Anda di halaman 1dari 6

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.


Kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-NYA, sehingga
kami penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tidak lupa shalawat serta salam
selalu kita curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing
umatnya di jalan yang benar.

Kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu dalam penyusunan makalah
ini. Makalah ini kami susun berdasarkan tugas dari mata kuliah yang diberikan oleh Dosen saya
yang berjudul Makalah Kesehatan Masyarakat. Makalah ini bersisi tentang pengertian, macam-
macam, dan bahaya Narkoba. Penyusunan makalah ini salah satunya bertujuan memberi informasi
kepada para remaja tentang bahaya Narkoba.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khusunya para remaja. Penyusun
juga meminta maaf apabila banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Makassar, 12 Februari 2014

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II KAJIAN TEORI


A. Pengertian Kesehatan Masyarakat
B. Asas Manfaat

BAB III PEMBAHASAN


A. Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah pada Pendidikan Formal
B. Kekayaan Daerah Indonesia
C. Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah

BAB III PENUTUP


Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan masyarakat, yaitu perilaku yang disengaja
untuk membudayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuhan langsung dengan
kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan meningkatkan
kesehatan manusia.

Dalam penerapannya di masyarakat, sanitasi meliputi penyediaan air, pengelolaan limbah,


pengelolaan sampah, kontrol vektor, pencegahan dan pengontrolan pencemaran tanah, sanitasi
makanan, serta pencemaran udara. Kesehatan lingkungan di Indonesia masih memprihatinkan.
Belum optimalnya sanitasi di Indonesia ini ditandai dengan masih tingginya angka kejadian penyakit
infeksi dan penyakit menular di masyarakat. Pada saat negara lain pola penyakit sudah bergeser
menjadi penyakit degeneratif, Indonesia masih direpotkan oleh kasus demam berdarah, Diare,
Kusta, serta Hepatitis A yang seakan tidak ada habisnya.

Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara - negara tetangga. Dengan
Vietnam saja Indonesia hampir disalip, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang
memiliki komitmen tinggi terhadap kesehatan lingkungan di negaranya. Jakarta hanya menduduki
posisi nomor dua dari bawah setelah Vientianne (Laos) dalam pencapaian cakupan sanitasinya.

Sanitasi sangat menentukan keberhasilan dari paradigma pembangunan kesehatan lingkungan lima
tahun ke depan yang lebih menekankan pada aspek pencegahan (preventif) daripada aspek
pengobatan (kuratif). Dengan adanya upaya preventif yang baik, angka kejadian penyakit yang
terkait dengan kondisi lingkungan dapat dicegah. Selain itu anggaran yang diperlukan untuk
preventif juga relatif lebih terjangkau dari pada melakukan upaya kuratif.

Anggaran pemerintah untuk kesehatan masyarakat masih relatif minim. Dari anggaran yang masih
minim tersebut, sanitasi tidak berada di urutan yang dijadikan prioritas utama. Besarnya investasi
untuk pengembangan sanitasi diperkirakan hanya Rp20/orang/tahun, lebih rendah dari yang
dibutuhkan sebesar Rp40,000/orang/tahun. Buruknya sanitasi ini menyebabkan kerugian terhadap
ekonomi Indonesia sebesar 6,3 milyar dolar AS setiap tahun pada tahun 2006, ini setara dengan
2.3% Produk Domestik Bruto (PDB) kita.

Pemerintah juga bekerjasama dengan beberapa negara berkembang untuk meningkatkan fasilitas
sanitasi dan kondisi penyediaan air bersih, khususnya di daerah pedesaan. Sangat miris rasanya
jika kita masih memerlukan dana negara lain untuk membangun sanitasi di negeri sendiri.

B. Rumusan Masalah
Kesehatan masyarakat sangatlah penting sebagai kehidupan saat ini.
1. Bagaimana kondisi sanitasi lingkungan di Indonesia ?
2. Bagaimana upaya penerapan ilmu Gizi berbasis makanan khas daerah ?
3. Bagaiamana cara menjaga kesehatan lingkungan ini ?
4. Seperti apa Upaya yang benar mengantisipasi saat gejala sakit datang ?

