Anda di halaman 1dari 15

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul “ Bank
Syariah’’. Penulisan makalah ini merupakan tugas yang diberikan oleh Ibu Hj Susila Dewi
,SE, MH, MM

Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, khususnya kepada dosen yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini.

Akhir kata, kami berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
maupun rekan-rekan, sehingga dapat menambah pengetahuan kita bersama.

Banjarbaru, 21 September 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................1

DAFTAR ISI.......................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah .....................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Syariah ...........................................................................................5


B. Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia...........................................5
C. Perbedaan Bank syariah dan Bank Konvesional .......................................................6
D. Dasar Hukum, Dan Tujuan Bank Syariah .................................................................9
E. Ketentuan Hukum Perubahan Bank Konvensional menjadi Bank Syariah ...............11
F. Kelebihan dan kekurangan Bank Syariah..................................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................14
B. Saran ..........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN
A) Latar Belakang
Perkembangan peran perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari system perbankan
di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-undang No.
10 tahun 1998 dimana Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Peran bank syariah dalam memacu pertumbuhan perekonomian daerah
semakin strategis dalam rangka mewujudkan struktur perekonomian yang semakin berimbang.
Dukungan terhadap pengembangan perbankan syariah juga diperlihatkan dengan adanya “dual
banking system”, dimana bank konvensional diperkenankan untuk membuka unit usaha
syariah.
Pemahaman dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang produk dan system perbankan
syariah di Indonesia masih sangat terbatas. Hal ini di dukung oleh data yang dipublikasikan
oleh Bank Indonesia, bahwa hingga Oktober 2006, perbankan syariah hanya memiliki 1,5%
dari total bangsa pasar perbankan secara nasional (the Point, 2006). Meskipun mayoritas
penduduk Indonesia adalah kaum muslim, tetapi pengembangan produk syariah berjalan
lambat dan belum berkembang sebagaimana halnya bank konvensional. Upaya pengembangan
bank syariah tidak cukup hanya berlandaskan kepada aspek-aspek legal dan peraturan
perundang-undangan tetapi juga harus berorientasi kepada pasar atau masyarakat sebagai
pengguna jasa (konsumen) lembaga perbankan.
Keberadaan bank (konvesional dan syariah) secara umum memiliki fungsi strategis
sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, namun
karakteristik dari kedua tipe bank (konvensional dan syariah) dapat mempengaruhi perilaku
calon nasabah dalam menentukan preferensi mereka terhadap pemilihan antara kedua tipe
bank tersebut. Lebih lanjut, perilaku nasabah terhadap produk perbankan (bank konvensional
dan bank syariah) dapat dipengaruhi oleh sikap dan persepsi masyarakat terhadap karakteristik
perbankan itu sendiri

3
B) Rumusan Masalah

1. Pengertian dari bank syariah ?


2. Sejarah perkembangan perbankan syariah di Indonesia ?
3. Bagaimana perbedaan bank syariah dengan bank konvensional ?
4. Bagaimana ketentuan hukum perubahan bank konvensional menjadi bank syariah ?
5. Bagaimanakah ketentuan hukum perubahan bank konvensional menjadi bank
syariah ?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan bank syariah ?

C) Tujuan Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan praktis dan akademis yaitu
sebagai berikut :
1. Kegunaan Akademis
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan dapat bermanfaat
untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya bagi Mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan masyarakat pada umunya.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan dapat memberikan manfaat
bagi penegak hukum dalam hal pengambilan keputusan atau kebijakan yang
berkaitan dengan tugasnya sebagai aparat penegak hukum, di harapkan dapat
menjadi masukan untuk para positif legislator atau pembentuk undang-undang
agar dapat memberikan kejelasan dalam suatu undang-undang dan dapat
membuat undang-undang yang sesuai dengan perkembangan kehidupan
masyarakat.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Syariah


Bank syariah terdiri dari dua kata, yaitu bank dan syariah. Kata bank bermakna suatu
lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan dari dua pihak, yaitu pihak
yang berkelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Kata syariah dalam versi bank
syariah di Indonesia adalah aturan perjanjian berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank
dan pihak lain untuk penyimpangan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha dan
kegiatan lainnya sesuai dengan hukum islam.
Penggabungan kedua kata dimaksud, menjadi “ bank syariah “. Bank syariah adalah
suatu lembaga keuanganyang berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berkelebihan
dana dengan pihak yang kekuranagan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya
sesuai dengan hukum islam.

B. Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia


Perbankan islam pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan embel-embel
Islam, karena adanya kekhawatiran rezim yang berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai
gerakan fundamentalis. Perintisnya adalah Ahmad El Najjar. System pertama yang
dikembangkan adalah mengambil bentuk sebuah bank simpanan yang berbasis profit
sharing (pembagian laba/bagi hasil) pada tahun 1963. Kemudian pada tahun 70-an, telah
berdiri setidaknya 9 bank yang tidak memungut maupun menerima bunga, sebagian besar
berinvestasi pada usaha-usaha perdagangan. dan industri secara langsung dalam bentuk
partnership dan membagi keuntungan yang didapat dengan para penabung.
Baru kemudian pada tahun 1974 berdiri Islamic Development Bank yang disponsori
oleh negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam, yang
menyediakan jasa financial berbasis fee dan profit sharing untuk negara-negara
anggotanya dan secara eksplisit menyatakan diri berdasar pada syariah islam.
Kemudian setelah itu, secara berturut-turut berdirilah sejumlah bank yang berbasis
islam antara lain, Dubai Islamic Bank (1975), Faisal Islamic Bank of Sudan (1977), Faisal
Islamic Bank of Egypt (1977), serta Bahrain Islamic Bank (1979), Philiphine Amanah
Bank (1973) berdasarkan dekrit Presiden, dan Muslim Pilgrims Savings Corporation
(1983).

5
Di Indonesia sendiri yang mayoritas penduduknya adalah muslim membuat negara ini
menjadi pasar terbesar di dunia bagi perbankan syariah. Besarnya populasi muslim itu
memberikan ruang yang cukup lebar bagi perkembangan bank syariah di Indonesia.
Rintisan praktek perbankan syariah di Indonesia dimulai pada awal periode 1980-an,
melalui diskusi-diskusi bertemakan bank islam sebagai pilar ekonomi islam. Prakarsa
lebih khusus mengenai pendirian bank islam di Indonesia baru baru dilakukan tahun 1990-
an.
Sampai pada tahun 2007, terdapat setidaknya 3 institusi bank syariah di Indonesia yaitu
Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah. Sementara bank
umum yang telah memiliki unit usaha syariah adalah 19 bank diantaranya merupakan
bank besar seperti Bank Negara Indonesia dan Bank Rakyat Indonesia.

C. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvesional


1. Akad
Perbedaan yang cukup terlihat bisa perhatikan dari akad pada masing-masing Bank
tersebut. Bank syariah dan bank konvensional, masing-masing memiliki sistem akad yang
berbeda didasarkan pada landasan yang digunakannya. Untuk bank konvesional,
perjanjian yang dibuat berpatokan pada hukum-hukum positif.Sedangkan akad yang ada
pada bank syariah, dibuat dengan dasar hukum-hukum Islam. Bank syariah memiliki
beberapa ketentuan-ketentuan tertentu, misalnya seperti adanya syarat dan rukun. Yang
dimaksudkan dengan rukun disini adalah adanya penjual, pembeli, harga, barang, serta
ijab qobul. Sedangkan untuk syarat bank konvensional, terdiri dari sifat barang atau jasa
yang sedang diperjual belikan haruslah halal, serta harga dari barang tersebut harus jelas.
2. Hukum Yang Digunakan
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, akad yang dijalankan setiap bank berbeda
karena hukum yang digunakannya pun berbeda. Hal ini lah yang menjadi perbedaan yang
cukup mencolok antara bank konvesional dengan bank syariah.
Pada bank syariah sendiri, sistemnya didasarkan pada syariat-syariat Islam yang
memiliki landasan Al-Quran, Hadist, serta Fatwa Ulaman. Sedangkan pada bank
konvesional sendiri memiliki sistem yang berlandaskan hukum-hukum positif yang
berlaku di Indonesia. Beberapa hukum-hukum yang diterapkan di dalam bank syariah
antara lain adalah:

 Al-Musyarakah (perkongsian)

