1. PENDAHULUAN
Susu merupakan sumber protein dengan mutu yang sangat tinggi, dengankadar protein
dalam susu segar 3.5 %, dan mengandung lemak yang kira-kira samabanyaknya dengan
protein. Karena itu, kadar lemak sering dijadikan sebagai tolokukur mutu susu, karena secara
tidak langsung menggambarkan juga kadar proteinnya.Beberapa jenis sapi perah, mampu
memproduksi susu dengan kadar lemak mendekati 5 %. Gula dalam susu disebut laktosa atau
rusak juga membahahakan kesehatan. Disamping itu penanganan susu yang benar juga dapat
menyebabkan daya simpan susu menjadi singkat, harga jual murah yang pada akhirnya juga
Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mencegah kerusakan susu yaitu dengan
mengolahnya menjadi susu kental manis. Proses pengolahan susu bertujuan untuk memperoleh
susu yang beraneka ragam, berkualitas tinggi, berkadar gizi tinggi, tahan simpan,
mempermudah pemasaran dan transportasi, sekaligus meningkatkan nilai tukar dan daya guna
bahan mentahnya.
Mengetahui bagaimana cara membuat susu kental manis dan bagaimana sifat
Susu kental manis atau biasa disebut sweetened condensed milk adalah susu segar atau
susu evaporasi yang telah dipekatkan dengan menguapkan sebagian airnya dan kemudian
ditambahkan gula sebagai pengawet. Susu kental manis dapat ditambah lemak nabati dan
vitamin. Susu kental manis dapat juga tidak dari susu segar atau susu evaporasi, yang disebut
susu kental manis rekonstitusi. Susu kental manis rekonstitusi terbuat dari bahan-bahan seperti
susu bubuk skim, air, gula, lemak, vitamin dan lain-lain, sehingga diperoleh susu dengan
Badan Standardisasi Nasional (1998) menyatakan bahwa susu kental manis (SKM)
adalah produk olahan susu berbentuk cairan kental yang diperoleh dengan menghilangkan atau
menguapkan sebagian air dari susu segar atau hasil rekonstitusi susu bubuk berlemak penuh,
atau hasil rekombinasi susu bubuk tanpa lemak dengan lemak susu atau lemak nabati, yang
telah ditambah gula, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan
makanan lain yang diizinkan. Susu kental manis dapat diklasifikasikan menjadi dua macam,
yaitu susu kental manis tanpa ganda rasa dan susu kental manis dengan ganda rasa (Badan
Badan Pengawas Obat dan Makanan (2006) mendefinisikan susu kental manis sebagai
produk susu berbentuk cairan kental yang diperoleh dengan menghilangkan sebagian air dari
campuran susu dan gula hingga mencapai tingkat kepekatan tertentu, atau merupakan hasil
rekonstitusi susu bubuk dengan penambahan gula, dengan atau tanpa penambahan bahan lain.
Susu kental manis bukan produk steril, tetapi pengawetannya tergantung pada kandungan
gulanya yang tinggi (Newstead dkk., 2005). Ketersediaan air bebas yang rendah dan
kandungan gula yang tinggi mencegah pertumbuhan mikroorganisme (Walstra dkk., 2006).
Konsentrasi laktosa dalam susu kental manis di atas titik jenuhnya akan menyebabkan
terjadinya kristalisasi. Kristalisasi ini harus dikontrol untuk menjamin bahwa kristal yang
terbentuk ukurannya sangat kecil. Jika kristalisasi tidak dikontrol, maka akan menyebabkan
tekstur produk menjadi kasar atau dikenal dengan cacat produk sandiness (Newstead dkk.,
2005).
Susu Kental Manis mengandung energi sebesar 336 kilokalori, protein 8,2 gram,
karbohidrat 55 gram, lemak 10 gram, kalsium 275 miligram, fosfor 209 miligram, dan zat besi
0 miligram. Selain itu di dalam Susu Kental Manis juga terkandung vitamin A sebanyak 510
IU, vitamin B1 0,05 miligram dan vitamin C 1 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan
penelitian terhadap 100 gram Susu Kental Manis, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak
100 %. Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Susu Kental Manis (Godam,
2012)
1. Alat pemanas, berupa kompor, untuk proses penguapan sebagian air yang terkandung
dalam susu
2. Wajan/katel, untuk menjadi wadah dalam proses pembuatan susu kental manis
3. Alat pengaduk dari kayu, untuk mengaduk dan menghomogenkan susu dan gula hingga
mengental
5. Susu segar, sebagai bahan utama proses pembuatan susu kental manis
6. Gula pasir, untuk memberikan rasa manis, meningkatkan viskositas, dan umur simpan
susu
1. Susu kental manis dibuat dengan perbandingan susu segar dengan produknya sekitar
2,8 : 1 atau 1 liter susu segar dan gula sebanyak 200 gram.
2. Susu segar yang telah disiapkan dipanaskan hingga suhu 60-65°C (tidak mendidih)
sambil diaduk, sesudah mencapai suhu yang diinginkan, suhu tetap dipertahankan
selama penguapan.
5. Susu terus diaduk hingga volumenya menjadi 1/3 liter susu kental manis atau sebanyak
300 ml.
6. Susu kental manis sudah jadi lalu didinginkan dan dipindahkan ke dalam botol lalu
dilakukan pengamatan
4. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Sifat organoleptik
3 Aroma Susu
Rendemen
4.2 Pembahasan
Praktikum membuat susu kental manis ini dilakukan agar mahasiswa mengetahui
bagaimana proses pengolahan susu agar dapat menambah daya simpan susu tersebut. Susu
kental manis yang ditambahkan dengan gula akan menambah daya simpan susu tersebut karena
gula memiliki fungsi sebagai pengawet, karena sebagian besar mikroba kecuali bakteri
sebanyak 1 liter ke dalam wajan, lalu dipasteurisasi dengan cara dipanaskan pada suhu 65°C
dan jangan sampai mendidih. Pemanasan ini penting, karena akan menstabilkan susu dan
menghancurkan organisme patogen dan enzim tidak akan diinaktifkan pada prosedur
penguapan susu selanjutnya. Kemudian ditambahkan dengan gula sebanyak 200 gram.
Penambahan gula disini adalah sebagai penambah rasa dan membantu terjadinya pengentalan
susu kental manis selama penyimpanan, juga yang terpenting adalah sebagai pengawet.
Kemudian pemanasan terus dilakukan sambil dilakukan pengadukan. Pada pemanasan ini
juga terjadi proses evaporasi susu, dimana evaporasi merupakan suatu proses penguapan
sebagian dari pelarut sehingga didapatkan larutan. zat cair pekat yang konsentrasinya lebih
tinggi. Susu diaduk hingga mengental dan mencapai volume 1/3 liter susu. Setelah proses
evaporasi/penguapan, susu kental manis harus langsung didinginkan agar membentuk larutan
jenuh dan tidak terjadi kristalisasi laktosa. Inti laktosa ini akan tumbuh menjadi kristal
yangberukuran makroskopis yang cukup keras dan terasa kasar yang akan menimbulkanrasa
Warna yang dihasilkan dari pembuatan susu SKM ini yaitu warna putih kekuningan.
Menurut Elita (2007) warna susu SKM dipengaruhi oleh kepekatan warna kuning pada
produk. Warna kuning sendiri berasal dari warna kuning yang terbentuk dapat disebabkan oleh
adanya reaksi Maillard yaitu reaksi pencoklatan yang terjadi karena gula pereduksi bereaksi
dengan senyawa yang mengandung NH2 (protein, peptida, asam amino, dan
Rasa yang dihasilkan dari pembuatan susu SKM ini yaitu manis. Rasa pada susu kental
manis selain dipengaruhi oleh proses pemanasan juga dipengaruhioleh penambahan larutan
gula. Selain sebagai pengawet dan membantu proses pengentalan susu kental manis, gula juga
berfungsi sebagai pembangkit aromadan citarasa pada susu kental manis (Warner, 2002).
