Anda di halaman 1dari 16

SMF/Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak Tutorial

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Disusun Oleh:

Muhammad Ihsan
1810029043

Pembimbing:

dr. Anrih Roi Manthurio, Sp.A

SMF/LABORATORIUM ILMU KESEHATAN ANAK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2018
LEMBAR PENGESAHAN

TUTORIAL KLINIK

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Diajukan dalam Rangka Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan
Anak

Oleh:

Muhammad Ihsan NIM. 1810029043

Pembimbing:

dr. Anrih Roi Manthurio, Sp.A

SMF/LABORATORIUM ILMU KESEHATAN ANAK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tutorial yang berjudul Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD). Tutorial ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik di bagian Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda.

Penulisan tutorial ini dapat terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada:

1. dr. Ika Fikriah, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
2. dr. Soehartono, Sp.THT-KL selaku Ketua Program Pendidikan Profesi Pendidikan
Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
3. dr. Hendra, Sp.A selaku kepala Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda.
4. dr. William S. Tjeng, Sp.Aselaku kepala SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda.
5. dr. Anrih Roi Manthurio, Sp.A sebagai pembimbing dalam penyusunan tugas tutorial
klinik ini yang telah memberikan banyak waktu dan kesempatan untuk memberikan
bimbingan.
6. Kedua orang tua tercinta serta teman-teman dokter muda yang telah mendukung,
membantu, dan sudah berjuang bersama selama ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tutorial ini sangat jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
tutorial ini, semoga tutorial ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Samarinda, 19 September 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Istilah Attention Deficit Disorder (ADD) pertama sekali diperkenalkan pada
tahun 1980an dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
(DSM) III edisi ketiga yang menjadi panduan psikiatris. Pada tahun 1994 istilah
tersebut diganti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan
gangguan perilaku yang paling banyak didiagnosis pada anak-anak dan remaja.
Gejala intinya meliputi tingkat aktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai
perkembangan serta kemampuan mengumpulkan perhatian yang terganggu.1,2
Prevalensi ADHD pada anak usia sekolah adalah 8-10%, hal tersebut
menjadikan ADHD sebagai salah satu gangguan yang paling umum pada masa
kanak-kanak. Gejala inti ADHD meliputi tingkat aktivitas dan impulsivitas yang
tidak sesuai perkembangan serta kemampuan mengumpulkan perhatian yang
terganggu.1,2
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40-50% kasus ADHD menetap pada
masa remaja, bahkan sampai dewasa. Bila menetap sampai remaja, dapat
memunculkan masalah lain seperti kenakalan remaja, gangguan kepribadian
antisosial, dan cenderung terlibat penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lainnya (NAPZA). Orang dewasa dengan ADHD sering bertengkar dengan
pimpinannya, sering pindah pekerjaan dan dalam melaksanakan tugasnya
seringkali terlihat tidak tekun. Diagnosis ADHD tidak dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan laboratorium atau alat kedokteran, sekalipun wawancara terhadap
orang tua merupakan hal penting. Selain itu, diperlukan laporan dari sekolah
mengenai gangguan tingkah laku, kesulitan belajar dan kurangnya prestasi
akademis oleh gurunya.1,2
Penanganan ADHD perlu melibatkan berbagai disiplin ilmu dalam suatu tim
kerja yang terdiri dari dokter spesialis anak, psikiater, dokter spesialis saraf,
psikolog, pendidik, dan pekerja sosial. Penanganan ADHD memerlukan evaluasi
jangka panjang dan berulang untuk dapat menilai keberhasilan terapi. Penanganan
ADHD biasanya berupa terapi obat, terapi perilaku, dan perbaikan lingkungan.1,2

