Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung
pada konteks pada saat komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang,
komunikasi merupakan pertukaran informasi diantara dua orang atau lebih,
atau dengan kata lain; pertukaran ide atau pemikiran. Metodenya antara
lain: berbicara dan mendengarkan atau menulis dan membaca, melukis,
menari, bercerita dan lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa segala
bentuk upaya penyampaian pikiran kepada orang lain, tidak hanya secara lisan
(verbal) atau tulisan tetapi juga gerakan tubuh atau gesture (non-verbal), adalah
komunikasi.
Komunikasi merupakan suatu proses karena melalui komunikasi
seseorang menyampaikan dan mendapatkan respon. Komunikasi dalam hal ini
mempunyai dua tujuan, yaitu: mempengaruhi orang lain dan untuk
mendapatkan informasi. Akan tetapi, komunikasi dapat digambarkan sebagai
komunikasi yang memiliki kegunaan atau berguna (berbagi informasi,
pemikiran, perasaan) dan komunikasi yang tidak memiliki kegunaan atau tidak
berguna (menghambat atau blok penyampaian informasi atau perasaan).
Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan yang dimiliki oleh
seseorang untuk membangun suatu hubungan, baik itu hubungan yang
kompleks maupun hubungan yang sederhana melalui sapaan atau hanya
sekedar senyuman. Pesan verbal dan non verbal yang dimiliki oleh seseorang
menggambarkan secara utuh dirinya, perasaannya dan apa yang ia sukai dan
tidak sukai. Melalui komunikasi seorang individu dapat bertahan hidup,
membangun hubungan dan merasakan kebahagiaan.
Effendy O.U (2002) dalam Suryani (2005) menyatakan lima komponen
dalam komunikasi yaitu; komunikator, komunikan, pesan, media dan efek.
Komunikator (pengirim pesan) menyampaikan pesan baik secara langsung atau
melalui media kepada komunikan (penerima pesan) sehingga timbul efek atau

1
akibat terhadap pesan yang telah diterima. Selain itu, komunikan juga dapat
memberikan umpan balik kepada komunikator sehingga terciptalah suatu
komunikasi yang lebih lanjut.
Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus dimiliki
oleh perawat, karena komunikasi merupakan proses yang dinamis yang
digunakan untuk mengumpulkan data pengkajian, memberikan pendidikan atau
informasi kesehatan-mempengaruhi klien untuk mengaplikasikannya dalam
hidup, menunjukan caring, memberikan rasa nyaman, menumbuhkan rasa
percaya diri dan menghargai nilai-nilai klien. Sehingga dapat juga disimpulkan
bahwa dalam keperawatan, komunikasi merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan. Seorang perawat yang berkomunikasi secara efektif akan lebih
mampu dalam mengumpulkan data, melakukan tindakan keperawatan
(intervensi), mengevaluasi pelaksanaan dari intervensi yang telah dilakukan,
melakukan perubahan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya
masalah- masalah legal yang berkaitan dengan proses keperawatan.
Proses komunikasi dibangun berdasarkan hubungan saling percaya
dengan klien dan keluarganya. Komunikasi efektif merupakan hal yang
esensial dalam menciptakan hubungan antara perawat dan klien. Addalati
(1983), Bucaille (1979) dan Amsyari (1995) menegaskan bahwa seorang
perawat yang beragama, tidak dapat bersikap masa bodoh, tidak peduli
terhadap pasien, seseorang (perawat) yang tidak care dengan orang lain
(pasien) adalah berdosa. Seorang perawat yang tidak menjalankan profesinya
secara profesional akan merugikan orang lain (pasien), unit kerjanya dan juga
dirinya sendiri. Komunikasi seorang perawat dengan pasien pada umumnya
menggunakan komunikasi yang berjenjang yakni komunikasi intrapersonal,
interpersonal dan komunal/kelompok. Demikian pula ditegaskan dalam Poter
dan Perry (1993) bahwa komunikasi dalam prosesnya terjadi dalam tiga
tahapan yakni komunikasi intrapersonal (terjadi dalam diri individu sendiri),
interpersonal (interaksi antara dua orang atau kelompok kecil) dan publik
(interaksi dalam kelompok besar).

2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini, adalah :
1. Apa definisi dari komunikasi terapeutik ?
2. Apa saja tujuan dari komunikasi terapeutik ?
3. Bagaimana teknik yang ada dalam komunikasi terapeutik ?
4. Apa saja yang menjadi kendala dalam komunikasi terapeutik ?
5. Bagaimana dimensi hubungan yang membantu komunikasi terapeutik ?
6. Apa saja yang menjadi tahapan dalam komunikasi terapeutik ?
7. Bagaimana contoh dari komunikasi terapeutik ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, adalah :
1. Untuk mengetahui definisi dari komunikasi terapeutik
2. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi tujuan dari komunikasi terapeutik
3. Mengetahui teknik yang ada dalam komunikasi terapeutik
4. Mengetahui apa saja yang menjadi kendala dalam komunikasi terapeutik
5. Memahami dimensi hubungan yang membantu dalam komunikasi terapeutik
6. Mengetahui tahapan yang ada dalam komunikasi terapeutik
7. Mengetahui contoh dari komunikasi terapeutik.