C. Tujuan
Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas daerah pada jenjang pendidikan formal dapat
memutus mata rantai penyebab masalah gizi dan kesehatan. Masalah-masalah tersebut
diantaranya gizi kurang, gizi buruk, gizi lebih dan masalah kesehatan yang bersifat degeneratif
seperti penyakit jantung, diabetes mellitus, kanker, hipertensi, dll.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Kesehatan Masyarakat (Notoatmodjo,
2003)
Menurut Winslow (1920) bahwa Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah Ilmu dan Seni :
mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui "Usaha-usaha
Pengorganisasian masyarakat" untuk :
a. Perbaikan sanitasi lingkungan
b. Pemberantasan penyakit-penyakit menular
c. Pendidikan untuk kebersihan perorangan
d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan
pengobatan.
e. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang
layak dalam memelihara kesehatannya.

Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948) Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara,
melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian
masyarakat.

Dari batasan kedua di atas, dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya
berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai
dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat.

B. Asas Manfaat
Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu
kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut :
a. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.
b. Perbaikan sanitasi lingkungan
c. Perbaikan lingkungan pemukiman
d. Pemberantasan Vektor
e. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat
f. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
g. Pembinaan gizi masyarakat
h. Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
i. Pengawasan Obat dan Minuman
j. Pembinaan Peran Serta Masyarakat

BAB III
PEMBAHASAN
A. Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas
Daerah pada Pendidikan Formal
Selama ini masih banyak paham di lingkungan masyarakat tentang kesehatan adalah ”sakit”. Ini
tergambarkan pada kebiasaan yang terjadi seperti ingin sehat harus minum obat sementara orang
tersebut tidak sakit. Masih rendahnya pelayanan kesehatan yang bersifat preventif dan promotif
kepada masyarakat, yang didukung oleh upaya penanganan masalah kesehatan yang sebagian
besar tertuju kepada orang sakit, mengakibatkan terwujudnya kegiatan yang hanya mau
menyehatkan orang yang sakit saja, bukan mempertahankan orang sehat tetap sehat dan lebih
produktif. Salah satu upaya untuk menyehatkan masyarakat dan memasyarakatkan kesehatan
adalah meningkatkan pengetahuan tentang makanan/gizi yang didasarkan pada makanan khas
daerah melalui pendidikan formal di tingkat dasar (tk dan sd), smp, dan sma. Upaya ini mempunyai
dua sisi mata pisau, yaitu :
1) memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang guna
terciptanya keluarga sadar gizi (kadarzi) dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
optimal, dan
2) melestarikan kekayaan budaya indonesia tentang makanan khas daerah yang bernilai gizi tinggi.
B. Kekayaan Daerah Indonesia
Setiap daerah yang ada di Indonesia mempunyai berbagai benda peninggalan atau situs tertentu
seperti candi, kuburan, kitab-kitab, istana. Selain itu, juga ada peninggalan-peninggalan kebiasaan
seperti pada prosesi pernikahan, kelahiran, kematian, panen raya, dll. Lebih menarik lagi adalah
kebiasaan dalam mengkonsumsi makanan dengan bahan dasar berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
hewan secara lokal dengan proses pengolahan secara alami. Kondisi seperti itu sering didefinisikan
sebagai budaya. Banyak publikasi tentang budaya daerah-daerah di Indonesia yang terkenal, dan
ada yang terabadikan dengan ungkapan adat bersendikan syara, syara bersendikan Kitabullah.
Sangat disayangkan, sampai hari ini tidak sedikit peninggalan budaya tersebut yang tidak terlacak
lagi.