1
1.2 Tujuan penulisan
Tujuan penulisan referat ini adalah:
1) Memahami etiologi, gejala, mampu mendiagnosis Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan kronis pemusatan perhatian
dan hiperaktivitas (GPPH) secara tepat berdasarkan gejala klinis dan
pemeriksaan fisik.
2) Meningkatkan kemampuan penulisan ilmiah di bidang kedokteran
khususnya di Bagian Ilmu kedokteran jiwa.
1.3 Metode penulisan
Penulisan referat ini menggunakan metode tinjauan pustaka yang mengacu
pada beberapa literatur.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan kronis
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) merupakan gangguan perilaku
yang paling banyak di diagnosis pada anak-anak. Gejala intinya meliputi tingkat
aktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai perkembangan serta kemampuan
mengumpulkan perhatian yang terganggu. Anak yang menderita gangguan
tersebut akan sukar menyesuaikan aktivitas mereka dengan norma yang ada
sehingga mereka sering dianggap sebagai anak yang tidak baik di mata orang
dewasa maupun teman sebayanya. Mereka sering gagal mencapai potensinya dan
memiliki banyak kesulitan komorbid seperti gangguan perkembangan, gangguan
belajar spesifik, dan gangguan perilaku serta emosional lainnya.2,3

2.2 Epidemiologi
Istilah Attention Deficit Disorder (ADD) pertama sekali diperkenalkan pada
tahun 1980an dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
(DSM) III edisi ketiga yang menjadi panduan psikiatris. Pada tahun 1994 istilah
tersebut diganti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan
gangguan perilaku yang paling banyak didiagnosis pada anak-anak dan remaja.2,3
Prevalensi ADHD pada anak usia sekolah adalah 8-10%, hal tersebut
menjadikan ADHD sebagai salah satu gangguan yang paling umum pada masa
kanak-kanak. Bradley dan Golden pada tahun 2005 mengatakan hal yang sama,
yaitu ADHD merupakan masalah psikologis yang paling banyak terjadi akhir-
akhir ini, sekitar 3-10% terjadi di Amerika Serikat, 3-7% di Jerman, 5-10% di
Kanada dan Selandia Baru. Di Indonesia angka kejadiannya masih belum
ditemukan angka yang pasti, meskipun kelainan ini tampak cukup banyak terjadi
dan sering dijumpai pada anak usia pra sekolah dan usia sekolah. Saputro 2005 di
Indonesia, populasi anak Sekolah Dasar adalah 16,3% dari total populasi yaitu
25,85 juta anak mengalami ADHD. Berdasarkan data tersebut diperkirakan
tambahan kasus baru ADHD sebanyak 9000 kasus. Terdapat kecenderungan lebih

3
sering pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Secara epidemiologis
rasion kejadian dengan perbandingan 4 : 1.2,5

2.3 Etiologi dan faktor risiko


Penyebab ADHD dipahami sebagai disregulasi neurotransmiter tertentu
didalam otak yang membuat seseorang lebih sulit untuk memiliki atau mengatur
stimulus-stimulus internal dan eksternal. Beberapa neurotransmiter, termasuk
dopamine dan norepinephrine, mempengaruhi produksi, pemakaian, pengaturan
neurotransmiter lain juga beberapa struktur otak. Adanya peningkatan ambilan
kembali dopamin ke dalam sel neuron daerah limbik dan lobus prefrontal
dikatakan mengendalikan fungsi eksekutif perilaku. Fungsi eksekutif bertanggung
jawab pada ingatan, pengorganisasian, menghambat perilaku, mempertahankan
perhatian, pengendalian diri dan membuat perencanaan masa depan. Hal ini
menyebabkan kemudahan mengalami gangguan dan ketiadaan perhatian dari
sudut pandang fungsi otak adalah kegagalan untuk “menghentikan” atau
menghilangkan pikiran-pikiran internal yang tidak diinginkan atau stimulus-
stimulus kuat.2,5