6
 Al-Musaqat (kerja sama tani)
 Al-Mudharabah (bagi hasil)
 Al-Ijarah (sewa menyewa)
 Al-Wakalah (keagenan)
 Al-Ba’i (bagi hasil)
3. Investasi
Perbedaan pada sistem investasi juga menjadi perbedaan yang cukup terlihat antara
bank konvensional dengan bank syariah. Bank syariah memberikan persyaratan bagi
nasabah yang ingin meminjam dana usaha dengan persyaratan bahwa usaha yang
dijalankan halal dan baik, misalnya saja seperti pertanian,dagang, pertenakan, dan lainnya.
Namun pada bank konvensioanal, nasabah diperbolehkan melakukan peminjaman jika
usaha yang dijalankan mendapatkan perijinan dari hukum positif. Tak harus usaha tersebut
bercap halal asalkan sudah diijinkan oleh hukum-hukum positif yang berlaku di Indonesia.
4. Bunga dan Bagi Hasil
Perbedaan yang mencolok lainnya dapat perhatikan pada sistem pendapatan usaha pada
masing-masing bank. Pada bank syariah, akan menerapkan sistem pendapatan usaha
melalui bagi hasil. Di dalam prinsip-prinsip syariah sendiri, riba sangat diharamkan
sehingga lebih cenderung menggunakan sistem bagi hasil.
Berbeda dengan bank yang lebih menerapkan sistme bunga pada pendapatan usahanya.
Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama, sama-sama untuk mendapatkan
keuntungan dari nasabah namun cara yang dilakukan sangat berbeda. Berikut ini
perbedaan dari bunga bank dengan sistem bagi hasil.
Bunga bank, biasanya bunga bank akan ditentukan pada saat perjanjian dibuat.
Penentuannya pun didasarkan pada kondisi yang dapat menguntungkan. Besarnya bunga
bank akan disesuaikan dari modal yang dikreditkan oleh nasabah. Untuk pembayaran
bunga bank sendiri, biasanya tetap dan tak melihat untung ataupun rugi. Selain itu,
pembayaran bunga tidak akan meningkat meskipun keuntungan yang didapat semakin
meningkat.
Sedangkan sistem bagi hasil, biasanya besar jumlahnya akan ditentukan pada saat
perjanjian dibuat dengan berdasarkan pada pedoman untung dan rugi. Besar dari bagi hasil
ini akan disesuaikan dengan besarnya keuntungan yang dapat diperoleh. Sistem bagi hasil
sangat tergantung pada keuntungan sebuah proyek. Sehingga bila proyek tersebut rugi,
maka kerugian tersebut akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. Sistem bagi

7
hasil dapat meningkatkan pembagian keuntungan berdasarkan pada peningkatan
pendapatan yang ada.
5. Pengelolaan Dana
Hal lainnya yang menjadi perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah
adalah pada sistem pengelolaan dana yang digunakan. Bank syariah akan menolak
pengajuan kredit yang ditujukan untuk hal-hal yang dapat melanggar hukum Islam. Yang
menjadi poin penting pada bank syariah adalah kegiatan-kegiatan yang halal dan baik
serta sesuai dengan prinsip ekonomi syariah yang ada. Hal inilah yang menjadi syarat
utama pengajuan kredit di bank syariah. Bahkan kartu kredit yang dikeluarkan bank
syariah sendiri juga melarang penggunaannya untuk transaksi-transaksi yang tidak halal.
Namun pada bank konvensional, penyaluran kredit dapat disetujui tanpa harus pihak
bank mengetahui kemana uang tersebut akan dipergunakan. Selama pihak itu dapat
membayar tagihan secara rutin dan tepat waktu, maka pengajuan kredit dapat dipenuhi.
6. Orientasi
Jika pada bank konvensional lebih cenderung untuk mendapatkan keuntungan atau
profit oriented. Maka pada bank syariah, tak hanya berorientasi pada keuntungan saja
melainkan juga pada kemakmuran serta kebahagiaan dunia dan akhirat.
7. Cicilan dan Promosi
Bank syariah sendiri menerapkan sistem pembayaran cicilan atau tagihan dengan
jumlah yang tetap berdasarkan keuntungan bank dan sudah disetujui oleh kedua belah
pihak pada saat perjanjian tersebut dibuat. Konten-konten di dalam promosi bank syariah
juga terlampir dengan jelas, transparan serta tidak ambigu. Misalnya pihak bank sedang
memberikan promo wisata untuk nasabah kartu kredit syariah. Di dalam promosi tersebut
terlampir jelas mengenai biaya yang harus dan tidak harus diabayarkan oleh nasabah kartu
kredit.
Sedangkan pada bank konvensional, mereka memiliki banyak sekali program-program
promosi yang digunakan untuk menarik perhatian nasabah. Misalnya saja seperti promosi
suku bunga tetap selama masa periode tertentu sebelum pada kahirnya suku bunga
berfluktuasi pada nasabah.
8. Pengawasan
Selain itu, perbedaan juga terlihat pada pengawasan yang ada di bank syariah maupun
bank konvensional. Setiap transaksi yang dilakukan oleh bank syariah, selalu berada di
dalam pengawasan Dewan Pengawas. Yang termasuk ke dalam dewan pengawasan disini
adalah ulama-ulama serta ahli ekonomi yang memang menguasai tentang fiqih muamalah.

