Anda di halaman 1dari 9

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP 2017

ISBN 978-602-6697-18-9
Purwokerto, 19 Agustus 2017

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PERMUKIMAN DALAM


PEMENUHAN PERUMAHAN UNTUK MASYARAKAT
DI KABUPATEN BANYUMAS

Melly Heidy Suwargany

Jurusan Geografi, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada


Email: mellyheidy@gmail.com

ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat merupakan faktor utama yang
menyebabkan permasalahan permukiman dan perumahan, dan menjadi sorotan utama
pihak pemerintah. Perkembangan lingkungan permukiman suatu daerah tidak terlepas
dari pesatnya laju pertumbuhan penduduk, dari gambaran tersebut terlihat bahwa
dengan adanya pertumbuhan penduduk akan berakibat pada peningkatan kebutuhan
perumahan atau rumah tinggal (Gunawan, 2002). Metode yang digunakan dalam
perhitungan proyeksi kebutuhan permukiman adalah metode kuantitatif. Proses
pencarian, pengumpulan, dan analisis data dilakukan dengan menggunakan studi
pustaka dari berbagai sumber terpercaya, seperti Badan Pusat Statistik Kabupaten
Banyumas. Tujuan dalam jurnal ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan
permukiman dalam pemenuhan perumahan untuk masyarakat yang ada pada masing-
masing kecamatan di Kabupaten Banyumas. Prediksi kebutuhan ruang permukiman yang
dilakukan pada rentang waktu 20 tahun. Hasil Penelitiannya, ketersediaan ruang dan
kebutuhan ruang permukiman di Kabupaten banyumas termasuk dalam kategori baik.
Dari hasil perhitungan diperoleh 12 Kecamatan termasuk dalam kategori rendah dalam
kebutuhan ruang permukiman. Sedangkan Kebutuhan ruang permukiman di Kabupaten
Banyumas yang termasuk dalam kategori tinggi adalah 15 kecamatan. Kecamatan yang
daya tampungnya rendah atau sudah tidak dapat menampung dan mengakomodasi
perkembangan ruang permukiman dapat dilakukan dengan pengembangan intensifikasi
dengan melakukan perubahan pemanfaatan lahan atau pemadatan fungsi lahan.
Sedangkan kecamatan dengan daya tampung yang masih memadai masih dapat
melakukan perkembangan ruang permukiman dengan cara ekstensifikasi.

Kata kunci : Kebutuhan Permukiman, Perumahan, Masyarakat

PENDAHULUAN

Pertambahan jumlah penduduk membutuhkan perluasan lahan sebagai wadah


aktivitas yang nantinya tumbuh dan berkembang. Penduduk yang selalu berkembang,
merupakan faktor utama yang menyebabkan permasalahan perumahan dan permukiman
ini selalu menjadi sorotan utama pihak pemerintah. Meningkatnya angka pertambahan
penduduk yang tidak sebanding dengan penyediaan sarana perumahan menyebabkan
permasalahan ini semakin pelik dan serius. Perkembangan lingkungan permukiman suatu
daerah tidak terlepas dari pesatnya laju pertumbuhan penduduk, dari gambaran tersebut
terlihat bahwa dengan adanya pertumbuhan penduduk akan berakibat pada peningkatan
kebutuhan perumahan atau rumah tinggal (Gunawan, 2002).

Kabupaten Banyumas memiliki luas wilayah berupa dataran seluas 1.327,59 km².
Kepadapatan penduduk di Kabupaten Banyumas tahun 2015 mencapai 1.232 jiwa/km².

174
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP 2017
ISBN 978-602-6697-18-9
Purwokerto, 19 Agustus 2017

Kepadatan peduduk di 27 Kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk


tertinggi terletak di Kecamatan Purwokerto Utara dengan kepadatan sebesar 7.050 jiwa/
km² dan terendah di Kecamatan Lumbir sebesar 430 jiwa/ km².

Analisis daya dukung wilayah untuk permukiman, dapat diartikan sebagai


kemampuan suatu wilayah dalam menyediakan lahan permukiman guna menampung
jumlah penduduk tertentu untuk bertempat tinggal secara layak (Muta’ali, 2015).
Ketersediaan ruang di dalam kota tetap dan terbatas, maka secara alamiah terjadi
pemilihan alternatif dalam memenuhi kebutuhan ruang untuk tempat tinggal dan
kedudukan fungsi-fungsi selalu akan mengambil ruang di daerah pinggiran kota (Yunus
1999 dalam Warsono, dkk 2012).

Perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar, sampai dengan saat ini sebagian
besar disediakan secara mandiri oleh masyarakat baik membangun sendiri maupun sewa
kepada pihak lain. Kendala utama yang dihadapi masyarakat pada umumnya
keterjangkauan pembiayaan rumah. Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan
perhitungan proyeksi kebutuhan permukiman yang dijadikan dasar sebagai perencanaan
pembangunan permukiman di masa yang akan datang. Beberapa manfaat dalam
menghitung proyeksi penduduk yaitu mengetahui keadaan penduduk pada saat ini, yang
berkaitan dengan penentuan kebijakan kependudukan serta perbandingan tingkat
pelayanan yang diterima masyarakat saat ini dengan tingkat pelayanan yang ideal,
mengetahui kebutuhan permukimanan dan fasilitas atau infrastruktur yang dibutuhkan
masyarakat, untuk mengetahui pengaruh berbagai kejadian terhadap keaadaan penduduk
di masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.

Tujuan dalam jurnal ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan
permukiman yang ada pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Banyumas, sehingga
dapat dilakukan upaya untuk menentukan kebijakan penggunaan lahan serta
pengembangan wilayah lebih lanjut. Analisis kebutuhan permukiman adalah bersifat
temporal. Perhitungan kebutuhan permukiman di Kabupaten Banyumas berdasarkan
perhitungan proyeksi penduduk tahun 2034 atau 20 tahun kedepan. Berdasarkan
perhitungan kebutuhan permukiman, diharapkan mampu menjadi dasar perencanaan
pembangunan wilayah dan sebagai dasar untuk menetapkan kebijakan.

METODE

Metode yang digunakan dalam perhitungan proyeksi kebutuhan permukiman adalah


metode kuantitatif. Proses pencarian, pengumpulan, dan analisis data dilakukan dengan
menggunakan studi pustaka dari berbagai sumber terpercaya, seperti Badan Pusat
Statistik Kabupaten Banyumas. Studi pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan data
jumlah penduduk, luas wilayah, luas permukiman dan bangunan, luas lahan sawah, luas
hutan, pertumbuhan ekonomi, dan menganalisis berbagai referensi seperti artikel ilmiah,
jurnal, buku, dan arsip akademis yang menjelaskan temuan, ide atau pendapat, dan
konsep atau teori yang berhubungan dengan kebutuhan lahan permukiman di Kabupaten
Banyumas. Teknik analisis daya dukung kebutuhan ruang permukiman dengan
menggunakan formulasi atau rumus sebagai berikut :

Keterangan :
DDPm : Daya dukung permukiman
175
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP 2017
ISBN 978-602-6697-18-9
Purwokerto, 19 Agustus 2017

JP : Jumlah penduduk
α : Koefisien luas kebutuhan ruang/kapita (m²), sedangkan menurut peraturan Menteri
Perumahan Rakyat No 11/PERMEN/M/2008, kebutuhan bervariasi menurut
kawasan.
LPm : Luas lahan yang layak untuk permukiman (m²), dpat menggunakan beberapa
batasan diantaranya :

1. Areal yang layak untuk lahan permukiman adalah di luar kawasan lindung dan
kawasan rawan bencana, sehingga:

LP : LW-(LKL+LKRB)
LW : Luas wilayah
LKL : Luas kawasan lindung
LKRB : Luas kawasan rawan bencana

2. Menggunakan batasan kelas kemampuan lahan, dimana dapat diasumsikan kelas


kemampuan lahan I-IV dapat dan layak digunakan untuk permukiman. Berdasarkan
formulasi tersebut dapat diartikan tentang kelayakan daya dukung untuk
permukiman yaitu:
a. DDP > 1, mampu menampung penduduk untuk bermukim.
b. DDP = 1, terjadi keseimbangan antara penduduk yang bermukim atau
membangun rumah dengan luas yang ada.
c. DDP < 1, tidak mampu menampung penduduk untuk bermukim atau membangun
rumah dalah wilayah tersebut.

