Anda di halaman 1dari 15

AKUNTANSI PERBANKAN INDONESIA

LAPORAN KEUANGAN BANK

Kelompok 2:

1. Indah Ariesta 27914


2. Anshari 28281
3. Eusabia Suryanike 28408
4. Ika Widhi A 28526
5. Tika Mirawati 28585
6. Putri Anggreini Z 28587

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YAYASAN KELUARGA PAHLAWAN NEGARA


YOGYAKARTA

2019/2020

LAPORAN KEUANGAN BANK


1. Pengertian

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada


suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan
tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan.

Perbedaan Pelaporan dan Laporan Keuangan

Haruslah dibedakan antara pengertian Pelaporan keuangan (bahasa Inggris: financial


reporting) dan laporan keuangan (bahasa Inggris: financial reports). Pelaporan
Keuangan meliputi segala aspek yang berkaitan dengan penyediaan dan penyampaian
informasi keuangan. Aspek-aspek tersebut antara lain lembaga yang terlibat (misalnya
penyusunan standar, badan pengawas dari pemerintah atau pasar modal, organisasi profesi, dan
entitas pelapor), peraturan yang berlaku termasuk PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum
atau Generally Accepted Accounting Principles/GAAP). Laporan keuangan hanyalah salah
satu medium dalam penyampaian informasi. Bahkan seharusnya harus dibedakan pula
antara statemen (bahasa Inggris: statement) dan laporan (bahasa Inggris: report)

1.1 Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tujuan
laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan.

Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar
pemakai. Namun, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin
dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk
menyediakan informasi nonkeuangan.

Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen (bahasa
Inggris: stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melihat apa yang telah dilakukan atau
pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat
keputusan ekonomi. Keputusan ini mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau
menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau
mengganti manajemen.

1.2 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan
berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu :

A. Relevan

Laporan keuangan yang disajikan harus sesuai dengan data yang ada kaitannya dengan
transaksi yang dilakukan.

B. Jelas dan Dapat dimengerti

Laporan keuangan yang disajikan harus jelas dan dapat dimengerti oleh pemakai laporan
keuangan.

C. Dapat diuji kebenarannya

Laporan keuangan yang disajikan datanya dapat diuji kebenarannya dan dapat dipertanggung
jawabkan.

D. Netral

Laporan keuangan dapat dipergunakan oleh semua pihak.

E. Tepat waktu

Laporan yanag disajikan harus memiliki waktu pelaporan atau periode pelaporan yang jelas.

F. Dapat dibandingkan

Laporan keuangan yang disajikan dapat diperbandingkan dengan laporan-laporan sebelumnya,


sebagai landasan untuk mengikuti perkembangan dari hasil yang dicapai.

G. Lengkap

Laporan keuangan yang disajikan harus lengkap, yang sesuai dengan aturan yang berlaku agar
tidak terjadi kekeliruan dalam menerima informasi keuangan.
1.3 Pemakai Laporan Keuangan

a) Investor
b) Karyawan
c) Pemberi Pinjaman
d) Pemasok dan Kreditor usaha lainnya
e) Pelanggan
f) Pemerintah
g) Masyarakat

2. Jenis-Jenis Laporan Keuangan Bank

Dalam menyajikan informasi tentang laporan keuangan, pihak bank memili laporan
keungan tersendiri. Laporan keuangan ini disajikan sesuai standar akuntansi keuangan (SAK)
dan standar kauangan akuntansi perbankan indonesia (SAKPI) sebagai berikut :

A. Neraca

Neraca (Balance Sheet) merupakan laporan yang menggambarkan jumlah kekayaan (harta),
kewajiban (hutang), dan modal dari suatu perusahaan pada saat / tanggal tertentu.

B. Laporan Laba Rugi komprehensif

Laporan rugi / laba (income statement) merupakan laporan yang menggambarkan jumlah
penghasilan atau pendapatan dan biaya dari suatu perusahaan pada periode tertentu

C. Laporan Arus Kas

Laporan yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran selama periode tertentu yang
dikelompokkan dalam aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.

D. Laporan Perubahan Modal (Ekuitas)

Laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas bank yang menggambarakan peningkatan atau
penurunan aset bersih atau kekayaan bank selama periode pelaporan.

E. Catatan Atas Laporan Keuangan


Laporan ini berkaitan dengan pos-pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas
yang sifatnya memberikan penjelasan baik yang bersifat kualitas maupun kuantitas, termasuk
kometmen dan kontijensi serta transaksi-transaksi lainnya.