8
Sedangkan pada bank konvensional, tak ada dewan pengawas di dalamnya. Sehingga
setiap transaksi yang dilakukan pada bank konvensional tidak diawasi oleh siapapun
selain hukum-hukum positif yang berlaku.
9. Hubungan Bank Dengan Nasabah
Hal lainnya yang menjadi perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah adalah
pada hubungan bank dengan nasabahnya. Pada bank syariah sendiri, nasabah akan
diperlakukan sebagai seorang mitra/partner. Hal ini dilakukan oleh pihak bank karena
pihak nasabah dan pihak bank sudah terikat dalam akad yang transparan. Sehingga banyak
bank-bank syariah yang memiliki hubungan emosional yang lebih kuat dengan nasabah
karena fasilitas-fasilitas yang diberikan.
Hubungan emosional kuat yang terbentuk ini terjadi dikarenakan pihak bank lebih
mengutamakan pendekatan melalui musyawarah dibandingkan dengan pendekatan
hukum. Hubungan emosional kuat inilah yang menjadi keunggulan dari bank syariah yang
tidak dimiliki semua bank konvensional.
Sedangkan pada bank konvensional sendiri, hubungan pihak bank dengan nasabah
lebih seperti antara debitur dan kreditur. Seperti hubungan antara pihak pemberi dana
dengan pihak peminjam dana. Bila pihak debitur lancar dalam pembayaran kredit, maka
pihak bank akan memberi keterangan lancar. Namun pada saat pembayaran tagihan
berkendala, maka pihak bank akan melakukan penyitaan pada aset-aset yang dimiliki
pihak debitur. Namun beberapa belakangan ini beberapa bank konvensional banyak
melakukan pendekatan yang digunakan untuk memperkuat hubungan emosional dengan
nasabah-nasabah yang ada

D. Dasar Hukum, Dan Tujuan Bank Syariah


1. Dasar hukum perbankan syariah
Bank syariah secara yuridis normatif dan yuridis empiris diakui keberadaannya di
negara Republik Indonesia. Pengakuan secara yuridis normative tercatat dalam peraturan
perundang-undangan di Indonesia, diantaranya :
1. Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945
Keberadaan UUD sangat penting terutama berfungsi sebagai landasan konstitusi yang
bersifat mengikat. Sebelum dikeluarkannya undang-undang tentang perbankan
syariah, sebenarnya penerapan syariah islam dalam tata hukum positif di Indonesia

9
telah mempunyai landasan yang kuat, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 29 ayat 2
Undang-undang Dasar 1945.
2. Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Landasan hukum terkait dengan kebebasan mengacu pada ketentuan KUH Perdata
Pasal 1338 yang menyatakan bahwa setiap perjanjian yang dibuat secara sah dapat
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya dan tidak dapat
ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak atau karena alasan-
alasan yang ditentukan oleh undang-undang serta harus dilaksanakan dengan itikad
baik.
3. Peraturan perundang-undangan tentang perbankan
Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Undang-Undang No 10
tentang perubahan atas No 7 Tahun 1998 tentang perbankan, Undang-Undang No 3
Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang No 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia, Undang-Undang No 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-
Undang No 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
Selain itu, pengakuan secara yuridis empiris dapat dilihat perbankan syariah tumbuh
dan berkembang pada umumnya diseluruh ibukota provinsi dan kabupaten di
Indonesia, bahkan beberapa bank konvensional dan lembaga keuangan lainnya
membuka unit usaha syariah (bank syariah, asuransi syariah, pegadaian syariah, dan
semacamnya). Pengakuan secara yuridis dimaksud, memberi peluang tumbuh dan
berkembang secara luas kegiatan usaha perbankan syariah, termasuk memberi
kesempatan kepada bank umum (konvensional) untuk membuka kantor cabang yang
khusus melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
2. Tujuan perbankan syariah
Melalui pembentukan dan pendirian perbankan syaiah tentu banyak tujuan dan
manfaat yang ingin di capai, terutama dimaksudkan untuk membangun perekonomian
umat. Namun dengan mengacu pada pengalaman al-Quran, tujuan yang utama dalam
mendirikan perbankan syariah secara umum terbagi menjadi dua, yaitu pertama
menghindari praktek riba dan kedua mengamalkan prinsip-prinsip syariat dalam
perbankan untuk tujuan kemaslahatan.
a. Bank syariah bertujuan menghindari riba
Pembentukan perbankan syariah dimulai dengan adanya ketentuan hukum bahwa riba
merupakan sesuatu yang telah diharamkan sehingga dilarang oleh agama. Dengan
adanya larangan tersebut kemudian timbul pemikiran mendirikan bank syariah yang

