Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sintesis dan sekresi hormon hipofisis anterior selain di control oleh


hipotalamus, dipengaruhi oleh banyak factor antara lain oleh obat yaitu
hormon alamiah, analog dan antagonis hormon. Hubungan antara hipofisis
anterior dengan jaringan perifer yang dipengaruhi merupakan contoh
sempurna mekanisme umpan balik. Hormon hipofisis anterior mengatur
sintesis dan sekrasi hormon dan zat-zat kimia di sel target: sebaliknya hormon
yang disekresi tersebut mengatur juga sekresi hipotalamus dan/atau hipofisis.
Konsep ini mendasari penggunaan hormon untuk diagnosis danterapi untuk
kelainan hormon di klinik. Interaksi berbagai hormon ini juga menjelaskan
mekanisme terjadinya efek samping beberapa jenis obat.

Hormon hipofisis anterior sangat esensial untuk pengaturan


pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, metabolism dan respons
terhadap stres.

Hormon-hormon yang dihasilkan oleh hipofisis anterior dapat


diklasifikasikan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama berupa hormon
somatropok yang meliputi hormon pertumbuhan (GH=somatotropin),
prolaktin (PRL), laktogen plasenta (LP). Kelompok kedua
berbentuk glikoprotein yaitu tirotropin (TSH); lituenizing hormon (LH), hormon
pemacu folikel (FSH), dan gonadotropin plasenta manusia (HCG). Hormon
glikoprotein terdiri dari dua sub unit yaitu α dan β, yang masing-masing
mempunyai gugus karbohidrat dan asam sialat. Spesifisitas hormon ini
ditentukan oleh sub unit β dan gugus karbohidratnya. Kelompok ketiga adalah
kortikotropin (ACTH), melanotropin (MSH), lipotropin (LPH) dan hormon-
hormon lain.

Susunan asam amino semua hormon hipofisis anterior telah diketahui


dan beberapa telah dapat disintetis, sebagian maupun secara keseluruhan.
Saat ini telah dapat dibuat agonis dan antagonis hormon sintetik dengan
struktur serupa gugus aktif hormon alami.

1
Pada umumnya hormon hipofisis spesifik untuk tiap spesies, sehingga
di masa lalu sumber untuk penggunaan klinis yan memenuhi syarat hanya
mungkin di dapat dari ekstrak hipofisis manusia post-mortem. Hormon dari
manusia ini menimbulkan masalah karena terkontaminasi penyebab penyakit
Creutzfeld-Jacob dan kini tidak lagi digunakan. Saat telah ditemukan cara
rekayasa genetic untuk memproduksi hormon pertumbuhan dengan jumlah
relative besar disertai kemungkinan untuk melakukan modifikasi kimiawi dan
tidak akan terkontaminasi penyebab penyakit Creutzfeld-Jacob.

Estrogen dan progesteron merupakan hormon steroid kelamin


endogen yang diproduksi oleh ovarium, korteks adrenal, testis dan plasenta
pada masa kehamilan. Kedua jenis ini dan derivate sintetiknya mempunyai
peranan penting pada wanita antara lain dalam perkembangan tubuh, proses
ovulasi, fertilisasi, implantasi, dan dapat mempengaruhi metabolism lipid,
karbohidrat, protein dan mineral; juga berperan penting dalam pertumbuhan
tulang, spermatogenesis dan behavior.

Sekarang telah diketahui biosentetis, hormon ini di masing-masing


organ, mekanisme kerja di reseptornya pada tingkat selular dan molecular.
Kecuali itu, dari hasil banyak uji klinik terkontrol, indikasinya bertambah luas.
Demikian pula estrogen yang berasal dari kuda hamil yang yang dikenal
sebagai conjugated equine estrogen, makin banyak digunakan untuk wanita
pasca menopause. Telah diperkenalkan beberapa preparat yang dapat
berefek agonis atau antagonis pada reseptor estrogen, tergantung dari
jaringan dimana hormon ini bekerja, disebut sebagai selective reseptor
modulator (SERM) dan digunakan untuk oesteoporosis pasca menopause.
Antagonis reseptor progesterone dan beberapa derivate progesterone,
misalnya megestrol asetat, juga mulai banyak digunakan dan berguna untuk
kanker kelenjar mammae. Juga tanaman yang mengandung fitoestrogen
diperkenalkan meski masih memerlukan lebih banyak uji klinik. Tentu saja
semua jenis preparat di atas, meski berguna secara klinis, tidak lepas dari
efek samping yang harus selalu diperhatikan.

B. Tujuan Praktikum

1. Melaksanakan pelayanan kefarmasian dalam penanganan pasien obat-obat


hormon khususnya mengenai pelayanan resep obat hormon di rumah sakit.

2
2. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai jenis obat , efek samping,
interaksi obat dan aturan pakai kepada pasien obat-obat hormon.
3. Menerapkan teknik pemberian informasi (KIE) pada pasien Rawat inap di
Rumah sakit .

C. Manfaat Praktikum

1. Meningkatkan kemampuan pelayanan kefarmasian dalam penanganan pasien


obat-obat hormon di rumah sakit .
2. Mengetahui jenis obat yang aman atau tidak aman, efek samping, interaksi
obat dan aturan pakai bagi pasien obat-obat hormon.
3. Meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan interaksi kepada pasien
obat-obat hormon melalui pemberian informasi (KIE) dan juga interaksi
dengan tenaga kesehatan lainnya.

3
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA

A. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit


Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus dilaksanakan secara
multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk menjamin
kendali mutu dan kendali biaya. Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-
Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa
Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di
Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu. Alat
Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu berupa alat
medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD),
alat pacu jantung, implan, dan stent.
Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan
formularium, pengadaan, dan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan
pasien melalui Instalasi Farmasi. Dengan demikian semua Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di Rumah Sakit
merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi, sehingga tidak ada pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit
yang dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi. Dengan kebijakan pengelolaan
sistem satu pintu, Instalasi Farmasi sebagai satu-satunya penyelenggara
Pelayanan Kefarmasian, sehinggaRumah Sakit akan mendapatkan manfaat
dalam hal:
1. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;

2. standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;

3. penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai;

4
4. pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai;

5. pemantauan terapi Obat;

6. penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (keselamatan pasien);

7. kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang akurat;

8. peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan

9. peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan


pegawai.