 ANALISA CAMELS
Analisis CAMEL pada prinsipnya merupakan suatu metode analisis rasio-rasio
keuangan untuk mengukur kondisi keuangan suatu lembaga atau perusahaan
perbankan. Sama halnya dengan perusahaan pada umumnya, analisis rasio keuangan
dengan metode CAMEL juga menginformasikan hubungan antar-akun dari laporan
keuangan yang mencerminkan kinerja keuangan dan hasil operasional perusahaan
perbankan terkait. Analisis CAMEL dilakukan dengan menggunakan data primer yang
bersumber dari laporan keuangan yang telah melalui proses audit.
1. Aspek dalam analisis CAMEL
Metode analisis CAMEL bertujuan untuk menilai atau mengukur tingkat kesehatan
perusahaan perbankan berdasarkan rasio-rasio keuangan yang ditekankan pada lima
aspek, yaitu modal, kualitas aktiva, manajemen, pendapatan, dan likuiditas.
Kelima aspek tersebut sangatlah penting karena paling berpengaruh terhadap kondisi
keuangan perusahaan perbankan. Rasio-rasio keuangan dari kelima aspek tersebut
mencerminkan kemampuan bank dalam menjalankan core business¬-nya, yakni dalam
menghimpun, mengelola, dan menyalurkan dana, memenuhi kewajiban pada pihak
lain, serta mematuhi peraturan perundang-undangan tentang perbankan yang berlaku.
A. Capital (Modal)
Suatu perusahaan perbankan dikatakan sehat apabila memiliki permodalan yang kuat,
di mana dengan modal tersebut bank mampu menjalankan operasionalnya dan
menjamin aset-aset yang bermasalah. Berkenaan dengan hal itu, penilaian terhadap
aspek modal dititikberatkan pada kecukupan dan komposisi modal, proyeksi modal,
kemampuan modal menutup aset bermasalah, serta rencana modal untuk ekspansi
usaha.
Tingkat kesehatan bank yang ditinjau dari aspek modal dapat dinilai atau diukur
menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio ini merepresentasikan
kemampuan bank menggunakan modalnya sendiri untuk menutup penurunan aktiva
yang disebabkan oleh adanya kerugian-kerugian yang timbul atas penggunaan aktiva
tersebut. Nilai CAR dapat diperoleh dengan membandingkan antara modal sendiri
dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
ATMR merupakan penjumlahan dan nilai masing-masing aset atau aktiva setelah
dikalikan dengan bobot masing-masing risiko pada aset tersebut. Risiko aset yang
dimaksud adalah utang. Besar kecilnya utang jelas akan mempengaruhi nilai CAR.
Semakin kecil utang, maka nilai CAR akan semakin besar. Sebaliknya, jumlah utang
yang semakin besar akan berdampak pada nilai CAR yang semakin kecil.
Rule of thumb dari CAR adalah 8%. Artinya, jika nilai CAR suatu bank lebih besar atau
sama dengan 8%, maka kondisi keuangan bank dilihat dari aspek modal tergolong
sehat. Sebaliknya, apabila nilai CAR suatu bank kurang dari 8% menunjukkan bahwa
kondisi keuangan bank tersebut dalam kondisi yang tidak sehat. Adapun formulasi dari
penghitungan rasio modal ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
CAR = (Modal/ATMR) x 100%

B. Asset quality (Kualitas aktiva)


Kualitas aktiva produktif mencerminkan kinerja keuangan perusahaan perbankan.
Penilaian kualitas aktiva dilakukan dengan membandingkan antara aktiva produktif
yang diklasifikasikan dengan total aktiva produktif sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia. Pengukuran tingkat kesehatan bank berdasarkan aspek kualitas aktiva salah
satunya dapat dilihat dari rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) yang dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Rasio KAP = (aktiva produktif yang diklasifikasikan/total aktiva produktif) x
100%

Penghitungan aktiva produktif yang diklasifikasikan dilakukan dengan berdasarkan


pada ketentuan berikut ini.
 0% dari kredit lancar
 25% dari kredit dalam perhatian khusus
 50% dari kredit kurang lancar
 75% dari kredit yang diragukan
 100% dari kredit macet

Sementara hasil penilaian terhadap tingkat kesehatan bank ditinjau dari aspek kualitas
aktiva didasarkan pada rentang nilai berikut.
 0,00% – <= 10,35%, bank dikategorikan sehat
 > 10,35% – <= 12,60%, bank dikategorikan cukup sehat
 > 12,60% – <= 14,85%, bank dikategorikan kurang sehat
 > 14,85%, bank dikategorikan tidak sehat