D. Manfaat
Makalah ini disusun oleh kami agar kami dapat memahami dan
mengaplikasikan langsung dalam proses keperawatan khususnya tentang
konsep komunikasi terapeutik dan kesadaran intrapersonal perawat dan klien.
Serta dapat menjadi contoh bagi orang lain dalam melakukan hubungan
komunikasi.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik,
dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat
melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi
bagi proses penyembuhan pasien. Oleh karenanya seorang perawat harus
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik
agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi. Komunikasi terapeutik
adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan klien (Depkes RI,
1997). Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai
kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi
terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana
berhubungan dengan orang lain. Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa
komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan
klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman
belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
Sedangkan S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah
hubungan kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran
dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik.
Stuart G.W. (1998), komunikasi terapeutik merupakan hubungan
interpesonal antara perawat dengan pasien, dalam hubungan ini perawat dan
pasien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki
pengalaman emosional pasien
Mulyana (2000) mengatakan komunikasi terapeutik termasuk
komunikasi interpersonal yaitu komunikasi antara orang-orang secara tatap
muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal. (Mundakir, 2006)

4
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan
dilakukan oleh perawat (helper) untuk membantu klien mencapai kembali
kondisi yang adaptif dan positif.

B. Tujuan Komunikasi Terapeutik


Pelaksanaan komunikasi terapeutik bertujuan membantu pasien
memperjelas dan mengurangi beban pikiran dan perasaan untuk dasar tindakan
guna mengubah situasi yang ada apabila pasien percaya pada hal-hal yang
diperlukan. Membantu dilakukanya tindakan yang efektif, mempererat
interaksi kedua pihak, yakni antara pasien dan perawat secara profesional dan
proporsional dalam rangka membantu menyelesaikan masalah klien.
Komunikasi terapeutik juga mempunyai tujuan untuk memotivasi dan
mengembangkan pribadi klien ke arah yang lebih kontruktif dan adaptif.
Adapun rincian tujuan dari komunikasi terapeutik, yaitu :
1. Terjadinya perubahan dalam diri pasien dalam bentuk kesadaran diri serta
penerimaan diri yang diikuti peningkatan akan penghormatan diri, sehingga
pasien terhindar dari rasa stress dan depresi akibat penyakit kronis yang
dideritanya.
2. Pasien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain, sehingga
memiliki kemampuan dalam membina hubungan intrapersonal yang tidak
superficial serta saling bergantung.
3. Meningkatkan fungsi dan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan dan
penetapan tujuan yang realistis, sesuai dengan kemampuan pasien. Tidak
terlalu tinggi (ideal) atau terlalu rendah (rendah diri).
4. Meningkatnya integritas diri pasien, dan kejelasan akan identitas dirinya.
Biasanya pasien mengalami gangguan identitas personal, dan rendah diri.
5. Mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan terapis (tenaga
kesehatan) secara professional dan proporsional dalam rangka membantu
menyelesaikan masalah klien.

5
6. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif.

C. Teknik Komunikasi Terapeutik


Setiap klien memiliki karakter yang berbeda, tidak ada klien yang sama.
Oleh karena itu, diperlukan teknik yang berbeda-beda dalam berkomunikasi
dengan klien. Teknik komunikasi berikut ini, yang dikutip dari artikel Purba,
J.M. (2008) terdiri atas beberapa komponen berikut ini :
1. Mendengarkan dengan Penuh Perhatian
Dalam hal ini perawat berusaha memahami klien dengan cara
mendengarkan masalah yang disampaikan klien. Satu- satunya orang yang
dapat menceritakan perasaan, pikiran, dan persepsi klien terhadap perwat
adalah klien itu sendiri.Mendengarkan klien menyampaikan pesan verbal
dan non-verbal mengandung arti bahwa perawat perhatian terhadap
kebutuhan dan masalah klien. Perawat yang mendengarkann dengan penuh
perhatian merupakan salah satu upaya agar dapat mengerti seluruh pesan
verbal dan non-verbal yang sedang disampaikan klien.
2. Menunjukkan Penerimaan
Arti menerima adalah mendukung dan menerima informasi dengan
dengan tingkah laku yang menunjukan ketertarikan dan tidak menilai. Perlu
diketahui bahwa menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti
bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan dan
ketidaksetujuan. Sebagai seorang perawat kita tidak harus menerima semua
perilaku klien. Perawat sebaiknya menghindari ekspresi wajah dan gerakan
tubuh yang menunjukkan ketidak setujuan terhadap sesuatu, seperti
mengerutkan kening atau menggelengkan kepala yang menandakan tidak
percaya.
Berikut ini sikap perawat yang menunjukkan rasa percaya :
a. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
b. Membarikan umpan balik verbal kepada klien dengan cara yang baik.
c. Memastikan bahwa isyarat non-verbal sesuai dengan komunikasi verbal.