Selanjutnya, dengan ditemukannya nilai daya dukung permukiman tersebut,


sekaligus dapat dihitung jumlah penduduk optimal (JPo) dan luas lahan optimal (LPmo).

HASIL

Hasil penghitungan daya dukung untuk kebutuhan permukiman, jumlah penduduk


optimal dan ketersediaan serta strategi untuk kebutuhan permukiman Kabupaten
Banyumas tahun 2034 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

A. Daya Dukung untuk Kebutuhan Permukiman Kabupaten Banyumas Tahun


2034.

Berdasarkan data yang digunakan untuk menghitung daya dukung kebutuhan


permukiman menghasilkan data ketersediaan, kebutuhan dan daya tampung
permukiman untuk tahun 2034 di Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada tabel 1.

176
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP 2017
ISBN 978-602-6697-18-9
Purwokerto, 19 Agustus 2017

Tabel 1. Hasil Perhitungan untuk Kebutuhan Ruang Permukiman Kabupaten


Banyumas

Total
kebutuhan DAYA TAMPUNG TH+20
Luas Ketersediaan
NO KECAMATAN ruang
Wialayah Ruang
permukiman
2034 DAYA TAMPUNG PENGEMBANGAN
1 Lumbir 10266 3076 958 3.211 ekstensifikasi
2 Wangon 6078 4124 782 5.276 ekstensifikasi
3 Jatilawang 4816 1215 1545 0.786 intensifikasi
4 Rawalo 4964 2133 1277 1.670 ekstensifikasi
5 Kebasen 5399 2399 818 2.933 ekstensifikasi
6 Kemranjen 6071 2141 375 5.712 ekstensifikasi
7 Sumpiuh 6001 2651 3040 0.872 intensifikasi
8 Tambak 5203 3071 21507 0.143 intensifikasi
9 Somagede 4011 2697 849 3.175 ekstensifikasi
10 Kalibagor 3573 2404 2180 1.103 ekstensifikasi
11 Banyumas 3809 1673 374 4.472 ekstensifikasi
12 Patikraja 4322 1345 499 2.696 ekstensifikasi
13 Purwojati 3786 2259 1172 1.927 ekstensifikasi
14 Ajibarang 6653 3692 965 3.825 ekstensifikasi
15 Gumelar 9395 3119 759 4.108 ekstensifikasi
16 Pekuncen 9270 4801 2473 1.942 ekstensifikasi
17 Cilongok 10534 4420 6701 0.660 intensifikasi
18 Karanglewas 3248 489 2628 0.186 intensifikasi
19 Kedungbanteng 6022 3971 709 5.604 ekstensifikasi
20 Baturaden 4553 575 81 7.118 ekstensifikasi
21 Sumbang 5342 2176 3279 0.664 intensifikasi
22 Kembaran 2592 473 2884 0.164 intensifikasi
23 Sokaraja 2992 612 2775 0.221 intensifikasi
24 Purwokerto Selatan 1375 309 1182 0.261 intensifikasi
25 Purwokerto Barat 740 20 1213 0.016 intensifikasi
26 Purwokerto Timur 842 27 1710 0.016 intensifikasi
27 Purwokerto Utara 901 552 1501 0.368 intensifikasi
Sumber : Data analisis 2017

B. Jumlah Penduduk Optimal Kabupaten Banyumas Tahun 2034.

Berdasarkan angka daya dukung kebutuhan permukiman dan jumlah penduduk


diperoleh jumlah penduduk optimal. Hasil perhitungan tabel 2, dimana
memperlihatkan jumlah penduduk optimal yang dapat didukung oleh perumahan
untuk kebutuhan permukiman di Kabuapaten Banyumas, sebagai berikut.

