ISBN 978-602-6697-18-9
Purwokerto, 19 Agustus 2017
ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat merupakan faktor utama yang
menyebabkan permasalahan permukiman dan perumahan, dan menjadi sorotan utama
pihak pemerintah. Perkembangan lingkungan permukiman suatu daerah tidak terlepas
dari pesatnya laju pertumbuhan penduduk, dari gambaran tersebut terlihat bahwa
dengan adanya pertumbuhan penduduk akan berakibat pada peningkatan kebutuhan
perumahan atau rumah tinggal (Gunawan, 2002). Metode yang digunakan dalam
perhitungan proyeksi kebutuhan permukiman adalah metode kuantitatif. Proses
pencarian, pengumpulan, dan analisis data dilakukan dengan menggunakan studi
pustaka dari berbagai sumber terpercaya, seperti Badan Pusat Statistik Kabupaten
Banyumas. Tujuan dalam jurnal ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan
permukiman dalam pemenuhan perumahan untuk masyarakat yang ada pada masing-
masing kecamatan di Kabupaten Banyumas. Prediksi kebutuhan ruang permukiman yang
dilakukan pada rentang waktu 20 tahun. Hasil Penelitiannya, ketersediaan ruang dan
kebutuhan ruang permukiman di Kabupaten banyumas termasuk dalam kategori baik.
Dari hasil perhitungan diperoleh 12 Kecamatan termasuk dalam kategori rendah dalam
kebutuhan ruang permukiman. Sedangkan Kebutuhan ruang permukiman di Kabupaten
Banyumas yang termasuk dalam kategori tinggi adalah 15 kecamatan. Kecamatan yang
daya tampungnya rendah atau sudah tidak dapat menampung dan mengakomodasi
perkembangan ruang permukiman dapat dilakukan dengan pengembangan intensifikasi
dengan melakukan perubahan pemanfaatan lahan atau pemadatan fungsi lahan.
Sedangkan kecamatan dengan daya tampung yang masih memadai masih dapat
melakukan perkembangan ruang permukiman dengan cara ekstensifikasi.
PENDAHULUAN
Kabupaten Banyumas memiliki luas wilayah berupa dataran seluas 1.327,59 km².
Kepadapatan penduduk di Kabupaten Banyumas tahun 2015 mencapai 1.232 jiwa/km².
174
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP 2017
ISBN 978-602-6697-18-9
Purwokerto, 19 Agustus 2017
Perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar, sampai dengan saat ini sebagian
besar disediakan secara mandiri oleh masyarakat baik membangun sendiri maupun sewa
kepada pihak lain. Kendala utama yang dihadapi masyarakat pada umumnya
keterjangkauan pembiayaan rumah. Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan
perhitungan proyeksi kebutuhan permukiman yang dijadikan dasar sebagai perencanaan
pembangunan permukiman di masa yang akan datang. Beberapa manfaat dalam
menghitung proyeksi penduduk yaitu mengetahui keadaan penduduk pada saat ini, yang
berkaitan dengan penentuan kebijakan kependudukan serta perbandingan tingkat
pelayanan yang diterima masyarakat saat ini dengan tingkat pelayanan yang ideal,
mengetahui kebutuhan permukimanan dan fasilitas atau infrastruktur yang dibutuhkan
masyarakat, untuk mengetahui pengaruh berbagai kejadian terhadap keaadaan penduduk
di masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
Tujuan dalam jurnal ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan
permukiman yang ada pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Banyumas, sehingga
dapat dilakukan upaya untuk menentukan kebijakan penggunaan lahan serta
pengembangan wilayah lebih lanjut. Analisis kebutuhan permukiman adalah bersifat
temporal. Perhitungan kebutuhan permukiman di Kabupaten Banyumas berdasarkan
perhitungan proyeksi penduduk tahun 2034 atau 20 tahun kedepan. Berdasarkan
perhitungan kebutuhan permukiman, diharapkan mampu menjadi dasar perencanaan
pembangunan wilayah dan sebagai dasar untuk menetapkan kebijakan.
METODE
Keterangan :
DDPm : Daya dukung permukiman
175
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP 2017
ISBN 978-602-6697-18-9
Purwokerto, 19 Agustus 2017
JP : Jumlah penduduk
α : Koefisien luas kebutuhan ruang/kapita (m²), sedangkan menurut peraturan Menteri
Perumahan Rakyat No 11/PERMEN/M/2008, kebutuhan bervariasi menurut
kawasan.