C. Management (Manajemen)
Penilaian tingkat kesehatan bank dari aspek manajemen sifatnya kualitatif, di mana
faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan kinerja bank akan dianalisis dengan
menggunakan pertanyaan seputar kegiatan manajemen yang mencakup manajemen
umum strategi, struktur, sistem, sumber daya manusia, kepemimpinan, budaya kerja,
manajemen risiko, risiko kredit, risiko likuiditas, risiko operasional, dan lainnya.
Semua itu akan bermuara pada kemampuan bank memperoleh laba.
Artinya, tak menutup kemungkinan tingkat kesehatan bank dari aspek manajemen
dapat diukur secara kuantitatif melalui penghitungan Net Profit Margin (NPM). Rasio
keuangan ini mengukur tingkat kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih dari
kegiatan operasional pokoknya. Formulasi penghitungan rasio NPM adalah:
NPM = (laba bersih/pendapatan operasional) x 100%

Nilai yang digunakan acuan untuk menilai rasio NPM berada pada rentang 0 in besar
nilai NPM atau mendekati 1 menandakan biaya yang dikeluarkan semakin efisien,
sehingga tingkat pengembalian laba bersih semakin besar. Artinya, bank termasuk
dalam kategori sehat. Demikian pula sebaliknya.

D. Earning (Pendapatan)
Bank yang sehat dan kinerjanya baik tentu akan dilihat dari kemampuannya
memperoleh pendapatan berupa laba. Semakin besar laba yang diperoleh menunjukkan
bahwa kinerja bank semakin baik dan kondisi keuangannya semakin sehat.
Untuk mengukur kesehatan bank dari aspek pendapatan dapat menggunakan
rasio Return on Asset (ROA) dengan membandingka laba bersih yang dicapai dengan
total aktiva yang dimiliki bank. Berikut rumus penghitungan rasio ROA.
ROA = (laba bersih/total aktiva) x 100%

Kategori sehat tidaknya suatu bank dilihat dari aspek pendapatan didasarkan pada
rentang nilai berikut.
 = 1,215%, bank dikategorikan sehat
 = 0,999% – < 1,215%, bank dikategorikan cukup sehat
 = 0,765% – < 0,999%, bank dikategorikan kurang sehat
 < 0,765%, bank dikategorikan tidak sehat

E. Liquidity (Likuiditas)
Aspek likuiditas berkaitan dengan kemampuan bank membayar utangnya, terutama
utang jangka pendek. Semakin mampu suatu bank membayar utangnya, maka semakin
likuid bank tersebut. Pada aspek ini, penilaian ditekankan pada rasio kewajiban bersih
terhadap aktiva lancar dan rasio kredit terhadap dana yang diterima bank.
Terkait dengan itu, Loan Deposit Ratio (LDR) merupakan salah satu rasio keuangan
yang bisa mewakili penilaian tingkat kesehatan bank dilihat dari aspek likuiditas.
Formulasi penghitungan LDR dapat dirumuskan sebagai berikut.
LDR = {(total utang)/total deposit + ekuitas} x 100%

Nilai LDR yang semakin tinggi menunjukkan tingkat likuiditas bank yang semakin
rendah, karena jumlah utang semakin besar sehingga jumlah dana yang diperlukan
untuk membayar utang tersebut juga semakin besar.
Dengan demikian, semakin kecil nilai LDR, mengindikasikan bahwa bank semakin
likuid. Tingkat kesehatan bank dilihat dari aspek likuiditas didasarkan pada rentang
nilai LDR berikut.
 <= 94,75%, bank dikategorikan sehat
 94,75% – <= 98,50%, bank dikategorikan cukup sehat
 98,50% – <= 102,25%, bank dikategorikan kurang sehat
 102,25%, bank dikategorikan tidak sehat

2. Fungsi analisis CAMEL


Sejak diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004, penilaian
tingkat kesehatan bank umum dilakukan menggunakan analisis CAMEL. Analisis ini
tak berfungsi menilai tingkat kesehatan bank saja, tetapi juga mengukur kinerja
sekaligus mendeteksi masalah-masalah yang berisiko mengganggu kelancaran
operasional bank.
Aspek-aspek dalam analisis CAMEL merupakan aspek yang paling banyak
memberikan pengaruh terhadap kondisi keuangan bank. Oleh sebab itu, analisis
CAMEL menjadi tolok ukur pemeriksaan bank yang dilakukan oleh pengawas bank
dalam menentukan tingkat kesehatan dan kinerja setiap perusahaan perbankan.
Rasio-rasio CAMEL mampu menggambarkan suatu hubungan antar-akun dalam
laporan keuangan yang sekaligus menunjukkan baik buruknya kondisi atau posisi
keuangan suatu bank. Bank yang sehat pastinya dapat memberikan layanan finansial
yang baik kepada masyarakat, baik dalam hal menjamin keamanan dana simpanan
maupun penyalurannya ke masyarakat dalam bentuk pinjaman