177
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP 2017
ISBN 978-602-6697-18-9
Purwokerto, 19 Agustus 2017

Tabel 2. Jumlah Penduduk Optimal Kab. Banyumas Tahun 2034

No Kecamatan DDPm JP Jpo


1 Lumbir 3.211 44058 141470.16
2 Wangon 5.276 74911 395196.18
3 Jatilawang 0.786 58416 45935.27
4 Rawalo 1.670 46621 77849.01
5 Kebasen 2.933 57282 168016.17
6 Kemranjen 5.712 64719 369643.05
7 Sumpiuh 0.872 50944 44428.17
8 Tambak 0.143 42616 6085.14
9 Somagede 3.175 32804 104167.57
10 Kalibagor 1.103 47642 52536.67
11 Banyumas 4.472 46382 207443.45
12 Patikraja 2.696 52852 142489.05
13 Purwojati 1.927 31582 60851.04
14 Ajibarang 3.825 93415 357301.05
15 Gumelar 4.108 45910 188612.82
16 Pekuncen 1.942 65730 127624.97
17 Cilongok 0.660 114508 75529.79
18 Karanglewas 0.186 61291 11404.40
19 Kedungbanteng 5.604 53517 299935.21
20 Baturaden 7.118 50124 356777.97
21 Sumbang 0.664 79496 52748.34
22 Kembaran 0.164 77802 12759.21
23 Sokaraja 0.221 81972 18076.13
24 Purwokerto Selatan 0.261 74609 19503.45
25 Purwokerto Barat 0.016 51373 846.81
26 Purwokerto Timur 0.016 58072 917.43
27 Purwokerto Utara 0.368 62290 22908.68
Sumber: Data analisis 2017

Jika jumlah penduduk optimal diperoleh lebih kecil dari jumlah penduduk
terdata, maka diperlukan perubahan lahan atau memadatan fungsi lahan, yang
dikenal dengan pengembangan intensifikasi. Hal ini dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan ruang permukiman masyarakat di Kabupaten Banyumas.

C. Ketersediaan dan Strategi Kebutuhan Ruang Permukiman Kabupaten


Banyumas Tahun 2034.

Ketersediaan dan kebutuhan ruang permukiman di Kabupaten banyumas


termasuk dalam kategori baik. Dari hasil perhitungan, total kebutuhan ruang
permukiman di Kabupaten Banyumas terdapat 12 Kecamatan yang termasuk dalam
kategori rendah perlu strategi intensifikasi. Total kebutuhan ruang permukiman di
178
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP 2017
ISBN 978-602-6697-18-9
Purwokerto, 19 Agustus 2017

Kabupaten Banyumas terdapat 15 Kecamatan yang termasuk dalam kategori tinggi


dengan strategi Ekstensifikasi, bisa dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Ketersediaan kebutuhan ruang permukiman Kabupaten Banyumas tahun


2034.
No Nama Kecamatan Daya Tampung Pengembangan
1 Lumbir, Wangon, Rawalo, Kebasen, Tinggi Ekstensifikasi
Kemranjen, Somagede, Kalibagor,
Banyumas, Ptikraja, Purwojati,
Ajibarang, Gumelar, Pekuncen,
Kedungbanteng, dan Baturaden.

Jatilawang, Sumpiuh, Tambak, Rendah Intensifikasi


2 Cilongok, Sumbang, Karanglewas,
Kembaran, Sokaraja, Purwokerto
Selatan, Purwokerto Barat,
Purwokerto Timur, dan Purwokerto
Utara.

Sumber: Data Analisis 2017


PEMBAHASAN

Wilayah Banyumas seluas 132.758 Ha, sekitar 4.08% dari luas wilayah Propinsi
Jawa Tengah (3.254 juta Ha). Dari 27 Kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas,
Kecamatan Cilongok yang merupakan Kecamatan yang mempunyai wilayah paling
luas adalah 10.534 Ha. Sedangkan Kecamatan Purwokerto Barat merupakan Wlayah
yang Paling sempit adalah 740 Ha. Kabupaten Banyumas merupakan dataran rendah
dengan ketinggian rata-rata 108 meter diatas permukaan laut terletak antara 108⁰39
'17“- 109 ⁰ 27 '15“ Bujur Timur dan 7⁰15 '05" - 7 ⁰ 37 '10“ Lintang Selatan. Batas
wilayah administratif Kabupaten Banyumas adalah:

Sebelah Utara : Kabupaten Purbalingga


Sebelah Selatan : Kabupaten Cilacap
Sebelah timur : Kabupaten Kebumen
Sebelah Barat : Kabupaten Cilacap

Pertumbuhan penduduk dan perkembangan perekonomian di Kabupaten


Banyumas yang cukup pesat menjadi salah satu pemicu adanya alih fungsi lahan dari
sektor pertanian menjadi sektor non pertanian, salah satunya untuk permukiman.
Indikasi perkembangan terjadi pertumbuhan meliputi tingkat kepadatan penduduk
dan berkembangnya perumahan baru, serta terdapat fenomena perkembangan
permukiman dengan kondisi lingkungan perumahan yang teratur maupun tidak
teratur, sebagai bentuk lingkungan perumahan yang menurun daya dukungnya.

