Anda di halaman 1dari 4

Pembebanan dalam Konsturksi Beton

Perhitungan konstruksi beton harus direncanakan sedemikian rupa sehingga laik pakai dalam
menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Menurut SKSNI (hal: 13) ada tiga
jenis beban yang perlu diperhitungkan dalam konstruksi beton yaitu: (1) beban mati (D); (2)
beban hidup (L); dan (3) beban angin (W).

1. Beban Mati

Beban mati adalah berat beban yang berasal dari semua bagian dari suatu gedung yang sifatnya
tetap; termasuk segala unsur tambahan, finishing, mesin-mesin, serta peralatan tetap yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung itu.

Beban mati yang paling penting seperti berat sendiri balok beton, berat sendiri pasangan batu
bata, berat sendiri pasir dan sebagainya. Berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung
selengkapnya dapat dilihat pada Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPIG) 1983.
Pada Tabel 1 diberikan berat dari berbagai jenis bahan bangunan, dan Tabel 2 adalah berat
komponen gedung yang diambil dari PPIG 1983.

Tabel 1. Berat berbagai jenis bahanbangunan (PPIG, 1983)

Jenis Bahan Bangunan Berat Beban (Kg/m3)


Baja 7.850
Batu Alam 2.600
Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat tumpuk) 1.500
Batu karang (berat tumpuk) 700
Batu pecah 1.450
Besi tuang 7.250
Beton (1) 2.200
Beton bertulang (2) 2.400
Kayu (Kelas 1) (3) 1.000
Kerikil, koral (kering udara sampai lembab, tanpa diayak) 1.650
Pasangan bata merah 1.700
Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung 2.200
Pasangan batu cetak 2.200
Pasangan batu karang 1.450
Pasir (kering udara sampai lembab) 1.600
Pasir (jenuh air) 1.800
Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembab) 1.850
Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai lembab) 1.700
Tanah, lempung dan lanau (basah) 2.000
Tanah hitam (timbel) 11.500
Tabel 2. Berat Komponen Gedung (PPIG, 1983)

Jenis Komponen Gedung Berat (kg/m2)

Adukan per cm tebal


- dari semen 21
- dari kapur, semen merah atau tras 17
- Aspal, termasuk bahan bahan mineral penambah per cm tebal 14
- Dinding pasangan batu merah satu batu 450
- Dinding setengah batu 250
Dinding pasangan batako berlubang:
- Tebal dinding 15 cm 200
- Tebal dinding 10 cm 120
Dinding pasangan batako tanpa lubang:
- Tebal dinding 15 cm 300
- Tebal dinding 10 cm 200
Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya, tanpa penggantung langit-langit atau pengaku, terdiri dari:
- Semen asbes (eternit dan bahan lain sejenis) dengan tebal maksimum 4 mm 11
- Kaca dengan tebal 3-4 mm 10
Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa langit-langit dengan bentangan maksimum 40
5 m dan untuk beban hidup maksimum 200 kg/ m2
Penggantung langit-langit (dari kayu) dengan bentang maksimum 5 m dan jarak s.k.s 7
minimum 0,80 m
Penutup atap genteng dengan reng dan usuk/ kaso per m2 bidang atap 50
Penutup atap sirap dengan reng dan usuk/ kaso, per m2 bidang atap 40
Penutup atap seng gelombang (BWG 24) tanpa gording 10
Penutup lantai dari ubin semen PC, dan beton, tanpa adukan, per cm tebal 24
Semen Asbes Gelombang (tebal 5 mm) 11

2. Beban Hidup

Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung.
Dalam beban hidup sudah termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang/
perabot yang dapat dipindah-pindah, mesin-mesin, serta peralatan yang tidak boleh dipisahkan
dari fungsi gedung itu dan tidak dapat diganti selama masa pakai gedung tersebut.

Contoh beban hidup misalnya; beban hidup rumah tinggal, beban hidup lantai ruang kelas.
Beban hidup selengkapnya dapat dilihat pada PPIG 1983. Pada Tabel 3 berikut ini diberikan
beban hidup pada lantai dari berbagai macam gedung menurut PPIG 1983.

Tabel 3. Beban hidup pada lantai gedung

a. Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut dalam b. 200 kg/m2
b. Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan gudang-gudang 125 kg/m2
tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik, atau bengkel
c. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran, hotel, 250 kg/ m2
asrama dan rumah sakit
d. Lantai ruang olah raga 400 kg/ m2
e. Lantai ruang dansa 500 kg/ m2
f. Lantai dan balkon-dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang
lain dari pada yang disebut dalam a s/d e; seperti masjid, gereja,
ruang pagelaran, ruang rapat, bioskop, dan panggung penonton 400 kg/ m2
dengan tempat duduk tetap.
g. Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk 500 kg/ m2
penonton yang berdiri
h. Tangga, bordes tangga, dan gang dari yang disebut dalam c. 300 kg/ m2
i. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d; e; f, 500 kg/ m2
dan g
j Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c; d; e; f, dan g 250 kg/ m2
k. Lantai untuk pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip,
toko buku, toko besi, ruang alat-alat dan ruang mesin, harus 400 kg/ m2
direncanakan terhadap beban hidup yang ditentukan tersendiri,
dengan minimum
l, Lantak gedung parkir bertingkat:
- untuk lantai bawah 800 kg/ m2
- untuk lantai tingkat lainnya 400 kg/ m2
m. Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar, harus direncanakan
terhadap beban hidup dari lantai ryang yang berbaasan, dengan 300 kg/ m2
minimum

3. Beban angin

Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang
disebabkan oleh selisih tekanan udara (angin). Beban angin ditentukan dengan menganggap
adanya tekanan positif (tekan) dan negtif (hisap) yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang
yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan negatif dinyatakan dalam kg/ m2; ditentukan dengan
mengalikan tekanan hidup yang telah ditentukan dalam PPIG 1983.

4. Kombinasi Pembebanan

Agar supaya struktur dan komponen sturktur memenuhi syarat kekuatan dan laik pakai terhadap
bermacam-macam kombinasi beban, maka SKSNI 1991 (h: 13) memberi ketaantuan sebagai
berikut:

- Kuat perlu (U) yang menahan beban mati (D) dan beban hidup (L) diambil sebesar:

U = 1,2 D + 1,6 L

- Pada struktur yang harus menahan angin (W) diperhitungkan sebesar:

U = 0,75 x (1,2 D + 1,6 L + 1,6W)

atau: U = 0,9 D + 1,3 W


(diambil yang memberikan nilai terbesar dari keduanya, dengan catatan nilai U tidak
boleh kurang dari:

U = 1,2 D + 1,6 L

- Bila struktur harus menahan gempa, maka beban gempa (E) yang harus
diperhitungkan diambil sebesar:

U = 1,05 x ( D + LR + E )

atau: U = 0,9 (D + E)

LR = Beban hidup yang sudah direduksi menurut SKSNI


1726-989F tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Rumah dan Gedung.
Kombinasi pembebanan selengkapnya dapat dilihat pada SKSNI T-15-1991-03 (h: 13-14)

Anda mungkin juga menyukai