Gambar 2.1 Dopamin di otak

4
Perubahan suasana hati yang cepat dan kepekaan berlebihan merupakan
akibat dari otak yang bermasalah dalam meredam bagian-bagian otak yang
mengatur gerakan-gerakan motorik dan respon-respon emosional. Hal itulah yang
membuat anak tidak dapat menunggu, menunda pemuasan dan menghambat
tindakan. Hasil penelitian oleh Cantwell (1975) dan Morrison dan Stewart (1973)
melaporkan bahwa pada orangtua biologis anak ADHD lebih banyak mengalami
hiperaktivitas dibandingkan dengan orangtua adopsi anak ADHD. Hal ini
menunjukkan bahwa peran herediter sangat besar sebagai salah satu faktor
penyebab gangguan ini.2,5
Penelitian neuropsikologis menunjukkan korteks frontal dan sirkuit yang
menghubungkan fungsi eksekutif bangsal ganglia. Katekolamin adalah fungsi
neurotransmiter utama yang berkaitan dengan fungsi otak lobus frontalis. Pada
penderita ADHD terdapat kelemahan aktifitas otak bagian korteks prefrontal
kanan bawah dan kaudatus kiri yang berkaitan dengan pengaruh proses editing
prilaku, menurunnya kesadaran diri, dan dalam penghambatan respon otomatis
terhadap rangsangan pada otak.2,5
Perilaku ADHD adalah efek dari kecemasan yang tinggi yang dialami oleh
anak sewaktu kecil, karena anak cemas maka pikirannya bekerja sangat aktif,
memunculkan berbagai mental atau buah pikir, dengan tujuan agar anak bisa
sibuk memikirkan gambar mental atau buah pikir itu sehingga dengan sendirinya
kecemasan mereka akan berkurang. Berdasarkan gambaran diatas, maka nampak
bahwa penyebab ADHD cukup kompleks, antara lain neurologis, herediter dan
lingkungan.2,5

2.4 Diagnosis
Gejala ADHD lebih jelas terlihat pada aktivitas-aktivitas yang
membutuhkan usaha mental yang terfokus. Agar dapat didiagnosa dengan ADHD,
tanda dan gejalanya harus muncul sebelum usia 7 tahun dan kadang sampai usia 2
-3 tahun. Gejala ADHD terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu kurang perhatian,
hiperaktivitas dan perilaku impulsif. Gejala akan meringan seiiring pertumbuhan
anak, tetapi tidak akan menghilang semuanya.2

5
Adapun tanda dan gejala inatensi, yaitu :
1) Seringkala gagal memperhatikan perincian atau membuat kecerobohan
dalam mengerjakan tugas dari sekolah ataupun aktivitas lainnya, serta
berganti-ganti kegiatan dengan cepat.
2) Sering mengalami kesulitan untuk menjaga tingkat atensi yang sama selama
mengerjakan tugas atau bermain atau kesulitan berkonsentrasi pada satu
kegiatan saya.
3) Terlihat seperti tidak mendengar walaupun diajak berbicara langsung
4) Mengalami kesulitan untuk mengikuti perintah dan sering gagal
menyelesaikan tugas dari sekolah, pekerjaan rumah ataupun tugas-tugas
lainnya
5) Menghindari atau tidak menyukai atau mengalami kesulitan tugas-tugas
yang membutuhkan usaha mental yang lama, seperti tugas dari sekolah atau
pekerjaan rumah
6) Seringkali kehilangan barang yang diperlukan seperti buku, pensil, mainan
atau peralatan
7) Mudah bosan pada suatu tugas atau kegiatan kecuali melakukan sesuatu
yang disukai
8) Kesulitan untuk mengikuti instruksi
9) Seperti tidak mendengar ketika diajak berbicara
10) Pelupa
Tanda dan gejala perilaku yang hiperaktivitas
1) Gelisah, tidak bisa diam ditempat duduk, selalu bergerak ditempat duduk
2) Berbicara tidak bisa berhenti
3) Seringkali berdiri dan meninggalkan bangkunya dikelas atau situasi lainnya
dimana seharusnya tetap duduk
4) Sulit untuk bermain dengan tenang
5) Selalu siap bergerak