10
bertujuan untuk menjauhkan umat dari praktek riba dalam menjalankan kegiatan
perbankan.
b. Mengamalkan prinsip syariah dalam perbankan
Mengamalkan prinsip-prinsip syariah ke semua aspek kehidupan merupakan
kewajiban yang telah diperintahkan oleh Allah kepada hamba-hambanya. Tujuan
secara mendasar mengamalkan prinsip-prinsip syariah ialah untuk mencapai
kemaslahatan hidup dunia akhirat. Begitu pula dalam dunia perbankan, tujuan
menerapkan prinsip-prinsip syariah ialah selain untuk mengharapkan ridha Allah,
juga dalam rangka mencapai kemaslahatan di bidang ekonomi.

E. Ketentuan Hukum Perubahan Bank Konvensional menjadi Bank Syariah


Untuk menjalankan kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah, dapat
dilakukan dengan cara mendirikan bank syariah baru dan atau mengubah bank
konvensional menjadi syariah bisa secara keseluruhan atau bertahap melalui pendekatan
perbankan system ganda (dual banking system). Istilah dual banking system berarti
terselenggaranya dua system perbankan secara berdampingan yang pelaksanaannya
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Begitu pula dengan
pembukaan kantor cabang syariah, selain dapat dilakukan oleh bank syariah, juga dapat
melaui bank konvensional.
Dalam bab penjelasan (Pasal 6 huruf f) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998,
ditegaskan bahwa bank umum yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional
dapat juga menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Pendirian kantor cabang atau kantor dibawah kantor cabang batu
2. Pengubahan kantor cabang atau kantor dibawah cabang yang melakukan kegiatan
secara konvensional menjadi kantor yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah. Sebagai persiapan perubahan kantor cabang tersebut, kantor cabang
atau kantor dibawah kantor cabang yang sebelumnya melakukan kegiatan usaha
secara konvensional dapat terlebih dahulu membentuk unit tersendiri yang
melaksanakan kegiatan berdasarkan prinsip syariah didalam kantor bank tersebut
sebagimana diatur dalam Pasal 1 ayat 7 Peraturan Bank Indonesia No 8/3/PBI/2006.
3. Kemudian pembukaan kantor cabang pertama kali yang diatur dalam Pasal 13 sampai
dengan Pasal 23 Peraturan Bank Indonesia No 8/3/PBI/2006
4. Membuka kantor cabang syariah melalui unit syariah

11
Pembukaan kantor cabang konversi dari bank konvensional dapat dilakukan melalui
unit syariah yang mana diatur dalam pasal 24 sampai dengan pasal 31 Peraturan Bank
Indonesia No 8/3/PBI/2006.
5. Pembukaan kantor cabang dibawah kantor cabang syariah
Keberadaan kantor dibawah kantor cabang syariah merupakan kantor cabang
pembantu syariah atau kantor kas syariah yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip-prrinsip syariah dalam rangka membantu kantor cabang syariah
induknya ( pasal 1 ayat 10). Pembukaan kantor ini diatur dalam pasal 35 sampai
denganpasal 36 Peraturan Bank Indonesia No 8/3/PBI/2006.