6
d. Menghindari perdebatan, mengekspresikan keraguan, atau mencoba
untuk mengubah pikiran klien. Perawat dapat menganggukkan kepalanya
atau berkata,”Ya” atau, “Saya mengikuti apa yang Anda ucapkan”.
3. Menanyakan Pertanyaan yang Berkaitan
Menanyakan pertanyaan yang berkaitan bertujuan untuk mendapatkan
informasi yang spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan
dikaitkan dengan topikk yang dibicarakan dan menggunakan kata-kata
dalam konteks sosial budaya klien. Pertanyaan hendaknya disampaikan
secara berurutan selama pengkajian.
4. Mengulang Ucapan klien dengan Menggunakan Kata-kata Sendiri
Dengan mengulang kembali ucapan klien berarti perawat membarikan
umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan
mengharapkan komunikasi berlanjut. Namun, perawat harus berhati-hati
ketika menggunakan teknih ini, sebab pengertian bisa rancu jika
pengulangan ucapan mempunyai arti yang berbeda. Sebagai contoh, seorang
klien mengatakan, “ Saya tidak dapat tidur, semalam saya terjaga”, lalu
perawat menjawab, “Anda mengalami kesulitan untuk tidur tadi malam...”.
5. Memberikan Kesempatan Pada Klien Untuk Memulai Pembicaraan
Perawat sebaiknya memberikan kesempatan kepada klienuntuk
berinisiatif dan mmemilih temapembicaraan. Klien yang merasa ragu
tentang perannya dalam berinteraksi dapat diberikan stimulus untuk
mengambil inisiatif, sehingga klien tersebut merasa bahwa ia diharapkan
dapat membuka pembicaraan. Misalnya “Adakah sesuatu yang ingin Anda
sampaikan?” atau “Apakah yang sedang Anda pikirkan?”.
6. Diam
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk
mengorganisasikan pikiran masing-masing. Diam memungkinkan klien
untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri dalam memproses informasi
yang ada. Penggunaan teknik diam memerlukan keterampilan dan ketetapan
waktu, karena jika tidak demikian maka akan menimbulkan perasaan tidak
enak. Diam berguna pada saat klien harus mengambil keputusan.

7
Arti diam menurut Miyers & Miyers Cit.R,1999, yaitu :
a. Saat seseorang marah dan frustasi tetapi menolak mengungkapkanya
b. Saat seseorang mendengarkan dengan penuh perhatian untuk sesuatu
yang penting
c. Saat seorang bosan
d. Saat seseorang tidak dapat berpikir apa yang akan dikatakanya
e. Saat seseorang berpikir tentang hal yang penbicara katakana
f. Saat seseorang tidak memahami yang dikatakan pembicara
g. Saat seorang melihat pandangan yang indah sehingga membuat
seseorang tidak bicara.
Diam digunakan saat klien perlu mengekspresikan ide tapi tidak tahu
cara melakukan atau menyampaikan hal tersebut ( Boyd & Nihart,1998)
Misalnya:
Klien : “ Saya marah”
Ners : (Diam)
Klien : “orang tua saya tidak perhatian lagi sama saya”
7. Klarifikasi
Jika terjadi kesalahpahaman sebaiknya perawat menghentikan
pembicaraan sejenak untuk mengklarifikasi dan menyamakan pemahaman,
karena keakuratan informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan
asuhan keperawatan. Perawat perlu membarikan contoh yang konkret agar
pesan mudah dimengerti klien dan tidak ada kesalahpahaman.
8. Memfokuskan
Teknik ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan
sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat seharusnya tidak memutus
pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika
pemnicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru. Misalnya, “Hal ini sangat
penting, nanti kita bicarakan lebih lanjut.”

8
9. Menyampaikan Hasil Observasi
Perawat perlu memberikan respons kepada klien dengan menyatakan
hasil pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima
dengan baik dan benar. Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan
melalui syarat non-verbal klien. Menyampaikan hasil pengamatan perawat
sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus memfokuskan
atau mengklarifikasi pesan.
10. Menawarkan Informasi
Pemberian tambahan informasi dapat dijadikan sebagai pendidikan
kesehatan bagi klien dan juga bisa menambah rasa percaya klien terhadap
perawat. Jika ada informasi yang ditutupi oleh dokter, seorang perawat
hendaknya mengklarifikasi alasannya. Perawat dalam memberikan
informasi tidak boleh terkesan seperti memberikan nasihat melainkan
memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan
11. Meringkas
Meringkas adalah mengulang ide utama yang telah dikomunikasikan
secara singkat. Teknik ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah
dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Meringkas
pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam
interaksinya. Sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik lain
yang berkaitan. Misalnya, “Selama kurang lebih 2 jam, Anda dan saya telah
membicarakan tentang...”
12. Memberikan Penghargaan
Memberikan penghargaan terhadap klien dapat dilakukan dengan cara
seperti menyambutnya dengan salam dan menyebutkan namanya. Dengan
melakukan hal tersebut perawata dapan menunjukkan kesadarannya
tentang perubahan yang terjadi selain itu juga dapat menunjukkan bahwa
perawat menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai
hak dan tanggungjawab atas dirinya sendiri sebagai individu. Namu
penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban baginya,dengan kata
lain penghargaan tersebut jangan sampai membuat klien berusaha keras