Rumah Sakit harus menyusun kebijakan terkait manajemen pengunaan


Obat yang efektif. Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sekurang- kurangnya
sekali setahun. Peninjauan ulang sangat membantu Rumah Sakit memahami
kebutuhan dan prioritas dari perbaikan sistem mutu dan keselamatan
penggunaan Obat yang berkelanjutan.
Rumah Sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan Obat untuk
meningkatkan keamanan, khususnya Obat yang perlu diwaspadai (high- alert
medication). High-alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena
sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan
Obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan
(ROTD).
Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium Nasional.
Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis,
disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh Pimpinan
Rumah Sakit.
Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis Resep, pemberi
Obat, dan penyedia Obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap Formularium
Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan
kebutuhan Rumah Sakit.
Penyusunan dan revisi Formularium Rumah Sakit dikembangkan
berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan Obat agar

5
dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi
kebutuhan pengobatan yang rasional.
1. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan
Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of
life) terjamin.
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi:
1. pengkajian dan pelayanan Resep;

2. penelusuran riwayat penggunaan Obat;

3. rekonsiliasi Obat;

4. Pelayanan Informasi Obat (PIO);

5. konseling;

6. visite;

7. Pemantauan Terapi Obat (PTO);

8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);

9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);

10. dispensing sediaan steril; dan

11. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD);

1. Pengkajian dan Pelayanan Resep


Pengkajian Resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait
Obat, bila ditemukan masalah terkait Obat harus dikonsultasikan kepada dokter
penulis Resep. Apoteker harus melakukan pengkajian Resep sesuai persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien
rawat inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
a. nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;

b. nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter;

6
c. tanggal Resep; dan

d. ruangan/unit asal Resep.

Persyaratan farmasetik meliputi:


a. nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan;
b. dosis dan Jumlah Obat;

c. stabilitas; dan

d. aturan dan cara penggunaan.


Persyaratan klinis meliputi:
a. ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat;

b. duplikasi pengobatan;

c. alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);

d. kontraindikasi; dan

e. interaksi Obat.

Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,


penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian
informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya pencegahan
terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication error).
Petunjuk teknis mengenai pengkajian dan pelayanan Resep akan diatur lebih
lanjut oleh Direktur Jenderal.
2. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat

Penelusuran riwayat penggunaan Obat merupakan proses untuk mendapatkan


informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang pernah dan sedang
digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam
medik/pencatatan penggunaan Obat pasien.
Tahapan penelusuran riwayat penggunaan Obat:
a. membandingkan riwayat penggunaan Obat dengan data rekam
medik/pencatatan penggunaan Obat untuk mengetahui perbedaan informasi
penggunaan Obat;

7
b. melakukan verifikasi riwayat penggunaan Obat yang diberikan oleh tenaga
kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan;

c. mendokumentasikan adanya alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki


(ROTD);

d. mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi Obat;

e. melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan Obat;

f. melakukan penilaian rasionalitas Obat yang diresepkan;

g. melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap Obat yang


digunakan;
h. melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan Obat;

i. melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan Obat;

j. memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap Obat dan alat bantu kepatuhan
minum Obat (concordance aids);

k. mendokumentasikan Obat yang digunakan pasien sendiri tanpa


sepengetahuan dokter; dan

l. mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan alternatif yang


mungkin digunakan oleh pasien.
Kegiatan:
a. penelusuran riwayat penggunaan Obat kepada pasien/keluarganya; dan

b. melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan Obat pasien.

Informasi yang harus didapatkan:


a. nama Obat (termasuk Obat non Resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi
penggunaan, indikasi dan lama penggunaan Obat;

b. reaksi Obat yang tidak dikehendaki termasuk riwayat alergi; dan

c. kepatuhan terhadap regimen penggunaan Obat (jumlah Obat yang tersisa).

8
B. Aseptic Dispenshing

Pencampuran sediaan steril harus dilakukan secara terpusat di instalasi farmasi


rumah sakit untuk menghindari infeksi nosokomial dan terjadinya kesalahan pemberian
obat.

Pencampuran sediaan steril merupakan rangkaian perubahan bentuk obat dari


kondisi semula menjadi produk baru dengan proses pelarutan atau penambahan bahan
lain yang dilakukan secara aseptis oleh apoteker disarana pelayanan kesehatan (ASHP,
1985). Aseptis berarti bebas mikroorganisme. Teknik aseptis didefinisikan
sebagaiprosedur kerja yang meminimalisir kontaminan mikroorganisme dan dapat
mengurangi risiko paparan terhadap petugas. Kontaminan kemungkinan terbawa ke
dalam daerah aseptis dari alat kesehatan, sediaan obat, atau petugas jadi penting untuk
mengontrol faktor-faktor ini selama proses pengerjaan produk aseptis.

Pencampuran sediaan steril harus memperhatikan perlindungan produk dari


kontaminasi mikroorganisme; sedangkan untuk penanganan sediaan sitostatika selain
kontaminasi juga memperhatikan perlindungan terhadap petugas, produk dan
lingkungan.

Penanganan sediaan sitostatika yang aman perlu dilakukan secara disiplin dan hati-hati
untuk mencegah risiko yang tidak diinginkan, karena sebagian besar sediaan sitostatika
bersifat :

- Karsinogenik yang berarti dapat menyebabkan kanker.

- Mutagenik yang berarti dapat menyebabkan mutasi genetik.

- Teratogenik yang berarti dapat membahayakan janin.