F) Kelebihan dan kekurangan bank syraiah


Kelebihan dari bank syariah :
 Kelebihan bank syariah terutama pada kuatnya ikatan emosional keagamaan
antara pemegang saham, pengelola bank,dan nasabahnya. Dari ikatan emosional
inilah dapat dikembangkan kebersamaan dalam menghadapi risiko usaha dan
membagi keuntungan secara jujur dan adil.
 Banyak produk yang ditawarkan. Meskipun bank ini sangat memperhatikan
dasar-dasar hukum islam, bukan berarti produk yang ditawarkan juga terbatas.
Banyak produk yang ditawarkan oleh bank yang berbasis hukum islam baik itu
untuk keperluan pinjaman, bagi hasil, jual beli, jasa, dan juga sewa. Dengan
demikian, anda bisa menggunakan produk yang sesuai dengan kebutuhan.
 Bank tetap beroperasi dengan menerapkan prinsip-prinsip syariah islam. Prinsip
yang dimaksud di sini adalah ketentuan-ketentuan yang diberlakukan oleh pihak
bank yaitu sesuai dengan ajaran-ajaran agama islam terutama dalam hal yang
berkaitan dengan muamalah. Hal ini pastinya menjadi daya tarik tersendiri bagi
umat islam untuk menjadi nasabah, karena dengan ini mereka akan menjadi lebih
tenang.
 Menggunakan falsafah dasar koperasi bank berbasis syariah. Dalam hal-hal yang
berkaitan dengan kegiatan operasionalnya bank syariah, bank jenis ini memang
sangat menjunjung tinggi tiga hal dalam setiap transaksinya,yaitu efisiensi,
keadilan, dan juga kebersamaan.
 Harga yang ditentukan berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak.
Nasabah yang menyimpan dana di bank yang berbasis syariah, penentuan harga

12
akan ditentukan oleh pihak bank dan pihak penyimpan sesuai dengan jenis
simpanan dan jangka waktu. Yang mana, hal tersebut akan sangat menentukan
besar kecilnya pendapatan yang akan diperoleh.
 Menerapkan prinsip-prinsip bank berbasis syariah. Prinsip-prinsip tersebut
merupakan dasar yang digunakan untuk menjalankan segala transaksi di bank
syariah ini. Beberapa prinsip yang berlaku di bank ini antara lain; pembiayaan
berdasarkan pada prinsip bagi hasil, prinsip jual dan beli dengan memperoleh
keuntungan, pembiayaan tetap berdasarkan pada prinsip penyertaan modal,
pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni, serta pemilihan pemindahan
kepemilikan pada barang yang disewa dari pihak bank kepada pihak lain.

Kekurangan dari bank syariah :


 sistem bagi hasil memerlukan perhitungan-perhitungan yang rumit terutama
dalam menghitung bagian laba nasabah yang kecil-kecil dan yang nilai
simpanannya di bank tidak tetap.Dengan demikian kemungkinan salah hitung
setiap saat bias terjadi sehingga diperlukan kecermatan yang lebih besar dari
bank konvensional.
 Karena bank ini membawa misi bagi hasil yang adil, maka bank Islam lebih
memerlukan tenaga-tenaga profesional yang andal dari pada bank konvensional.
Kekeliruan dalam menilai proyek yang akan dibiayai bank dengan system bagi
hasil akan membawa akibat yang lebih besar daripada yang dihadapi bank
konvensional yang hasil pendapatannya sudah tetap dari bunga.
 Struktur pembiayaan bank Islam masih didominasi sistem pembiayaan jangka
pendek berbanding sistem pembiayaan jangka sederhana dan panjang.
 Dalam memberikan pinjamannya, bank Islam lebih mengutamakan sektor
perdagangan, kewangan dan perkhidmatan berbanding sektor- sektor pertanian
dan industri.

13
BAB III

PENUTUP

B. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulakan bahwa perbedaan antara bank syariah
dengan bank konvensional terletak sistemnya. Dimana bank syariah menganut prinsip
bagi hasil sedangkan bank konvensional menganut system bunga. Bank syariah
didasarkan pada prinsip syariah (keislaman) sedangka bank konvensional sebaliknya.

Bank konvensional juga dapat merubah bentuk banknya menjadi bank syaiah dengan
cara : pendirian kantor baru, membangun unit syariah dibawah kantor cabang syariah,
membangun kantor dibawah kantor cabang syariah.

C. Saran

1. Dari pembahasan diatas penulis dapat memberikan saran terhadap pemrintah bahwa
perlu diaturnya lebih rinci lagi terhadap perbankan syariah di Indonesia.
2. Perlunya perhatian pemerintah yang lebih terhadap kegiatan perbankan syariah di
Indonesia.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://reggagurkami.blogspot.com/2015/12/makalah-hukum-bisnis-tentang-bank.html
https://dosenakuntansi.com/perbedaan-bank-konvensional-dan-bank-
syariahhttps://jasrifirdaus.blogspot.com/2013/12/kelebihan-dan-kekurangan-
pembiayaan.html
http://www.neraca.co.id/article/36405/kelebihan-dan-kekurangan-bank-syariah

15

Anda mungkin juga menyukai