 RASIO KEUANGAN BANK


1) Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan
melihat aktiva lancar peruahaan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini
merupakan kewajiban bank).
Suatu bank dikatakan liquid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi kewajiban
utang-utangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi
permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Oleh karena itu, bank dapat
dikatakan liquid apabila:
a) Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang digunakan untuk
memenuhi likuiditasnya,
b) Bank tersebut memiliki cash assets yang lebih kecil dari kebutuhan likuiditasnya,
tetapi mempunyai aset atau aktiva lainnya (misal surat berharga) yang dapat
dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya,
c) Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash asset baru melalui
berbagai bentuk hutang. Rasio yang rendah menunjukkan resiko likuiditas yang
tinggi, sedangkan rasio yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar,
yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan.
Dalam rasio likuiditas, rasio yang dapat diukur antara lain: quick ratio, banking
ratio,
dan loans to assets ratio.
1. Quick Ratio
Rasio ini untuk mengetahui kemampuan dalam membiayai kembali
kewajibannya kepada para nasabah yang menyimpan dananya dengan aktiva
lancar yang lebih
liquid yang dimilikinya.
2. Banking Ratio/Loan to Deposit Ratio (LDR)
Rasio ini untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali
kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dana dengan kredit-
kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya
semakin tinggi tingkat likuiditasnya.
3. Loan to Assets Ratio
Rasio ini untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan para
debitur dengan aset bank yang tersedia. Semakin tinggi rasionya semakin rendah
tingkat likuiditasnya.

2) Rasio Solvabilitas (Capital)


Rasio permodalan sering disebut juga rasio-rasio solvabilitas atau capital adequacy
ratio.
Analisis solvabilitas digunakan untuk:
 ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian yang
tidak dapat dihindarkan,
 sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas
tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang penjualan
aset yang tidak dipakai dan lain-lain,
 alat pengukuran besar kecilnya kekayaan Bank tersebut yang dimiliki oleh para
pemegang sahamnya, dan
 dengan modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang
bersangkutan untuk bekerja dengan efisiensi yang tinggi, seperti yang
dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut. Pada rasio
permodalan, dapat diukur antara lain: capital adequacy ratio.
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk
menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan
surat-surat berharga.
2. Capital to Debt Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh dana disediakan oleh
kreditor.
3) Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas selain bertujuan untuk mengetahui kemempuan bank dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat
efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya. Pada rasio
rentabilitas (keuntungan), rasio yang dapat diukur antara lain: return on assets, biaya
operasi/pendapatan operasi, gross profit margin, dan net profit margin.
1. Return On Assets (ROA)
Rasio ini mengukur kemampuan bank didalam memperoleh laba dan efisiensi
secara keseluruhan.
2. Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BO/PO)
Rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan biaya operasi/biaya
intermediasi terhadap pendapatan operasi yang diperoleh bank. Semakin kecil
angka rasio BO/PO, maka semakin baik kondisi bank tersebut. Rasio ini digunakan
untuk mengukur perbandingan biaya operasi/biaya intermediasi terhadap
pendapatan operasi yang diperoleh bank. Semakin kecil angka rasio BO/PO, maka
semakin baik kondisi bank tersebut.
3. Gross Profit Margin
Rasio ini untuk mangetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari operasi
usahanya yang murni. Semakin tinggi rasionya, semakin baik hasilnya.
4. Net Profit Margin
Rasio ini untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih
sebelum pajak (net income) ditinjau dari sudut pendapatan operasinya.
5. Rasio Resiko Usaha Bank
Setiap jenis usaha selalu dihadapkan pada berbagai resiko, begitu pula didalam
bisnis perbankan, banyak pula resiko yang dihadapinya. Resiko-resiko ini dapat
pula diukur secara kuantitatif antara lain dengan: deposit risk ratio, dan interest risk
rate ratio.
 Deposit Risk Ratio
Rasio ini memperlihatkan resiko yang menunjukkan kemungkinan
kegagalan bank dalam memenuhi kewajiban kepada para nasabah yang
menyimpan dananya diukur dengan jumlah permodalan yang dimiliki oleh
bank yang bersangkutan.
 Interest Risk Rate Ratio
Rasio ini memperlihatkan resiko yang mengukur kemungkinan bunga
(interest) yang diterima oleh bank lebih kecil dibandingkan dengan bunga
yang dibayarkan oleh bank.
6. Rasio Efisiensi Usaha
Untuk mengukur kinerja manajemen suatu bank apakah telah menggunakan semua
faktor produksinya dengan tepat guna dan hasil guna, maka melalui rasio-rasio
keuangan disini juga dapat diukur secara kuantitatif tingkat efisiensi yang telah
dicapai oleh manajemen bank yang bersangkutan. Rasio-rasio yang digunakan
antara lain:
 Leverage Multiplier Ratio
Rasio ini untuk mengukur kemampuan manajemen suatu bank didalam
mengelola aktiva yang dikuasainya, mengingat atas pengunan aktiva tetap
tersebut bank harus mengeluarkan sejumlah biaya yang tetap. Semakin
banyak/cepat bank mengelola aktivanya semakin efisien.
 Assets Utilazation Ratio
Rasio ini untuk mengukur kemampuan manajemen suatu bank didalam
memanfaatkan aktiva yang dikuasainya untuk memperoleh total income.
 Operating Ratio.
Rasio ini untuk mengukur rata-rata biaya operasional dan biaya non
operasional yang dikeluarkan bank untuk memperoleh pendapatan
KASUS

