu yang sama briket dengan
sampel 4 yaitu temperatur karbonisasi 400˚C temperatur karbonisasi yang lebih tinggi akan
dengan variasi rasio komposisi bahan baku 85% melepas lebih banyak senyawa volatil yang
KBK : 15% LDPE sebesar 2.89% dan kadar menyebabkan kadar zat terbang semakin
abu (ash content) tertinggi diperoleh pada briket menurun. Gambar 4 dapat dilihat bahwa kadar
sampel 1 yaitu temperatur karbonisasi 600˚C zat terbang (volatile matter)terendah pada briket
dengan variasi rasio komposisi bahan baku dengan temperatur karbonisasi 600˚C dan zat
100% KBK : 0% LDPE sebesar 7.49%. terbang (volatile matter)tertinggi pada briket
Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukan dengan temperatur karbonisasi 400˚C.
bahwa semakin bertambah rasio bahan baku Gambar 4 menunjukan bahwa zat terbang
plastik LDPE maka dapat menurunkan kadar (volatile matter) terendah diperoleh pada briket
abu yang dihasilkan pada briket. Hal ini sampel 1 yaitu temperatur karbonisasi 600˚C
disebabkan karena kandungan abu yang terdapat denganrasio komposisi bahan baku 100% KBK
pada plasik LDPE sangat kecil sehingga dapat : 0% LDPE sebesar 25% dan zat terbang
menurukan kadar abu yang terdapat pada briket (volatile matter) tertinggi diperoleh pada briket
plastik LDPE dan kulit buah kapuk. Secara sampel 4 yaitu temperatur karbonisasi 400˚C
keseluruhan kadar abu dari hasil penelitian dengan rasio komposisi bahan baku 85% KBK :
telah memenuhi syarat mutu briket arang 0% LDPE sebesar 51%. Dari hasil penelitian
berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI diatas menunjukan bahwa semakin
01-6235-2000) yaitu maksimal 8%. bertambahnya rasio plastik LDPE yang terdapat
pada briket maka semakin tinggi kadar zat
terbang yang dihasilkan sebaliknya apabila
plastik semakin sedikit rasio plastik LDPE pada
briket maka kadar zat terbangnya akan semakin
rendah.

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 24, Januari 2018 Page | 13


Pengaruh Rasio Komposisi Bahan Baku dan Pengaruh Rasio Komposisi Bahan Baku dan
Temperatur Karbonisasi terhadap Kualitas Tenperatur Karboisai terhadap Kualitas
Kadar Karbon Padat (Fixed Carbon) Nilai Kalor (Calorific Value) Briket dari
Briket dari Campuran Limbah Plastik Campuran Limbah Plastik LDPE dan Kulit
LDPE dan Kulit Buah Kapuk Buah Kapuk

