Anda di halaman 1dari 11

THT 172

PHARYNX
 Merupakan suatu tabung, yang besar di bagian atas dan kecil di bagian bawah dibentuk oleh
fibromuskular yang berbatasan:
 Atas : Basis cranii
 Bawah : Tulang cricoid
 Depan : Choana
 Belakang : Vertebra cervicalis
Batas bawah belakang berbatasan dengan esophagus dan batas bawah depan berbatasan dengan
larynx dan rima glottis.

 Fibromuskular terdiri dari 4 lapisan:


 Mukosa
 Fascia pharyngobasilar
 Muscular coat
 Fascia bucopharyngeal
 Mukosanya terdiri dari selaput lendir yang disebut mucosa blanket  mukosa-mukosa yang
mengandung kelenjar. Di mukosa terdapat limfoid tissue untuk mekanisme pertahanan tubuh.

 Mukosa sebelah atas yaitu di nasopharynx  mukosanya thorax bercilia untuk pernafasan.
 Mukosa sebelah bawah yaitu di oropharynx  stratified squamous epitelium.

 Otot-otot pharynx terdiri dari:


 Lapisan luar
Otot-otot sirkuler : M. Constrictor pharyngeus sup, med dan inf.
Fungsi : Mempersempit dan memperlebar dinding faring.
 Lapisan dalam
Otot-otot longitudinal : M. Stylopharyngeus, dsb.
Fungsi : Memperpendek dan mengangkat dinding faring keatas.

 Fungsi pharynx:
 Menelan
 Pernafasan
 Resonansi suara
 Membentuk suara (artikulatio suara)

 Pharynx terbagi atas:  Epipharynx (Nasopharynx)


 Oropharynx (Mesopharynx)
 Laryngopharynx (Hipopharynx)
 Nasopharynx  Depan : Choana dan septum nasi
 Belakang : Vertebra cervivalis
 Atas : Basis cranii
 Bawah : Palatum molle
 Oropharynx  Depan : Cavum oris
 Belakang : Vertebra cervicalis
 Atas : Palatum molle
 Bawah : Pinggir atas dari epiglottis
 Laryngopharynx  Depan : Pangkal lidah
 Belakang : Pangkal esofagus

13
THT 172
 Atas : Epiglottis
 Bawah : Cricoid
 Pada Nasopharynx:
 Adenoid (tonsila pharyngea)
 Fossa Rossenmuller
 Tube eustachius
 Pada torus tubarius banyak terdapat kelenjar yang merupakan limfoid tissue. Kelenjar
tersebut membentuk sistem imunitas disebut Ring of Waldeyer.

 Ring of Waldeyer :  Tonsila palatina


 Tonsila pharyngea
 Tonsila lingualis
 Lateral pharyngeal band
 Posterior pharyngeal wall

Palatum Molle
 Batas-batas :
 Depan : Melekat pada palatum durum
 Lateral : Melekat pada dinding lateral faring
 Belakang : Bebas
 Otot-otot :
 M. Levator velli palatini
▫ Mengangkat palatum molle keatas
▫ Memperlebar ostium tuba auditiva
• M. Tensor velli palatini : membuka tuba auditivae
• M. Palatoglossus : membuka isthmus faucium
• M. Palatopharyngeus : mengangkat faring waktu menelan
• M. Uvula : memperpendek dan menarik uvula keatas
 Fungsi :
 Resonansi suara
 Proses makan, minum dan bernafas
 Otot-otot yang berfungsi membuka tuba auditiva :
 M. Salfingopharyngeus
 M. Levator velli palatini
 M. Tensor velli palatini

Persyarafan, Pendarahan dan Pembuluh Limfe


 Persyarafan :
 Terutama N. Vagus
 Palatum mole  N. Palatini (cabang N. Trigeminus)
 Nasofaring  Ganglion Sfenopalatini
 Pendarahan :
 Terutama dari cabang A. Maksilaris eksterna, terdiri dari :
▫ Pharyngea ascendens
▫ Palatina Ascendens dan A. Fascialis
▫ Cabang A. Lingualis
 Aliran vena menuju plexus pterygoidea  V. Fascialis komunis dan V. Jugularis interna
 Pembuluh Limfe :
 Mengalirkan cairan limfe ke cervical Lymph Node