Kemungkinan pemaparan yang berulang terhadap sejumlah kecil obat-obat kanker akan
mempunyai efek karsinogenik, mutagenik dan teratogenik yang tertunda lama di
terhadap petugas yang menyiapkan dan memberikan obat-obat ini. Adapun mekanisme
cara terpaparnya obat kanker ke dalam tubuh adalah :

- Inhalasi → Terhirup pada saat rekostitusi

- Absorpsi → Masuk dalam kulit jika tertumpah

- Ingesti → Kemungkinan masuk jika tertelan

Risiko yang tidak diinginkan dapat terjadi dalam transportasi, penyimpanan,


pendistribusian, rekonstitusi dan pemberian sediaan sitostatika. Pencampuran sediaan
9
steril memerlukan SDM yang terlatih, fasilitas dan peralatan serta prosedur penanganan
secara khusus maka, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik perlu menyusun
Pedoman 1. Pedoman Dasar Dispensing Aseptik, 2. Pencampuran Obat Suntik dan
Penanganan Sediaan Sitostatika, dan 3. Pedoman Penyiapan Nutrisi Parenteral (TPN).

Persyaratan Umum

A. Sumber Daya Manusia

1. Apoteker .

Setiap apoteker yang melakukan persiapan/ peracikan sediaan steril harus


memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:

1). Memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang penyiapan dan pengelolaan


komponen sediaan steril termasuk prinsip teknik aseptis.
2). Memiliki kemampuan membuat prosedur tetap setiap tahapan pencampuran
sediaan steril.
3). Apoteker yang melakukan pencampuran sediaan steril sebaiknya selalu
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalui pelatihan dan
pendidikan berkelanjutan.
2. Tenaga Kefarmasian (Asisten Apoteker, D3 Farmasi)

Tenaga Kefarmasian membantu Apoteker dalam melakukan pencampuran


sediaan steril. Petugas yang melakukan pencampuran sediaan steril harus sehat dan
khusus untuk penanganan sediaan sitostatika petugas tidak sedang merencanakan
kehamilan, tidak hamil maupun menyusui.

B. Ruangan dan Peralatan

Dalam melakukan pencampuran sedian steril diperlukan ruangan dan peralatan khusus
untuk menjaga sterilitas produk yang dihasilkan dan menjamin keselamatan petugas dan
lingkungannya.

10
Gambar 1. Tata letak ruang

1. Ruangan

Pencampuran sediaan steril memerlukan ruangan khusus dan terkontrol. Ruangan ini
terdiri dari :

a. Ruang persiapan

Ruangan yang digunakan untuk administrasi dan penyiapan alat kesehatan dan bahan
obat (etiket, pelabelan, penghitungan dosis dan volume cairan).

b. Ruang cuci tangan dan ruang ganti pakaian

Sebelum masuk ke ruang antara, petugas harus mencuci tangan, ganti pakaian kerja
dan memakai alat pelindung diri (APD).

c. Ruang antara (Ante room)

Petugas yang akan masuk ke ruang steril melalui suatu ruang antara

d. Ruang steril (Clean room) Ruangan steril harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1) Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000

partikel

2) Jumlah jasad renik tidak lebih dari 100 per meter kubik udara.

3) Suhu 18 – 22°C

4) Kelembaban 35 – 50%

5) Di lengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA) Filter

6) Tekanan udara di dalam ruang lebih positif dari pada tekanan udara di luar ruangan.

7) Pass box adalah tempat masuk dan keluarnya alat kesehatan dan bahan obat
sebelum dan sesudah dilakukan pencampuran. Pass box ini terletak di antara ruang
persiapan dan ruang steril.

b. Peralatan

Peralatan yang harus dimiliki untuk melakukan pencampuran sediaan steril meliputi :

1. Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung
11 Diri (APD) yang digunakan dalam pencampuran sediaan steril meliputi :
a. Baju Pelindung

Baju Pelindung ini sebaiknya terbuat dari bahan yang impermeable (tidak tembus
cairan), tidak melepaskan serat kain, dengan lengan panjang, bermanset dan tertutup di
bagian depan.

b. Sarung tangan

Sarung tangan yang dipilih harus memiliki permeabilitas yang minimal sehingga dapat
memaksimalkan perlindungan bagi petugas dan cukup panjang untuk menutup
pergelangan tangan. Sarung tangan terbuat dari latex dan tidak berbedak (powder free).
Khusus untuk penanganan sediaan sitostatika harus menggunakan dua lapis.

c. Kacamata pelindung

Hanya digunakan pada saat penanganan sediaan sitostatika

d. Masker disposible

Gb. 3. Alat Pelindung Diri

2. Laminar Air flow (LAF) mempunyai sistem penyaringan ganda yang memiliki efisiensi
tingkat tinggi, sehingga dapat berfungsi sebagai:

1. Penyaring bakteri dan bahan-bahan eksogen di udara.


2. Menjaga aliran udara yang konstan diluar lingkungan.
3. Mencegah masuknya kontaminan ke dalam LAF.

Terdapat dua tipe LAF yang digunakan pada pencampuran sediaan steril :

12 Udara Horizontal (Horizontal Air Flow).


a. Aliran
Aliran udara langsung menuju ke depan, sehingga petugas tidak terlindungi dari partikel
ataupun uap yang berasal dari ampul atau vial. Alat ini digunakan untuk pencampuran
obat steril non sitostatika.

b. Aliran Udara Vertikal (Vertical Air Flow).

Aliran udara langsung mengalir kebawah dan jauh dari petugas sehingga memberikan

lingkungan kerja yang lebih aman. Untuk penanganan sediaan sitostatika menggunakan
LAF vertikal Biological Safety Cabinet (BSC) kelas II dengan syarat tekanan udara di
dalam BSC harus lebih negatif dari pada tekanan udara di ruangan.

Teknik Aseptis

Langkah – langkah pencampuran sediaan steril secara aseptis adalah :

1. Petugas harus mencuci tangan sesuai SOP

a.
2. Gb. 6 . Mencuci tangan
3. Petugas harus menggunakan APD sesuai SOP.
4. Masukkan semua bahan melalui Pass Box sesuai SOP.
5. Proses pencampuran dilakukan di dalam LAF- BSC sesuai SOP.
6. Petugas melepas APD setelah selesai kegiatan sesuai SOP.

