Kelompok 2:
2019/2020
Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tujuan
laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar
pemakai. Namun, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin
dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk
menyediakan informasi nonkeuangan.
Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen (bahasa
Inggris: stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melihat apa yang telah dilakukan atau
pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat
keputusan ekonomi. Keputusan ini mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau
menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau
mengganti manajemen.
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan
berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu :
A. Relevan
Laporan keuangan yang disajikan harus sesuai dengan data yang ada kaitannya dengan
transaksi yang dilakukan.
Laporan keuangan yang disajikan harus jelas dan dapat dimengerti oleh pemakai laporan
keuangan.
Laporan keuangan yang disajikan datanya dapat diuji kebenarannya dan dapat dipertanggung
jawabkan.
D. Netral
E. Tepat waktu
Laporan yanag disajikan harus memiliki waktu pelaporan atau periode pelaporan yang jelas.
F. Dapat dibandingkan
G. Lengkap
Laporan keuangan yang disajikan harus lengkap, yang sesuai dengan aturan yang berlaku agar
tidak terjadi kekeliruan dalam menerima informasi keuangan.
1.3 Pemakai Laporan Keuangan
a) Investor
b) Karyawan
c) Pemberi Pinjaman
d) Pemasok dan Kreditor usaha lainnya
e) Pelanggan
f) Pemerintah
g) Masyarakat
Dalam menyajikan informasi tentang laporan keuangan, pihak bank memili laporan
keungan tersendiri. Laporan keuangan ini disajikan sesuai standar akuntansi keuangan (SAK)
dan standar kauangan akuntansi perbankan indonesia (SAKPI) sebagai berikut :
A. Neraca
Neraca (Balance Sheet) merupakan laporan yang menggambarkan jumlah kekayaan (harta),
kewajiban (hutang), dan modal dari suatu perusahaan pada saat / tanggal tertentu.
Laporan rugi / laba (income statement) merupakan laporan yang menggambarkan jumlah
penghasilan atau pendapatan dan biaya dari suatu perusahaan pada periode tertentu
Laporan yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran selama periode tertentu yang
dikelompokkan dalam aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.
Laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas bank yang menggambarakan peningkatan atau
penurunan aset bersih atau kekayaan bank selama periode pelaporan.
ANALISA CAMELS
Analisis CAMEL pada prinsipnya merupakan suatu metode analisis rasio-rasio
keuangan untuk mengukur kondisi keuangan suatu lembaga atau perusahaan
perbankan. Sama halnya dengan perusahaan pada umumnya, analisis rasio keuangan
dengan metode CAMEL juga menginformasikan hubungan antar-akun dari laporan
keuangan yang mencerminkan kinerja keuangan dan hasil operasional perusahaan
perbankan terkait. Analisis CAMEL dilakukan dengan menggunakan data primer yang
bersumber dari laporan keuangan yang telah melalui proses audit.
1. Aspek dalam analisis CAMEL
Metode analisis CAMEL bertujuan untuk menilai atau mengukur tingkat kesehatan
perusahaan perbankan berdasarkan rasio-rasio keuangan yang ditekankan pada lima
aspek, yaitu modal, kualitas aktiva, manajemen, pendapatan, dan likuiditas.
Kelima aspek tersebut sangatlah penting karena paling berpengaruh terhadap kondisi
keuangan perusahaan perbankan. Rasio-rasio keuangan dari kelima aspek tersebut
mencerminkan kemampuan bank dalam menjalankan core business¬-nya, yakni dalam
menghimpun, mengelola, dan menyalurkan dana, memenuhi kewajiban pada pihak
lain, serta mematuhi peraturan perundang-undangan tentang perbankan yang berlaku.
A. Capital (Modal)
Suatu perusahaan perbankan dikatakan sehat apabila memiliki permodalan yang kuat,
di mana dengan modal tersebut bank mampu menjalankan operasionalnya dan
menjamin aset-aset yang bermasalah. Berkenaan dengan hal itu, penilaian terhadap
aspek modal dititikberatkan pada kecukupan dan komposisi modal, proyeksi modal,
kemampuan modal menutup aset bermasalah, serta rencana modal untuk ekspansi
usaha.