9
dan melakukan segalanya demi mendapatkan pujian atau persetujuan atas
perbuatannya. Misalnya” Selamat siang, Bapak Jaya”, “Assalamualaikum”
atau “Selamat datang Ibu, Ibu sangat tepat waktu sesuai janji.”
Dengan agama islam, memberi salam dan penghargaan merupakan aklak
terpuji, dengan begitu berarti orang tersebut telah mendoakan orang lain
agar memperoleh rahmat dari Allah SWT. Salam menunjukkan betapa
perawat peduli terhadap orang lain dengan bersikap ramah.
13. Menawarkan Diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan
orang lain. Sering kali perawat hanya menawarkan kehadirannya dan
ketertarikannya tenpa mempertimbangkan kondisi klien. Sesungguhnya
teknik komunikasi ini harus dilakukan dengan tulus ikhlas. Misalnya,
“Saya mengharapkan Anda merasa tenang dan nyaman.”
14. Mempersilahkan Untuk Meneruskan Pembicaraan
Teknik ini mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang
sedang dibicarakan dan selanjutnya respek dengan apa yang akan
dibicarakan. Sikap perawat lebih berusaha untuk menafsirkan dari pada
mengarahkan pembicaraan. Misalnya, “...lanjutkan...!”, “... dan terus...?”,
atau “Ceritakan kepaa saya...”.
15. Menganjurkan Klien Untuk Menjelaskan Persepsinya
Jika perawat ingin mengerti klien lebih jauh, maka perawat tersebut harus
melihat klien dengan sesungguhnya dari segala perspektif. Klien harus
merasa bebas untuk menguraikan atau menjelaskan persepsinya tentang
sesuatukepada perawat. Perawat harus mewaspadai adanya ansietas saat
klien menceritakan pengalamannya. Misalnya, “Ceritakan kepada saya
bagaimana perasaan Anda ketika akan dilakukan pemasangan infus”,
“Atau apa yang sedang Anda lihat.”

10
16. Refleksi
Refleksi adalah suatu teknik yang menganjurkan klien untuk
mengemukakan dan menerima ide serta perasaannya sebagai bagian dari
dirinya sendiri. Jika klien bertanya apa yang harus ia pikirkan atau
kerjakan dan apa yang harus ia rasakan, maka perawat dapat
menjawab,”bagaimana menurut Anda?” atau “Bagaimana perasaan Anda”.
Kemudian perawat mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah
berharga dan klien mempunyai hak melakukan hal tersebut, selanjutnya
klien pun akan berfikir bahwa dirinya adalah individu yang terintegrasi
dan bukan sebagai bagian dari orang lain yang mempunyai kapasitas dan
kemampuan. Misalnya,”Apakah menurut Anda, saya harus
menyampaikannya kepada dokter?” atau “Apakah menurut Anda, Anda
yang harus menyampaikannya?”.

D. Kendala atau Hambatan dalam Komunikasi Terapeutik


Hambatan komunikasi terapeutik dalam hal kemajuan hubungan perawat-
klien terdiri dari tiga jenis utama : resistens, transferens, dan kontertransferens
(Hamid, 1998). Ini timbul dari berbagai alasan dan mungkin terjadi dalam
bentuk yang berbeda, tetapi semuanya menghambat komunikasi terapeutik.
Perawat harus segera mengatasinya. Oleh karena itu hambatan ini
menimbulkan perasaan tegang baik bagi perawat maupun bagi klien.
Penjelasannya yaitu :
1. Resisten
Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab
ansietas yang dialaminya. Resisten merupakan keengganan alamiah atau
penghindaran verbalisasi yang dipelajari atau mengalami peristiwa yang
menimbulkan masalah aspek diri seseorang. Resisten sering merupakan
akibat dari ketidaksediaan klien untuk berubah ketika kebutuhan untuk
berubah telah dirasakan. Perilaku resistens biasanya diperlihatkan oleh klien
selama fase kerja, karena fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaian
masalah.

11
2. Transferens
Transferens adalah respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan
dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dalam
kehidupannya di masa lalu. Sifat yang paling menonjol adalah
ketidaktepatan respon klien dalam intensitas dan penggunaan mekanisme
pertahanan pengisaran (displacement) yang maladaptif. Ada dua jenis utama
reaksi bermusuhan dan tergantung.
3. Kontertransferens
Yaitu kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan oleh klien.
Konterrtransferens merujuk pada respon emosional spesifik oleh perawat
terhadap klien yang tidak tepat dalam isi maupun konteks hubungan
terapeutik atau ketidaktepatan dalam intensitas emosi. Reaksi ini biasanya
berbentuk salah satu dari tiga jenis reaksi sangat mencintai, reaksi sangat
bermusuhan atau membenci dan reaksi sangat cemas sering kali digunakan
sebagai respon terhadap resisten klien.

Untuk mengatasi hambatan komunikasi terapeutik, perawat harus siap


untuk mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks
hubungan perawat-klien (Hamid, 1998). Awalnya, perawat harus mempunyai
pengetahuan tentang hambatan komunikasi terapeutik dan mengenali perilaku
yang menunjukkan adanya hambatan tersebut. Latar belakang perilaku digali
baik klien atau perawat bertanggung jawab terhadap hambatan terapeutik dan
dampak negative pada proses terapeutik.

E. Dimensi Hubungan yang Membantu Komunikasi Terapeutik


Bentuk umum dari hubungan membantu adalah rasa percaya, empati,
perhatian, autonomi dan mutualisme. Sifat-sifat tersebut esensial jika perawat
ingin menetapkan hubungan yang positif dan suportif dengan klien.