Aroma yang dihasilkan yaitu aroma susu. Aroma produk olahan dapat dipengaruhi
Kekentalan yang dihasilkan yaitu tinggi. Viskositas atau kekentalan merupakan suatu
parameter penting pada proses evaporasi. Adanya penurunan Ka dan peningkatan suhu
mengakibatkan tingkat kekentalan susu evaporasi semakin bertambah. Tingkat viskositas susu
sapi segar biasanya sebesar 6,3 cP, kekentalan akan semakin meningkat setelah susu diuapkan
yaitu sebesar 28,6 cP pada 60°C dan 13,3 cP pada 50°C (Gaman, dkk., 1992)
Waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatan susu kental manis ini yaitu selama 1
jam 3 menit. Hal tersebut tidak sesuai dengan prosedur yang dituliskan yaitu selama 30 menit,
karena pada saat proses penguapannya, waktu 30 menit tidak cukup untuk menguapkan hinggal
mencapai volume 1/3 liter. Hal tersebut dapat disebabkan karena suhu yang tidak stabil pada
5. KESIMPULAN
1. Mengetahui cara membuat susu kental manis yang diawali dengan memanaskan susu
dengan suhu 65°C sebanyak 1 liter (tidak sampai mendidih), lalu ditambahkan dengan gula
sebanyak 200 gr lalu diaduk sampai susu mencapai volume 1/3 dari volume awal. Setelah itu
2. Setelah dilakukan praktikum pembuatan susu, diketahui volume akhir susu yaitu 250
gram dari volume awal sebanyak 1 liter dan juga diketahui hasil organoleptik yaitu warna putih
kekuningan, citarasa manis, memiliki aroma susu, dan memiliki kekentalan yang sangat tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. 2006. Kategori Pangan. Direktorat Standarisasi
Produk Pangan, Jakarta
Badan Standardisasi Nasional. 1998. Susu Segar. SNI 01-3141-2011. Jakarta: Badan
Standardisasi Nasional.
Elita. 2007. Kolostrum, Susu Istimewa Untuk Bayi Baru Lahir. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Gaman, P. M, dan K. B. Sherrington. 1992. Ilmu Pangan. Gadjah Mada University. Press.
Yogyakarta.
Warner, K. 2002. Chemistry of Frying Oil. New York: Marcell Dekker. Inc
Wardana, Setya Agung. 2012. Teknologi Pengolahan Susu. Surakarta: Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Slamet Riyadi. Surakarta.
PRAKTIKUM II
KARAMEL
1. PENDAHULUAN
Karamel merupakan salah satu olahan produk susu yang dibuat dengan cara
menggumpalkan susu hingga berwarna kecoklatan dan beraroma khas karamel. Karamel dapat
digunakan sebagai perisa dalam puding, sebagai isian permen atau cokelat, atau pun sebagai
topping es krim.
Susu yang digunakan untuk pembuatan karamel tidak memerlukan persyaratan mutu
yang tinggi. Oleh karena itu, pemanfaatan susu untuk diolah menjadi karamel merupakan salah
satu alternatif untuk memanfaatkan susu yang bermutu rendah. Dalam praktikum ini akan
dilakukan pembuatan karamel menggunakan susu, sehingga dapat diketahui sifat organoleptik
2. TINJAUAN PUSTAKA
Permen karamel susu adalah suatu produk berwarna coklat yang bahan asalnya adalah
susu dengan bahan tambahan makanan yang diizinkan atau tanpa penambahan bahan tambahan
makanan lain dan berbentuk semi padat (Dewi, 2009). Bahan tambahan makanan yang umum
digunakan adalah pati termodifikasi dan gelatin. Fungsi dari bahan tambahan ini adalah untuk
pembentukan tekstur sehingga teksturnya menjadi elastis atau sebagai bahan pengental atau
sebagai bahan pengisi permen karamel susu (Faridah, 2008).
Pemasakan permen karamel susu tidak memerlukan suhu pemasakan sampai 170oC,
karena pada suhu yang lebih rendah warna coklat pada permen karamel susu telah terbentuk.
Warna coklat produk ini disebabkan oleh terbentuknya karamel, serta reaksi antara susu dan
gula selama pemanasan. Rasa dan aroma yang khas pada karamel timbul, karena terjadinya
reaksi antara protein susu dan gula pada proses pemanasan yang umum dikenal sebagai reaksi
Maillard atau karamelisasi. Disamping itu, aroma yang khas dan enak dari karamel susu
tersebut juga timbul sebagai hasil dekomposisi lemak pada saat pemanasan dalam lingkungan
gula (Wahyuningsih, 2004). Susu yang digunakan untuk pembuatan permen susu tidak
memerlukan persyaratan mutu tinggi. Pembuatan permen karamel merupakan suatu alternatif
pengolahan untuk memanfaatkan susu yang berkualitas rendah (Buckle dkk., 1987).
3.1 Alat
menggumpal
bagian kecil
3.2 Bahan
meratakannya.
4.1 Hasil
Warna : Coklat
Aroma : Karamel
Konsistensi : Tinggi
4.2 Pembahasan
Hasil dari praktikum pembuatan karamel didapatkan cita rasa yang manis dengan
aroma khas karamel dan konsistensi yang tinggi serta berwarna coklat. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Wahyuningsih (2004) bahwa rasa dan aroma yang khas pada karamel timbul,
karena terjadinya reaksi antara protein susu dan gula pada proses pemanasan yang umum
Volume awal susu yang digunakan dalam pembuatan karamel yaitu 1 Liter. Setelah
dilakukannya proses pembuatan karamel dengan pemanasan, didapatkan bera akhir sebesar
292 gram. Hal ini dapat terjadi karena adanya proses penguapan dan pemadatan karena
dilakukannya pemanasan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sundari (2015) bahwa semakin
lama pemanasan akan mengakibatkan berkurangnya kadar air pada bahan pangan dalam
jumlah banyak.
5. KESIMPULAN
dengan memanaskan susu segar hingga mendidih sambil melakukan pengadukan, sesudah
mencapai suhu tertentu, tetap mempertahankan suhu selama penguapan. Lalu menambahkan
gula pasir sambil terus melakukan pengadukan. Kemudian menambahkan glukosa sambil terus
melakukan pengadukan. Setelah mengental, menuangkan adonan ke atas kertas alumunium foil
lalu meratakannya.
didapatkan berat akhir sebesar 292 gram. Hasil uji organoleptik dari karamel yang telah
didapatkan yaitu karamel dengan warna coklat, cita rasanya yang manis, aroma khas karamel,
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K. A, R., Edward, G. H. Fleet dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Universitas
Indonesia Press. Jakarta. (Diterjemahkan oleh H. Purnomo dan Adiono).
Faridah, A., Kasmita, S. P., Asmar, Y., dan Liswarti, Y. 2008. Teknologi Pengolahan Permen
dan Coklat. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Sundari, D., Almasyhuri., dan Lamid, A. 2015. Pengaruh Proses Pemasakan terhadap
Komposisi Zat Gizi Bahan Pangan Sumber Protein. Media Litbangkes. Vol. 25 No.4.
Wahyuningsih, W. 2004. Analisa Strategi Pemasaran Industri Kecil Permen Karamel Susu di
Daerah Pangalengan, Jawa Barat. Tesis Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
PRAKTIKUM III
YOGHURT
1. PENDAHULUAN
Yoghurt merupakan produk olahan fermentasi susu yang telah lama dikenal dan
memiliki rasa asam yang spesifik. Yoghurt juga merupakan minuman yang kaya akan gizi dan
memiliki harga yang relative murah. Fermentasi susu adalah salah satu bentuk pengolahan susu
menjadi yoghurt juga merupakan cara agar susu dapat lebih awet atau memiliki daya simpan
yang lebih lama. Hal tersebut dikarenakan asam laktat pada yogurt berfungsi seperti pengawet
alami.