Tingkat kesehatan bank yang ditinjau dari aspek modal dapat dinilai atau diukur
menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio ini merepresentasikan
kemampuan bank menggunakan modalnya sendiri untuk menutup penurunan aktiva
yang disebabkan oleh adanya kerugian-kerugian yang timbul atas penggunaan aktiva
tersebut. Nilai CAR dapat diperoleh dengan membandingkan antara modal sendiri
dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
ATMR merupakan penjumlahan dan nilai masing-masing aset atau aktiva setelah
dikalikan dengan bobot masing-masing risiko pada aset tersebut. Risiko aset yang
dimaksud adalah utang. Besar kecilnya utang jelas akan mempengaruhi nilai CAR.
Semakin kecil utang, maka nilai CAR akan semakin besar. Sebaliknya, jumlah utang
yang semakin besar akan berdampak pada nilai CAR yang semakin kecil.
Rule of thumb dari CAR adalah 8%. Artinya, jika nilai CAR suatu bank lebih besar atau
sama dengan 8%, maka kondisi keuangan bank dilihat dari aspek modal tergolong
sehat. Sebaliknya, apabila nilai CAR suatu bank kurang dari 8% menunjukkan bahwa
kondisi keuangan bank tersebut dalam kondisi yang tidak sehat. Adapun formulasi dari
penghitungan rasio modal ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
CAR = (Modal/ATMR) x 100%
Sementara hasil penilaian terhadap tingkat kesehatan bank ditinjau dari aspek kualitas
aktiva didasarkan pada rentang nilai berikut.
0,00% – <= 10,35%, bank dikategorikan sehat
> 10,35% – <= 12,60%, bank dikategorikan cukup sehat
> 12,60% – <= 14,85%, bank dikategorikan kurang sehat
> 14,85%, bank dikategorikan tidak sehat
C. Management (Manajemen)
Penilaian tingkat kesehatan bank dari aspek manajemen sifatnya kualitatif, di mana
faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan kinerja bank akan dianalisis dengan
menggunakan pertanyaan seputar kegiatan manajemen yang mencakup manajemen
umum strategi, struktur, sistem, sumber daya manusia, kepemimpinan, budaya kerja,
manajemen risiko, risiko kredit, risiko likuiditas, risiko operasional, dan lainnya.
Semua itu akan bermuara pada kemampuan bank memperoleh laba.
Artinya, tak menutup kemungkinan tingkat kesehatan bank dari aspek manajemen
dapat diukur secara kuantitatif melalui penghitungan Net Profit Margin (NPM). Rasio
keuangan ini mengukur tingkat kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih dari
kegiatan operasional pokoknya. Formulasi penghitungan rasio NPM adalah:
NPM = (laba bersih/pendapatan operasional) x 100%
Nilai yang digunakan acuan untuk menilai rasio NPM berada pada rentang 0 in besar
nilai NPM atau mendekati 1 menandakan biaya yang dikeluarkan semakin efisien,
sehingga tingkat pengembalian laba bersih semakin besar. Artinya, bank termasuk
dalam kategori sehat. Demikian pula sebaliknya.
D. Earning (Pendapatan)
Bank yang sehat dan kinerjanya baik tentu akan dilihat dari kemampuannya
memperoleh pendapatan berupa laba. Semakin besar laba yang diperoleh menunjukkan
bahwa kinerja bank semakin baik dan kondisi keuangannya semakin sehat.
Untuk mengukur kesehatan bank dari aspek pendapatan dapat menggunakan
rasio Return on Asset (ROA) dengan membandingka laba bersih yang dicapai dengan
total aktiva yang dimiliki bank. Berikut rumus penghitungan rasio ROA.
ROA = (laba bersih/total aktiva) x 100%
Kategori sehat tidaknya suatu bank dilihat dari aspek pendapatan didasarkan pada
rentang nilai berikut.
= 1,215%, bank dikategorikan sehat
= 0,999% – < 1,215%, bank dikategorikan cukup sehat
= 0,765% – < 0,999%, bank dikategorikan kurang sehat
< 0,765%, bank dikategorikan tidak sehat
E. Liquidity (Likuiditas)
Aspek likuiditas berkaitan dengan kemampuan bank membayar utangnya, terutama
utang jangka pendek. Semakin mampu suatu bank membayar utangnya, maka semakin
likuid bank tersebut. Pada aspek ini, penilaian ditekankan pada rasio kewajiban bersih
terhadap aktiva lancar dan rasio kredit terhadap dana yang diterima bank.