2.4 Kondisi khusus

Jika tidak ada fasilitas LAF – BSC untuk pencampuran sediaan steril maka perlu
diperhatikan hal – hal sebagai berikut:

A. Ruangan

1. Pilih ruang yang paling bersih, khusus untuk pengerjaan sediaan steril saja.
13
2. Seluruh pintu dan jendela harus selalu tertutup.
3. Tidak ada bak cuci
4. Tidak ada rak atau papan tulis yang permanen
5. Lantai didesinfeksi setiap hari dengan menggunakan hypoclorite 100 ppm
6. Dinding mudah dibersihkan
7. Meja kerja harus jauh dari pintu

B. Cara kerja

1. Pakai Alat Pelindung Diri (APD)


2. Bersihkan meja kerja dengan benar (dengan aquadest kemudian alkohol 70%)
3. Tutup permukaan meja kerja dengan alas kemoterapi siapkan seluruh peralatan
4. Seka seluruh alat kesehatan dan wadah obat sebelum digunakan dengan
alkohol 70%

5. Lakukan pencampuran secara aseptis


6. Seka seluruh alat kesehatan dan wadah obat sesudah digunakan dengan alkohol
70%.
7. Buang seluruh bahan yang terkontaminasi kedalam kantong tertutup
8. Bersihkan area kerja dengan mencuci dengan detergen dan bilas dengan
aquadest, ulangi 3 kali, terakhir bilas dengan alkohol.
9. Buang seluruh kassa ke dalam kantong tertutup tempatkan ada kantong buangan
10. Tanggalkan pakaian pelindung
11.
2.5 Penyimpanan

Penyimpanan sediaan steril non sitostatika setelah dilakukan pencampuran


tergantung pada stabilitas masing masing obat. Kondisi khusus penyimpanan:

A. Terlindung dari cahaya langsung, dengan menggunakan kertaskarbon/kantong plastik


warna hitam atau aluminium foil.

B. Suhu penyimpanan 2 – 8°C disimpan di dalam lemari pendingin (bukan freezer).

2.6 Distribusi

Proses distribusi dilakukan sesuai SOP (lampiran 6) Pengiriman sedíaan steril


yang telah dilakukan pencampuran harus terjamin sterilitas dan stabilitasnya dengan
persyaratan :

a) Wadah

1. Tertutup
14 rapat dan terlindung cahaya.
2. Untuk obat yang harus dipertahankan stabilitasnya pada suhu tertentu, ditempatkan
dalam wadah yang mampu menjaga konsistensi suhunya.

b) Waktu Pengiriman

Prioritas pengiriman untuk obat obat yang waktu stabilitasnya pendek.

c) Rute pengiriman

Pengiriman sediaan sitostatika sebaiknya tidak melalui jalur umum/ramai untuk


menghindari terjadinya tumpahan obat yang akan membahayakan petugas dan
lingkungannya.

2.7 Penanganan Limbah

Limbah sediaan steril harus dimasukkan dalam wadah tertentu, khusus


penanganan limbah sediaan sitostatika dilakukan sesuai dengan SOP

C. B. Obat-obat Hormon
Hormon ialah zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang
masuk ke dalam persedaran darah untuk mempengaruhi jaringan target secara
spesifik. Jaringan yang dipengaruhi umumnya terletak jauh dari tempat hormon
tersebut dihasilkan, misalnya hormon pemacu folikel (FSH, follicle stimulating
hormone) yang dihasilkanoleh kelenjar hipofisis anterior hanya merangsang
jaringan tertentu di ovarium. Dalam hal hormon pertumbuhan lebih dari satu
organ menjadi target sebab hormon pertumbuhan memperngaruhi berbagai jenis
jaringan dalam badan. Jaringan target suatu hormon sangat spesifik karena sel-
selnya mempunyai reseptor untuk hormon tersebut.

• Klasifikasi

Adapun klasifikasi pada hormon yaitu :

1. Hormon adenohiposis

2. Hormon tiroid dan anti tiroid

3. Estrogen dan progestin, agonis dan antagonisnya

• Mekanisme/Cara Kerja Obat

Mekanisme kerja hormon pada taraf selular tergantung jenis hormonnya


mengikuti salah satu mekanisme di bawah ini.
15
A. Mekanisme Kerja Hormon Peptida
Reseptor hormone peptide terdapat pada membrane plasma sel target.
Reseptor ini bersifat spesifik untuk hormon peptide tertentu. Interaksi hormon
dengan reseptornya mengakibatkan perangsangan atau penghambatan
enzim adenilsiklase yang terikat pada reseptor tersebut. Interaksi hormon
reseptor ini mengubah kecepatan sintetis siklik AMP dan ATP. Selanjutnya siklik
AMP berfungsi sebagai mediator intra sel untuk hormone tersebut dan seluruh
system ini berfungsi sebagai suatu mekanisme spesifik, sehingga efek spesifik
suatu hormon dapat terjadi. Siklik AMP mempengaruhi berbagai proses dalam
sel, dan efek akhirnya bergantung pada kapasitas serta fungsi sel tersebut. Siklik
AMP menyebabkan aktivasi enzim-enzim protein kinase yang terlibat dalam
proses fosforilasi padasintetis protein dalam sel. Siklik AMP mempengaruhi
kecepatan proses ini. Metabolisme siklik AMP menjadi 5’AMP, yang tidak dikatalis
oleh enzim fosfodiesterase yang spesifik. Dengan demikian zat-zat yang
menghambat enzim fosfodiesterase ini kadang-kadang dapat menyebabkan
timbulnya efek mirip hormon.

Hormone yang bekerja dengan cara di atas ialah hormone tropic


adenohiposis misalnya gonadotropin, MSH (melanocyte stimulating hormone),
beberapa releasing hormones dari hipotalamus, glucagon, hormone paratiroid,
dan kalsitonin.

