Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI HIPERTENSI

DI SUSUN OLEH:

1. Alviantiansih Mairasari (17039)


2. Insan Widayanti (17050)
3. Lilik Suryo Utomo (17053)
4. Lilis Suryaningsih (17054)
5. Milla Sukmawati (17057)
6. Pipit Agus R (17062)

AKADEMI KEPERAWATAN GIRI SATRIA HUSADA WONOGIRI


2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tekanan darah tinggi/hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi


peningkatan tekanan darah secara kronis (jangka waktu lama). Penyakit ini adalah
salah satu jenis penyakit yang tidak menular.

Penderita hipertensi di dunia saat ini diperkirakan mencapai lebih dari 800 juta
orang. Sebanyak 10-30% dari jumlah penduduk dewasa hampir di setiap Negara.
Berdasarkan data Lancet (dalam McMarthy, 2010), jumlah penderita hipertensi di
seluruh dunia terus meningkat. Di Asia, tercatat 38,4 juta penderita hipertensi pada
tahun 2000 dan diperkirakan menjadi 67,4 juta orang pada tahun 2025. Di Indonesia,
mencapai 17-21% dari populasi penduduk dan kebanyakan tidak terdeteksi. Di
Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4%
yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50%
diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung
untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor
risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. Hari hipertensi di dunia diperingati
setiap tanggal 17 Mei. Tanggal ini ditetapkan oleh WHO sejak 2005.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari penyakit hipertensi?


2. Bagaimana epidemiologi penyakit hipertensi?
3. Bagaimana upaya pencegahan dari penyakit hipertensi?

1.3 Manfaat

Untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang epidemiologi penyakit tidak


menular hipertensi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali
disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang
mematikan tanpa disertai pengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi
korbannya (Lanny Sustrani, dkk, 2004).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi


batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai
faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab
hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat
adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari
pembuluh darah dari tepi dan peningkatan volume aliran darah (Kurniawan, 2002).

Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai oleh


meningkatnya tekanan darah dalam tubuh. Seseorang yang terjangkit penyakit ini
biasanya berpotensi mengalami penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan penyakit
jantung (Rusdi dan Nurlaela, 2009).

Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi


adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.

Adapun Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas


menurut Joint National Committee on Prevenion, Detectoion, Evaluation, and

3
Treatment of High Blood pressure, dalam buku Brunner dan suddarth (896, 2002).
Yaitu :

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah

KATEGORI SISTOLIK DIASTOLIK

Normal < 130 < 85


Tinggi Normal Hipertensi 130 – 139 85 – 89
Stadium 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Stadium 2 (Sedang) 160 – 179 100 – 109
Stadium 3 (berat) 180 – 209 110 – 119
Stadium 4 (sangat berat) > 210 > 120

Sumber : Brunner dan suddarth (896, 2002).

2.2 Epidemiologi Hipertensi

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi


gejalayang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit
jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini
telahmenjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di indonesia
maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia
lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertamba
h.Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara
berkembang,tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan
menjadi 1,15milyar kasus di tahun 2025.

4
Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensisaat ini dan
pertambahan penduduk saat ini. Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah
banyak dikumpulkan dan menunjukkan di daerah pedesaan
masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan.
Baik dari segi case finding maupun penatalaksanaan pengobatannya.
Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak
mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 smpai dengan 15%, tetapi
angka prevalensi yang rendahterdapat Ungaran, Jawa Tengah sebesar 1,8% dan
Lembah Balim Pegunungan JayaWijaya, Irian Jaya sebesar 0,6% sedangkan angka
prevalensi tertinggi di TalangSumatera Barat 17,8%.

2.3 Patofisiologis Hipertensi

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada


ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah
(Anggraini, 2008).

5
Angiotensin I

Angiotensin I Converting Enzyme (ACE)

Angiotensin II

Stimulasi sekresi aldosteron dari


↑ Sekresi hormone ADH rasa haus korteks adrenal

Urin sedikit → pekat & ↑osmolaritas


↓ Ekskresi NaCl (garam) dengan
mereabsorpsinya di tubulus ginjal

Mengentalkan

↑ Konsentrasi NaCl di
pembuluh darah
Menarik cairan intraseluler → ekstraseluler

Diencerkan dengan ↑ volume


Volume darah ↑ ekstraseluler

↑ Tekanan darah
↑ Volume darah

↑ Tekanan darah

Patofisiologi hipertensi.

