Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam GBHN, dinyatakan bahwa pola dasar pembangunan Nasional
pada hakekatnya adalah Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat Indonesia. Jadi jelas bahwa hubungan antara usaha
peningkatan kesehatan masyarakat dengan pembangunan, karena tanpa modal
kesehatan niscaya akan gagal pula pembangunan kita. Usaha peningkatan
kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti membalikkan
telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit
yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu
ibu dan anak, ibu hamil dan ibu meneteki serta anak bawah lima tahun.
Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran
pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA
adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak. Penyakit-
penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi
kecacatan sampai pada masa dewasa. ISPA masih merupakan masalah
kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang
cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak
diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. Sepanjang tahun
2013 Dinas Kesehatan kota Batam mencatat korban penderita ISPA berjumlah
113 jiwa, pada tahun 2014 meningkat mencapai 952 jiwa. Penyakit ISPA sering
muncul pada musim pancaroba akibat sirkulasi virus di udara yang meningkat.
Selain itu, perubahan udara seringkali memperlemah daya tahan tubuh anak.

Berdasarkan masalah di atas, peneliti bermaksud untuk membahas


mengenai penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) di Kota Batam.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
1. Mengapa penyakit ISPA mendominasi menyerang anak-anak?
2. Apa hubungan penyakit ISPA dengan cuaca?
3. Apa hubungan penyakit ISPA dengan status gizi?
4. Bagaimana pencegahan penyakit ISPA ?
5. Bagaimana upaya penanganan ISPA di Rumah ?
6. Bagaimana upaya pengobatan ISPA di Rumah Sakit?

1
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuannya sebagai berikut
1. Medeskripsikan penyakit ISPA mendominasi menyerang anak-anak.
2. Medeskripsikan hubungan penyakit ISPA dengan cuaca.
3. Medeskripsikan hubungan penyakit ISPA dengan status gizi.
4. Medeskripsikan pencegahan penyakit ISPA.
5. Medeskripsikan upaya penanganan ISPA di Rumah.
6. Medeskripsikan upaya pengobatan ISPA di Rumah Sakit.

2
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
2.1. Definisi ISPA
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas.
Yang benar II ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian
bawah.
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14
hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung
sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang
telinga tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun
demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati
dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA
dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia
dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia
tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit
jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi
dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang
ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin,
semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran
pernapasannya. Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran
pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian
yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas
terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan
masyarakat pada bulan-bulan musim dingin. Tetapi ISPA yang berlanjut
menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi
kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko
terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi
silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit
parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian
antibiotik.
2.2. Tanda-tanda bahaya
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan
keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit
mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh
dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah

3
dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih
rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar
yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong
dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan
tanda-tanda laboratoris.
Tanda-tanda klinis
• Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau
hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
• Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi
dan cardiac arrest.
• Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
papil bendung, kejang dan coma.
• Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratoris
• hypoxemia,
• hypercapnia dan
• acydosis (metabolik dan atau respiratorik).
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun
adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk,
sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah:
kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari
setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor,
Wheezing, demam dan dingin.
2.3. Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut:

Klasifikasi ISPA

Pilek disertai demam tanpa napas cepat

Pnemonia Berat Pnemonia Bukan Pnemonia

4
• Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
• Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
• Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,
tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis,
faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit
ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan
untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
• Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada
bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur
kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat
dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
• Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa
anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
• Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12
bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40
kali per menit atau lebih.
• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

5
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Teknik Penelitian
Metodologi merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode.
Penelitian merupak an suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan
sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi
untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.
Sumber data untuk penelitian ini adalah memakai sistem sekunder. Dimana
teknik pengumpulan data studi kepustakaan atau studi dokumen ini adalah teknik
pengumpulan data sekunder yang meliputi pengutipan dan pengkajian teori, data dan
informasi dari berbagai buku, dokumen, internet, dan media cetak.

3.2 Tempat Penelitian


Dalam penelitiaan ini, penulis mengambil permasalahan ISPA secara umum di
Kota Batam.

6
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Penyakit ISPA Mendominasi Menyerang Anak-anak

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA


merupakan infeksi yang berawal dari saluran pernapasan hidung, tenggorokan, laring,
trakea, bronchi dan alveoli. Maka pengertian ISPA dapat dikatakan sebagai penyakit
infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai
dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA merupakan salah satu alasan yang
umum digunakan untuk morbiditas pada anak. Kematian akibat penyakit ISPA telah
tumbuh dan antimikrobanya sangat kuat sehingga perawatan kesehatan mendorong
mayoritas anak-anak harus rawat inap.