6
Tanda dan gejala impulsivitas
1) Berbicara berlebihan
2) Menjawab pertanyaan sebelum pertanyaannya selesai dikatakan
3) Seringkali sulit menunggu gilirannya
4) Seringkali menyela atau mengganggu pembicaraan orang lain
Jika ditemukan perilaku-perilaku diatas dapat digolongkan dengan ADHD.
1) Berlangsung lebih dari enam bulan
2) Muncul sebelum berusia 7 tahun
3) Terjadi pada lebih dari satu setting (sekolah dan rumah)
4) Menganggu aktivitas sekolah, bermain dan aktivitas sehari-hari lainnya
secara regular
5) Menyebabkan masalah dalam hubungannya dengan orang dewasa dan anak-
anak lainnya
6) Pada bayi, adapun perilaku yang dapat digolongkan dengan ADHD, yaitu:
7) Sensitif terhadap bunyi, cahaya, suhu dan perubahan lingkungan
8) Aktif biasanya saat di buaian dan tidur sangat sedikit
9) Sering menangis
10) Bahkan perilaku bias sebaliknya, tenang dan lemas, tidur berlebihan dan
berkembangannya sangat lambat pada bulan pertama.

Tabel 2.1 Kriteria DSM-IV-TR untuk Atenttion Deficit Hyperactivity


Disorder (ADHD)2
A. Salah satu (1) atau (2)
1. Gangguan pemusatan perhatian (inatensi) : enam atau lebih gejala in atensi
berikut telah menetap sekurang – kurangnya 6 bulan bahkan sampai tingkat yang
maladaptive dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan
a. Sering gagal dalam memberikan perhatian pada hal yang detail dan tidak
teliti dalam mengerjakan tugas sekolah, pekerjaan atau aktivitas lainnya
b. Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian terhadap tugas
atau aktivitas bermain
c. Sering tidak tampak mendengarkan apabila berbicara secara langsung
d. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal penyelesaian tugas sekolah,

7
pekerjaan atau kewajiban di tempat kerja (bukan karena perilaku menentang
atau tidak dapat mengikuti instruksi)
e. Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas
f. Sering menghindari, membenci atau enggan untuk terlibat dalam tugasyang
memiliki usaha mental yang lama
g. Sering menghilangkan atau ketinggalan hal – hal yang perlu untuk tugas dan
aktivitas
h. Sering mudah teralihkan perhatiannya oleh stimulasi dari luar
i. Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari
2. Hiperaktivitas impulsivitasenam (atau lebih) gejala hiperaktivitas
impulsivitasberikut telah meneta selama sekurang-kurangnya enam bulan sampai
tingkat yang maladaptive dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan
Hiperaktivitas
a. Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau sering mengeliat-ngeliatkan tubuh di
tempat duduk
b. Sering meninggalkan tempat duduk dikelas atau didalam situasi yang
diharapkan anak untuk tetap tenang
c. Sering berlari –lariatau memanjat secara berlebihandalam situasi yang tidak tepat
d. Sering mengalami kesulitan bermain dan terlibat dalam aktivitas waktu luang
secara tenang
e. Sering “siap-siap pergi” atau seakan –akan “didorong oleh sebuah gerakan”
f. Sering berbicara berlebihan impulsivitas
g. Sering menjawab pertanyaan tanpa berfikir lebih dahulu sebelum pertanyaan
selesai
h. Sering sulit menunggu gilirannya
i. Sering menyela atau menggangu orang lain
B. Beberapa gejala hiperaktivitas-impusif yang menyebabkan gangguan telah ada
sebelum usia 7 tahun
C. Beberapa gangguan akibat gejala terdapat dalam dua atau lebih situasi
D. Harus terdapat bukti yang jelas adanya gangguan yang bermakna secara klinis
dalam fungsi sosial, akademik dan fungsi pekerjaan

8
E. Gejala tidak semata-mata sekama gangguan perkembangan pervasif, skizofrenia
atau gangguan psikotik lain dan bukan merupakan gangguan mental lain