LPm : Luas lahan yang layak untuk permukiman (m²), dpat menggunakan beberapa
batasan diantaranya :
1. Areal yang layak untuk lahan permukiman adalah di luar kawasan lindung dan
kawasan rawan bencana, sehingga:
LP : LW-(LKL+LKRB)
LW : Luas wilayah
LKL : Luas kawasan lindung
LKRB : Luas kawasan rawan bencana
HASIL
176
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP 2017
ISBN 978-602-6697-18-9
Purwokerto, 19 Agustus 2017
Total
kebutuhan DAYA TAMPUNG TH+20
Luas Ketersediaan
NO KECAMATAN ruang
Wialayah Ruang
permukiman
2034 DAYA TAMPUNG PENGEMBANGAN
1 Lumbir 10266 3076 958 3.211 ekstensifikasi
2 Wangon 6078 4124 782 5.276 ekstensifikasi
3 Jatilawang 4816 1215 1545 0.786 intensifikasi
4 Rawalo 4964 2133 1277 1.670 ekstensifikasi
5 Kebasen 5399 2399 818 2.933 ekstensifikasi
6 Kemranjen 6071 2141 375 5.712 ekstensifikasi
7 Sumpiuh 6001 2651 3040 0.872 intensifikasi
8 Tambak 5203 3071 21507 0.143 intensifikasi
9 Somagede 4011 2697 849 3.175 ekstensifikasi
10 Kalibagor 3573 2404 2180 1.103 ekstensifikasi
11 Banyumas 3809 1673 374 4.472 ekstensifikasi
12 Patikraja 4322 1345 499 2.696 ekstensifikasi
13 Purwojati 3786 2259 1172 1.927 ekstensifikasi
14 Ajibarang 6653 3692 965 3.825 ekstensifikasi
15 Gumelar 9395 3119 759 4.108 ekstensifikasi
16 Pekuncen 9270 4801 2473 1.942 ekstensifikasi
17 Cilongok 10534 4420 6701 0.660 intensifikasi
18 Karanglewas 3248 489 2628 0.186 intensifikasi
19 Kedungbanteng 6022 3971 709 5.604 ekstensifikasi
20 Baturaden 4553 575 81 7.118 ekstensifikasi
21 Sumbang 5342 2176 3279 0.664 intensifikasi
22 Kembaran 2592 473 2884 0.164 intensifikasi
23 Sokaraja 2992 612 2775 0.221 intensifikasi
24 Purwokerto Selatan 1375 309 1182 0.261 intensifikasi
25 Purwokerto Barat 740 20 1213 0.016 intensifikasi
26 Purwokerto Timur 842 27 1710 0.016 intensifikasi
27 Purwokerto Utara 901 552 1501 0.368 intensifikasi
Sumber : Data analisis 2017
177
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP 2017
ISBN 978-602-6697-18-9
Purwokerto, 19 Agustus 2017
Jika jumlah penduduk optimal diperoleh lebih kecil dari jumlah penduduk
terdata, maka diperlukan perubahan lahan atau memadatan fungsi lahan, yang
dikenal dengan pengembangan intensifikasi. Hal ini dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan ruang permukiman masyarakat di Kabupaten Banyumas.
Wilayah Banyumas seluas 132.758 Ha, sekitar 4.08% dari luas wilayah Propinsi
Jawa Tengah (3.254 juta Ha). Dari 27 Kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas,
Kecamatan Cilongok yang merupakan Kecamatan yang mempunyai wilayah paling
luas adalah 10.534 Ha. Sedangkan Kecamatan Purwokerto Barat merupakan Wlayah
yang Paling sempit adalah 740 Ha. Kabupaten Banyumas merupakan dataran rendah
dengan ketinggian rata-rata 108 meter diatas permukaan laut terletak antara 108⁰39
'17“- 109 ⁰ 27 '15“ Bujur Timur dan 7⁰15 '05" - 7 ⁰ 37 '10“ Lintang Selatan. Batas
wilayah administratif Kabupaten Banyumas adalah:
Salah satu landasan yang digunakan oleh pemerintah untuk meningkatkan peran
kelembagaan dalam pembangunan perumahan dan permukiman adalah Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Undang-
Undang ini menyebutkan bahwa perumahan berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
179
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP 2017
ISBN 978-602-6697-18-9
Purwokerto, 19 Agustus 2017
KESIMPULAN
181
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP 2017
ISBN 978-602-6697-18-9
Purwokerto, 19 Agustus 2017
DAFTAR PUSTAKA
Iriani Lia. 2016. Proyeksi Daya Dukung lahan terhadap kebutuhan rumah di Kota
Tanggerang Selatan. Pusat Litbang Perumahan dan Permukiman.
Muta’ali. 2015. Teknik Analisis Regional Untuk Perencanaan Wilayah, Tata Ruang dan
Lingkungan. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi Universitas Gadjah
Mada.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kab. Banyumas 2011-2031. Bappeda Kabupaten
Banyumas.
Warsono, A., Soetomo, S., & Wahyono, H. (2012). Perkembangan Pemukiman Pinggiran
Kota pada Koridor Jalan Kaliurang, Kabupaten Sleman. Jurnal Tata Kota Dan
Daerah, 1(1), 19–23.
Lampiran