Ada peninggalan budaya yang sudah diklaim oleh negara tetangga bahwa itu adalah peninggalan
budaya bangsa mereka, seperti jenis lagu daerah dan tarian daerah. Namun masih banyak yang
tersisa, diantaranya adalah makanan yang biasa dikonsumsi oleh nenek moyang kita, yang disebut
dengan ”makanan khas daerah”. Banyak riset yang mengatakan bahwa mengkonsumsi makanan
yang alami dan sehat serta seimbang dengan aktivitas sehari-hari akan mencegah terjadinya
berbagai penyakit baik infeksi maupun degeneratif.

Faham kesehatan seperti ini masih terbatas diketahui oleh masyarakat yang kadang kala
menyatakan bahwa kesehatan hanya identik dengan sakit. Kesehatan hanya akan berarti ketika
sedang sakit dan pada saat sakit orang hanya berfikir bagaimana mendapatkan obat atau disuntik.
Mengapa pada saat sehat orang tidak berfikir atau melakukan tindakan yang bertujuan untuk
mempertahankan dan meningkatkan status kesehatannya sehingga lebih berproduktifitas?
Pemahaman lainnya yang sering ditemukan di masyarakat adalah bahwa kesehatan sebagai
sebuah upaya pengobatan, sehingga tidak sedikit orang yang dalam keadaan sehat mau
mengkonsumsi obat dengan alasan supaya membuat badan lebih sehat. Bukankah telah banyak
diketahui bahwa obat itu adalah racun bagi tubuh jika diminum tidak sesuai dengan indikasi
kesakitannya? Jika keadaan seperti ini terus berlanjut, tidak tertutup kemungkinan suatu ketika
terjadi penyakit degeneratif yang diderita secara serentak oleh umat manusia karena tubuhnya
dipenuhi oleh zat-zat kimia.

C. Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas


Daerah
Upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan sekarang ini dapat mencakup 4 (empat) hal yaitu
kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Empat jenis pelayanan ini dilaksanakan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam mencapai keadaan kesehatan yang
diharapkan, upaya preventif lebih baik daripada upaya kuratif. Upaya preventif diantaranya melalui
pengaturan makanan dan berolahraga yang teratur serta menjaga kesehatan lingkungan dalam
bentuk perilaku hidup bersih dan sehat. Saat ini sangat diperlukan pemahaman tentang pengaturan
makanan, agar tidak terjadi lagi kesalahpahaman yang turun temurun, yaitu menganggap makanan
yang sehat itu adalah yang berharga mahal atau berasal dari bahan makanan yang mahal, seperti
beras yang enak, daging, ayam, sayuran import, buah-buahan import, dll. Paham ini dapat dibenahi
dengan memasyarakatkan kembali makanan khas daerah pada masyarakat sebagai upaya untuk
mengkonsumsi makanan sehat alami.

Makanan khas daerah mempunyai cita rasa yang sangat enak sehingga, perlu dikembangkan
sebagai bagian dari pelestarian budaya Indonesia. Sudah tentu hal ini harus terintegrasi dengan
upaya lain yang terkait dengan keberadaan makanan khas tersebut. Integrasi yang dimaksudkan
adalah tentang ilmu yang berhubungan dengan analisis, pemanfaatannya dan proses-proses yang
lainnya sehingga meyakinkan bahwa makanan khas daerah ini dapat mencegah terjadinya berbagai
penyakit. Ilmu tersebut adalah ilmu gizi dan ilmu kesehatan secara umum. Sangatlah cocok
dipadukan dengan ilmu gizi, sehingga dapat diistilahkan dengan ”ilmu gizi berbasis makanan khas
daerah”. Untuk mengimplementasikan ”Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah” dapat dilakukan
melalui penyuluhan dan pendidikan formal secara berjenjang baik di tingkat dasar (TK dan SD),
SMP maupun SMA. Olehnya sangatlah dibutuhkan suatu kerja sama yang berkesinambungan
antara institusi terkait dan didukung sepenuhnya oleh unsur pimpinan daerah, legislatif, maupun
masyarakat itu sendiri.