Kronologi Kasus Laporan Keuangan Garuda Indonesia hingga Kena Sanksi

2 April 2019
Di Sinilah Awal Mula Kisruh Laporan Keuangan Garuda Indonesia Dimulai
Semua berawal dari hasil laporan keuangan Garuda Indonesia untuk tahun buku 2018. Dalam
laporan keuangan tersebut, Garuda Indonesia Group membukukan laba bersih sebesar
USD809,85 ribu atau setara Rp11,33 miliar (asumsi kurs Rp14.000 per dolar AS). Angka ini
melonjak tajam dibanding 2017 yang menderita rugi USD216,5 juta. Namun laporan keuangan
tersebut menimbulkan polemik, lantaran dua komisaris Garuda Indonesia yakni Chairal
Tanjung dan Dony Oskaria (saat ini sudah tidak menjabat), menganggap laporan keuangan
2018 Garuda Indonesia tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Pasalnya, Garuda Indonesia memasukan keuntungan dari PT Mahata Aero Teknologi yang
memiliki utang kepada maskapai berpelat merah tersebut. PT Mahata Aero Teknologi sendiri
memiliki utang terkait pemasangan wifi yang belum dibayarkan.
30 April 2019
BEI Panggil Direksi Garuda
Bursa Efek Indonesia (BEI) memanggil jajaran direksi Garuda Indonesia terkait kisruh laporan
keuangan tersebut. Pertemuan juga dilakukan bersama auditor yang memeriksa keuangan
GIAA, yakni KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO
Internasional). Di saat yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku belum
bisa menetapkan sanksi kepada Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi
Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional). KAP merupakan auditor untuk laporan
keuangan tahun 2018 PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang menuai polemik. Kendati sudah
melakukan pertemuan dengan auditor perusahaan berkode saham GIAA itu, namun Kemenkeu
masih melakukan analisis terkait laporan dari pihak auditor.
2 Mei 2019
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Minta BEI Lakukan Verifikasi Laporan Keuangan Garuda. OJK
meminta kepada BEI untuk melakukan verifikasi terhadap kebenaran atau perbedaan pendapat
mengenai pengakuan pendapatan dalam laporan keuangan Garuda 2018. Selain OJK, masalah
terkait laporan keuangan maskapai Garuda ini juga mengundang tanggapan dari Menteri
Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi.
3 Mei 2019
Penjelasan Garuda Indonesia Terkait Kisruh Laporan Keuangan
Garuda Indonesia akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi setelah laporan keuangannya
ditolak oleh dua Komisarisnya. Maskapai berlogo burung Garuda ini mengaku tidak akan
melakukan audit ulang terkait laporan keuangan 2018 yang dinilai tidak sesuai karena
memasukan keuntunga dari PT Mahata Aero Teknologi
8 Mei 2019
Mahata Aero Buka-bukaan soal Kisruh Laporan Keuangan Garuda Indonesia
Kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia ini juga menyeret nama Mahata Aero Teknologi.
Pasalnya, Mahata sebuah perusahaan yang baru didirikan pada tanggal 3 November 2017
dengan modal tidak lebih dari Rp10 miliar dinilai berani menandatangani kerja sama dengan
Garuda Indonesia. Dengan menandatangani kerja sama dengan Garuda, Mahata mencatatkan
utang sebesar USD239 juta kepada Garuda, dan oleh Garuda dicatatkan dalam Laporan
Keuangan 2018 pada kolom pendapatan.
21 Mei 2019
DPR Panggil Management Garuda Indonesia
Sebulan kemudian, Garuda Indonesia dipanggil oleh Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia (DPR-RI). Jajaran Direksi ini dimintai keterangan oleh komisi VI DPR
mengenai kisruh laporan keuangan tersebut. Dalam penjelasannya, Direktur Utama Garuda
Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra mengatakan, latar belakang mengenai laporan
keuangan yang menjadi sangat menarik adalah soal kerjasama dengan PT Mahata Aero
Teknologi, terkait penyediaan layanan WiFi on-board yang dapat dinikmati secara gratis. Kerja
sama yang diteken pada 31 Oktober 2018 ini mencatatkan pendapatan yang masih berbentuk
piutang sebesar USD239.940.000 dari Mahata. Dari jumlah itu, USD28 juta di antaranya
merupakan bagi hasil yang seharusnya dibayarkan Mahata.
14 Juni 2019
Kemenkeu Temukan Dugaan Laporan Keuangan Garuda Tak Sesuai Standar
Kemenkeu telah menyelesaikan pemeriksaan terhadap KAP Tanubrata Sutanto Fahmi
Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional) terkait laporan keuangan tahun 2018 milik
Garuda. KAP ini merupakan auditor untuk laporan keuangan emiten berkode saham GIIA yang
menuai polemik. Sekertaris Jenderal Kemenkeu Hadiyanto menyatakan, berdasarkan hasil
pertemuan dengan pihak KAP disimpulkan adanya dugaan audit yang tidak sesuai dengan
standar akuntansi. Kementerian Keuangan juga masih menunggu koordinasi dengan OJK
terkait penetapan sanksi yang bakal dijatuhkan pada KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang
& Rekan (Member of BDO Internasional), yang menjadi auditor pada laporan keuangan
Garuda Indonesia tahun 2018
18 Juni 2019
BEI Tunggu Keputusan OJK
BEI selaku otoritas pasar modal kala itu masih menunggu keputusan final dari OJK terkait
sanksi yang akan diberikan kepada Garuda. Manajemen bursa saat itu telah berkoordinasi
intens dengan OJK. Namun BEI belum membeberkan lebih lanjut langkah ke depan itu dari
manajemen bursa.

28 Juni 2019
Akhirnya Garuda Indonesia Kena Sanksi dari OJK, Kemenkeu dan BEI
Setelah perjalanan panjang, akhirnya Garuda Indonesia dikenakan sanksi dari berbagai pihak.
Selain Garuda, sanksi juga diterima oleh auditor laporan keuangan Garuda Indonesia, yakni
Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumapea dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata,
Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan, auditor laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero)
Tbk (GIAA) dan Entitas Anak Tahun Buku 2018. Untuk Auditor, Menteri Keuangan Sri
Mulyani memberikan sanski pembekuan izin selama 12 bulan. Selain itu, OJK juga akan
mengenakan sanksi kepada jajaran Direksi dan Komisaris dari Garuda Indonesia. Mereka
diharuskan patungan untuk membayar denda Rp100 juta. Selain itu ada dua poin sanksi lagi
yang diberikan OJK. Yakni, Garuda Indonesia harus membayar Rp100 Juta. Selain itu, masing-
masing Direksi juga diharuskan membayar Rp100 juta. Selain sanksi dari Kementerian
Keuangan dan juga Otoritas Jasa Keuangan, Garuda Indonesia juga kembali diberikan sanksi
oleh Bursa Efek Indonesia. Adapun sanki tersebut salah satunya memberikan sanksi sebesar
Rp250 juta kepada maskapai berlambang burung Garuda itu.
KESIMPULAN
Rasio biasa digunakan dalam hal untuk mengukur kinerja keuangan bank. Jenis rasio yang
digunakan yaitu: rasio solvabilitas (kecukupan modal), rasio profitabilitas, dan rasio likuiditas.

Anda mungkin juga menyukai