(Sumber: Rusdi & Nurlaela Isnawati, 2009)

6
2.4 Klasifikasi Hipertensi

Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pengukuran rata – rata dua kalai


atau lebih pengukuran pada dua kali atau lebih kunjungan. Beberapa klasifikasi
hipertensi :

a. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7

Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education


Program merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46 professionalm sukarelawan,
dan agen federal. Mereka mencanangkan klasifikasi JNC (Joint Committe on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) pada tabel
1, yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat (Sani, 2008).

Tabel 1

Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention, Detection,


Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)

Kategori Kategori Tekanan dan/ Tekanan


Tekanan Darah Tekanan Darah Darah Sistol atau Darah Diastol
menurut JNC 7 menurut JNC 6 (mmHg) (mmHg)

Normal Optimal < 120 dan < 80

Pra-Hipertensi 120-139 atau 80-89

- Nornal < 130 dan < 85

- Normal-Tinggi 130-139 atau 85-89

Hipertensi: Hipertensi:

Tahap 1 Tahap 1 140-159 atau 90-99

7
Tahap 2 - ≥ 160 atau ≥ 100

- Tahap 2 160-179 atau 100-109

Tahap 3 ≥ 180 atau ≥ 110

Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang sebelumnya


dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan peningkatan resiko komplikasi
kardiovaskuler. Data ini mendorong pembuatan klasifikasi baru yang disebut pra
hipertensi.

b. Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)

WHO dan International Society of Hypertension Working Group (ISHWG) telah

mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal, normal, normal-tinggi,

hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat.

Tabel 2
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Kategori Tekanan Darah SistolTekanan Darah Diatol
(mmHg) (mmHg)
Optimal
Normal < 120 < 80
Normal-Tinggi < 130 < 85
130-139 85-89
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 90-99
Sub-group: perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
(Isolated systolic hypertension)
Sub-group: perbatasan
140-149 <90

c. Klasifikasi Hipertensi Menurut Bentuknya :

8
● Pertama yaitu hipertensi sistolik adalah jantung berdenyut terlalu kuat
sehingga dapat meningkatkan angka sistolik. Tekanan sistolik berkaitan dengan
tingginya tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi (denyut jantung). Ini adalah
tekanan maksimum dalam arteri pada suatu saat dan tercermin pada hasil pembacaan
tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.

● Kedua yaitu hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil


menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah
yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik
berkaitan dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi
diantara dua denyutan.

d. Klasifikasi Hipertensi Menurut Sebabnya Dibagi Menjadi Dua, yaitu


sekunder dan primer. Hipertensi sekunder merupakan jenis yang penyebab spesifiknya
dapat diketahui.

e. Klasifikasi Hipertensi Menurut Gejala Dibedakan Menjadi :

● Hipertensi Benigna adalah keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan


gejala-gejala, biasanya ditemukan pada saat penderita dicek up.

● Hipertensi Maligna adalah keadaan hipertensi yang membahayakan


biasanya disertai dengan keadaan kegawatan yang merupakan akibat komplikasi organ-
organ seperti otak, jantung dan ginjal.

2.5 Faktor Resiko Hipertensi

9
Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau
dikendalikan serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi.

1. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan

a. Genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga


tersebut mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan orang tua hipertensi
mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu
yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.

b. Jenis Kelamin

Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal.
Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas
kardiovaskuler. Sedangkan di atas umur 50 tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada
perempuan.

c. Etnis

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang
berkulit putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun dalam orang kulit
hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopresin
lebih besar.

d. Penyakit Ginjal

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara

1) Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan
air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan
tekanan darah ke normal.

2) Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan
air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.

10
3) Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang
disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya
akan memicu pelepasan hormon aldosteron.

e. Obat-obatan

Penggunaan obat-obatan seperti beberapa obat hormon (Pil KB),


Kortikosteroid, Siklosporin, Eritropoietin, Kokain, dan Kayu manis (dalam jumlah
sangat besar), termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflamasi) secara terus menerus
(sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Minuman yang mengandung
alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan
darah tinggi.

f. Preeklampsi pada kehamilan

Preeklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90


mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga)
atau bisa lebih awal terjadi. Preeklamsi terjadi sebagai akibat dari gangguan fungsi
organ akibat penyempitan pembuluh darah secara umum yang mengakibatkan iskemia
plasenta (ari-ari) sehingga berakibat kurangnya pasokan darah yang membawa nutrisi
ke janin.

g. Keracunan timbal akut

Timbal bisa menyebabkan lesi tubulus proksimalis, lengkung henle, serta


menyebabkan aminosiduria, sehingga timbul kelainan pada ginjal (Peradangan dan
cedera pada salah satu atau kedua ginjal) bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah
tinggi.

2. Faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan

a. Stress

11
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatik. Adapun stres ini dapat
berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.

b. Obesitas

Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan


dengan tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun normotensi. Pada populasi
yang tidak ada peningkatan berat badan seiring umur, tidak dijumpai peningkatan
tekanan darah sesuai peningkatan umur. Obesitas terutama pada tubuh bagian atas
dengan peningkatan jumlah lemak pada bagian perut.

c. Nutrisi

Sodium adalah penyebab penting dari hipertensi esensial, asupan garam yang
tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang secara
tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah. Asupan garam tinggi yang dapat
menimbulkan perubahan tekanan darah yang dapat terdeteksi adalah lebih dari 14 gram
per hari atau jika dikonversi kedalam takaran sendok makan adalah lebih dari dua
sendok makan.

d. Merokok

Penelitian terakhir menyatakan bahwa merokok menjadi salah satu faktor risiko
hipertensi yang dapat dimodifikasi. Merokok merupakan faktor risiko yang potensial
untuk ditiadakan dalam upaya melawan arus peningkatan hipertensi khususnya dan
penyakit kardiovaskuler secara umum di Indonesia.

e. Kurang olahraga

Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu terjadinya
hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan.

2.6 Upaya Pencegahan Hipertensi

12
Sebelum penyakit hipertensi menyerang kita akan lebih baik jika kita
mencegahnya terlebih dahulu. Cara yang tepat untuk mencegah hipertensi yaitu :

1. Tidak merokok karena nikotin dalam rokok dapat mengakibatkan jantung


berdenyut lebih cepat dan menyempitkan pembuluh darah kecil yang
menyebabkan jantung terpaksa memompa lebih kuat untuk memenuhi
keperluan tubuh kita

2. Kurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat


menyebabkan lebih banyak air yang disimpan dan ini mengakibatkan
tekanan darah menjadi tinggi

3. Kurangi lemak, lemak yang berlebih akan terkumpul di sekeliling pembuluh


darah dan menjadikannya tebal dan kaku

4. Pertahankan berat badan ideal

5. Olahraga secara teratur

6. Hindari konsumsi alkohol

7. Konsumsi makanan sehat, rendah lemak, kaya vitamin dan mineral alami

8. Pencegahan primordial

9. Promosi kesehatan

10. Proteksi dini : kurangi garam sebagai salah satu faktor risiko

11. Diagnosis dini : screening, pemeriksaan/check-up

12. Pengobatan tepat : segera mendapatkan pengobatan komperhensif dan


kausal awal keluhan

13. Rehabilitasi : upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bisa
diobati

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.

Penyakit ini telahmenjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada
di indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Semakin
meningkatnyapopulasi usialanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkina
n besar juga akan bertambah.Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi
terutama di negara berkembang,tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000,
diperkirakan menjadi 1,15milyar kasus di tahun 2025.

Penyebab hipertensi dibedakan menjadi 2 yaitu hipertensi primer dan hipertensi


sekunder. Faktor resiko hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu faktor resiko yang
tidak dapat dikendalikan (genetik, jenis kelamin, ethis, penyakit ginjal, obat-obatan,
preeklamsi, dan keracunan timbal akut), dan faktor resiko yang dapat dikendalikan
(stress, obesitas, nutrisi, merokok, dan kurang olahraga).

3.2 Saran

Dalam upaya pencegahan penyakit hipertensi, hendaknya seseorang


menerapkan pola hidup sehat. Baik dari segi penerapan pola makan, mencakup
menghindari makanan yang berisiko meningkatkan tekanan darah, hindari pemicu
stress (stressor), serta asupan nutrisi yang seimbang. Selain itu aktifitas fisik seperti
olahraga secara teratur, agar tidak terjadi obesitas. Hindari kebiasaan yang berakibat
buruk seperti merokok serta konsumsi alkohol. Dalam pencegahan hipertensi pada usia
dewasa, hendaknya pencegahan dimulai sejak dini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Lany.2001. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi . Yogyakarta :


Kanisius

Sobel, Barry J, et all.1999 Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi.


Jakarta: Hipokrates

A, Basjiruddin. -. The Management of Hypertension to Prevent Stroke. Dept.


of Neurology Medical Faculty University of Andalas :Medan.

15

Anda mungkin juga menyukai