ISPA DIKOTA BATAM

800

600
Jiwa

400

200

Tahun 2013
Tahun 2014

Tahun 2013 Tahun 2014


Series 1 609 737

Penyakit ISPA sangat erat kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh


seseorang. Pada sebagian kasus ISPA, mereka yang terinfeksi adalah anak-anak
dikarenakan sistem kekebalan tubuh yang mereka punya menurun atau memang masih
rendah dibandingkan orang dewasa.
Kematian dari penyakit ISPA yang dapat ditimbulkan cukup tinggi (20-30%),
dan perlu dicatat bahwa penyakit ISPA merupakan masalah kesehatan tidak boleh
diabaikan karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang tinggi dengan rasio 1
diantara 4 bayi. Jadi kita dapat memperkirakan episode ISPA dapat terjadi 3-6 kasus

7
kematian setiap tahun. Angka tersebut dibuktikan pada kunjungan pasien ke puskesmas
yang cukup tinggi untuk penyakit ISPA yaitu rata-rata lebih dari 25% terutama pada
usia balita.
Penyakit ini dapat ditularkan melalui udara pernapasan yang mengandung
kuman yang dihirup orang sehat lewat saluran pernapasan. ISPA yang tidak ditangani
secara lanjut apalagi dianggap sepele dapat berkembang menjadi pneumonia
(khususnya menyerang anak kecil dan balita apabila terdapat zat gizi yang kurang dan
ditambah dengan keadaan lingkungan yang tidak bersih)

4.2 Hubungan Penyakit ISPA dengan Cuaca

Perubahan udara dan temperatur sedikit banyak ternyata berpengaruh pada


tubuh kita. Untuk menyesuaikan dengan perubahan cuaca, tubuh kita otomatis akan
berusaha untuk menyesuaikan dengan suhu sekitar. Saat itu pula imunitas (daya tahan
tubuh terhadap penyebab penyakit) kita mulai menurun, sehingga sering menyebabkan
orang terserang penyakit di saat terjadi perubahan cuaca.

Tribun Batam/Dewi Haryati Lubis


Kabut asap menyelimuti Kota Batam. Akibatnya kawasan Nongsa dan Batam Centre terhalang kabut
asap. Foto diambil dari salah satu tempat tinggi di kawasan Bengkong Abadi, Batam, Minggu
(19/10/2014).

Selain itu, temperatur dan cuaca yang berubah-ubah adalah salah satu kondisi
yang memacu virus dan bakteri untuk lebih cepat berkembang biak. Jadi, tidak heran
bila banyak orang terserang penyakit di musim perubahan cuaca dibanding di musim
yang suhunya relatif stabil.

8
Pada saat peralihan musim penghujan ke musim kemarau, keluhan ISPA
(infeksi saluran pernapasan atas) bisa seketika banyak dijangkit masyarakat. Mulai dari
rhinitis, sinusitis, faringitis, tonsilitis hingga laringitis. Umumnya gejala ISPA dapat
berupa demam, batuk, pilek atau bersin maupun sakit tenggorokan. Selain ISPA,
penyakit alergi seperti asma atau rhinitis juga sering muncul. Pada peralihan musim
penghujan ke musim kemarau yang berudara dingin dan kering serta banyak debu juga
bisa memicu kekambuhan penyakit asma.

4.3 Hubungan ISPA dengan Status Gizi

World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran


Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas
40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita.
Menurut WHO sebanyak 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan
sebagian besar kematian tersebut terdapat di Negara berkembang, dimana ISPA
merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh sebanyak 4 juta
anak balita setiap tahun (Asrun, 2010).
Angka kematian bayi, balita dan anak merupakan salah satu indikator kesehatan
yang sangat mendasar. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2007, menunjukkan bahwa proporsi kematian bayi akibat ISPA di
Indonesia adalah sebesar 30,8%, artinya dari 100 bayi meninggal, 30 diantaranya
meninggal karena ISPA. ISPA masih merupakan penyebab kematian terbanyak pada
balita, yakni sebesar 22,8 % atau sebesar 4,6 kamatian per 1000 balita (Nurhadiyah,
2010).
Infeksi saluran pernapasan akut adalah penyakit yang menyerang saluran
pernapasan terutama paru-paru, termasuk penyakit tenggorokan dan telinga. Infeksi
saluran pernapasan akut diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu infeksi saluran
pernapasan akut berat (pneumonia berat) ditandai dengan tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam pada saat inspirasi, infeksi saluran pernapasan akut sedang
(pneumonia) ditandai dengan frekuensi pernapasan cepat yaitu umur di bawah 1 tahun;
50 kali/menit atau lebih cepat dan umur 1-4 tahun; 40 kali/menit atau lebih. Sedangkan
infeksi saluran pernapasan akut ringan (bukan pneumonia) ditandai dengan batuk pilek
tanpa napas cepat dan tanpa tarikan dinding dada (Depkes RI, 2011).

9
Sebagian besar penderita pneumonia adalah bayi dan balita. Balita adalah anak
yang berumur di bawah lima tahun, usia ini merupakan awal pertumbuhan untuk
menuju ke arah dewasa. Pertumbuhan tubuh ditandai dengan adanya pertambahan sel-
sel tubuh, tinggi dan berat badan, perkembangan mental yaitu kesanggupan tubuh untuk
menyesuaikan diri dengan berbagai keadaan serta bertambahnya tingkat kecerdasan.
Pertumbuhan dan perkembangan balita memerlukan makanan yang cukup. Makanan
yang baik juga dapat meningkatkan prestasi balita.
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan
dan kesejahteraan manusia. Ada hubungan erat antara tingkat keadaan gizi dengan
konsumsi makanan. Tingkat keadaan gizi optimal akan tercapai apabila konsumsi gizi
makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh mereka. Gizi adalah
suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta energi. Kecukupan gizi balita
dapat dilihat dari status gizinya (Anwar, 2009).

4.4 Pencegahan Penyakit ISPA


ISPA merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Penularan ISPA
terutama droplet (partikel-partikel kecil) yang keluar saat penderita batuk atau bersin.
Penularan ISPA juga dapat terjadi melalui kontak langsung (menyentuh penderita
langsung) dengan penderita maupun kontak tidak langsung yaitu menyentuh benda
yang terkontaminasi droplet infeksius.
ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di
dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya
disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi
pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara dengan
pendapatan per kapita rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA merupakan salah satu
penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan terutama
pada bagian perawatan anak. Kematian karena penyakit ISPA seringkali disebabkan
karena penderita yang datang untuk berobat sudah dalam keadaan menderita penyakit
ISPA yang berat dan sering disertai penyulit-penyulit serta kurang gizi. Sementara itu
dimasa tumbuh kembangnya setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA
setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan pasien di Puskesmas adalah disebabkan
oleh penyakit ISPA. Untuk mencegah penularan ISPA, anda dapat melakukan hal
berikut ini :
 Menjaga keadaan gizi anda dan keluarga agar tetap baik. Memberikan ASI eksklusif
pada bayi anda.
 Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat/tidur yang cukup dan olah raga teratur.

10
 Membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun atau hand sanitizer
terutama setelah kontak dengan penderita ISPA. Ajarkan pada anak untuk rajin cuci
tangan untuk mencegah ISPA dan penyakit infeksi lainnya.
 Melakukan imunisasi pada anak anda. Imunisasi yang dapat mencegah ISPA
diantaranya imunisasi influenza, imunisasi DPT-Hib /DaPT-Hib, dan imunisasi PCV.
 Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA.
 Hindari menyentuh mulut atau hidung anda setelah kontak dengan flu. Segera cuci
tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer setelah kontak dengan penderita ISPA.
 Apabila anda sakit, gunakanlah masker dan rajin cuci tangan agar tidak menulari anak
anda atau anggota keluarga lainnya.
 Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau anggota keluarga
lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi mungkin dapat dilakukan seperti
anak yang sehat tidur terpisah dengan anggota keluarga lain yang sedang sakit ISPA.
 Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.