Beberapa hormone menyebabkan ion Ca sebagai


mediator intraselularnya (intrasellular messenger). Kerja ion Ca dan siklik
AMP dapat saling mempengaruhi sebab ion Ca dapat menyebabkan aktivasi
siklik AMP dan demikian pula sebaliknya. Molekul-molekul lain yang juga dapat
bekerja sebagai mediator intrasel adalah siklik GMP, diasigliserol dan inositol
trifosfat

16
B. Mekanisme Kerja Hormon Steroid

Hormone steroid melewati membrane sel masuk ke dalam sitoplasma


setiap sel, baik sel target hormone steroid maupun sel lainnya. Tetapi reseptor
hormone steroid hanya terdapat di dalam sel target yaitu dalam sitoplasmanya.
Bila hormone steroid berikatan dengan reseptor sitoplasma maka kompleks
hormone-reseptor tersebut setelah mengalami modifikasi akan ditranslokasi ke
tempat kerjanya (site of action) di dalam inti sel yaitu pada kromatin. Selanjutnya
terjadilah beberapa hal yang berhubungan dengan peningkatan sintetis protein
sesuai dengan fungsi masing-masing sel target.

C. Mekanisme Kerja Lain

Hormone pertumbuhan mempunyai mekanisme kerja yang agak


kompleks karena juga berikatan dengan beberapa zat lain.

D. Mekanisme Kerja Estrogen

Estrogen mempunyai 2 jenis reseptor, ERα dan ERβ yang berasal dari
gen berbeda. Dan berada di inti sel. ERα terdapat banyak di saluran reproduksi
wanita antara lain uterus, vagina, ovarium dan juga di kelenjar mammae,
hipotalamus, sel-sel endotel. Dan otot-otot polos vaskular, ERβ letaknya
menyebar, terbanyak di prostat dan ovarium dan dalam jumlah lebih sedikit di
paru, otak, dan pembuluh darah. Sekitar 40% sekuens asam amino kedua jenis
reseptor ini identik serta mempunyai struktur domain yang umum dimiliki oleh
jenis reseptor steroid lain. Fungsi biologik reseptor ini nampaknya berlainan dan
dapat memberikan respon berlainan terhadap berbagai senyawa estrogenic,
misalnya ERα dan ERβ mengikat 17-β estradiol dengan kekuatan yang sama
sekitar 0,3 nM, sedangkan fitoestrogen genistein terikat ERβ dengan afinitas 5
kali lebih tinggi dari ikatannya pada ERα.

17
Kedua ER merupakan ligand-activated transcription factors yang dapat
meningkatkan atau menurunkan sintetis mRNA dari gen target. Setelah masuk
sel melalui difusi pasif membrane plasma, hormon akan terikat ER di inti sel. ER
yang semula merupakan monomer akan mengalami perubahan konformasi,
terjadi dimerisasi sehingga afinitas dan kecepatan pengikatannya pada DNA
meningkat. ER akan terikat estrogen response elements (EREs) di gen target.
Senyawa yang bersifat antagonis juga akan menyebabkan dimerisasi dan terikat
DNA, tetapi konformasi ER yang terjadi di sini berlainan dari reseptor yang di
duduki oleh agonis.

E. Mekanisme Kerja Progesteron

Di dalam gen progesteron hanya mempunyai reseptor tunggal (PR) yang


memproduksi dua isoform, PR-A dan PR-B. Kedua isoform PR ini
mempunyai ligand-binding domain yang identik, tidak berbeda seperti yang
dimiliki isoform ER. Pada keadaan tanpa ligand, PR berada di inti dalam bentuk
monomerik terikat inaktif dengan heat-shock proteins (HSP-90, HSP-70 dan
p59), apabila telah terikat progesteron HSP terlepas (berdisosiasi) dan reseptor
mengalami fosforilase dan kemudian membentuk dimer (homo- dan heterodimer)
yang terikat dengan selektivitas tinggi pada progesteron response
elements (PREs) pada gen target. Proses transkripsi oleh PR terjadi
melalui recruitment beberapa ko-aktivator ini selanjutnya berinteraksi dengan
beberapa protein spesifik yang mempunyai aktivitas asetilasi histon. Asetilase
histon menyebabkan remodeling kromatin dan menambah protein transkripsi
antara lain RNA polymerase ke promotor target antagonis progesteron juga akan
menyebabkan dimerisasi reseptor dan pengikatan dengan DNA tetapi
konformasi antagonis-bound PR lain dengan antagonis-bound PR. Konformasi ini
tidak akan menyebabkan transkripsi.

18
BAB III

TELAAH KARTU INSTRUKSI MEDIS FARMAKOLOGIS

19
20
A. PERHITUNGAN BAHAN
Pada lembar instruksi medis tanggal 4 November 2019
Diberikan secara unit dose dispensing :
Regumen Tab 5 mg = 2 tab/hari
Sotatic injeksi = 2 ampul
Parasetamol tablet 500 mg = 3 tablet/hari
Neuro Vit.E Tablet = 1 tablet/hari

B. PERHITUNGAN DOSIS
Dosis obat dalam satu kali pemberian
1. Regumen Tab 5 mg = 5 mg
2. Sotatic injeksi = 10 mg
3. Parasetamol tablet = 500 mg
500 mg
4. Neuro Vit.E Tablet

C. ATURAN PAKAI
1. Regumen Tab 5 mg = satu tablet tiap dua belas jam
2. Sotatic injeksi = satu kali suntik tiap dua belas jam secara
Intra muscular
3. Parasetamol tablet 500 mg = satu tablet tiap delapan jam
4. Neuro Vit.E Tablet = satu tablet tiap dua puluh empat jam

D. CARA PENGERJAAN INSTRUKSI MEDIS FARMAKOLOGIS


1. TTK menerima kartu instruksi medis farmakologis dari perawat, kemudian
menelaah dan memverifikasi obat-obat yang diinstruksikan.

2. Setelah semuanya dinyatakan tidak bermasalah, obat yang diminta,disiapkan


dan diberi etiket dan stok ditulis di kartu stok. TTK mengecek kembali
kesesuaian antara obat yang diminta di kartu instruksi dengan yang disiapkan.
Kemudian TTK mengantarkan obat ke ruang rawat inap
3. Obat diserahkan oleh TTK kepada pasien sesuai dengan identitasnya lalu
pasien diberi informasi tentang cara pemakaian obat, efek samping obat dan
informasi lain yang diperlukan pasien serta berikan KIE (Komunikasi,
Informasi, dan Edukasi) kepada pasien.