Terkait dengan itu, Loan Deposit Ratio (LDR) merupakan salah satu rasio keuangan
yang bisa mewakili penilaian tingkat kesehatan bank dilihat dari aspek likuiditas.
Formulasi penghitungan LDR dapat dirumuskan sebagai berikut.
LDR = {(total utang)/total deposit + ekuitas} x 100%
Nilai LDR yang semakin tinggi menunjukkan tingkat likuiditas bank yang semakin
rendah, karena jumlah utang semakin besar sehingga jumlah dana yang diperlukan
untuk membayar utang tersebut juga semakin besar.
Dengan demikian, semakin kecil nilai LDR, mengindikasikan bahwa bank semakin
likuid. Tingkat kesehatan bank dilihat dari aspek likuiditas didasarkan pada rentang
nilai LDR berikut.
<= 94,75%, bank dikategorikan sehat
94,75% – <= 98,50%, bank dikategorikan cukup sehat
98,50% – <= 102,25%, bank dikategorikan kurang sehat
102,25%, bank dikategorikan tidak sehat
2 April 2019
Di Sinilah Awal Mula Kisruh Laporan Keuangan Garuda Indonesia Dimulai
Semua berawal dari hasil laporan keuangan Garuda Indonesia untuk tahun buku 2018. Dalam
laporan keuangan tersebut, Garuda Indonesia Group membukukan laba bersih sebesar
USD809,85 ribu atau setara Rp11,33 miliar (asumsi kurs Rp14.000 per dolar AS). Angka ini
melonjak tajam dibanding 2017 yang menderita rugi USD216,5 juta. Namun laporan keuangan
tersebut menimbulkan polemik, lantaran dua komisaris Garuda Indonesia yakni Chairal
Tanjung dan Dony Oskaria (saat ini sudah tidak menjabat), menganggap laporan keuangan
2018 Garuda Indonesia tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Pasalnya, Garuda Indonesia memasukan keuntungan dari PT Mahata Aero Teknologi yang
memiliki utang kepada maskapai berpelat merah tersebut. PT Mahata Aero Teknologi sendiri
memiliki utang terkait pemasangan wifi yang belum dibayarkan.
30 April 2019
BEI Panggil Direksi Garuda
Bursa Efek Indonesia (BEI) memanggil jajaran direksi Garuda Indonesia terkait kisruh laporan
keuangan tersebut. Pertemuan juga dilakukan bersama auditor yang memeriksa keuangan
GIAA, yakni KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO
Internasional). Di saat yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku belum
bisa menetapkan sanksi kepada Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi
Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional). KAP merupakan auditor untuk laporan
keuangan tahun 2018 PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang menuai polemik. Kendati sudah
melakukan pertemuan dengan auditor perusahaan berkode saham GIAA itu, namun Kemenkeu
masih melakukan analisis terkait laporan dari pihak auditor.
2 Mei 2019
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Minta BEI Lakukan Verifikasi Laporan Keuangan Garuda. OJK
meminta kepada BEI untuk melakukan verifikasi terhadap kebenaran atau perbedaan pendapat
mengenai pengakuan pendapatan dalam laporan keuangan Garuda 2018. Selain OJK, masalah
terkait laporan keuangan maskapai Garuda ini juga mengundang tanggapan dari Menteri
Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi.
3 Mei 2019
Penjelasan Garuda Indonesia Terkait Kisruh Laporan Keuangan
Garuda Indonesia akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi setelah laporan keuangannya
ditolak oleh dua Komisarisnya. Maskapai berlogo burung Garuda ini mengaku tidak akan
melakukan audit ulang terkait laporan keuangan 2018 yang dinilai tidak sesuai karena
memasukan keuntunga dari PT Mahata Aero Teknologi
8 Mei 2019
Mahata Aero Buka-bukaan soal Kisruh Laporan Keuangan Garuda Indonesia
Kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia ini juga menyeret nama Mahata Aero Teknologi.