12
1. Rasa Percaya
Rasa percaya dapat didefenisikan sebagai kepercayaan bahwa orang lain
akan member bantuan ketika membutuhkan dan tertekan. Hubungan yang
mempercayai ini tidak dapat berkembang kecuali jika klien percaya bahwa
perawat ingin merawat demi kebaikan klien itu sendiri. Rasa percaya akan
mmentuk komunikasi terapeutik terbuka. Untuk meningkatkan rasa percaya,
perawat harus bertindak secara konsisten, dapat dipercaya dan kompeten.
Kejujuran dalam memberikan informasi kepada klien juga membantu
terciptanya rasa percaya. Tanpa rasa percaya, hubungan antara klien dan
perawat tidak akan memiliki kemajuan lebih dari interaksi social dan hanya
untuk memenuhi kebutuhan superfisial.
2. Empati dan Simpati
Empati telah diterima secara luas sebagai komponen klinis dalam
hubungan yang membantu. Defenisi empati merefleksikan pengaruh
psikoterapis Carl Rogers, yang yang terkenal karena hasil karyanya dalam
mengidentifikasi dan mendiskripsikan karakteristik hubungan membantu.
Empati adalah kemampuan untuk mencoba memahami dan memasuki
kerangka referensi klien (Haber et al, 1994). Empati adalah merasakan,
memahami dan membagi kerangka referensi klien dimulai dengan masalah
yang dihadapi klien. Sangat adil, sensitif, dan objektif untuk melihat
pengalaman yang dimiliki orang lain. Kebalikan dari empati adalah simpati,
simpati adalah ekspresi perasaan seseorang mengenai keadaan sulit yang
lain. Simpati merupakan perasaan perhatian, kesedihan atau rasa kesedihan
yang ditunjukkan oleh perawat kepada klien dimana kebutuhan klien dilihat
sebagai kebutuhan perawat. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan karena
mencegah berkembangnya hubungan membantu yang efektif. Misalnya,
perawat menggunakan kemempuan komunikasi ketika menunjukkan rasa
belasungkawa kepada keluarga yang kehilangan kerabatnya “ Saya turut
berduka cita karena ayah anda meninggal sedemikian cepat. Ayah saya juga
meninggal seperti itu. Jika ada sesuatu yang dapat saya lakukan, jangan ragu
untuk mencari saya”.

13
3. Perhatian
Perhatian adalah memiliki penghargaan positif terhadap orang lain,
merupakan dasar untuk hubungan yang membantu. Sebagian besar klien
klien secara secara lansung ataupun tidak langsung menunjukkan keinginan
untuk diperhatikan pada waktu tertentu. Perawat menunjukkan perhatian
dengan menerima klien sebagaimana mereka adanya dan menghargai
mereka secara individu. Ketika klien merasa diperhatikan, mereka merasa
aman dari ancaman atau situasi yang menyebabkan kecemasan. Perhatian
juga meningkatkan rasa percaya dan mengurangi kecemasan. Penghilangan
kecemasan dan stress akan meningkatkan daya tahan tubuh dan membantu
penyembuhan.
4. Autonomi dan Mutualitas
Autonomi adalah kemampuan untuk mengontrol diri. Mutualitas meliputi
perasan untuk berbagi dengan sesama. Keduanya sangat penting dalam
hubungan yang saling membantu. Perawat dank lien bekerja sebagai tim
yang ikut serta dalam perawatan. Perawat menawarkan kesempatan untuk
mengambil keputusan, sekalipun untuk hal-hal yang sepele seperti
menentukan waktu untuk mandi. Ketika klien menjadi lebih mandiri,
perawat menawarkan lebih banyak kesempatan untuk mengambil
keputusan. Perawat juga bertindak sebagai penasehat untuk memberitahu
klien tentang alternatif perawatan kesehatan dan untuk memberikan
dukungan dalam pengambilan keputusan.

F. Tahapan Komunikasi Terapeutik


Struktur dalam komunikasi terapeutik, menurut Stuart,G.W.,1998, terdiri
dari empat fase yaitu: fase preinteraksi, fase perkenalan atau orientasi, fase
kerja, dan fase terminasi (Suryani,2005). Dalam setiap fase terdapat tugas atau
kegiatan perawat yang harus terselesaikan.

14
1. Fase Prainteraksi
Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan
klien. Tugas perawat pada fase ini yaitu :
a. Mengeksplorasi perasaan,harapan dan kecemasannya
b. Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri ia akan
terlatih untuk memaksimalkan dirinya agar bernilai tera[eutik bagi klien,
jika merasa tidak siap maka perlu belajar kembali, diskusi teman
kelompok
c. Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat
rencana interaksi
d. Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di
implementasikan saat bertemu dengan klien.
2. Fase Orientasi
Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada saat
pertama kali bertemu dengan klien fase ini digunakan perawat untuk
berkenalan dengan klien dan merupakan langkah awal dalam membina
hubungan saling percaya. Tugas utama perawat pada tahap ini adalah
memberikan situasi lingkungan yang peka dan menunjukkan penerimaan,
serta membantu klien dalam mengekspresikan perasaan dan pikirannya.
Tugas-tugas perawat pada tahap ini antara lain :
a. Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan dan
komunikasi terbuka. Untuk membina hubungan saling percaya perawat
harus bersikap terbuka, jujur, ihklas, menerima klien apa danya, menepati
janji, dan menghargai klien.
b. Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak penting untuk menjaga
kelangsungan sebuah interaksi.Kontrak yang harus disetujui bersama
dengan klien yaitu, tempat, waktu dan topik pertemuan.
c. Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien.
Untuk mendorong klien mengekspresikan perasaannya, maka tekhnik
yang digunakan adalah pertanyaan terbuka.