21
4. Lembaran kartu instruksi medis farmakologis dikembalikan lagi ke tempat
penyimpanan file pasien,sedangkan lembar resep yang berisi obat narkotika
diarsipkan di TPO(Tempat Pengambilan Obat)
5. Pada setiap tahapannya, TTK wajib paraf atas apa saja yang dikerjakan pada
pengobatan tersebut, jika terjadi sesuatu dapat dipertanggung jawabkan atas
pekerjaan yang dilakukan.

E. Deskripsi Obat

1. Regumen Tab 5 mg

Indikasi Umum: pengobatan perdarahan rahim disfungsional, metropati


hemoragika, sindrom pra-menstruasi, penundaan waktu haid, menoragi dan
dismenore.
8 tahun
Deskripsi: Regumen merupakan obat dengan kandungan norethisterone, yang
merupakan hormone progesterone. Obat ini digunakan untuk pendarahan
disfungsional , amenore primer dan sekunder, syndrome pra-mentruasi . mastopati
siklik ,pengaturan waktu menstruasi endometriosis . Dalam penggunaan obat ini
harus sesuai petunjuk dokter.
Kategori: kontrasepsi dan hormone
Komposisi: Norethisterone 5 mg
Dosis: PENGGUNAAN OBAT INI HARUS SESUAI DENGAN PETUNJUK
DOKTER. Dosis 3 kali 1 tablet
Aturan Pakai: sesudah makan
Kemasan: Dus, 5 Solostar Pen @ cartridge 3 ml
Kontra Indikasi: kehamilan dan gangguan fungsi hati yang parah, hepatitis, gatal
seluruh tubuh sewaktu hamil dll.
Perhatian: HARUS DENGAN RESEP DOKTER. Penyakit atau kondisi lainnya
yang menyebabkan perubahan kebutuhan akan insulin

22
Kategori Kehamilan: C
Segmentasi: Red
Manufaktur: Sanofi Aventis

2. Sotatic injeksi

Deskripsi

Sotatic merupakan injeksi yang digunakan Untuk meringankan gastoparesis pada


diabetik akut dan rekuren.Untuk pengobatan simtomatik jangka pendek pada
nyeri panas di dada/lambung dan keterlambatan pengosongan lambung karena
refluks esofagitis.Untuk mengurangi mual, muntah metabolik akibat emetogenik
kemoterapi kanker dan setelah operasi.Untuk mencegah mabuk perjalanan.
Untuk memudahkan intubasi usus pada anak dan dewasa

Komposisi

Tiap mL larutan injeksi mengandung Metoclopramide HCl 5 mg

Dosis

Dewasa : 3 kali sehari 10 mg.

Anak ( 5-15 tahun ) : 0,5 mg/kg berat badan/hari dalam dosis terbagi

Aturan Pakai

Diinjeksikan secara im

Kontra Indikasi

Epilepsi, perdarahan GI, obstruksi mekanik atau perforasi, feokromositoma.

Perhatian : Dosis harus dikurangi pada gangguan ginjal, dapat meningkatkan


gejala ekstrapiramidal. Tidak toleransi terhadap prokain & prokainamida. Usia
23lanjut & anak. Hamil & menyusui. HARUS DENGAN RESEP DOKTER
3. Parasetamol tab 500 mg

Indikasi Umum: mengatasi gejala nyeri ringan sampai sedang


Deskripsi: Parasetamol merupakan obat golongan analgetik non narkotik yang
digunakan untuk mengatasi nyeri ringan sampai sedang dengan cara menaikkan
ambang nyeri.
Kategori: Lambung & Saluran Pencernaan
Komposisi: Parasetamol 500 mg
Dosis: d e w a s a d i g u n a k a n 1 t a b l e t 3 - 4 k a l i s e hari, anak-anak
setengah dosis dewasa.
Aturan Pakai: sesudah makan
Kontra Indikasi: penderita gangguan fungsi hati yang berat dan hipersensitivitas
terhadap parasetamol
Perhatian: Gangguan hati dan ginjal serta dapat menyebabkan hearing lost
Segmentasi: green
Manufaktur: afifarma

24
4. Neuro vit E

Indikasi Umum : Neuritis, neuroparalisis, lumbago, neuralgia, perestasia,


asthenia, neuropati, lesu
Deskripsi : Neuro vit E merupakan obat yang mengandung vitamin B1,B6,
B12 dan vitamin E. obat ini digunakan untuk mengatasi radang saraf , nyeri
punggung, nyeri araf, kesemutan dan lesu.
Kategori : Vitamin & Suplemen
Komposisi : Vit B1 100 mg, Vit B6 200 mg, Vit B6 5 mg, Vit B12 200 mcg,
Vit E 50 mg
Dosis : Dewasa 1 tablet perhari
Aturan Pakai : diberikan sesudah makan
Segmentasi : blue
Manufacture :Kimia Farma

25
ETIKET

PAGI

RSU FARMASI SIMULASI PALEMBANG

Nama : Ny. Saraswati ( 49 th)

No.RM : TTL : L/P

Nama Obat :

Regumen Tab 5 mg

Pagi / Siang / Sore / Malam

Tgl Pemberian : 04-11-2019

Nama : Ny.Saraswati (49 t

No. RM : Ruang : Enim

Obat : Sotatic Inj

Rute P : IM

Tgl & waktu penyiapan : 04-11-2019 jam 07..00

Penyimpanan : Suhu kamar; lemari pendingin

Nama : Ny. Karimah

Ruangan : Enim

Paket Berisi : Lantus Injeksi

Tgl & waktu penyiapan : 04-11-2019

26
RSU FARMASI SIMULASI PALEMBANG

Nama : Ny. Saraswati (49 th)


P
No.RM : TTL : L/

Nama Obat :

Parasetamol Tab 500 mg

Pagi / Siang / Sore / Malam

Tgl Pemberian : 04-11-2019

RSU FARMASI SIMULASI PALEMBANG

Nama : Ny. Saraswati (49 th)