2.5 Penatalaksanaan
Terapi standar anak dengan ADHD terdiri dari medikasi (farmakologi) dan
konseling (non farmakologi). Terapi lainnya adalah untuk meringankan efeksi
gejala ADHD. Mengobati ADHD merupakan gabungan dari kerjasama antara
pemberi pelayanan kesahatan, orang tua atau pengasuh dengan anak itu sendiri.2
1) Terapi farmakologis
Terdapat tiga obat untuk terapi ADHD yang biasa digunakan di Amerika
Serikat yaitu methylphenidate hydrochloride, dexamphetamine sulfat dan
atomoxetine. Obat – obatan di gunakan biasanya untuk anak usia 6 tahun atau
lebih sedangkan utuk dexamphetamine untuk usia 3 tahun atau lebih. Medikasi
tidak direkomendasikan pada anak untuk usia pre sekolah. Terapi farmakologis
untuk ADHD dibagi dua obat pskiostimulan dan non psikostimulan.
a) Obat Psikostimulan
Obat psikostimulan merupakan obat yang sering digunakan untuk
mengobati ADHD. Obat ini bekerja dengan meningkatkan dan menyeimbangkan
keadaan neurotransmitter otak, sehingga dapat memperbaiki gejala-gejala inti.
Obat ini hanya bekerja dengan waktu terbatas, dapat bekerja dalam jangka waktu
panjang dan waktu pendek. Penggunaan obat psikostimulan jangka panjang dapat
berfungsi 6-12 jam sedangkan jangka pendek kurang lebih 4 jam. Selain itu untuk
dosis sangat diberikan berbeda pada tiap anak, sehingga membutuhkan waktu
yang lama untuk mendapatkan dosis yang optimal. Adapun contoh obat
psikostimulan ini adalah Amfetamin-dekstroamfetamin, Deksmetilfenidat,
Dekstroamfetamin, Lisdeksamfetamin dan Metilfenidat. Obat – obatan yang
terdapat di Indonesia adalah Metilfenidat dan Dekstroamfetamin.
b) Obat Non Psikostimulan
Obat ini diberikan pada anak- anak yang tidak memiliki respon pada obat
psikostimulan atau memiliki efek samping pada penggunaan obat psikostimulan.
Salah satu contoh golongan obat non psikostimulan ada Atomoksetine dengan

9
cara kerja sebagai stimulant tetapi kemungkinan penyalahgunaannya rendah,
sayangnya obat ini tidak terdapat di Indonesia.
c) Antidepressan trisiklik
Penggunaan obat ini diberikan pada gejala behavioral ADHD dan gangguan
hiperkinetik, Pada penggunaan terapi ini tidak boleh diberikan sebagai obat rutin
untuk terapi ADHD karena obat ini memiliki efek samping seperti anoreksia,
letargi, insomnia. Adapun obat – obat yang termasuk golongan ini yaitu
imipramine, desipramine, amitriptiline, noretriptiline dan clomipramine.
Untuk menemukan kriteria diagnosisnya, penting untuk mengetahui gejala
dibwah ini :
1. Onsetnya sebelum usia 7 tahun (ADHD) atau 6 tahun (HKD)
2. Sudah jelas nampak minimal selama 6 bulan
3. Harus pervasif (ada pada lebih dari 1 setting, missal : rumah, sekolah,
lingkungan sosial)
4. Menyebabkan gangguan fungsional yang signifikan
5. Tidak ada penyebab gangguan mental lainnya
6. Morbiditas penyerta meliputi kegagalan akademis, perilaku antisosial dan
peningkatan resiko kecelakaan lalu lintas pada remaja.Sebagai tambahan,
dapat pula timbul pengaruh yang dramatis di kehidupan keluarga.
2) Terapi non farmakologis
a) Intervensi Psikososial
Intervensi psikososial berdasarkan klinis
b) Intervensi psikososial keluarga
Salah satu cara dengan menggunakan terapi keluarga yang dapat membantu
orang tua agar dapat mengembangkan cara untuk mengarahkan dan
memahani perilaku anaknya
c) Intervensi individual
- Intervensi psikososial berdasarkan sekolah
- Intervensi Diet
- Intervensi Komplementer dan Alternatif
- Intervensi Sosial dan Komunitas
- Intervensi Multimodal

