Anda di halaman 1dari 4

III.

Tahapan Pembuatan Desain


Prinsip pembuatan desain geligi tiruan , baik yang terbuat dari resin akrilik maupun kerangka
logam tidaklah terlalu berbeda. Dalam pembuatan desain dikenal empat tahap yaitu (1)
tahap I: menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi, (2) tahap II: menentukan
macam dukungan dari setiap sadel, (3) tahap III: menentukan macam penahan, dan (4)
tahap IV: menentukan macam konektor (Gunadi et al., 1995).
A. Menentukan Klasifikasi Daerah Tak Bergigi
Daerah tak bergigi pada suatu lengkungan gigi dapat bervariasi, dalam hal panjang, macam,
jumlah, dan letaknya. Semua ini mempengaruhi rencana pembuatan desain geligi tiruan,
baik dalam bentuk sadel, konektor, maupun dukungannya (Gunadi et al., 1995).
Klasifikasi menurut Osborne J & Lammie GA berupa klasifikasi geligi tiruan berdasarkan
distribusi beban, sebagai berikut.

1. Geligi tiruan tooth borne, semua pendukung untuk geligi tiruan berasal dari gigi geligi.
2. Geligi tiruan mucosa borne, geligi tiruan ini seluruhnya didukung oleh mukosa dan lingir alveolar
dibawahnya.
3. Geligi tiruan tooth and mucosa borne, beberapa bagian geligi tiruan didukung oleh gigi sebagian yang
lainnya didukung oleh mukosa (Watt & McGregor, 1992).

Rincian Klasifikasi Kennedy adalah sebagai berikut.

 Kelas I : daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada dan berada pada ke
dua sisi rahang (bilateral).
 Kelas II : daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada, tetapi berada hanya
pada salah satu sisi rahang saja (unilateral).
 Kelas III : daerah tak bergigi terletak di antara gigi-gigi yang masih ada di bagian posterior maupun
anteriornya dan unilateral.
 Kelas IV : daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi yang masih ada dan melewati
garis tengah rahang.

Menurut Applegate, daerah tak bergigi dibagi atas enam kelas, yang kemudian dikenal
sebagai Klasifikasi Applegate-Kennedy dengan rincian sebagai berikut (Suryatenggara et
al., 1991).
Kelas I : daerah tak bergigi berupa sadel berujung bebas (free end) pada kedua sisi (Kelas I
Kennedy).
Keadaan ini sering dijumpai pada rahang bawah dan biasanya telah beberapa tahun
kehilangan gigi.
Secara klinis, dijumpai keadaan sebagai berikut:
1. derajat resorpsi residual ridge bervariasi
2. tengang waktu pasien tak bergigi akan mempengaruhi stabilitas geligi tiruan yang akan
dipasang
3. jarak antar lengkung rahang bagian posterior sudah biasanya sudah mengecil
4. gigi asli yang masih tinggal sudah migrasi ke dalam berbagai posisi.
5. gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat.
6. jumlah gigi yang masih tertinggal bagian anterior umumnya sekitar 6 10 gigi
7. ada kemungkinan dijumpai kelainan sendi temporomandibula.
Indikasi protesa : protesa lepasan, dua sisi dan dengan perluasan basis ke distal.
Kelas II: Daerah tak bergigi sama seperti Kelas II Kennedy.
Kelas ini sering tidak diperhatikan pasien.

Secara klinis dijumpai keadaan :


1. Resorbsi tulang alveolar terlibat lebih banyak.
2. Gigi antagonis relatif lebih ekstrusi dan tidak teratur.
3. Ekstrusi menyebabkan rumitnya pembuatan restorasi pada gigi antagonis.
4. Pada kasus ekstrim karena tertundanya pembuatan gigi tiruan untuk jangka waktu tertntu
karena perlu pencabutan satu atau lebih gigi antagonis.
5. Karena pengunyahan satu sisi, sering dijumpai kelainan sendi temporomandibula.
Indikasi protesa: protesa dengan desain bilateral dan perluasan basis distal.
Kelas III: keadaan tak bergigi paradental dengan dua gigi tetangganya tidak lagi mamapu
memberikan dukungan pada protesa secara keseluruhan.

Secara klinis, dijumpai keadaan:


1. Daerah tidak bergigi sudah panjang.
2. Bentuk dan panjang akar gigi kurang memadai.
3. Tulang pendukung mengalami resorbsi servikal dan atau disertai goyangnya gigi secara
berlebihan.
4. Beban oklusal berlebihan.
Indikasi protesa: protesa sebagian lepasan dukungan gigi dengan desain bilateral.
Kelas IV: daerah tak bergigi sama dengan Kelas IV Kennedy.

Pada umumnya untuk kelas ini dibuat geligi tiruan sebagian lepasan, jika:
1. Tulang alveolar sudah banyak hilang, seperti pada kasus akibat trauma.
2. Gigi harus disusun dengan “overjet” besar, sehingga dibutuhkan banyak gigi pendukung.
3. Dibutuhkan distribusi merata melalui lebih banyak gigi penahan, pada pasien dengan
daya kunyah besar.
4. Diperlukan dukungan danretensi tambahan dari gigi penahan.
5. Mulut pasien depresif, sehingga perlu penebalan sayap untuk memenuhi faktor estetik
Indikasi protesa:
(a) Geligi tiruan cekat, bila gigi gigi tetangga masih kuat.
(b) Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan dukungan gigi atau jaringan
atau kombinasi.
(c) Pada kasus meragukan sebaiknya dibuat protesa sebagian lepasan.
Kelas V: daerah dengan sadel tertutup dan gigi tetangga bagian depan tidak kuat menerima
dukungan. Indikasi protesanya berupa protesa lepasan dua sisi.
Kelas VI: daerah dengan sadel tertutup dan kedua gigi tetangganya kuat. Indikasi
protesanya berupa protesa cekat atau lepasan, satu sisi dan dukungan dari gigi.

Anda mungkin juga menyukai