4.5 Penanganan Penyakit ISPA di Rumah


Banyak penyakit infeksi saluran napas yang dikelompokkan ke dalam ISPA.
Oleh karena itu kita perlu mengetahui apa sebetulnya penyakit infeksi yang dialami
anak kita. Apakah common cold, influenza, atau pneumonia? Apakah penyakit tersebut
disebabkan infeksi virus atau bakteri? Diagnosis yang spesifik beserta penyebabnya
akan menentukan penanganan selanjutnya. Sebagai contoh, apabila anak kita sakit
common cold, maka anak kita cukup memerlukan istirahat, nutrisi dan minum yang
cukup, dan obat penurun panas bila demam. Namun bila anak kita menderita
pneumonia bakterial, maka ia memerlukan antibiotik dan mungkin juga perawatan di
rumah sakit.
Perinsip penanganan ISPA secara umum:
 Istirahat yang cukup minimal 8 jam perhari.
 Beri makananan yang bergizi tinggi. Sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih
sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah.
 Berikan anak asupan cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari
biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah
parah sakit yang dideritaterutama bila anak batuk dan demam.
 Tetap berikan ASI bila anak tersebut masih disusui.
 Dianjurkan memberi obat batuk yang aman. Saat ini sudah tersedia Obat Batuk Herbal
yang terbukti ampuh dan aman digunakan untuk mengobati batuk pada anak. Pilihan
lainnya adalah menggunakan ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh
dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
 Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol. Parasetamol diberikan 4
kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan
dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan
 Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu
air es).
 Bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk ke dokter.

11
 Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang
bersih
 Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-
lebih pada anak dengan demam.
 Hindari penularan ISPA ke orang lain. Cara untuk menghindari penularan: menutup
mulut dan hidung bila batuk/bersin, cuci tangan dengan sabun setelah batuk/bersin,
gunakan masker (bila anak cukup kooperatif), hindari kontak terlalu dekat dengan bayi
atau manular.
 Jangan memberikan antibiotik tanpa intruksi dokter. Antibiotik tidak diperlukan apabila
ISPA yang disebabkan infeksi virus. Antibiotik diperlukan apabila ISPA disebabkan
oleh infeksi bakteri seperti strep throat dan pneumonia. Penggunaan antibiotik yang
tidak tepat dapat meningkatkan kekebalan bakteri terhadap antibiotik tersebut.
 Hindari pemberian obat batuk/pilek pada anak tanpa instruksi dokter. Diskusikan
dengan dokter anda mengenai manfaat dan risiko obat tersebut apabila akan diberikan
pada anak anda
 Kenali tanda-tanda gawat darurat pada anak yang menderita ISPA .

4.6 Pengobatan penyakit ISPA di Rumah Sakit / Pemberi Pelayanan Kesehatan


Pneumonia berat : Dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen
dan sebagainya.
Pneumonia : Diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak
mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat
antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin
prokain.
Bukan pneumonia : Tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah,
untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat
batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan
obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala
batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya
bercak nanah (eksudat) Disertai pembesaran kelenjar getah
bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh
kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin)
selama 10 hari. Setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus
diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.

12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang
sangat sering dijumpai terutama di daerah perkotaan yang pencemaran
lingkungannya sudah tinggi. Penyakit ISPA merupakan penyebab kematian
paling sering pada anak-anak usia di bawah lima tahun. Frekuensi ISPA yang
tinggi pada anak-anak terutama balita akan membawa dampak negatif bagi anak
maupun keluarga dan lingkungan sekitarnya. Banyak faktor yang
mempengaruhi terjadinya ISPA.
Klasifikasi penyakit ISPA tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-
tanda bahaya yang diperlihatkan penderita, Penatalaksanaan dan pemberantasan
kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu peranserta masyarakat
terutama ibu-ibu, dokter, para medis dam kader kesehatan untuk menunjang
keberhasilan menurunkan angka, kematian dan angka kesakitan sesuai harapan
pembangunan nasional.

5.2 Saran
ISPA merupakan penyakit yang setiap tahunnya meningkat di Kota
Batam maka diharapkan penyakit saluran pernapasan penanganannya dapat
diprioritaskan. Disamping itu penyuluhan tentang penyakit ISPA perlu
ditingkatkan dan dilaksanakan secara berkesinambungan, serta penatalaksanaan
dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah dilaksanakan sekarang ini,
diharapkan lebih ditingkatkan lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://endryjuliyanto.blogspot.com/2012/02/infeksi-saluran-pernafasan-akut-
ispa.html

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-nurhadig2a-6164-2-
babii.pdf

https://putraprabu.wordpress.com/2009/01/04/infeksi-saluran-pernafasan-akut-
ispa/

14

Anda mungkin juga menyukai