P
No.RM : TTL : L/

Nama Obat :

Neuro Vit.E Tab

Pagi / Siang / Sore / Malam

Tgl Pemberian : 04-11-2019

SORE

RSU FARMASI SIMULASI PALEMBANG

Nama : Ny. Saraswati (49 th)

No.RM : TTL : L/P

Nama Obat :

Parasetamol Tab 500 mg

Pagi / Siang / Sore / Malam

Tgl Pemberian : 04-11-2019

27
MALAM

RSU FARMASI SIMULASI PALEMBANG

Nama : Ny. Saraswati (49 th)

No.RM : TTL : L/P

Nama Obat :

Regumen Tab 5 mg

Pagi / Siang / Sore / Malam

Tgl Pemberian : 04-11-2019

Nama : Ny.Saraswati (49 th)

No. RM : Ruang : Enim

Obat : Sotatic Injeksi

Rute P : IM

Tgl & waktu penyiapan : 04-11-2019 jam 07.00

Penyimpanan : Suhu kamar; lemari pendingin

Nama : Ny. Karimah

Ruangan : Enim

Paket Berisi : Sotatic Injeksi

Tgl & waktu penyiapan : 04-11-2019

RSU FARMASI SIMULASI PALEMBANG

Nama : Ny. Saraswati (49 th)

No.RM : TTL : L/P

Nama Obat :

Parasetamol Tab 500 mg

Pagi / Siang / Sore / Malam

Tgl Pemberian : 04-11-2019

28
BAB IV

Skenario

Pada suatu pagi di Rumah Sakit Umum Farmasia Palembang, para


tenaga kesehatan menjalankan rutinitas tugasnya masing-masing.
Datanglah seorang perawat ke Tempat Pengambilan Obat(TPO) dengan
membawa Lembaran Instruksi Medis Farmakologis untuk meminta agar Tenaga
Teknik Kefarmasian (TTK) menyediakan obat yang dibutuhkan pasien rawat inap
di rumah sakit tersebut.

Perawat : Mba, ini instruksi medis farmakologis untuk pasien di ruangan Enim.

TTK 1 : Baik mba..akan kami verifikasi dan siapkan obatnya. Nanti ada TTK yang
antar ke ruangan

Perawat : Terima kasih mba..

TTK 1 : Nabila ...ini instruksi medis farmakologis dari ruangan Enim .Tolong
di telaah dan verifikasi serta disiapkan ya.

TTK 2 : Ok nurul
(Setelah menelaah instruksi pengobatan , dinyatakan pengobatannya rasional..)

TTK 2 : sasa Ini obat nya tolong disiapkan yaa !!

TTK 3 : Baiklah nab.

(TTK 3 menyiapkan obat injeksi dan TTK 4 menyiapkan obat oral serta etket
nya,setelah selesai melakukan dispensing aseptic TTK 3 mengisi form dispensing
septic dan menyiapkan etiket obat injeksi tersebut,setelah itu TTK 4 menyerahkan
obat-obat yang telah siap kepada TTK 2 untuk dilakukan double check)

TTK 4 : Nabila l, ini obatnya tolong dicek kembali ya

TTK 2 : Ok nun..

29
(TTK 2 pun mengecek dan menyerahkan kepada TTK 1)

TTK 2 : n u r u l , i n i o b a t - o b a t n y a
TTK 1 :oke terimakasih
(setelah selesai mencatat daftar obat yang keluar,TTK 1 meminta TTK 4 untuk
mengantarkan obat-obat tersebut keruangan Enim)
TTK 1 : ainun.. tolong diantar obat-obat ini keruang Enim ya
TTK 4 : oke yik
(TTK 4 menuju keruang Enim )

TTK 4 :Selamat Pagi mba, ini saya membawa obat untuk pasien di ruang ini.
Saya permisi masuk ya mba

Perawat : Pagi juga mba, iya silahkan mba

TTK 4 : (Memeriksa catatan obat pasien, kelengkapan obat, serta etiket pada
obat. Setelah itu mengantarkan obat ke pasien).

“Selamat pagi mba,ibu. Saya Ainun TTK yang bertugas untuk mengantarkan obat
pagi ini. Bagaimana keadaannya ibunya? Apakah semalam tidurnya nyenyak?

Pasien : “Ya selamat pagi mba Ainun, alhamdulillah semalam tidurnya nyenyak
mba.”

TTK 4 : “Bagus kalau begitu,ibu sudah sarapan ?”

Pasien : “Sudah mba, baru saja selesai”

TTK 4 : “Setelah minum obat kemarin, Apakah ibu merasa agak sedikit
pusing atau mungkin masih merasa lesu ?

Pasien : Alhamdulillah, saya tidak pusing mbak.

TTK 4 : “Baiklah kalau begitu. Ini mba obatnya ada 3 macam untuk yang diminum
dan 1 obat suntik,nanti suster nya yang memberikan,nah untuk obat minum saya
jelaskan aturan minumnya ya bu, pertama ini ada Rregumen tablet,parasetamol
tablet dan neutovit E tab. Semua obat ini diminum sesudah makan,gunanya
Parasetamol adalah untuk mengurangi rasa nyeri di perut ibu, nerurovit E ini
gunanya sebagai vitamin supaya ibunya nggak lesu,nah nanti ada obat suntik
gunanya untuk mengurangi rasa mual

30
Setelah ini obatnya boleh langsung diminum ya bu Kemudian, jika setelah
mengkonsumsi obat timbul gejala seperti alergi, diare, mual muntah, demam
dan lain-lain, tolong langsung dilaporkan pada perawat yang bertugas ya bu,mba
agar nanti bisa ditindaklanjuti. Dari yang sudah saya jelaskan apa ada yang
belum jelas mba?”

Keluarga Pasien :” Oh iya sudah cukup jelas mba, terima kasih banyak ya mbak

TTK 4 : “Sama-sama mba, kalau begitu silahkan diminum dulu obatnya bu”.