Yoghurt memiliki kelebihan yang tidak ada pada susu yaitu cocok untuk orang yang
intoleran terhadap susu,jika dikonsumsi secara rutin akan menghambat kadar kolestrol dalam
darah dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh karena yogurt banyak mengandung bakteri
baik serta membuat usus lebih sehat dengan pH yang sesuai sehingga bakteri pathogen tidak
dapat berkembang biak. Yoghurt juga memilki kekurangan yaitu bagi beberapa orang, kadar
Yoghurt memiliki berbagai variasi tekstur dan rasa serta aroma yang khas. Berdasarkan
banyaknya manfaat yoghurt bagi kesehatan maka diperlukannya mahasiwa fakultas peternakan
untuk mengetahui berbagai jenis yoghurt dan cara pembuatannya sehingga ilmunya dapat
Untuk mengetahui cara pembuatan set dan stirred yoghurt dan dapat membedakan
Yoghurt adalah salah satu produk fermenatasi berbahan dasar susu. Proses
Streptococcus thermophillus dan didalamnya terdapat kultur aktuf bakteri tersebut (Widowati
dan Misgiyarta, 2009). Lama proses fermentasi akan berakibat pada turunnya pH yoghurt
dengan rasa asam yang khas, selain itu dihasilkan asam asetat, asetal dehid dan bahan lain yang
mudah menguap. Komposisi yoghurt secara umum yaitu protein 4-6%, lemak 0,1-1%, laktosa
2-3%, asam laktat 0,6-1,3% dan pH 3,8-4,6% (Susilorini dan Sawitri, 2007).
Yoghurt merupakan produk susu yang mengalami fermentasi oleh bakteri asam laktat
pada suhu 37-45oC. Yoghurt sangat bermanfaat bagi tubuh baik untuk memperoleh nilai nutrisi
juga memberikan manfaat kesehatan bagi pencernaan dimana bakteri-bakteri yoghurt yang
masuk akan menyelimuti dinding usus sehingga dinding usus menjadi asam dan kondisi ini
Jenis yoghurt berdasarkan teksturnya terbagi dalam beberapa jenis, yaitu set yoghurt,
stirred yoghurt dan drink yoghurt. Set yoghurt merupakan yoghurt dengan tekstur sangat
kental, umumnya warna putih dan terasa sangat asam. Stirred yoghurt, teksturnya lebih encer
dibandingkan set yoghurt tetapi masih terasa kental mirip dengan ice cream dan sudah
merupakan yoghurt berbentuk cair sama seperti susu cair dapat langsung diminum. Yoghurt
yang kental mengandung jumlah padatan yang lebih banyak dibandingkan dengan yogurt yang
Alat :
1. Kompor
2. Wajan/Katel
5. Incubator
6. Beaker glass
7. Aluminium foil
8. Batang pengaduk
Bahan :
1. Susu segar 2L
2. Susu skim
1. Susu segar 1L yang telah disiapkam ditambahkan susu skim sebanyak 8% lalu
pengadukan (homegenisasi).
6. Setelah terjadi koagulasi, lakukan pengadukan, lalu simpan pada suhu 2-5oC
(refrigator).
7. Yoghurt siap dikonsumsi, untuk menambah rasa dapat ditambhakan flavor sesuai
selera.
1. Susu segar 1L yang telah disiapkam ditambahkan susu skim sebanyak 3% lalu
pengadukan (homegenisasi).
(refrigator).
8. Yoghurt siap dikonsumsi, untuk menambah rasa dapat ditambhakan flavour sesuai
selera.
pada umunya
aroma tape
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas mengenai perbedaan jenis yoghurt dilihat dari metode
pembuatannya, yaitu set dan stirred yoghurt. Sampel yang digunakan adalah susu sapi segar
sebanyak 1L, susu skim dengan komposisi yang berbeda antara set yoghurt 8% dari volume
susu dan pada stirred yoghurt sebanyak 3% dan juga starter sebanyak 5% yang kemudian
diinkubasi dengan suhu 37OC selama 12 jam. Pada set yoghurt proses inkubasi dan
membunuh mikroba pathogen dan mikroba awal dalam susu yang tidak diinginkan sehingga
kultur yoghurt dapat tumbuh secara optimum, menguapkan sebagian air dan membebaskan
sebagian oksigen yang dapat menciptakan kondisi anaerobik bagi kultur selama fermentasi,
memecah beberapa komponen susu dan mendenaturasi serta mengkoagulasi albumin dan
globulin susu. Saat susu dipanaskan maka susu juga dilakukan pengadukan (homogenisasi).
Menurut Suprihana (2012) homegenisasi bertujuan untuk memperkecil globula lemak (lemak
yang menggumpal). Setelah itu susu didinginkan, ditambah starter, diinkubasi dan di simpan
Hasil dari set yoghurt yaitu berwarna putih kekuningan. Warna asli yoghurt adalah
putih, akan tetapi seperti terlihat ada warna kekuningan karena dalam kemasan ada sedikit air.
Air yang dihasilkan dari yoghurt merupakan whey protein. Hal ini terjadi karena waktu
inkubasi yang terlalu lama, yaitu sekitar 22 jam dan menurut Suprihana (2012) adanya whey
protein dengan warna kuning keputihan juga disertai gelembung-gelembung udara karena
adanya aktivitas bakteri asam laktat. Teksturnya sangat kental, sebagaimana tekstur set yoghurt
menurut Legowo, dkk. (2009) bahwa set yoghurt memiliki tekstur sangat kental dan rasa yang
sangat asam. Tekstur yang lebih kental dibandingkan stirred yoghurt karena penambahan susu
skim yang lebih banyak. Rasa asam seperti rasa yoghurt pada umumnya tetapi memiliki aroma
yang sangat menyengat atau seperti aroma tape. Menurut Anna (2007) hal tersebut dikarenakan
proses inkubasi yang terlalu lama sehingga aktivitas mikroba meningkat, jumlah mikroba
semakin banyak, pembentukan asam laktat terhambat kemudian muncul bau alkohol dari yeast
Hasil dari stirred yoghurt yaitu berwarna putih kekuningan. Warna asli yoghurt adalah
putih, akan tetapi seperti terlihat ada warna kekuningan karena dalam toples terdapat air (whey
protein) yang lebih banyak dibandingkan air pada set yoghurt. Hal ini terjadi karena waktu
inkubasi yang terlalu lama, yaitu hampir 24 jam. Yoghurt yang baik tidak sampai menghasilkan
whey protein dan waktu inkubasi yang tepat yaitu 12 jam dengan suhu 37oC, walaupun menurut
Dendy (2016) sebenarnya whey protein mempunyai nutrisi yang cukup lengkap dan banyak
dipakai di industry pangan sebagai pangan fungsional. Teksturnya agak kental dan lembut,
sebagaimana tekstur stirred yoghurt yaitu terasa kental mirip dengan ice cream tetapi lebih
encer dari set yoghurt (Legowo, dkk., 2009). Rasa stirred yoghurt ini seperti keju asam dan
memiliki aroma asam khas yoghurt yang tidak menyengat.
5. KESIMPULAN
Perbedaan dari set dan stirred yoghurt yaitu saat inkubasi set yoghurt sudah di dalam
kemasan dan memiliki tekstur yang sangat kental, sedangkan stirred yoghurt proses
pengemasan setelah yoghurt diinkubasi dan diaduk dengan tekstur agak kental. Hasil dari
proses pembuatan kurang baik karena proses inkubasi yang terlalu lama menyebabkan
keluarnya whey protein yang banyak dan menimbulkan aroma seperti tape, bukan aroma
DAFTAR PUSTAKA
Anna, Muawanah. 2007. Pengaruh Lama Inkubasi dan Variasi Jenis Starter Terhadap Kadar
Gula, Asam Laktat, Total Asam dan pH Yoghurt Susu Kedelai. Program Studi Kimia.
UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Dendy P., P., A. 2016. Kajian Pembahasan Skim dan Santan Terhadap Karakteristik Yoghurt
dari Whey. Tugas Akhir. Fakultas Teknik. Teknologi Pangan. Universitas Pasundan.
Legowo, A. M., S. Mulyani dan Kusrahayu. 2009. Teknologi Pengolahan Susu. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Suprihana. (2012). Pengaruh Lama Penundaan dan Suhu Inkubasi Terhadap Sifat Fisik dan
Kimia Yoghurt dari Susu Sapi Kadaluwarsa. Universitas Widyagama. Malang.
Susilorini, T.E. dan M.E. Sawitri, 2007. Produk Olahan Susu. Penebar Swadaya. Jakarta.
Widowati dan Misgiyarta, 2009. Efektifitas Bakteri Asam Laktat (BAL) Dalam Pembuatan
Poduk Fermentasi Berbasis Protein/Susu Nabati. Balai Penelitian Bioteknologi dan
Sumber Daya Genetik Pertanian. Bogor.