15
d. Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah masalah
klien teridentifikasi. Bila tahap ini gagal dicapai akan menimbulkan
kegagalan pada keseluruhan interaksi (Stuart,G.W,1998 dikutip dari
Suryani,2005)

Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain :

a. Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan jabatan


tangan
b. Memperkenalkan diri perawat
c. Menyepakati kontrak, kesepakatan berkaitan dengan kesediaan klien
untuk berkomunikasi, topik, tempat, dan lamanya pertemuan
d. Melengkapi kontrak. Pada pertemuan pertama perawat perlu melengkapi
penjelasan tentang identitas serta tujuan interaksi agar klien percaya
kepada perawat
e. Evaluasi dan validasi, berisikan pengkajian keluhan utama, alasan atau
kejadian yang membuat klien meminta bantuan. Evaluasi ini juga
digunakan untuk mendapatkan fokus pengkajian lebih lanjut, kemudian
dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan utama. Pada
pertemuan lanjutan evaluasi/validasi digunakan untuk mengetahui
kondisi dan kemajuan klien hasil interaksi sebelumnya
f. Menyepakati masalah, dengan teknik memfokuskan perawat bersama
klien mengidentifikasi masalah dan kebutuhan klien.

Selanjutnya setiap awal pertemuan lanjutan dengan klien lakukan


orientasi. Tujuan orientasi adalah memvalidasi keakuratan data, rencana
yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini dan mengevaluasi tindakan
pertemuan sebelumnya.
3. Fase Kerja
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi
teraeutik.Tahap ini perawat bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi
klien.Perawat dan klien mengeksplorasi stressor dan mendorong

16
perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, perasaan
dan perilaku klien.Tahap ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan
yang telah ditetapkan.Tekhnik komunikasi terapeutik yang sering digunakan
perawat antara lain mengeksplorasi, mendengarkan dengan aktif, refleksi,
berbagai persepsi, memfokuskan dan menyimpulkan (Geldard,D,1996,
dikutip dari Suryani, 2005).
4. Fase Terminasi
Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan saling
percaya sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Perawat dan klien
keduanya merasa kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat
mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat klien akan pulang. Perawat dan
klien bersama-sama meninjau kembali proses keperawatan yang telah
dilalui dan pencapaian tujuan. Untuk melalui fase ini dengan sukses dan
bernilai terapeutik, perawat menggunakan konsep kehilangan. Terminasi
merupakan akhir dari pertemuan perawat, dibagi menjadi dua yaitu:
a. Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan selanjutnya
b. Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses
keperawatan secara menyeluruh.

Tugas perawat pada fase ini yaitu :


1) Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan, evaluasi
ini disebut evaluasi objektif. Brammer & Mc Donald (1996) menyatakan
bahwa meminta klien menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan
atau respon objektif setelah tindakan dilakukan sangat berguna pada
tahap terminasi (Suryani,2005).
2) Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan perasaan
klien setalah berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu.
3) Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.
Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan interaksi yang baru
dilakukan atau yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya.

17
4) Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang perlu
disepakati adalah topik, waktu dan tempat pertemuan. Perbedaan antara
terminasi sementara dan terminasi akhir, adalah bahwa pada terminasi
akhir yaitu mencakup keseluruhan hasil yang telah dicapai selama
interaksi.

18
BAB III
SKENARIO TEKS

A. Judul
ROLEPLAY KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP PASIEN
PRE-OPERASI APENDIKSITIS.

B. Tokoh Pemeran
1. Annisa Nur Syifaa sebagai Dokter
2. Evi Purnamasari sebagai perawat
3. Teguh Wahyudin sebagai Pasien
4. Della Amalia sebagai sodara pasien

C. Prolog
Ada seorang pasien yang dirawat di Rumah sakit umum dr. Slamet Garut,
tepatnya diruangan Puspa yang bernama Teguh Wahyudin, dia berusia
30tahun, dia menderita penyakit Usus buntu, perawat disana datang dan akan
memberikan obat antibiotik yang akan diberikan kepada pasien.
1. Fase Prainteraksi
(pagi itu datanglah seorang perawat ke ruangan)
Perawat : Assalamualaikum
Pasien : Waalaikumsalam
Perawat : Perkenalkan saya Evi perawat dari ruang Puspa, kebetulan saya
lagi ada tugas di ruangan ini. Jadi kalau bapak ada perlu apa-apa
ibu bisa panggil saya. Insyaalloh saya siap membantu bapak.
Pasien : Ya sus terimakasih
Perawat : Kalau boleh tahu nama bapa siapa ?
Pasien : Teguh Wahyudin

19
2. Fase Orientasi
Perawat : Oh iya, Bapak Teguh bagaimana kabar bapak hari ini ?
Pasien : Untuk sekarang lumayan agak mendingan sus, tapi di lain waktu
suka terasa secara tiba-tiba sakit tidak tertahankan.
Perawat :Ohh begitu ya pak, (sambil mengangguk). Bapak kesini sama
siapa ?
Pasien : Saya kesini ditemani saudara saya, kebetulan dia lagi keluar.
Perawat : Oh iya pak. Berapa tahun usia bapak ?
Pasien : Usia saya sudah 30 tahun sus
Perawat :Usia bapak 22 tapi masih kelihatan seperti umur 17. (Humor)
Pasien : Ah suster bisa aja.
Perawat : Oh begitu ya, jadi begini ya pak berhubung dengan jadwal jadi
sekarang adalah waktunya bapak untuk minum obat yang telah di
anjurkan oleh dokter, bagaimana pak apakah bapak bersedia ?
Pasien : Iya sus saya bersedia.
Perawat : Kalau begitu saya ambil dulu obatnya ya pak.
Pasien : Iya sus silahkan.