Pasalnya, Mahata sebuah perusahaan yang baru didirikan pada tanggal 3 November 2017
dengan modal tidak lebih dari Rp10 miliar dinilai berani menandatangani kerja sama dengan
Garuda Indonesia. Dengan menandatangani kerja sama dengan Garuda, Mahata mencatatkan
utang sebesar USD239 juta kepada Garuda, dan oleh Garuda dicatatkan dalam Laporan
Keuangan 2018 pada kolom pendapatan.
21 Mei 2019
DPR Panggil Management Garuda Indonesia
Sebulan kemudian, Garuda Indonesia dipanggil oleh Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia (DPR-RI). Jajaran Direksi ini dimintai keterangan oleh komisi VI DPR
mengenai kisruh laporan keuangan tersebut. Dalam penjelasannya, Direktur Utama Garuda
Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra mengatakan, latar belakang mengenai laporan
keuangan yang menjadi sangat menarik adalah soal kerjasama dengan PT Mahata Aero
Teknologi, terkait penyediaan layanan WiFi on-board yang dapat dinikmati secara gratis. Kerja
sama yang diteken pada 31 Oktober 2018 ini mencatatkan pendapatan yang masih berbentuk
piutang sebesar USD239.940.000 dari Mahata. Dari jumlah itu, USD28 juta di antaranya
merupakan bagi hasil yang seharusnya dibayarkan Mahata.
14 Juni 2019
Kemenkeu Temukan Dugaan Laporan Keuangan Garuda Tak Sesuai Standar
Kemenkeu telah menyelesaikan pemeriksaan terhadap KAP Tanubrata Sutanto Fahmi
Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional) terkait laporan keuangan tahun 2018 milik
Garuda. KAP ini merupakan auditor untuk laporan keuangan emiten berkode saham GIIA yang
menuai polemik. Sekertaris Jenderal Kemenkeu Hadiyanto menyatakan, berdasarkan hasil
pertemuan dengan pihak KAP disimpulkan adanya dugaan audit yang tidak sesuai dengan
standar akuntansi. Kementerian Keuangan juga masih menunggu koordinasi dengan OJK
terkait penetapan sanksi yang bakal dijatuhkan pada KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang
& Rekan (Member of BDO Internasional), yang menjadi auditor pada laporan keuangan
Garuda Indonesia tahun 2018
18 Juni 2019
BEI Tunggu Keputusan OJK
BEI selaku otoritas pasar modal kala itu masih menunggu keputusan final dari OJK terkait
sanksi yang akan diberikan kepada Garuda. Manajemen bursa saat itu telah berkoordinasi
intens dengan OJK. Namun BEI belum membeberkan lebih lanjut langkah ke depan itu dari
manajemen bursa.
28 Juni 2019
Akhirnya Garuda Indonesia Kena Sanksi dari OJK, Kemenkeu dan BEI
Setelah perjalanan panjang, akhirnya Garuda Indonesia dikenakan sanksi dari berbagai pihak.
Selain Garuda, sanksi juga diterima oleh auditor laporan keuangan Garuda Indonesia, yakni
Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumapea dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata,
Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan, auditor laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero)
Tbk (GIAA) dan Entitas Anak Tahun Buku 2018. Untuk Auditor, Menteri Keuangan Sri
Mulyani memberikan sanski pembekuan izin selama 12 bulan. Selain itu, OJK juga akan
mengenakan sanksi kepada jajaran Direksi dan Komisaris dari Garuda Indonesia. Mereka
diharuskan patungan untuk membayar denda Rp100 juta. Selain itu ada dua poin sanksi lagi
yang diberikan OJK. Yakni, Garuda Indonesia harus membayar Rp100 Juta. Selain itu, masing-
masing Direksi juga diharuskan membayar Rp100 juta. Selain sanksi dari Kementerian
Keuangan dan juga Otoritas Jasa Keuangan, Garuda Indonesia juga kembali diberikan sanksi
oleh Bursa Efek Indonesia. Adapun sanki tersebut salah satunya memberikan sanksi sebesar
Rp250 juta kepada maskapai berlambang burung Garuda itu.
KESIMPULAN
Rasio biasa digunakan dalam hal untuk mengukur kinerja keuangan bank. Jenis rasio yang
digunakan yaitu: rasio solvabilitas (kecukupan modal), rasio profitabilitas, dan rasio likuiditas.