PRAKTIKUM IV
MENTEGA
1. PENDAHULUAN
Mentega adalah lemak dari susu dapat dipisahkan dari komponen lain dengan baik
melalui proses pengocokan atau churning yaitu proses pemecahan emulsi minyak dalam air.
Mentega merupakan emulsi air dalam minyak dengan kira-kira 18% air terdispersi di dalam
80% lemak dengan sejumlah kecil protein yang bertindak sebagai zat pengemulsi (emulsifier)
Mentega dapat dibuat dari lemak susu yang manis atau yang asam. Lemak susu dapat
dibiarkan menjadi asam secara spontan atau dapat diasamkan dengan menambah biakan
murni bakteri asam laktat pada lemak susu yang manis yang telah dipasteurisasikan, sehingga
Metega yang sudah beredar di pasaran tersedia dalam berbagai jenis atau merk, oleh
karena itulah penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mutu dari mentega tersebut dengan
cara menentukan kadar asam lemak bebas dan kadar air yang terkandung di dalamnya. Dalam
hal ini, pemerintah telah memberikan batasan standar kadar asam lemak bebas yang
terkandung dalam bahan pangan sebanyak 0,5%. Dalam penetapan kadar asam lemak bebas
yang
2 terkandung dalam mentega sebagai bahan pangan digunakan metode secara alkalimetri.
Kadar asam lemak bebas dapat digunakan sebagai gambaran umur simpan dari
lemak. Semakin lama umur simpan lemak maka nilai asam lemak bebas akan semakin
meningkat. Keadaan ini disebabkan adanya kontaminasi mikroba yang menghasilkan enzim
lipase yang dapat menghidrolisis lemak netral (trigliserida) menjadi asam lemak bebas.
Namun kecepatan peningkatan kadar asam lemak bebas dipengaruhi juga oleh kadar air
dalam lemak, ada tidaknya penambahan zat pengawet anti oksidan dan kondisi penyimpanan
seperti intensitas kontak dengan cahaya serta oksidan yang akan mempercepat proses
kerusakan lemak. Asam lemak bebas walaupun berada dalam jumlah kecil mengakibatkan
rasa tidak lezat, bau tengik, dan dapat meracuni tubuh. Asam lemak bebas juga bisa
mengakibatkan karat dan warna gelap jika lemak dipanaskan dalam wajan besi. Asam
lemak bebas sangat berkaitan dengan mutu suatu minyak. Kandungan asam lemak bebas
yang tinggi menyebabkan mutu minyak menjadi rendah. Oleh karena itulah penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui mutu dari mentega dengan cara menentukan kadar asam
lemak bebas berdasarkan SNI 01-3744-1995.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mengetahui proses pembuatan mentega menggunakan susu.
2. Mengetahui sifat organoleptik dari produk mentega
1.3 Waktu dan Tempat Praktikum
2. KAJIAN PUSTAKA
makanan berbentuk padat lunak yang dibuat dari lemak atau krim susu atau campurannya,
dengan atau tanpa penambahan garam (NaCl) atau bahan lain yang diizinkan, serta minimal
mengandung 80 persen lemak susu. Selain garam dapur, ke dalam mentega juga
ditambahkan vitamin, zat pewarna, dan bahan pengawet (misalnya sodium benzoat). Emulsi
pada mentega merupakan campuran 18 persen air yang terdispersi pada 80 persen lemak,
dengan sejumlah kecil protein (maksimal 1%) yang bertindak sebagai zat pengemulsi dan
Mentega adalah produk yang terbuat dari lemak susu dimana kedalamnya dapat
ditambahkan garam untuk mendapatkan rasa yang lebih baik dan untuk menjaga mutu.
Warna kuning pada mentega disebabkan zat warna β karoten yang terdapat dalam krim
(cream). Sebagian dari kita menghindari mentega dan margarin karena takut pada kandungan
lemaknya.
Padahal, banyak zat gizi lain yang terdapat pada bahan makanan itu. Selain vitamin
A dan D, juga terdapat zat besi, fosfor, natrium, kalium serta omega-3 dan omega-6. Lemak
dan minyak merupakan zat gizi penting untuk menjaga kesehatan manusia. Selain itu, lemak
dan minyak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat
dan protein. Sumbangan energi per gram lemak, protein, dan karbohidrat masing-masing 9,
4, dan 4 kkal.
Kata mentega selalu berkaitan dengan susu sapi, jadi mentega itu adalah produk
minyak hewani, bukan produk nabati. Inilah bedanya mentega dengan margarine. Margarine
adalah produk tiruan mentega yang dibuat dari minyak nabati, jadi dapat berasal dari minyak
3.1 Alat
Alat pengulian
Alumunium Foil : sebagai alat untuk membungkus mentega
3.2 Bahan
mentega
mentega
3.3 Prosedur Kerja
1. Masukkan cream ke dalam churn atau botol sebanyak 1/3 atau % volume (suhu
cream 10°C) lalu dikocok-kocok, hingga butir-butir lemak berkumpul
membentuk bakal mentega.
2. Lakukan pencucian, bila "butter milk" atau serum susu telah terpisah ukur
volumenya lalu buang dan ganti dengan menggunakan air es (suhu 10°C) dengan
volume yang sarna lalu goyang-goyangkan untuk mencuci bakal mentega.
Pencucian dapat dilakukan 2 kali.
3. Pengulian; untuk membuat bakal mentega menjadi massa yang kompak maka
dilakukan pengulian dan pada saat ini ditambahkan garam meja sebanyak 0,52%.
4. Pembungkusan; bahan pembungkus yang digunakan sebaiknya bersifat kedap air
maupun kelembaban, misalnya plastik polyethylene atau alumunium foil.
4.1 Hasil
Warna : putih
Aroma : mentega
4.2 Pembahasan
Hasil dari praktikum pembuatan mentega didapatkan cita rasa yang sedikit asin
dengan aroma khas mentega. Mentega diperoleh dan dibuat dari cream melalui proses yang
disebut “churning”. Cream tersebut diaduk dan dikocok, sehingga menghancurkan lapisan
membran yang menyelubungi butir-butir lemak. Terjadilah pemisahan dua phase, yaitu fase
lemak terdiri dari lemak mentega, dan phase air yang melarutkan berbagai zat yang terdapat
dalam susu. Gumpalan-gumpalan lemak susu dipisahkan bagian lain dan dicuci dengan air
dingin yang beberapa kali diganti dengan air baru untuk menghilangkan susunya. Cara ini
merupakan proses pemecahan emulsi minyak dalam air dengan pengocokan (Winarno,
1997).
Proses churning dilakukan pada suhu dingin degnan tujuam agar lemak lebih
banyak terbentuk, karena tingkat pengadukan ditentukan juga oleh suhu adukan. Bahwa
lemak akan meleleh atau rusak dalam keadaan suhu yang tinggi. Kecepatan oksidasi lemak
akan bertambah dengan kenaikan suhu dan akan berkurang dengan adanya penurunan suhu
(Keraten, 1986).
Setelah melakukan proses churning dilakukan proses pencucian dengan air dingin,
hal ini ditujukan untuk menghilangkan rasa asam dan protein sebanyak mungkin. Kemudian
dilakukan pengulian dengan penambahan garam sebagai rasam dan pemberian aluminium
foil. Tujuan pengulian adalah untuk menghilangkan sisa air, membuat gumpalan lemak, agar
garam terbagi rata dan mengeluarkan sisa susu tumbuk. Bakal mentega ini dibungkus dengan
aluminium foil agar tidak terkena panas, cahaya, oksigen, yang dapat mempengaruhi proses
ketengikan pada lemak juga agar bentuknya tidak berubah. Ketengikan terjadi diakibatkan
oleh adanya proses oksidasi oleh oksigen terhadap asam lemak tidak jenuh dalam lemak
yang terjadi pada suhu kamar atau saat proses pengolahan produk. Cahaya merupakan
akselator terhadap timbulnya ketengikan, dan kombinasi antara cahaya dan udara dapat
dalam lemak (Ketaren, 1986). Berat akhir yang didapat dalam pembuatan mentega ini
didapat sebanyak 49gram.
5. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K. A, R., Edward, G. H. Fleet dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Universitas
Indonesia Press. Jakarta. (Diterjemahkan oleh H. Purnomo dan Adiono).
Dewi, A. P. 2009. Teknologi Pengolahan Susu (Karamel Susu). Universitas Pasundan.