Masalah-masalah kekurangan gizi dan masalah kesehatan yang bersifat degeneratif seperti
penyakit jantung, diabetes mellitus, kanker, hipertensi, dll. Adapun masalah-masalah yang
dimaksudkan diantaranya:
1. Paham masyarakat tentang makanan yang baik dan bergizi sangat terbatas yang berarti keluarga
belum sadar gizi.
2. Perlindungan terhadap konsumen dari produk-produk yang merugikan dan berbahaya, masih
sangat rendah dan sering terabaikan
3. Menjamurnya produk-produk makanan yang bermutu rendah dan bahkan merugikan kesehatan.
4. Menjamurnya produk-produk luar negeri yang beredar di Indonesia dan telah dinyatakan
berbahaya untuk kesehatan
5. Banyak penyakit yang terjadi sebagai akibat dari makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi
syarat
6. Adanya keracunan makanan karena ketidaktahuan masyarakat
7. Angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi yang didasari oleh permasalahan perdarahan
sebagai dampak dari anemia
8. Masalah Anemia pada wanita usia subur dan ibu hamil yang menyebabkan perdarahan sebagai
pencetus terjadinya kematian
9. Banyaknya kasus-kasus gizi buruk dan gizi lebih
10. Adanya tradisi-tradisi dalam mengkonsumsi makanan yang perlu dimodifikasi sehingga
makanan yang dikonsumsi memenuhi nilai gizi
11. Masalah kekurangan yodium
12. Pelestarian dan pengembangan budaya sebagai sumber daya yang dimiliki Sebagai ilustrasi
dalam penerapannya:

 Pada saat masih PAUD anak sudah belajar tentang mencuci tangan, membiasakan makan
sayur, membiasakan makan ikan, makan tempe/tahu, makan beraneka ragam, dll.
 Pada saat SD anak sudah dapat menghindari makanan yang menggunakan penyedap
buatan, pewarna buatan, memilih makanan yang sehat, dll.
 Pada saat SMP, anak sudah paham tentang perubahan fisik yang dialaminya terkait dengan
kebutuhan gizi yang lebih banyak seperti haid untuk wanita, peningkatan aktivitas untuk pria,
dll
 Pada saat SMA, anak sudah lebih memahami tentang makanan yang dibutuhkan untuk ibu
hamil, ibu menyusui, balita, untuk kebugaran, dll.Bukankah hal ini sangat mendukung lebih
dini tercapainya upaya pencegahan daripada pengobatan sehingga dapat menjamin dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal?

Bukankah hal ini dapat mencegah lebih dini terjadinya berbagai gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh makanan?
Bukankah hal ini dapat mendukung tercapainya status gizi masyarakat yang lebih baik?
Bukankah hal ini dapat meningkatkan produktivitas masyarakat sehingga dapat bekerja dengan baik
dan tidak sakitsakitan? dll.

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Sesungguhnya penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah dapat berdampak langsung
sekalipun dalam waktu jangka panjang untuk meningkatkan kualitas Human Development Index
(HDI) baik bidang kesehatan, pendidikan maupun pendapatan. Khusus untuk bidang kesehatan
dapat menurunkan kematian ibu, kematian bayi, memperbaiki status gizi dan meningkatkan umur
harapan hidup.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.tugasku4u.com/2014/03/makalah-kesehatan-masyarakat.html
Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2003.Laporan Rapat Kerja I.
Harrington, JM, Gill, FS, 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Alih Bahasa Sudjoko Kuswadji.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Husin, Ma’rifin, 2003. Peran dan Tanggungjawab Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat
dalam Upaya Pembangunan Kesehatan Masyarakat-Bangsa. Konsorsium Ilmu Kesehatan
Indonesia
Rahmat, Hapsara Habib, 2003. Situasi Kesehatan Global dan Regional serta Implikasinya terhadap
Kurikulum Pendidikan Kesehatan Masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai