Bab sebelas dari kode etik psikologi Indonesia pasal 62-67 menjelaskan mengenai berbagai hal
mengenai asesmen yaitu:
Dasar asesmen
Penggunaan asesmen
Informed consent dalam asemen
Penyampaian data dan hasil asemen
Menjaga alat dan data dan hasil asemen
Prosedur observasi
Wawancara
Pemberian alat tes
Adapun hal hal yang dibahas dalam pasal 62 terkait dasar asesmen antara lain:
2. Laporan hasil asemen hanya dapat dibuat oleh psikolog yang kompeten setelah
melakukan asesmen
Laporan hasil pemeriksaan psikologis yang merupakan rangkuman dari semua proses asesmen,
saran dan/atau rekomendasi hanya dapat dilakukan oleh kompetensinya, termasuk kesaksian
forensik yang memadai mengenai karakteristik psiko-logis seseorang hanya setelah Psikolog yang
bersangkutan melakukan pemeriksaan kepada individu untuk membuktikan dugaan diagnosis yang
ditegakkan
Adaptasi
Administrasi
Penilaian atau skor
Menginterpretasi untuk tujuan yang jelas baik dari sisi kewenangan sesuai dengan taraf
jenjang pendidikan, kategori dan kompetensi yang disyaratkan, penelitian, manfaat dan
teknik penggunaan.
Hendaklah menggunakan tes yang sudah diuji reliabilitas dan validitas pada pupolasi
tempat administrasi tes
Bila belum diuji reliabilitas dan validitas nya pada populasi tempat melaksanakan tes,
hendaklah dijelaskan kekuatan dan kelemahan tes tersebut
Dalam pengenbangan alat tes psikolog dan ilmuwan psikologi hendaklah menggunakan
prosedur psikometri yang sesuai prosedur yang tepat, terkini dan professional
Kategori A: Tes yang tidak bersifat klinis dan tidak membutuhkan keahlian dalam
melakukan administrasi dan interpretasi.
Kategori B: Tes yang tidak bersifat klinis tetapi membutuhkan pengetahuan dan keahlian
dalam administrasi dan interpretasi.
Kategori C: Tes yang membutuhkan beberapa pengetahuan tentang konstruksi tes dan
prosedur tes untuk penggunaannya dan didukung oleh pengetahuan dan pendidikan
psikologi seperti statistik, perbedaan individu dan bimbingan konseling.
kategori D: Tes yang membutuhkan beberapa pengetahuan tentang konstruksi tes dan
prosedur tes untuk penggunaannya Tes ini juga membutuhkan pemahaman tentang
testing dan didukung dengan pendidikan psikologi standar psikolog dengan pengalaman
satu tahun disupervisi oleh psikolog dalam menggunakan alat tersebut
4. Dalam kondisi yang relative konstan hasil tes dapat dipertahankan selama 2 tahun
5. Pemberian asesmen oleh psikolog yang tidak kompeten hendak lah dihindari. Hal ini dapat
dilakukan dengan:
Hasil asesmen adalah rangkuman atau integrasi data dari seluruh proses pelaksanaan
asesmen.
Hasil asesmen menjadi kewenangan Psikolog yang melakukan pemeriksaan dan hasil
dapat disampaikan kepada pengguna layanan. Hasil ini juga dapat disampaikan kepada
sesama profesi, profesi lain atau pihak lain sebagaimana yang ditetapkan oleh hukum.
Psikolog harus memperhatikan kemampuan pengguna layanan dalam menjelaskan hasil
asesmen psikologi. Hal yang harus diperhatikan adalah kemampuan bahasa dan istilah
Psikologi yang dipahami pengguna jasa.
1. Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi wajib menjaga kelengkapan dan keamanan instrumen/alat
tes psikologi, data asesmen psikologi dan hasil asesmen psikologi sesuai dengan:
Kewenangan dan sistem pendidikan yang belaku
Aturan hukum dan kewajiban yang telah tertuang dalam kode etik.
2. Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi wajib menjaga kelengkapan dan keamanan data hasil
asesmen psikologi sesuai dengan kewenangan dan sistem pendidikan yang berlaku yang telah
tertuang dalam kode etik ini.
3. Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi mempunyai hak kepemilikan sesuai dengan kewenangan
dan sistem pendidikan yang berlaku serta bertanggungjawab terhadap alat asesmen psikologi
yang ada di instansi/ organisasi tempat dia bekerja.