Bandung.
Faridah, A., Kasmita, S. P., Asmar, Y., dan Liswarti, Y. 2008. Teknologi Pengolahan
Permen dan Coklat. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Keraten, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Sundari, D., Almasyhuri., dan Lamid, A. 2015. Pengaruh Proses Pemasakan terhadap
Komposisi Zat Gizi Bahan Pangan Sumber Protein. Media Litbangkes. Vol. 25 No.4.
Wahyuningsih, W. 2004. Analisa Strategi Pemasaran Industri Kecil Permen Karamel Susu
di Daerah Pangalengan, Jawa Barat. Tesis Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
PRAKTIKUM V
KEJU MOZZARELLA
1. PENDAHULUAN
Keju merupakan suatu produk pangan yang berasal dari olahan susu dengan
cara melalui proses penggumpalan (koagulasi) dari protein susu. Komponen susu
yang ikut menggumpal pada saat koagulasi seperti lemak, mineral, dan vitamin
yang larut dalam lemak terbawa pada gumpalan kasein. Keju mozzarella
merupakan salah satu jenis keju dengan karakteristik fisik elastis. Tahapan
pemisahan dadih dan whey dan pematangan. Pematangan keju dilakukan untuk
mengontrol proses keju dari aktivitas bakteri dan enzim yang menghasilkan
keju.
Susu merupakan bahan pangan yang terdiri berbagai nutrisi dengan proporsi
yang seimbang. Penyusun utamanya adalah air, protein, lemak, laktosa, mineral,
dan vitamin-vitamin. Kandungan nutrisi yang tinggi ini akan mudah rusak karena
adanya kontaminasi mikrobi. Pada sisi lain, kandungan nutrisi tinggi dapat
dihasilkan dari hewan ternak seperti sapi, kerbau dan kambing. Di Indonesia,
banyak terdapat sentra penghasil susu sapi. Namun produksi susu dari peternak
didistribusikan ke pabrik susu dan diolah sendiri menjadi susu cair siap minum.
Susu yang dihasilkan peternak hanya dapat dijual ke koperasi/pabrik susu dan
diolah sendiri menjadi susu siap minum. Susu siap minum memiliki daya tahan susu
yang rendah/ mudah rusak, posisi tawar peternak terhadap harga susu lemah dan
selera, selain itu tujuan utamanya yaitu mengawetkan susu agar lebih lama bila
disimpan. Salah satu proses pengolahan susu adalah pembuatan keju yang dapat
meningkatkan nilai jual susu (Susilorini, 2006). Keju merupakan alternatif yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan protein hewan (Hidayati, 2003).
keju adalah kelompok bakteri asam laktat (BAL) yang menghasilkan asam, 3
laktat yang biasa digunakan sebagai kultur untuk starter keju adalah spesies-spesies
yang termasuk genus Streptococcus (Daulay, 1991). Namun disisi lain keberadaan
bakteri ini sulit ditemukan dan harganya mahal. Sehingga perlu dicari alternatif
Keju adalah salah satu produk olahan susu yang mempunyai kandungan
protein cukup tinggi. Produksi keju di Indonesia dirasakan masih kurang, hal ini
impor. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan produk olahan susu ini, agar
produk keju yang dihasilkan dapat diterima konsumen (Kusumawati, Ardhana dan
Radiati, 1995). Keju olahan (processed cheese) adalah salah satu jenis keju yang
pemanasan, sehingga menghasilkan suatu produk yang seragam dan lentur. Bahan-
bahan tambahan makanan yang biasa digunakan dalam pembuatan keju olahan
adalah garam-garam pengemulsi, pewarna, air, dan flavor savori (Caric dan Kalab,
1996). Keju olahan ditandai dengan badan yang kompak, tekstur yang lembut dan
bebas dari lubang-lubang gas. Keju olahan dapat diiris tanpa meremas atau melekat,
dan dengan pemanasan akan mencair secara seragam dan lembut, tanpa pemisahan
yang telah banyak dikenal karena rasanya yang enak dan bergizi tinggi. Di
Indonesia, keju biasanya dibuat dengan bahan baku susu sapi. Tetapi, di beberapa
negara, susu dari ternak lain juga dapat digunakan seperti keju yang terkenal dengan
nama french rojuefar cheese terbuat dari susu domba. Keju di Norwegia dibuat dari
susu kambing dengan nama gietost dan keju di Italia dari susu kerbau murrah yang
dikenal dengan nama keju mozzarella. Keju mozzarella adalah keju lunak yang
proses pembuatannya tidak dimatangkan (unrippened) atau disebut juga keju segar
(fresh cheese). Ciri-ciri keju mozzarella yaitu elastis, berserabut, dan lunak
ketika dipanaskan tidak dapat digantikan oleh keju lain. Keju mozzarella
mengandung bakteri asam laktat yang berasal dari susu dan dapat bermanfaat baik
bagi kesehatan dan berfungsi sebagai agen probiotik. Bakteri probiotik adalah
bakteri hidup yang dapat bermanfaat baik bagi mikroflora usus. Selain itu,
(Maheswari dkk., 2008). Lactobacillus adalah salah satu bakteri probiotik yang
Berdasarkan hasil penelitian Djoko dkk (2008), probiotik yang diamati yaitu
Lactobacillus paracasei yang terdapat pada keju lunak putih “kesong puti”, bakteri
tersebut mampu bertahan hidup jika disimpan pada suhu dingin dalam jangka waktu
seminggu, jumlah bakteri yang tumbuh yaitu 3,0 x 109 CFU/g, dan 4,9 x106 CFU/g.
Akan tetapi, jumlah bakteri menurun setelah seminggu. Hal ini disebabkan oleh
pembusuk menjadi cepat. Hal ini akan mengakibatkan mutu keju tidak bagus dan
daya simpannya rendah. Untuk menghindari hal tersebut maka dilakukan berbagai
cara untuk menghambat dan mencegah kerusakan keju, diantaranya adalah
pemberian bahan pengawet dan mengatur suhu penyimpanan. Menurut Fox dkk
(2000) keju lunak lebih baik disimpan pada suhu 5-10°C. Menurut pelaku usaha,
keju Mozzarella susu sapi akan bertahan selama 2 bulan jika disimpan pada suhu -
20°C (pembekuan).
3.1.1 Alat
whey.
3.1.2 Bahan
pembuangan whey.
8. Tampung whey yang terbentuk dan ukur volumenya (ml).
11. Tambahkan Asam Sitrat (0,1% ), Natrium Sitrat (1%), dan NaCl (1,5%),
12. Lakukan streching pada suhu 1000C dengan api tidak kontak langsung
dengan panci.
Keju Mozzarella adalah keju yang berasal dari susu dan memiliki tekstur
khas seperti elastis, berserabut dan lunak. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Kusumawati, Ardhana dan Radiati (1995) yang menyatakan Keju adalah salah satu
produk olahan susu yang mempunyai kandungan protein cukup tinggi. Menurut
Willman dan Willman (1993), ciri-ciri keju mozzarella yaitu elastis, berserabut, dan
lunak. Karena memiliki ciri tersebut keju mozzarella dimasukan dalam jenis keju
lunak.
Rata- rata pH susu yang digunakan sebagai bahan baku Mozzarella memenuhi
standard SNI oleh BSN (2011) yaitu berkisar 6,30-6,80. Namun ada pH susu yang
tidak sesuai dengan standard yaitu susu yang pH awalnya 5,85. Penyebab
mengandung bakteri yang masih tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sasongko, dkk (2012) bahwa jumlah bakteri dalam susu akan berpengaruh terhadap
pH susu, semakin banyak bakteri yang mencemari susu maka kualitas susu akan
asam.
mengganti peran starter dalam pengasaman susu. Pengasaman susu dilakukan untuk
merupakan enzim protease asam yaitu enzim yang keaktifannya pada pH asam.