10
2.6 Prognosis
Perjalanan ADHD itu bervariasi, ada yang mengalami remisi dan menetap.
1) Persisten atau menetap. Pada 40-50% kasus, gejala akan persisten hingga
masa remaja atau dewasa. Gejala akan lebih cenderung menetap jika
terdapat riwayat keluarga, peristiwa negatif dalam hidupnya, komobiditas
dengan gejala-gejala perilaku, depresi dan gangguan cemas. Dalam
beberapa kasus, hiperaktivitasnya akan menghilang, tetapi tetap mengalami
inatensi dan kesulitan mengontrol impuls (tidak hiperaktif, tetapi impulsif
dan ceroboh). Anak ini rentan dengan penyalahgunaan alkohol dan narkoba,
kegagalan disekolah, sulit mempertahankan pekerjaan, serta pelanggaran
hukum.
2) Remisi. Pada 50% kasus, gejalanya akan meringan atau menghilang pada
masa remaja atau dewasa muda. Biasanya remisi terjadi antara usia 12
hingga 20 tahun. Gejala yang pertama kali memudar adalah hiperaktivitas
dan yang paling terakhir adalah distractibility.
a. Remisi total. Anak yang mengalami remisi total akan memiliki masa
remaja dan dewasa yang produktif, hubungan interpersonal yang
memuaskan, dan memiliki gejala sisa yang sedikit.
b.Remisi parsial. Pada masa dewasanya, anak dengan remisi parsial mudah
menjadi antisosial, mengalami gangguan mood, sulit mempertahankan
pekerjaan, mengalami kegagalan disekolah, melanggar hukum, dan
menyalahgunakan alkohol dan narkoba.
Prognosa anak dengan ADHD tergantung dari derajat persistensi
psikopatologi komorbidnya, terutama gangguan perilaku, disabilitas sosial, serta
faktor-faktor keluarga. Prognosa yang optimal dapat didukung dengan cara
memperbaiki fungsi sosial anak, mengurangi agresivitas anak, dan memperbaiki
keadaan keluarganya secepat mungkin

11
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

2.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan referat ini adalah
1) Gejala inti Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) meliputi
tingkat aktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai perkembangan serta
kemampuan mengumpulkan perhatian yang terganggu.
2) Penyebab ADHD dipahami sebagai disregulasi neurotransmiter tertentu
didalam otak yang membuat seseorang lebih sulit untuk memiliki atau
mengatur stimulus-stimulus internal dan eksternal. Beberapa
neuorotransmiter, termasuk dopamine dan norepinephrine, mempengaruhi
produksi, pemakaian, pengaturan neurotransmiter lain juga beberapa
struktur otak.
3) Gejala ADHD terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu kurang perhatian,
hiperaktivitas dan perilaku impulsif.
4) Terapi standar anak dengan ADHD terdiri dari medikasi (farmakologi) dan
konseling (non farmakologi).

2.2 Saran
1) Perlunya pemahaman orang tua dan guru terhadap anak dengan Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
2) Pada petuga medis diharapakan memberikan terapi yang bersifat holistic
dan menyeluruh. Modifikasi perilaku merupakan pola penanganan yang
paling efektif dengan pendekatan positif dan dapat menghindarkan anak dari
perasaan frustasi, marah, dan berkecil hati menjadi suatu perasaan yang
penuh percaya diri.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Pliszka S. 2007. AACAP Work Group on Quality Issues. Practice parameter


for the assessment and treatment of children and adolescents with
attentiondeficit/hyperactivity disorder. J Am Acad Child Adolesc
Psychiatry.46:894

2. Wiguna T. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH),


dalam: Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2010: 441-454

3. ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) in children. The


Australian Psychological Society Limited: 2014

4. Konofal E, Lecendreux M, Deron J, Marchand M, Cortese S, Zaim M, et al.


2008. Effects of iron supplementation on attention deficit hyperactivity
disorder in children. Pediatric Neurology. 38(1):20-6

5. Rusmawati D, Dewi EK. Pengaruh terapi musik dan gerak terhadap


penurunan kesulitan perilaku siswa sekolah. Jurnal Psikologi Undip Vol. 9,
No.1, April 2011

13

Anda mungkin juga menyukai