Salah satu landasan yang digunakan oleh pemerintah untuk meningkatkan peran
kelembagaan dalam pembangunan perumahan dan permukiman adalah Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Undang-
Undang ini menyebutkan bahwa perumahan berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana

179
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP 2017
ISBN 978-602-6697-18-9
Purwokerto, 19 Agustus 2017

lingkungan, sedangkan pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar


kawasan hutan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun kawasan
pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 1, Kecamatan-kecamatan yang


memiliki daya dukung rendah disebabkan beberapa hal. Proyeksi kebutuhan ruang
permukiman menjadi salah opsi untuk dijadikan dasar sebagai perencanaan
pengembangan wilayah agar tercipta pengembangan wilayah yang berkelanjutan.
Ketersediaan dan kebutuhan ruang permukiman di Kabupaten banyumas termasuk
dalam kategori baik. Total kebutuhan ruang permukiman di Kabupaten Banyumas
terdapat 12 Kecamatan yang termasuk dalam kategori rendah perlu strategi
intensifikasi. Total kebutuhan ruang permukiman di Kabupaten Banyumas terdapat
15 Kecamatan yang termasuk dalam kategori tinggi dengan strategi Ekstensifikasi.
Peta Kebutuhan ruang Permukiman Kabupaten Banyumas tahun 2035, bisa dilihat di
lampiran gambar 1.

Kabupaten Banyumas telah ditetapkan sebagai wilayah pengembangan I atau


sebagai Pusat Kegiatan. Wilayah Pusat Kegiatan di Perkotaan Purwokerto yaitu,
Purwokerto Barat, Purwokerto Timur, Purwokerto Selatan, dan Purwokerto Utara
termasuk dalam Hirarki I. Wilayah yang ditetapkan sebagai pusat kegiatan menjadi
salah satu pengaruh terbesar tumbuhnya sektor industri atau sektor lainnya, sehingga
kebutuhan ruang permukiman semakin lama semakin tinggi. Hasil dari proyeksi
kebutuhan ruang permukiman menjadi salah satu cara yang dijadikan dasar sebagai
perencanaan pengembangan wilayah sehingga tercipta pengembangan wilayah yang
berkelanjutan.

Strategi yang dapat diterapkan dalam pemenuhan kebutuhan ruang permukiman


pada kecamatan yang memiliki daya dukung rendah atau kebutuhan ruang yang
tinggi yakni dengan strategi Intensifikasi. Teknik intensifikasi yaitu mengalokasikan
tambahan kebutuhan ruang pada alokasi ruang yang telah ada dengan cara
pemadatan fungsi dan kegiatan secara lebih intensif, contohnya pembangunan
vertikal. Alokasi ruang permukiman intensifikasi dilakukan pada kecamatan yang
sudah tidak mampu atau mengakomodasi perkembangan wilayah. Intensifikasi dapat
dilakukan dengan perubahan pemanfaatan lahan atau pemadatan fungsi lahan.
Pemadatan fungsi lahan juga dapat dilakukan dengan pembangunan vertikal seperti
pada permukiman atau pertokoan. Strategi yang diterapkan untuk kebutuhan ruang
permukiman pada Kecamatan yang memiliki daya dukung tinggi atau kebutuhan
ruang yang rendah maka dilakukan teknik ekstensifikasi. Teknik ekstensifikasi
adalah mengalokasikan tambahan kebutuhan ruang secara ekstensif dengan cara
pembangunan menjalar ke arah horizontal atau mengalokasikan nya secara ekstensif
dengan cara meloncat pada lokasi lain di luar fungsi dan kegiatan yang telah ada ke
arah lokasi baru.