Enzim rennin stabil dalam pH 5,3 – 6,3 dan optimum pada pH 6,0. Hal ini sesuai
mengkoagulasikan protein susu. Protein susu yang menjadi substrat enzim rennin
adalah kasein. Penambahan susu skim dalam pembuatan keju Mozzarella akan
meningkatkan substrat. Oleh sebab itu, pada data hasil pengamatan terdapat
kenaikan jumlah curd yang terbentuk dari susu yang ditambahkan susu skim. Susu
skim yang ditambahkan dalam pembuatan keju Mozzarella selain berfungsi sebagai
substrat enzim juga merupakan bahan tambahan untuk meningkatkan BKTL yang
akan mempengaruhi nilai rendemen keju. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bylund
(2003) Skim Milk Powder (SMP) atau susu skim bubuk berfungsi sebagai penambah
kadar padatan bukan lemak (milk solid non fat). Menurut Komar, dkk (2009) nilai
rendemen keju mozzarella yang dihasilkan dipengaruhi oleh komposisi curd itu
sendiri yaitu persentase lemak, bahan kering tanpa lemak, garam, air serta kadar
protein.
Penambahan susu skim sebanyak 2% terjadi penurunan jumlah curd
Mozzarella. Penurunan ini terjadi karena susu skim sebagai substrat sudah terlalu
kecepatan reaksi enzim menurun. Saat kecepatan enzim rennin menurun sebagian
substrat tidak dapat dibentuk menjadi produk sehingga curd yang terbentuk menjadi
lebih sedikit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kuchel dan Gregory (2002), pada
5. KESIMPULAN
1. Bahan-bahan pemvuatan keju yaitu susu sebagai bahan utama; susu skim
berfungsi sebagai penstabil emulsi, pengikat air dan koagulasi; asam sitrat
2. Proses pembuatan keju diawali dengan susu segar ditambahkan skim (2%),
tambahkan asam sitrat (0,05%) panaskan sampai suhu 37oC; setelah itu
masukan CaCl dan renin yang sudah di cairkan, setelah dimasukan renin
(1,5%); lakukan stretching pada suhu 100oC dengan api tidak kontak
semakin banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Daulay, Djundjung. 1991. Fermentasi Keju. IPB. Bogor Winarno, F.G. 1993.
Pengantar Teknologi Pangan. PT. Gramedia. Jakarta.
Susilorini, T.E. dan Sawitri, M.E. 2006. Produk Olahan Susu. Penebar Swadaya.
Yogyakarta.
Widodo, 2003. Mikrobiologi Pangan Dan Industri Hasil Ternak. Lacticia press,
Yogyakarta.
Willman, C. dan N. Willman. 2003. Home Cheese Making. The Australian Dairy
Corporation. Melbourne. Australia.
Komar, N., L. C. Hawa dan R. Prastiwi. 2009. Karakteristik Termal Produk Keju
Mozzarella (Kajian Konsentrasi Asam Sitrat). Jurnal Teknologi
Pertanian 10 (2):78-87.
Kuchel, P.W. and B.R. Gregory. 2002. Biokimia. Erlangga. Jakarta. 49-56.
Sasongko, D.A., T.H. Suprayogi dan S.M. Sayuthi. 2012. Pengaruh Berbagai
Konsentrasi Larutan Kaporit (CaHOCl) untuk dipping putting susu
kambing perah terhadap total bakteri dan pH susu. Journal of Animal
Agriculture. 1(2) :93-99.
PRAKTIKUM VI
ES KRIM
1. PENDAHULUAN
Es krim merupakan salah satu produk olahan susu bersifat semi padat yang
disukai oleh segala kalangan dari anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Eskrim
dibuat melalui proses pembekuan dan agitasi dengan prinsip membentuk rongga
udara pada campuran bahan es krim (Ice Cream Mix/ ICM) sehingga dihasilkan
pengembangan volume es krim. ICM pada es krim dapat dibuat dari campuran susu,
memiliki nilai gizi yang tinggi dibandingkan dengan jenis minuman lain, karena
terbuat dari bahan dasar susu. Komposisi gizi per 100 gram es krim yang menonjol
adalah energi 207 kkal, protein 4gram, dan lemak 12,5 gram (Astawan, 2008).
volume dan memperingan tekstur bahan makanan antara lain es krim. Fungsi lain
bikarbonat bereaksi dengan asam juga digunakan sebagai obat untuk menetralkan
pembuatan es krim, dan melakukan uji organoleptik terhadap kualitas es krim yang
dihasilkan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Es Krim
Es krim merupakan salah satu produk olahan susu yang dibuat dengan cara
satu atau lebih bahan tambahan lain seperti gula dan madu dengan atau tanpa
stabilizer. Campuran tersebut akan membentuk sistem emulsi beku. Oleh karena
itu, mutu es krim yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh cara pengolahan dan
bahan baku termasuk stabilizer yang digunakan (Sinuratet al.,2006). Jumlah protein
di dalam es krim cukup tinggi. Protein tersebut sebagian besar berasal dari susu
yang mengandung protein hewani yang sangat baik dan sisanya berasal dari bahan
cream, lowfat ice cream, light ice cream, reduced fat ice cream, soft serve ice
cream, economy ice cream, deluxe ice cream, sherbet, danice (Marshall dan
Arbuckle, 2000). Komposisi dari beberapa jenises krim tersebut sangat bervariasi,
menurut Mc Sweeney & Fox (2009), komposisi es krim paling baik adalah 12%
lemak, padatan susu tanpa lemak 11%, gula 15%, bahan penstabil dan pengemulsi
pembekuan dan pengadukan. Bahan dasar dalam membuat es krim adalah susu,
eskrim. Jumlah bahan yang digunakan menentukan total padatan pada es krim.Total
sehingga udara yang terperangkap pada es krim sedikit dan pengembanganes krim
maker)
krim.
pembuatan es krim.
krim.
wadah yang terpisah dengan air namun masih dalam satu kompor, lalu
merata.
stabilizer.
3) Memanaskan bahan baku yang telah dicampurkan tersebut hingga 65ºC
selama 30 menit.
Diketahui :
𝐵 − 𝐴
% Overrun = × 100
A
450 − 500
% Overrun = × 100
500
% Overrun = −10%
2) Pengamatan organoleptik
Tabel 4. Orgenoleptik Es Krim
Parameter Keterangan
Warna Putih susu
Tekstur Cair
4.2. Pembahasan
Nilai overrun es krim merupakan nilai selisih antara volume adonan es krim
500 ml dan volume es krim sebanyak 450 ml, sehingga didapatkan persentase
overrun sebanyak –10 %. Hasil ini tidak sesuai dengan pendapat Susilorini dan
Sawitri, 2007 standar overrun yang baik untukskala rumah tangga sekitar 35-50%
sedangkan untuk skala industri sekitar 70-80%. Besarnya nilai overrun ditentukan
menurut Winarno, 2002 pemberian konsentrasi gula yang tinggi dan adanya
oksigen akan memberikan efek yang lebih besar pada kerusakan pigmen warna.
Rasa yang dihasilkan yaitu manis sekali, hal ini terjadi karena pada saat pembuatan
es krim ditambahkan gula sebagai bahan penambah rasa. Aroma yang dihasilkan
yaitu aroma susu, hal ini disebabkan karena bahan dasar pembuatan es krim sendiri
berupa susu dan pada proses pembuatannya es krim ini tidak diberikan bahan
kerusakan pada suatu produk yang dihasilkan. Tektur es krim yang dihasilkan
yaitu cair, ini menunjukan es krim yang dihasilkan kualitasnya buruk karena
teksturnya cair. Hal tersebut dikarenakan pada proses pembuatan hanya 45 menit
5. KESIMPULAN
2. Uji organoleptik pada es krim menghasilkan warna yang putih susu, rasa
DAFTAR PUSTAKA
Arbuckle, W.S. 1986. Ice Cream. Second Edition. The A VI Publishing Company,
Inc. Westport Connecticut.
Campbell, J. R., dan R. T. Marshall. 1975. The Science of Providing Milk for Men.
McGraw Hill Book Co. Inc. New York.
Frandsen, J. H., Arbuckle, W. S. 1981. Ice Cream and Related Products 6th Edition.
The A VI Publishing Company, Inc. Westport Connecticut.
Hadiwiyoto, S. 1993. Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil
Olahannya. Liberty. Yogyakarta.
Hartatie, E.S. 2011. Kajian Formulasi (Bahan Baku, Bahan Pemantap) dan Metode
Pembuatan terhadap Kualitas Es Krim. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang.
Padaga, M., dan M. E. Sawitri. 2005. Es Krim yang sehat. Trubus Agrisarana.
Surabaya.
Saleh, E. 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. http:
library.usu.ac.id/download/fp/ternak-eniza.pdf (diakses pada 16 November
2019).
Susilorini, T.E., dan M.E. Sawitri. 2007. Produk Olahan Susu. Penebar Swadaya.
Surabaya.
MAYONAISE
1. PENDAHULUAN
Telur sebagai salah satu produk ternak merupakan suatu kapsul alami yang
padat gizi dan kaya akan protein bermutu tinggi. Telur unggas mempunyai banyak
manfaat bagi manusia antara lain sebagai pelengkap makanan pokok, kosmetik,
obat serta digunakan dalam industri pangan. Setiap bagian telur dapat digunakan
untuk pembuatan produk, misalnya putih telur dapat berfungsi untuk membentuk
sebagai bahan pengemulsi atau emulsifier yang kuat dalam pembuatan mayonnaise
Mayones merupakan salah satu saus yang popular dunia karena rasanya yang lezat
dan praktis. Mayones umumnya digunakan sebagai tambahan pada makanan seperti
salad atau sandwich. Produk ini dibuat dari minyak nabati dalam asam yang
distabilkan oleh lesitin dari kuning telur sehingga membentuk suatu sistem emulsi.
Terdapat beberapa bahan tambahan yang dapat digunakan untuk membuat mayones
untuk menambah cita rasa antara lain garam meja, gula, dan rempah-rempah.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Telur merupakan salah satu jenis bahan pangan yang berguna sebagai
sumber protein yang terbesar bagi tubuh (Astawan & Astawan, 1988). Telur
dibagi atas tiga bagian utama, yaitu kulit telur, putih telur (albumin) dan kuning
telur (yolk). Struktur putih telur tersusun dari tiga lapisan yaitu lapisan encer,
lapisan kental, dan lapisan encer dalam, yang gunanya untuk mengikat kuning
kuning telur. Komposisi yang ada pada kuning telur terdiri dari air, protein, lemak,
karbohidrat, mineral, dan vitamin. Protein yang ada pada kuning telur terdiri dari
dua macam, yaitu: ovovitelin dan ovolivetin. Sedangkan kandungan lemak dalam
kuning telur dapat dikatakan cukup besar, yaitu: kurang lebih 99%. Lemak yang
ada dalam kuning telur berupa trigliserida, fosfolipid, sterol, dan serebrosida.
Kebanyakan asam lemak pada kuning telur terdiri dari asam palmitat, oleat, dan
linoleat. Karbohidrat yang ada pada 5 kuning telur ada dalam bentuk glukosa,
galaktosa, polisakarida, dan glikogen (Sarwono, 1996). Dalam kuning telur terdapat
diantaranya adalah lesitin. Lesitin mempunyai gugus polar dan nonpolar. Gugus
polar yang terdapat pada ester fosfatnya bersifat hidrofilik dan mempunyai
kecenderungan larut dalam air, sedangkan gugus non polar yang terdapat pada ester
3.1 Alat
Beaker glass
Gelas ukur
Kompor gas
Mixer
3.2 Bahan
dihomogenkan.
Kocok kuning telur, mustard, garam, gula pasir dengan mixer kecepatan
setetes. Biarkan dulu setiap tetes tercampur rata, baru masukkan tetes
Jika adonan mayonaise sudah mengembang dan kaku, masukkan perasan air
‘turun’. Jika adonan mayonnaise terlalu kental, tambahkan saja 1-2 sdm
4.2 Pembahasan
khas. Mayonnaise terdapat rasa asam yang dikarenakan oleh penambahan cuka,
rasa manis yang dihasilkan gula, asin yang terdapat pada garam, memiliki rasa
sedikit pedas dan sedikit menyengat dilidah dan langit-langit mulut akibat
orang dikarenakan rasa yang lebih asin dan gurih, warna lebih menarik, tekstur lebih
kental, dan aroma khas. Hal ini dikarenakan dalam proses pembuatannya lebih steril
menunjukkan bahwa mayonnaise dari hasil praktikum juga disukai oleh orang
tetapi masih banyak kekurangan dalam hasil mayonnaise dari hasil praktikum ini
yaitu rasa lebih dominan telur, warna kurang menarik yaitu kuning, tekstur terlalu
padat/kental, rasa asam yang terlalu kuat dan aroma amis telur. Hal ini dikarenakan
pada proses pembuatan kurang steril dan alat yang digunakan sederhana. Kelebihan
dari mayonnaise tradisional ini yaitu tidak mengandung bahan pengawet dan dapat
dengan mayonnaise tradisional selain pada alatnya juga terdapat pada perbedaan
5. KESIMPULAN
Mayones komersil lebih baik dari mayones praktikum, karena dari proses
DAFTAR PUSTAKA
Audina. 2011. Perbandingan Mutu Mayonnaise Telur Ayam dan Mayonnaise Telur
itik. Institut Pertanian Bogor.
Hermanto, S., Muawanah, A., dan Wardhani P. 2011. Analisis Tingkat Kerusakan
Lemak Nabati dan Lemak Hewani Akibat Proses Pemanasan. Jurnal Kimia
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 42 : 262 – 268
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan Dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
PRAKTIKUM VIII
TELUR PINDANG
1. PENDAHULUAN
dengan nama telur pindang. Bahan-bahan yang digunakan juga sedikit beda,
menggunakan garam dan kecap. Nama telur pindang berasal dari babak
atau direbus dalam larutan garam. Selain menggunakan larutan teh, bahan pewarna
yang digunakan yaitu kulit bawang merah, daun jati, dan daun jambu biji.
penggaraman dan perebusan. Pemindangan dapat dilakukan dari bahan baku telur
dengan diberikan bumbu garam dan bawang merah. Bawang merah adalah tanaman
semusim dan memiliki umbi yang berlapis. Kulit adalah pembalut paling luar. Kulit
bawang merah yang digunakan adalah kulit bawang merah yang sudah benar - benar
tua. Bawang merah yang sudah benar-benar tua akan tahan lama untuk disimpan
dan tidak mudah busuk. Kulit bawang merah yang baik dan banyak berpotensi
dengan bahan penyamak, misalnya tanin. Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk
menyamak telur antara lain kulit bawang merah, daun jambu biji dan air teh.
Pemindangan telur dapat menyebabkan telur rebus tenebut sedikit lebih awet
bawang merah yang menyebabkan warna kulit telur menjadi kecoklatan dan akan
memberikan citarasa yang khas. Selain itu daun jambu biji diduga mengandung
tanin yang benifat menyamak kulit telur sehingga memperpanjang umur simpan
telur. Tanin tersebut akan menyebabkan protein yang ada dipemukaan kulit telur
menggurnpal dan menutupi pori-pori telur, sehingga telur menjadi lebih awet
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telur
Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain
daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis
unggas, seperti ayam, bebek, dan angsa. Telur sebagai sumber protein mempunyai
dibandingkan bahan makanan lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dan
lainnya. Telur mempunyai citarasa yang enak sehingga digemari oleh banyak
orang. Telur juga berfungsi dalam aneka ragam pengolahan bahan makanan. Selain
itu telur termasuk bahan makanan sumber protein yang relatif murah dan mudah
Telur ayam ras merupakan telur yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat.
Telur ayam ras adalah salah satu sumber pangan protein hewani yang populer dan
2007). Beberapa zat nutrisi yang dikandung telur ayam per 100 g dapat dilihat pada
kulit telur, putih telur (albumen),kuning telur (yolk), bakal anak ayam (germ spot)
dan kantung udara. Telur terdiri dari tiga bagian utama yaitu kerabang telur (egg
shell) 9-12%, putih telur (Albumen) ± 60 %, dan kuning telur (yolk) 30-33 %(Bell
Menurut Komala (2008) Kandungan gizi telur terdiri dari : air 73,7%,
Protein 12,9%, Lemak 11,2% dan Karbohidrat 0,9%. Dan kadar lemak pada putih
telur hampir tidak ada. Ditambahkan Sudaryani (2003) bahwa hampir semua lemak
di dalam telur terdapat pada kuning telur, yaitu mencapai 32%, sedangkan pada
menciptakan warna, aroma dan kenampakan khas telur pindang harus dilakukan
dengan hati-hati karena hasil olahan tersebut harus bebas kuman, bakteri atau
jamur. Selain itu harus diusahakan agar nilai gizi yang terkandung dalam bahan
pangan tersebut tidak banyak berkurang karena proses pengolahan. Salah satu
pengolahan yang dapat menciptakan aroma, warna, dan kenampakan yang khas
adalah pemindangan.
olahan telur tradisional yang menggunakan bahan penyamak protein. Protein akan
yang dapat digunakan untuk menyamak telur antara lain kulit bawang merah, daun
jambu biji dan air teh (Anonimus, 2009), Jambu biji mengandung vitamin C yang
paling tinggi, vitamin C sebagian besar terkonsentrasi pada kulit dan daging bagian
meliputi bawang merah, bawang putih, sereh, daun salam, dan garam secukupnya.