Pasien &Keluarga pasien :”Baiklah mba”

TTK 4 : (TTK langsung memberikan obat kepada pasien dan langsung diminum
oleh pasien) “ Karena obatnya sudah diminum, saya permisi dulu ya mba, bu.
Nanti ada petugas TTK lain akan memberikan obat untuk jam
selanjutnya.Semoga lekas sembuh ibu nya.”

Pasien & keluarga pasien : “Baiklah, terima kasih mba.”


TTK 4 : sama-sama (bergegaskeluar dan memebrikan obat injeksi kepada
perawat )
TTK 4 : suster, saya sudah memberikan obat oral kepada pasien, ini ada obat
injeksi sotatic, tolong nanti disuntikan secara i.m ya sus, sotatic ini diberikan du
kali dalam sehari yaitu pagi jam 8 dan malam jam 8, jadi mohon kepada suster
memberikannya sesegera mungkin kepada pasien.
Perawat : oke mba, nanti langsung saya berikan.
TTK 4 : baik kalau begitu say permisi dulu

8 jam kemudian…. (pukul 16.00 WIB )

TTK 4 : Selamat Sore mba, ini saya membawa obat untuk pasien di ruang ini.
Saya permisi langsung masuk ya sus .

Perawat : Sore juga mba, iya silahkan mba

TTK 1 : sore ibu, bagaimana keadaannya ?


Pasien : baik mba
TTK 1 : saya nurul TTK yang bertugas mengantar obat siang ini saya mau
Tanya, apa ibu masih merasa nyeri ?
Pasien : iya mba dibagian perut
TTK 1 : ibu sudah makan ?
31
Pasien : sudah
TTK 1 :oke kalau begitu, ibu langsung minum obat dulu ya, ini parasetamol
gunanya adalah untuk meringankan rasa nyeri ibu, untuk siang ini obat nya
Cuma satu bu, nanti malam adalagi TTK yang mengantar obat untuk ibu
Pasien :ohh baik lah mbak
Jam 8 malam
TTK 4 :Selamat malam mba, ini saya membawa obat untuk pasien di ruang
ini. Saya permisi masuk ya mba

Perawat : malam juga mba, iya silahkan mba

TTK 4 : (Memeriksa catatan obat pasien, kelengkapan obat, serta etiket pada
obat. Setelah itu mengantarkan obat ke pasien).

“Selamat malam mba,ibu. Saya Ainun TTK yang bertugas untuk mengantarkan
obat malam ini. Bagaimana keadaannya ibunya? Apakah sudah lebih baik

Pasien : “Ya selamat malam mba Ainun, yaa beginilah mba

TTK 4 : “begini bagaiman bu,ibu sudah makan ?”

Pasien : “Sudah mba, baru saja selesai”

TTK 4 : “Setelah minum obat tadi siang, Apakah ibu merasa agak sedikit
pusing atau mungkin masih merasa lesu ?

Pasien : Alhamdulillah, saya tidak pusing mbak.

TTK 4 : “Baiklah kalau begitu. Ini mba obatnya ada 2 macam untuk yang diminum
dan 1 obat suntik,nanti suster nya yang memberikan,nah untuk obat minum saya
jelaskan aturan minumnya ya bu, pertama ini ada Rregumen tablet dan
parasetamol tablet. Kedua obat ini diminum sesudah makan,gunanya
Parasetamol adalah untuk mengurangi rasa nyeri di perut ibu, ,nah nanti ada obat
suntik gunanya untuk mengurangi rasa mual

32
Setelah ini obatnya boleh langsung diminum ya bu Kemudian, jika setelah
mengkonsumsi obat timbul gejala seperti alergi, diare, mual muntah, demam
dan lain-lain, tolong langsung dilaporkan pada perawat yang bertugas ya bu,mba
agar nanti bisa ditindaklanjuti. Dari yang sudah saya jelaskan apa ada yang
belum jelas mba?”

Keluarga Pasien :” Oh iya sudah cukup jelas mba, terima kasih banyak ya mbak

TTK 4 : “Sama-sama mba, kalau begitu silahkan diminum dulu obatnya bu”.

Pasien &Keluarga pasien :”Baiklah mba”

TTK 4 : (TTK langsung memberikan obat kepada pasien dan langsung diminum
oleh pasien) “ Karena obatnya sudah diminum, saya permisi dulu ya mba, bu.
Nanti ada petugas TTK lain akan memberikan obat untuk jam
selanjutnya.Semoga lekas sembuh ibu nya.”

Pasien & keluarga pasien : “Baiklah, terima kasih mba.”


TTK 4 : sama-sama (bergegas keluar dan memberikan obat injeksi kepada
perawat )
TTK 4 : suster, saya sudah memberikan obat oral kepada pasien, ini ada obat
injeksi sotatic, tolong nanti disuntikan secara i.m ya sus, mohon kepada suster
untuk memberikannya sesegera mungkin kepada pasien.
Perawat : oke mba, nanti langsung saya berikan.
TTK 4 : baik kalau begitu say permisi dulu

33
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2000. Informasi Spesialite Obat. ISFI. Jakarta


Basu, S.D., 2012. Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen Edisi
Pertama, BPFE, Yogyakarta
Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. http://www.depkes.go.id
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Materi pelatihan peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan memilih obat bagi tenaga kesehatan (pp.
0-8, 13-14, 18, 20-23, 31), Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009, Profil Kesehatan
Indonesia,Depertemen Republik Indonesia: Jakarta.
Effendy, N. 1998. Dasar-dasar Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010.
http://www.depkes.go.id
Susyanty, A.L., dan Hayanti, S. 2007. Prioritas Pasien Akan Kebutuhan
Pelayanan Informasi Obat di Apotek. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan-Vol.10 No.2 April 2007: 131-137
Ricardo, Yohanes. 2012. Loyalitas Konsumen yang Dipengaruhi Oleh
Suasana Toko dan Kualitas Pelayanan Melalui Kepuasan
Konsumen. Jurusan Adm.Bisnis, Fakultas ISIP, Universitas Lampung.
Gan Gunawan, Sulistia.2009. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FKUI

34

Anda mungkin juga menyukai