3. Fase Kerja
Perawat ijin keluar untuk mengambil obat yang akan diberikan kepada
pasien.
Perawat : Bapak ini obatnya sudah saya bawa.
Nama obatnya adalah Gentamicin, ini termasuk golongan obat
aminoglikosida diberikan secara oral atau lewat mulut dan rasanya
sedikir pahit, bagaimana apakah bapak sudah siap ?
Pasien : Siap sus (sambil mengangguk)
Perawat : Bapak minum obatnya mau sambil duduk atau berdiri ?
Pasien : Sambil duduk aja sus.
Perawat : Ini pak airnya bisa minum dulu
Pasien : (Meminum air yang diberkan perawat)
Perawat : Ini pak obatnya, lalu bapak telan bersamaan dengan air.

20
Pasien : Iya sus.
Perawat : Bagaimana pak sudah masuk obatnya ?
Pasien : Sudah sus
Perawat : Bapak sekarang bisa berbaring kembali.
Pasien : Iya sus (sambil berbaring)
Perawat : Bagaimana pak perasaanya setelah minum obat ?
Pasien : Belum ada reaksi sus belum terasa apa-apa

Perawat : Iya mungkin efek obatnya belu bekerja pak, karena pemberian
obat secara oral agak lambat dibanding dengan pemberian obat
secara Intravena.

Dokter : Assalamu’alaikum

Semua : Waalaikumsalam
Dokter : Selamat siang teguh, nampaknya muka bapak berseri-seri seperti
yang senang saja, apakah gara-gara suster evi yang merawatnya ?
Pasien : Ahh dokter bisa aja.
Dokter : Bagaimana keadaan bapak saat ini ?
Pasien : Alhamdulilah dok agak mendingan di banding hari kemarin.
Dokter : Oooh iya syukur kalo begitu, bagaimana obatnya sudah dimakan
belum pak ?
Pasien : Sudah dok, baru saja diberikan sama suster Evi
Dokter : Baguslah kalo begitu, sekarang bapak saya periksa dulu ya
Pasien : Iya dok silahkan.
Dokter : (Dokter memeriksa pasien dengan cara diperkusi dan Auskultasi)
Saudara : Bagaimana dok ?
Dokter : Ini sudah parah (sambil menggeleng kepala)
Saudara : Maksudnya gimana dok, coba jelaskan apa maksudnya ?
Dokter : Saya rasa bapak Teguh harus segera dioperasi karena jikalau tidak
secepatnya akan berakibat fatal.

21
Saudara : Astagfirulahhaladzim, apakah tidak ada jalan lain dok selain
dioperasi ?
Dokter : Ini adalah jalan satu-satunya untuk menyembuhkan nyawa bapak,
karena bila sekedar diberikan obat itu tidak akan bisa
menyembuhkan penyakitnya.
Saudara : Kalau itu yang terbaik untuk kesembuhan kaka saya, lakukan saja
dok, apapun itu caranya asalkan kaka saya bisa sembuh.
Dokter : Iya, akan saya usahakan, jadi lusa pak Teguh akan dioperasi untuk
persiapannya nanti suster Evi yang akan menjelaskan.
Perawat : Iya dok.
Dokter : Kalau begitu saya pamit dulu karena saya masih ada pasien lain,
bila kurang jelas bisa tanyakan ke suster Evi.
Saudara : Iyah dok terimakasih.
Dokter : Sama-sama, Assalamualaikum
Semua : Waalaikumsalam.
Pasien : Sus bagaimana dengan semua ini ?
Perawat : Maksud bapak apa, bisakah bapak jelaskan kembali apa maksud
bapak ?
Pasien : Begini sus, tadi dokter bilang bahwa saya harus disegera diperasi
karena penyakit saya ini sudah parah, yang jadi permasalahnnya
saya bingung dengan masalah biayannya saya tidak punya biaya
untuk membayarnya.
Saudara : Sudahlah ka jangan pikirin soal biaya, nanti akan saya bantu kalo
soal biaya jadi sekarang kaka bersiap-siap saja untuk operasi.
Perawat : Betul apa yang dikatakan adik bapak tadi, sekarang bapak jangan
pikirkan soal biaya, sekarang bapak istirahat aja yang cukup terus
bapak besok harus puasa karena lusa akan dioperasi.
Pasien : Kenapa sus harus puasa dulu ?
Perawat : Iya jadi begini pak, puasa disini dilakukan supaya semua kotoran
terkuras dan bersih dan nanti pada saat dilakukan operasi tidak
menggu jalanya operasi

22
Pasien : Ohh begitu ya sus.
Saudara : Berapa hari kaka saya harus puasa sus ?
Perawat : 1 hari sebelum dilaksanakan operasi
Saudara : Apakah tidak akan mempengaruhi kesehatan kaka saya sus dan
bagaimana dengan pemberian obatnya.
Perawat : InsyaAllah tidak pak, dan bapak juga tidak usah khawatir
mengenai obat yangdiberikan semuanya akan baik-baik saja
Saudara pasien: Iyah sus kalau begitu, saya harap dengan operasi
ini kaka saya bisa sembuh dan dapat menjalankan aktivitas sperti
biasanya
Perawat : Iyah mudah-mudahan saja bapak berdoa saja sama yang di atas.
Pasien : iya sus.
Perawat : Pak sebelumnya sudah pernah mengalami sakit seperti ini ?
Pasien : Pernah dulu sekali tapi tidak separah ini, yah saya tidak tahu kalo
itu penyakit usus buntu jadi saya biarkan saja
.Perawat : Oooh begitu ya pak, Kira-kira kapan bapak merasakannya, dan
apakah bapak sempat memeriksa keadaan bapak waktu
itu ? (Perawat diam sambil mendengarkan apa yang pasien
jelaskan)
Pasien : Yah sekitar 3 bulan yang kalau kalo tidak salah, kebetulan waktu
itu saya tidak memeriksa kemana-mana karena saat itu rasa
sakitnya tidak terlalu hebat, saya cuman menggunakan sebuah
botol yang di isi air hangat lalu saya dekatkan ke daerah yang
nyeri, cara itu cukup mengurangi rasa sakit saya
.Perawat : Iyah cara itu memang cukup membantu, terus kenapa bapak bisa
merasakan sakit itu lagi ?
Pasien : Jadi begini sus, kemarin pas saya lagi istirahat di kantor saya
makan baso pakai cabe yang banyak setelah beberapa jam
kemudian perut saya sakit sampai kejang-kejang, untung ada
teman-teman saya lalu saya langsung dilarikan ke rumah sakit.
Perawat : Ooh jadi itu yang melatarbelakangi bapak masuk ke rumah sakit ?

23
Pasien : Iyah sus, mungkin gara-gara kebanyakan makan cabe
Perawat : Sebalah mana letak sakitnya pak ?
Pasien : Sebelah sini sus (sambil memegang perutnya).
Saya bingung sus, kata dokter saya mengalami usus buntu dan
saya harus di opersi segera, saya cemas sus

4. Fase Terminasi
Perawat :hemmm, iya pak saya mengerti, bapak tidak usah
cemas, dan mulai sekarang sebaiknya bapak tidak boleh makan
cabe ya pak, apalagi dengan porsi yang berlebihan karena itu akan
mengakibatkan penyakit bapak kambuh bahkan berakibat patal,
karena dengan makan cabe, si bijinya itu nyangkut di usus dan
terjadi penyumbatan dan terjadi peradangan. Terus bapak sekarang
istirahat, dan besok bapak harus bangun pagi karena bapak akan
berpuasa, dan bapak persiapkan diri untuk operasi. (Saran)

Pasien : Iyah sus akan saya ingat itu

Perawat : Kalau bapak mengerti coba bapak sebutkan apa yang saya
bicarakan tadi

Pasien : Jadi saya tidak boleh banyak makan pedas, istirahat yang cukup
dan besok saya harus bangun pagi karena akan berpuasa.

Perawat : Iyah bagus pak, nampaknya bapak memahami apa yang saya
jelaskan, pak bagaimana kesannya setelah dirawat sama saya
apakah senang atau sebaliknya ?

Pasien : Senang banget sus, dari tadinya saya sakit setelah melihat suster
mendadak jadi sehat kembali.

Perawat : Hehe, iyah kelihatan pak dari mimik wajahnya bapak terlihat
lebih ceria, bapak santai saja operasi akan lancar jika semua telah
di persiapkan

24
Pasien : Iya sus, semua kata-kata suster akan saya ingat selalu

Perawat : Kalau begitu sekarang bapak istirahat, jangan banyak pikiran


siapkan diri bapak untuk menjalani operasi, kebetulan sekarang
tugas saya sudah selesai nanti akan ada teman saya yang akan
menggantikan dan bilamana bapak butuh sesuatu bisa panggil dia
saja, kalau begitu saya pamit dulu yah pak, semoga cepat sembuh.
Assalamua’alaikum.

Pasien : Waalaikkumsalam

25
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang memiliki makna
terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh perawat (helper) untuk membantu
klien mencapai kembali kondisi yang adaptif dan positif. Pelaksanaannya
bertujuan membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban pikiran dan
perasaan untuk dasar tindakan guna mengubah situasi yang ada apabila pasien
percaya pada hal-hal yang diperlukan.
Salah satu teknik komunikasinya adalah dengan mendengarkan apa yang
dibicarakan pasien, adapun kendalanya yaitu menjadi resisten. Selain itu ada
dimensi hubungan antara perawat dan klien dengan adanya rasa saling percaya,
sedangkan untuk tahapan-tahapan dalam komunikasi terapeutik yaitu ada fase
prainteraksi, orientasi, kerja dan terminasi.

B. Saran
Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang
perawat. Komunikasi terapeutik bukanlah hanya salah satu upaya yang
dilakukan oleh perawat untuk mendukung proses keperawatan yang diberikan
kepada klien. Ketika seorang perawat berusaha untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang ia miliki untuk melakukan komunikasi terapeutik, ia pada
akhirnya akan menyadari bahwa komunikasi terapeutik yang ia lakukan tidak
hanya memberikan khasiat terapeutik bagi pasiennya tetapi juga bagi dirinya
sendiri.
Perawat merupakan bagian dari tenaga kesehatan yang ada di lingkungan
masyarakat. Oleh karena itu perawat hidup ditengah masyarakat haruslah
menjadi panutan/contoh (Role Model) dalam berkehidupan di masyarakat.
Karena perawat merupakan publik figure yang ada di tengah masyarakat
Indonesia, maka semua perilaku atau kebiasaan perawat akan menjadi contoh
di masyarakat.

26

Anda mungkin juga menyukai