Warna merahpada kulit luar telur pindang dapat diperoleh dengan mencampurkan
kulit bawang merah ataupun daun jambu biji dalam proses perebusannyasehingga
perlakuan yaitu perebusan tanpa daun jambu biji dengan peretakan kerabang telur,
perebusan dengan daun jambu biji dengan peretakan kerabang dan perebusan
dengan daun jambu biji tanpa peretakan kerabang. Hasil perebusan terbaik
diperoleh dari perlakuan perebusan dengan daun jambu biji yang kerabang telurnya
diretak.
Pembuatan telur pindang, seringkali kulit luar tersebut dibuat sedikit retak.
Tepat pada bagian yang retak-retak tersebut, akan muncul warna merah coklat yang
lebih tua dibandingkan dengan warnapada bagian yang tidak retak, sehinggaakan
perebusan menggunakan bumbu (bawang merah, kunyit, daun salam, sereh, cabe
merah, daun jambu biji dan garam). Perebusan telur pindang menggunaka 83
perlakuan yaitu 1 jam, 2 jam dan 3 jam menggunakan api sedang. Hasil perebusan
kelemahan yaitu mudah mengalami kerusakan seperti telur unggas lainnya baik
membutuhkan pengolahan agar memiliki umur simpan yang lebih, salah satunya
adalah telur pindang. Proses pembuatan telur pindang dilakukan dengan tahap
pada putih telur dan agar bumbu dapat meresap ke dalam telur.
3. ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA
2. Garam, kulit bawang merah, daun jambu batu, salam , berfungsi untuk
1. Telur dicuci.
4. Rebus sampai matang semua telur yang telah dikupas, diretakan, dan dalam
keaadaan utuh.
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, praktikan membuat telur pindang dengan tambahan
bumbu garam, kulit bawang merah, daun jambu batu, dan daun salam. Telur dan
bahan tambahan tersebut direbus selama kurang lebih 1 jam dengan perlakuan 4
butir dikupas, 3 butir diretakan, dan 3 butir dibiarkan utuh. Hal ini sesuai dengan
pendapat Citra (2014), telur pindang dilakukan dengan cara perebusan dengan
perebusan tanpa daun jambu biji dengan peretakan kerabang telur, perebusan
dengan daun jambu biji dengan peretakan kerabang dan perebusan dengan daun
jambu biji tanpa peretakan kerabang. Tetapi hasil perebusan terbaik diperoleh dari
perlakuan perebusan dengan daun jambu biji yang kerabang telurnya dikupas hal
ini kurang sesuai dengan pendapat Citra yang menyatakan bahwa hasil terbaik
Hasil yang diperoleh dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
lamanya perebusan telur tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Nastiti (2007),
bumbu (bawang merah, kunyit, daun salam, sereh, cabe merah, daun jambu biji dan
garam). Perebusan telur pindang menggunaka 83 perlakuan yaitu 1 jam, 2 jam dan
3 jam menggunakan api sedang. Hasil perebusan terbaik diperoleh pada perlakuan
perebusan selama 2 jam. Sehingga hasil yang didapat kelompok kami tidak sesuai
1. Proses pembuatan telur pindang dengan cara merebus telur beserta bumbu
garam, kulit bawang merah, daun jambu batu, dan salam selama 1-2 jam dengan
sepirti lamanya perebusan yang kurang, bumbu yang kurang banyak, dan juga ke
DAFTAR PUSTAKA
Bell, D. D., and W. D. Weaver. 2002. Comercial Chicken Meat and Egg
Production. 5thEdition. Springer Science and Business Media, Inc. New
York.
Citra. 2014. Pengaruh perebusan telur dengan daun jambu biji (Psidium guajava)
terhadap komposisi kimia dan mikrobia telur pindang. Skripsi. Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Fitasari P, Syahir, M., Mustarin, A., 2018. Diversifikasi Produk Susu Pasteurisasi
Dengan Penambahan Sari Buah Jambu Biji Merah (Psidium Gujava Linn).
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 4 September Suplemen
(2018) : S69- S75. FT.UNM
Nastiti, D. 2007. Kadar tanin dan kecernaan in vitro telur pindang dengan lama
perebusan yang berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor.
Robert, J. R. 2004. Factor affecting eggs internal quality and eggs hell quality in
laying hens. Journal Poultry Science. 41: 161-177.
TELUR ASIN
1. PENDAHULUAN
Telur merupakan salah satu produk unggas yang memiliki kandungan gizi
lengkap yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin. Telur yang banyak
dikonsumsi adalah telur bebek, telur ayam dan telur puyuh. Di Indonesia jumlah
telur yang tersedia sangat banyak yaitu sebesar 1,378 ton. Sumbangan telur terbesar
adalah dari jenis ayam petelur dengan total 69,57%. Telur ayam buras dan telur itik
simpan dari telur-telur tersebut. Salah satu cara untuk mengatasi masalah
banyak. Sebagian besar telur asin dibuat dari telur bebek. Hal ini disebabkan telur
bebek mempunyai pori-pori yang besar sehingga baik untuk telur asin. Dengan
pengasinan telur bebek menjadi tidak amis dan masa simpan telur lebih lama.
Semakin lama waktu pengasinan akan semakin tahan lama masa simpan telur.
(Supriyadi, 2010). Telur asin adalah salah satu produk olahan telur yang
asin adalah penggaraman (Mayasari, 2007). Menurut Astawan (2003) rasa asin
pada telur dikarenakan adanya proses osmosis pada telur yaitu garam NaCl
mulamula akan diubah menjadi ion natrium (Na+) dan ion chlor (Cl-). Larutan
garam (NaCl) akan masuk ke dalam telur melalui pori-pori kulit, menuju ke bagian
antara 25%-40% (Sarwono, 1994). Makin tinggi kadar garam dalam telur asin akan
semakin meningkatkan daya simpan produk. Namun, di sisi lain akan menjadi tidak
disukai oleh konsumen, karena rasanya yang terlalu asin. Oleh karena itu, harus di
cari konsentrasi atau kadar garam yang tepat yang dapat memberikan daya simpan
yang optimal dengan rasa yang masih dapat diterima (Suprapti, 2002). Standar mutu
telur asin (SNI 01-4277-1996) menyatakan bahwa kadar garam telur asin minimal
2% .
3.1 Alat
Panci
Baskom
3.2 Bahan
Telur 10 butir
Abu Gosok
Garam
3.3 Prosedur Kerja
2. Dibuat adonan abu gosok dan garam (1:1) dengan pemberian air sampai
4.1 Hasil
pada warna yolk yaitu menjadi sedikit pucat. Secara keseluruhan, tidak terdapat
Aroma khas telur pada semua hasil perlakuan tidak berubah, hanya saja
terdapat sedikit amis. Aroma amis diperoleh dari telur itik yang digunakan dimana
telur itik memiliki aroma amis yang kuat dibanding dengan telur yang dihasilkan
Telur yang direndam dalam media garam akan mengalami osmosis yaitu
15-30 hari. Sedangkan proses pengasinan dengan larutan garam penuh memerlukan
waktu sekitar 7-10 hari. Lama waktu proses tersebut masih menjadi permasalahan
yang harus dipecahkan, karena selain lama perendaman erat kaitannya dengan
efisiensi waktu proses pengasinan telur, juga erat kaitannya dengan karakteristik
5. KESIMPULAN
dan garam yang ditambahkan air dan membungkus telur dengan adonan
aroma tidak berubah tetap berbau telur, dan rasa yang berubah menjadi asin.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.