Konteks pembangunan vertikal dan horizontal. Pembangunan tipe perumahan


vertical adalah unit hunian yang terletak pada bangunan 1-4 lantai yang terdiri dari
sejumlah unit hunia, dan unit hunian yang terletak pada bangunan dengan ketinggian
diatas 5 lantai yang terdiri dari sejumlah unit hunian. Pembangunan tipe perumahan
horizontal yaitu rumah yang terpisah dan berdiri sendiri, rumah kopel dua unit rumah
yang saling menempel dan rumah deret unit rumah atau lebih yang saling menempel
pada sisinya.
180
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP 2017
ISBN 978-602-6697-18-9
Purwokerto, 19 Agustus 2017

Pelaksanaan Pembangunan Perumahan Dan Permukiman tentu tidak lepas dari


berbagai kendala, yang antara lain dapat berupa (Sasta, S dan E, Marlina. 2006):

1. Terbatasnya lahan yang tersedia


2. Rendahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat
3. Terbatasnya informasi
4. Terbatasnya kemampuan pemerintah daerah

Latar belakang kebijakan umum pembangunan perumahan, sesuai UU No. 1


Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman:

1. Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau dalam lingkungan


yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana, dan utilitas umum secara
berkelanjutan serta yang mampu mencerminkan kehidupan masyarakat yang
berkepribadian Indonesia;
2. Ketersediaan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk pemenuhan
kebutuhan rumah, perumahan, permukiman, serta lingkungan hunian perkotaan
dan perdesaan;
3. Mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan tata ruang
serta tata guna tanah yang berdaya guna dan berhasil guna;
4. Memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan kedaulatan negara; dan
5. Mendorong iklim investasi asing.

Dengan demikian, hasil analisis terkait kebutuhan ruang permukiman dalam


pemenuhan perumahan untuk masyarakat di Kabupaten Banyumas, diharapkan manjadi
informasi awal untuk melakukan tindak lanjut terkait dengan pembangunan permukiman
berkelanjutan. Keberhasilan suatu program pembangunan permukiman yang
berkelanjutan sangat dipengaruhi oleh kebijakan seorang pemimpin terkait rencana
pembangunan, baik jangka menengah atau jangka panjang.

KESIMPULAN

Ketersediaan dan kebutuhan ruang permukiman di Kabupaten banyumas pada tahun


2034 termasuk dalam kategori baik. Salah satu landasan yang digunakan oleh pemerintah
untuk meningkatkan peran kelembagaan dalam pembangunan perumahan dan
permukiman tercantum dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan
dan Permukiman. Dari hasil perhitungan total kebutuhan ruang permukiman di
Kabupaten Banyumas yaitu 12 Kecamatan yang termasuk dalam kategori rendah, dan 5
Kecamatan yang termasuk dalam kategori tinggi. Kecamatan yang daya tampungnya
rendah atau sudah tidak dapat menampung dan mengakomodasi perkembangan wilayah,
sehingga dilakukan pengembangan intensifikasi dengan perubahan pemanfaatan lahan
atau pemadatan fungsi lahan. Sedangkan kecamatan dengan daya tampung yang masih
memadai masih dapat melakukan perkembangan wilayah secara ekstensifikasi. Analisa
daya tampung wilayah ini dapat dijadikan sebagai dasar perencanaan penataan ruang
wilayah agar dapat tercipta wilayah dengan perkembangan dan pembangunan yang
berkelanjutan.

181
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP 2017
ISBN 978-602-6697-18-9
Purwokerto, 19 Agustus 2017

DAFTAR PUSTAKA

Iriani Lia. 2016. Proyeksi Daya Dukung lahan terhadap kebutuhan rumah di Kota
Tanggerang Selatan. Pusat Litbang Perumahan dan Permukiman.

Muta’ali. 2015. Teknik Analisis Regional Untuk Perencanaan Wilayah, Tata Ruang dan
Lingkungan. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi Universitas Gadjah
Mada.

Pemerintah Kabupaten Banyumas. 2016. Banyumas dalam angka tahun 2016.

Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas. 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kab. Banyumas 2011-2031. Bappeda Kabupaten
Banyumas.

UU RI No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.

Warsono, A., Soetomo, S., & Wahyono, H. (2012). Perkembangan Pemukiman Pinggiran
Kota pada Koridor Jalan Kaliurang, Kabupaten Sleman. Jurnal Tata Kota Dan
Daerah, 1(1), 19–23.

Lampiran

Gambar 1. Peta Kebutuhan Ruang Permukiman Kabupaten Banyumas tahun 2034


182

Anda mungkin juga menyukai