Gambar 5. Pengaruh rasio bahan baku dan


temperatur karbonisasi terhadap Gambar 6. Pengaruh rasio bahan baku dan
kualitas kadar karbon padat temperaturkarbonisasi terhadap
(fixed carbon) kualitas nilai kalor (calorific
Gambar 5 menunjukan bahwa semakin value)
tinggi temperatut karbonisasi maka kadar Gambar 6 dapat dilihat bahwa nilai kalor
karbon padat (fixed carbon) pada briket yang (calorific value) terendah pada briket dengan
dihasilkan akan semakin tinggi. Hal ini temperatur karbonisasi 400˚C dan nilai kalor
disebabkan karena pada saat temperatur (calorific value) tertinggi pada briket dengan
karbonisasi kulit buah kapuk semakin tinggi temperatur karbonisasi 500˚C. Menunjukan
maka zat terbang, kadar air dan kadar abu yang bahwa semakin tinggi temperatur karbonisasi
terkadung didalam briket akan semakin maka nilai kalor (calorific value) pada briket
menurun, sehingga menyebabkan kadar karbon yang dihasilkan akan semakin meningkat. Hal
padat didalam briket akan semakin meningkat. ini disebabkan karena semakin tinggi temperatur
Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa kadar karbon karbonisasi maka kadar karbon padat (fixed
padat (fixed carbon) terendah pada briket carbon) dalam arang briket semakin meningkat
dengan temperatur karbonisasi 400˚C dan kadar sedangkan kadar air (inherent moisture) akan
karbon padat (fixed carbon) tertinggi pada semakin rendah sehingga nilai kalor pada briket
briket dengan temperatur karbonisasi 600˚C. briket akan semakin tinggi. Namun sering
Gambar 5 menunjukan bahwa kadar dengan meningkatnya temperatur karbonisasi
karbon padat (fixed carbon) terendah diperoleh pada kulit buah kapuk maka berbading lurus
pada briket sampel 4 yaitu temperatur dengan meningkatnya kadar abu pada briket
karbonisasi 400˚C denganrasio komposisi bahan sehingga menyebabkan terjadinya penuruan
baku 85% KBK : 15% LDPE sebesar 40.58% nilai kalor pada briket yang dihasilkan. Hal ini
dan kadar karbon padat (fixed carbon) tertinggi dapat dilihat dari hasil penelitian diatas, terlihat
diperoleh pada briket sampel 1 yaitu temperatur bahwa pada saat temperatur karbonisasi 600˚C
karbonisasi 600˚C dengan variasi rasio terjadi penurun nilai kalor yang disebabkan oleh
komposisi bahan baku 100% KBK : 0% LDPE kenaikan kadar abu pada briket dengan
sebesar 62.99%. Berdasarkan hasil penelitian campuran limbah plastik LDPE dan kulit buah
diatas menunjukan bahwa semakin banyak rasio kapuk.
bahan baku plastik LDPE maka kadar karbon Gambar 6 menunjukan bahwa nilai kalor
padat yang terkadung didalam briket akan (calorific value) terendah diperoleh pada briket
semakin menurun. Hal ini disebabkan karena sampel 1 yaitu temperatur karbonisasi 400˚C
semakin banyak rasio bahan baku plastik LDPE denganrasio komposisi bahan baku 100% KBK
yang terkadung didalam briket maka zat terbang : 0% LDPE sebesar 5502.32 kal/g dan nilai
pada briket akan semakin tinggi, sehingga kalor (calorific value) tertinggi diperoleh pada
menyebabkan zat karbon padat didalam briket briket sampel 4 yaitu temperatur karbonisasi
akan semakin menurun. 500˚C dengan rasio komposisi bahan baku 85%
KBK : 0% LDPE sebesar 6985.35 kal/g.
Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukan

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 24, Januari 2018 Page | 14


bahwa semakin bertambah rasio bahan baku DAFTAR PUSTAKA
plastik LDPE maka semakin meningkat nilai
kalor yang dihasilkan dari briket. Hal ini Asip, F., Anggun,T., & Fitri, N. 2014.
disebabkan karena semakin bertambahnya rasio Pembuatan Briket Dari Campuran
bahan baku plastik LDPE maka kadar air dan Limbah Plastik Ldpe, Tempurung
kadar abu yang dihasilkan dari briket akan Kelapa Dan Cangkang Sawit. Jurnal
semakin rendah sehigga nilai kalor yang Teknik Kimia 20 (2) : 45-54.
dihasilkan dari briket akan semakin meningkat. Badan Standarisasi Nasional. 2000. Standar
Secara keseluruhan sampel telah memenuhi Mutu Briket (SNI 01-6235-2000):
syarat mutu briket arang berdasarkan Standar Jakarta.
Nasional Indonesia (SNI 01-6235-2000), karena Badan Pusat Statistik Provinsi. 2012. Luas
nilai kalor dari sampel telah melebihi 5000 Perkebunan Kapuk/Randu 2005-2012.
kal/g. Surabaya : BPS Provinsi Jawa Timur.
Barani, A. 2006. Pedoman Budidaya Kapuk.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Jakarta : Direktorat Budidaya Tanaman
Tahunan, Dirjen Perkebunan.
Kesimpulan
Kurniawan, O., & Marsono. 2008.
Dari penelitian yang telah dilakukan
Superkarbon: Bahan Bakar Alternatif
disimpulkan bahwa:
Pengganti Minyak Tanah dan Gas.
1) Semakin tinggi temperatur karbonisasi
Jakarta : Penebar Swadaya.
maka nilai kalor, kadar karbon padat
Ningrum, N., & Alifin, M. 2013. Pemanfaatan
dan kadar abu yang dihasilkan akan
Minyak Goreng Bekas Dan Abu Kulit
semakian tinggi, sedangkan kadar air
Buah Kapuk Randu Sebagai Bahan
lembab dan kadar zat terbang akan
Pembuatan Sabun Mandi Organik
semakin rendah
Berbasis Teknologi Ramah
2) Semakin banyak penambahan plastik
Lingkungan. Jurnal Teknologi Kimia
LDPE ke dalam campuran briket maka
Industri 2 : 275-285.
nilai kalor dan kadar zat terbang yang
Putra, T. 2014. Karakteristik Kimia Kulit Buah
dihasilkan akan semakin meningkat,
Kapuk Randu Sebagai Bahan Energi
sedangkan kadar karbon padat, kadar
Biomassa. Bogor: Departemen Hasil
abu dan kadar air lembab akan semakin
Hutan Fakultas Kehutanan Institut
menurun
Pertanian Bogor.
3) Berdasarkan variabel proses dengan
Rismayani, S. 2011. Pembuatan Bio-Briket Dari
parameter analisa proksimat uji nilai
Limbah Sabut Kelapa Dan Bottom Ash.
kalor, maka briket terbaik adalah pada
Bandung: Balai Besar Tekstil.
sampel 4 dengan temperatur karbonisasi
Ruhendi, S. 2013. Pengembangan Perekat
500oC yaitu 6985.35 kal/gr
Likuid Dan Papan Partikel Dari
Saran Limbah Tandan Kosong Sawit. Jurnal
Berikut merupakan saran yang dapat Ilmu Pertanian Indonesia 18 (2) : 115-
diambil untuk melakukan penelitian lebih 124.
lanjut yaitu: Selpiana., Sugianto, A., & Ferdian, F. 2014.
1) Sebaiknya untuk penelitian selajutnya Pengaruh Temperatur Dan Komposisi
diperlukan penambahan campuran Pada Pembuatan Biobriket Dari
bahan baku lain yang dapat menurunkan Cangkang Biji Karet Dan Plastik
kadar zat terbang (volatile matter) pada Polietilen. Prosiding Seminar Nasional
pembuatan briket plastik LDPE dan Added Value of Energy Resources
kulit buah kapuk. (AVoER) Ke-6, Palembang.
2) Lebih memperhatikan alat-alat yang Sugeng, S., Gunawan, B., Slamet, S., & Hizkia,
akan digunakan sebelum melakukan W. 2015. Karakterisasi Biobriket
penelitian agar menghindari kesalahan Campuran Bottom Ash Dan Biomassa
dalam penelitian. Melalui Proses Karbonisasi Sebagai
3) Diperlukan penelitian lebih lanjut Bahan Bakar Padat. Jurnal Seminar
dengan temperatur karbonisasi yang Nasional Sains dan Teknologi 2015
lebih bervariasi, sehingga diperoleh Fakultas Teknik Universitas
briket dengan hasil yang lebih Muhammadiyah Jakarta: 1-8.
maksimal. Sukadarti, S., Diyar, S., Prasetyo, H., Pujo, W.,
& Mursini,T. 2010. Produksi Gula
Reduksi dari Sabut Kelapa

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 24, Januari 2018 Page | 15


Menggunakan Jamur Tricodherma
reesei. Yogyakarta: Teknik Kimia
UPN Veteran.
Sulistyanto, A. 2006. Karakteristik Pembakaran
Biobriket Campuran Batubara
Dan Sabut Kelapa. Jurnal Media
MesinVol. 7 (2) : 77-84.
Whistler, R. 1984. Starch: Chemistry and
Technology. New York: Elsevier.
Widyawati, Prima. 2006. Pengembangan Abu
Bagase dan Blotong Sebagai Bahan
Baku Briket. Malang: Universitar
Brawijaya.

Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 24, Januari 2018 Page | 16

Anda mungkin juga menyukai