Tonsil
 Merupakan kelenjar Limfe pada faring dan berbentuk oval.
14
THT 172
 Berdasarkan lokalisasi tdd. :
 Tonsila palatina (amandel)  lateral faring
 Berupa kapsul yang lengket ke M. Constrictor pharyngeus
 Tonsila pharyngea  nasofaring
 Tonsila lingualis  pangkal lidah
 Tempat tonsil  Resessus Tonsilaris
 Permukaan tonsil ditutupi oleh stratified squamous epithelium.
 Setiap tonsil memiliki kripta-kripta (celah tempat keluarnya sel darah putih yang mati setelah
“bertempur” melawan kuman), jumlahnya bervariasi 8-10 buah pada setiap tonsil.
 Pendarahan  3 arteri besar :
 Maxilaris interna dan eksterna
 Carotis externa
 Cabang A. Lingualis
 Persyarafan :
 Atas : N. Palatinus posterior (cabang ganglion sfenopalatina)
 Bawah : N. Glossopharyngeus
 Fungsi :
 Pembentukan leukosit terutama limfosit yang dibentuk dalam folikel tonsil.
 Tempat penghancuran bakteri yang masuk melalui hidung/mulut.

Adenoid / Tonsila Pharyngea


 Merupakan kelompok limfoid tissue pada nasopharynx.
 Besar maximum setelah usia 3 – 6 tahun dan mengecil sampai umur 12 tahun.
 Jika tetap membesar setelah 12 tahun disebut adenoid persisten.
 Adenoid tidak mempunyai kapsul, berbeda dengan tonsila amandel (tonsila palatina).
 Kapsul pada tonsila palatina menempel pada M. Constrictor pharyngea.
 Amandel terdiri dari crypta-crypta yang berjumlah 8 – 20 crypta.
 Crypta paling besar disebut crypta magna.
 Amandel diperdarahi cabang A. Carotis externa dan cabang A. Maxillaris.

15
THT 172

16
THT 172
KELAINAN NASOPHARYNX
 Tumor jinak  Terbanyak : Angiofibroma nasopharynx
 Tumor ganas  Terbanyak : Nasopharynx Ca
 Pharyngitis
 Adenoitis

 Gejala :
 Demam
 Hidung tersumbat
 Jika bengkak  menyumbat hidung
 menyumbat telinga melalui tuba eustachius
 Pengobatan :
 Simptomatis
 Antipiretik
 Antimikroba : Penicillin, Amoxycillin, dll.

 Jika infeksi berulang, terjadi perubahan adenoid disebut Adenoid Hipertrofi .


 Gejala : Hidung tersumbat sehingga bernafas melalui mulut dan dikenal dengan “Adenoid Face”.
Tidur mendengkur.
Lupa bernafas ketika tidur disebut Sleep Apnoe.
 Pengobatan : Adenoidektomy.
 Pemeriksaan adenoid:
 Rhinoscopy anterior, pasien mengucapkan huruf I berulang-ulang.
 Mulut diraba dengan tangan dari belakang.
 Foto Soft Tissue Lateral

 Komplikasi dari adenoid :


 Adenoitis
 Adenoid hipertrophy
 Dapat dilihat dari :
 Rhinitis
 Sinusitis
 Otitis media akuta
 Dapat juga bronchitis  bronchopneumonia
KELAINAN OROPHARYNX
 Radang Akut Faring dan Tonsil
 Berupa : Faringitis akut menyerang semua umur
Tonsilitis akut
 Etiologi :
 Bakteri (50%), golongan : - Streptococcus  hemolyticus
- Streptococcus viridans
- Streptococcus pyogenes
 Infeksi virus melalui percikan lidah:
- Adenovirus
- Echovirus
- Virus influenza
- Herpes
Jika disebabkan oleh kuman, khas terbentuk detritus-detritus.
Jika disebabkan oleh virus  radang catarrhal (warna merah)

 Patologi :

17
THT 172
 Infiltrasi radang pada lapisan epitel
 Epitel terkikis, jaringan limfoid superficial  reaksi
 Pembentukan radang  infiltrasi limfosit PMN
 Tampak pada kriptus tonsil yang berisi bercak kuning  detritus
 Tonsilitis akut beserta detritus  Tonsilitis Folikularis
 Bila bercak berdekatan  Tonsilitis Lakunaris
 Bila bercak melebar hampir menutupi seluruh tonsil terbentuk pseudomembran disebut
Tonsilitas Confluence
Muara dari crypta disebut lakuna.

 Diagnosa Banding :
 Angina Plaut Vinvent
 Tonsilitis Diphteri
 Scarlet Fever
 Angina Agranulositosis
 TBC Tonsil
 Leukemia

 Gejala dan tanda :


 Hiperpireksia (sampai 40 C)
 Lesu dan arthritis
 Odinofagi
 Anorexia
 Otalgia
 Referred pain melalui N. IX (Arnold nerve)

 Pemeriksaan :
 Faring hiperemis
 Tonsil membengkak dan hiperemis
 Detritus berbentuk folikel, lacuna membrana.
 Glandula submandibula membengkak
 Nyeri tekan (terutama pada anak-anak)
 Kadar ASTO 

 Terapi :
 Antimikroba : Sulfonamid, Ampicillin, Amoxycillin, dll.
 Antipiretik : Paracetamol, Antalgin, dll.
 Obat kumur/hirup yang mengandun desinfektan

 Komplikasi :
 Pada anak-anak  Otitis media akuta.
 Pada tonsillitis akut : - Abses peritonsil
- Abses parafaring
- Toksaemia
- Septikemia
- Otitis media akuta
- Bronkhitis
- Myokarditis
- Artritis

 Tonsilitis Membranosa

18
THT 172
2.1. Tonsilitis Diphteri
 Dulu  Frekuensi meninggi  Imunisasi anak belum sempurna.
Sekarang  Frekuensi berkurang  keberhasilan imunisasi.
 Etiologi dan imunitas :
 Penyebab : Corynebacterium diphteriae (gram positif).
 Kuman ini terdapat di saluran nafas atas yakni pada hidung, faring dan laring.
 Sering ditemukan pada anak-anak usia < 18 tahun dan frekuensi tertinggi pada umur 2 – 5
tahun.
 Gejala dan tanda :
 Membran semu di tonsil dan sekitarnya.
 Pelepasan eksotoksin.

 Gambaran klinik di bagi 3 golongan :


 Gejala Umum = Penyakit infeksi lainnya :
▫ Demam subfebris
▫ Nyeri kepala
▫ Anorexia
▫ Badan terasa lemah
▫ Nadi lambat
 Gejala lokal :
▫ Keluhan nyeri menelan
Pada pemeriksaan dijumpai :
▫ Pembengkakan tonsil  bercak putih kotor  meluas dan bersatu membentuk
pseudomembran.
▫ Membran meluas ke palatum molle, uvula, nasofaring, laring, trachea, bronchus.
 Gejala akibat eksotoksin :
▫ Timbul pada jantung (myokarditis), syaraf cranial dan ginjal.
 Diagnosa :
Ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinik beserta laboratorium.

 Penatalaksanaan dan terapi :


 Penyakit ini menular  Isolasi
 Istirahat di tempat tidur 2 – 3 minggu
 Pengawasan harus cermat  cegah timbul komplikasi
 ADS dosis 20.000 – 100.000 unit, tergantung umur, berat dan lama penyakit.
 Antimikroba : Erithromycin atau Penicillin selama 14 hari.
 Kortikosteroid
 Simptomatis
 Komplikasi :
 Laringitis difteri
 Myokarditis
 Kelumpuhan otot
 Albuminuria

2.2. Tonsilitis Septik


 Etiologi :
Streptococcus  hemolyticus  dalam susu sapi  dapat timbul epidemi.
 Gejala :
 Demam tinggi 39 - 41C dan timbul mendadak
19
THT 172
 Nyeri menelan
 Nyeri di seluruh tubuh
 Tubuh terasa lemah
 Nyeri kepala yang hebat
 Mual dan muntah
 Pemeriksaan :
 Mukosa faring dan tonsil hiperemis
 Bercak putih keabuan
 Edema sampai uvula
 Mulut bau (foetor ex ore)
 Komplikasi :
 Pembesaran glandula submandibulare
 Otitis media
 Laringitis

 Terapi :
 Terapi pencegahan
Dicari penyebab terjadinya epidemi
 Terapi kausal
Diberikan serum Streptococcus  hemolyticus, antimikroba/sulfonamide.
 Terapi simptomatik

2.3. Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulsero – Membranosa)


 Etiologi :
 Higiene mulut kurang
 Defisiensi vitamin C
 Kuma Spirilum dan basil fusiform
 Gejala :
 Demam tinggi sampai 39 C
 Nyeri di mulut dan gigi
 Nyeri kepala
 Badan terasa lemah
 Gusi mudah berdarah
 Hipersalivasi
 Gangguan pencernaan
 Pemeriksaan :
 Membran putih keabuan di tonsil, uvula, dinding faring, gusi serta processus alveolaris.
 Mukosa mulut dan faring hiperemis.
 Mulut berbau (foeter ex ore).
 Pembesaran glandula submandibulare.

 Terapi :
 Perbaikan hygiene mulut
 Antimikroba
 Vitamin C dan B Complex

2.4. Penyakit Kelainan Darah


 Terdiri dari :
 Leukemia akut
 Angina agranulositosis
 Infeksi mononukleosis
 Gejala umum :
 Gejala pertama timbul di faring
20
THT 172
 Pseudomembran di faring dan/atau tonsil
 Perdarahan di selaput lendir mulut dan faring
 Pembesaran glandula submandibulare

2.4.1 Leukemia Akut


 Gejala :
 Epistaksis
 Perdarahan di bawah kulit  bercak kebiruan di kulit
 Pembengkakan tonsil  tidak hiperemis
 Rasa nyeri di tenggorok

2.4.2 Angina Agranulositosis


 Etiologi :
Keracunan obat dari golongan amidopirin, sulfa dan arsen.
 Pemeriksaan :
 Ulcus di mukosa mulut dan faring
 Gejala radang di sekitar ulcus
 Ulcus di genitalia dan saluran cerna

2.4.3 Infeksi Mononukleosis


 Terjadi faringitis ulcero-membranosa.
 Kelainan dapat terjadi pada :
 Tonsil
 Bagian lain dari faring
 Kelainan bilateral  membran semu menutupi ulcus  mudah diangkat tanpa perdarahan
 Pembesaran kelenjar limfe leher, ketiak dan regio inguinalis

 Tanda khas :
Kesanggupan serum pasien untuk beraglutinasi terhadap eritrosit donor (Reaksi Paul Bunnel).

 Radang Kronis Orofaring


3.1. Tonsilitis Kronik
 Akibat tonsillitis akut yang tidak sembuh oleh kuman Streptococcus  hemolyticus grup A.
 Etiologi :
 Kuman penyebab = tonsillitis akut
 Kadang-kadang golongan gram negatif
 Patologi :
Terdapat dua bentuk yakni hipertrofi tonsil dan atrofi tonsil.
 Gejala dan tanda :
 Tonsil membesar, permukaan yang tidak rata
 Kriptus melebar dan terisi oleh detritus
 Pasien mengeluh seperti ada yang menghalangi di tenggorok
 Pernafasan berbau
 Terapi :
 Lokal : Higiene mulut  Obat kumur/hisap
 Radikal : Operasi  Tonsilectomy setelah 2 minggu infeksi akut hilang.
 Komplikasi :
 Ke daerah sekitarnya secara perkontinuitatum atau ke organ yang jauh secara hematogen
atau limfogen.
 Ke daerah sekitar tonsil  Rhinitis kronik, sinusitis, nefritis, uveitis, iridosiklitis, dermatitis,
pruritus, urtikaria dan furunkulosis.

 Indikasi Tonsillectomy dan Adenoidectomy :


 Sumbatan hidung yang menetap oleh adenoid
21
THT 172
 Sumbatan rongga mulut oleh pembesaran tonsil
 Cor pulmonal
 Peritonsil yang berulang
 Infeksi kelenjar limfe leher berulang
 Kecurigaan tumor tonsil
 Sindrom “Sleep Apnea”
 Tonsil sebagai fokal infeksi dari organ penting lainnya
 Kontraindikasi Tonsilectomy :
 Kelainan darah
 Pada keadaan akut
 Hipersensitivitas
 Penderita penyakit gula dan jantung yang tidak terkontrol
 Wanita hamil
 Wanita menstruasi

 Cara-cara tonsilectomy :
 Guillotine
Pada anak-anak.
Tonsil yang tidak melekat.
 Diseksi
Pada dewasa.
Secara insisi.

 Komplikasi :
 Perdarahan pada saat operasi maupun setelah operasi.
 Infeksi  Abses
 Trauma
3.2. Faringitis Kronik
 Dua bentuk :
 Hiperplastik
 Atrofi
 Predisposisi :
 Rhinitis kronik dan sinusitis
 Iritasi kronik  perokok dan peminum alkohol
 Inhalasi uap  merangsang mukosa
 Pada darah berdebu dan orang yang biasa bernafas melalui mulut

 Faringitis Kronik Hiperplastik


 Patologi :
 Perubahan mukosa dinding posterior faring
 Mukosa menebal
 Hipertrofi kelenjar limfe
 Gejala :
 Rasa gatal di tenggorokan
 Kering
 Lendir yang sukar dikeluarkan dari tenggorok
 Batuk
 Terapi :
 Lokal
▫ Kauterisasi dengan Nitras Argenti/albotyl
▫ Elektrokauter

 Simptomatis

22
THT 172
▫ Obat hisap
▫ Obat kumur  tidak pada faringitis hiperemis
▫ Obat batuk

 Faringitis Kronik Atrofi


 Etiologi : Sering timbul bersama rhinitis atrofi.
 Gejala dan tanda :
 Tenggorokan kering dan tebal
 Mulut berbau
 Lendir melekat  bila lendir diangkat  mukosa kering

 Faringitis Spesifik
A. Faringitis Luetika
 Treponema pallidum  infeksi di faring
 Gambaran klinis tergantung stadium : Primer, Sekunder, Tertier
 Stadium primer terdapat pada :
 Lidah  Tonsil
 Palatum molle  Dinding faring posterior
 Stadium sekunder terdapat pada :
Eritema pada dinding faring menjalar ke daerah laring.
 Stadium tertier terdapat pada :
Guma  pada palatum molle  gangguan fungsi pallatum secara permanen.
 Diagnosa : Pemeriksaan serologik.
 Terapi : Penicillin dosis tinggi.

B. Faringitis Tuberculosa
 Biasanya sekunder dari Tuberkulosa paru, penyakit hidung, sinus, faring dan tonsil.
 BTA  mukosa palatum molle, tonsil, palatum durum, dasar lidah dan epiglottis.
 Cara infeksi :
 Eksogen : Kontak dengan sputum
 Endogen : Melalui darah
 Gejala :
 Nyeri tenggorokan yang hebat
 Kesadaran umum jelek karena anoreksia
 Nyeri ketika menelan
 Regurgitasi
 Otalgia
 Limfadenopati cervical

 Keluhan karena adanya ulcer-ulcer pada tonsil sampai epiglottis.
 Diagnosa :
 Analisa sputum
 Foto thorax
 Biopsi jaringan
 BTA dalam jaringan

23

Anda mungkin juga menyukai