Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah ‘azza wajala Robb semesta alam karena atas
hidayah dan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, insya
Allah. Sholawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam
serta segenap keluarga dan sahabatnya serta para pengikutnya yang setia hingga akhir
zaman.

Makalah yang membahas tentang i’jaz al-Quran ini, mudah-mudahan bisa bermanfaat
bagi pembaca semua, meskipun dalam penyusunannya jauh dari kesempurnaan, akan tetapi
tanpa mengurangi rasa hormat kami, penyusun juga mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun baik dari dosen mata kuliah maupun dari mahasiswa sekalian.
Kesempurnaan dan kebenaran itu hanya dari Alloh ‘azza wajala sedangkan kesalahan dan
kekurangan adalah dari manusia kami pribadi.

Pekanbaru,21 November 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................1

DAFTAR ISI...........................................................................................................2

BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................3

Latar belakang masalah..............................................................................3

Rumusan Masalah......................................................................................3

BAB II : PEMBAHASAN.........................................................................................4

Pengertian i’jaz al-Quran............................................................................4

Macam-macam i’jaz al-Quran....................................................................4

Aspek-aspek i’jaz al-Quran.........................................................................5

BAB III : KESIMPULAN.........................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................11

2
BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang masalah


Dalam kehidupan ini, kita sering menilai sesatu itu mustahil karena akal manusia yang
terbatas dan terpaku dengan hukum-hukum alam atau hukum sebab akibat yang telah kita
ketahui. Sehingga kita sering menolak suatu yang tidak sejalan dengan logika atau hukum
yang berlaku.

Manusia dengan akal yang dimilikinya tidak mampu merenungkan ciptaan Allah di
muka bumi dan di alam semesta. Mereka tidak mencoba untuk menyempatkan diri
mentadabburi kebesaran Tuhan yang terlukis pada alam semesta. Sehingga Allah mengutus
setiap rasul pada kaumnya. Kemudian bersamaan dengan itu Allah bekali setiap rasul
dengan mukjizat sebagai tandingan terhadap kemampuan diluar kebiasaan yang
berkembang ditengah-tengah kaumnya.

Kemampuan luar biasa atau yang lebih sering dikenal sebagai mukjizat yang dimiliki
oleh setiap rasul untuk menandingi dan mengalahkan kemampuan luar biasa yang ada di
kaum mereka sehingga dengan adanya itu mereka tidak sanggup melawan dan muncullah
perasaan lemah dalam diri mereka yang pada akhirnya membawa mereka pada keimanan
dengan risalah yang dibawa oleh rasul.

Pembicaraan tentang i’jaz atau kemukjizatan al-Quran merupakan suatu mukjizat


tersendiri, dimana para peneliti tidak bisa mencapai kesempurnaan dari setiap sisi-sisi
kemukjizatannya.

Dan berbagai pertanyaan lainnya seputar kemukjizatan Alquran akan penulis coba
paparkan jawabannya dalam makalah sederhana ini. Semoga ke depan makalah ini dapat
memberi pencerahan bagi kita semua.

Rumusan masalah

a . Apa yang dimaksud dengan i’jaz al-Quran.

b . apa saja macam-macam i’jaz al-Quran.

C . Apa saja aspek-aspek i’jazal-Quran.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A.Definisi i’jaz al-Quran


Sebuah kata-kata akan dimengerti apabila sudah mengetahui pengertian atau definisi
dari kata-kata tersebut. Dalam hal ini ada dua segi untuk mengetahui sebuah definisi yaitu
segi kebahasaan (Etimologi) dan segi istilah (Terminologi).

Pengertian I’jaz secara etimologi yaitu bahwa I’jaz berasal dari bahasa arab :

yang memiliki arti melemahkan, membuktikan kelemahan, menetapkan kelemahan atau


menjadikan tidak mampu. Apabila I’jaz ini berhasil (membuktikan kelemahan ) maka
nampaklah kekuatan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan).

Secara terminologi I’jaz berarti :

“ Memperlihatkan kebenaran nabi dalam pernyataan sebagai seorang rasul, dengan


memperlihatkan kelemahan orang arab dalam menantangnya terhadap mu’jizat yang kekal
yaitu al qur’an dan kelemahan orang-orang yang datang sesudah mereka”.

Dari definisi tersebut diatas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan I’jaz al qur’an
adalah nilai kemu’jizatan yang terdapat dalam alqur’an sehingga pada pembahasan I’jaz al
qur’an tidak akan jauh berbeda dengan pembahasan alqur’an sebagai mu’jizat.

B.Macam-macam i’jaz al-Quran


Secara garis besar macam-macam mukjizatterbagi menjadi dua,yaitu mukjizat yang bersifat
Material Inderawi yang tidak kekal dan mukjizat immaterial logis dan dapat dibuktikan
sepanjang masa.

a.Mukjizat Material Inderawi

Mukjizat ini terdapat pada nabi-nabi terdahulu, artinya bahwa keluarbiasaan tersebut
dapat disaksikan dan dijangkau langsung lewat indera oleh umat-umat tempat nabi-nabi
menyampaikan risalah.

Perahu Nabi Nuh yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam
situasi ombak dan gelombang yang demikian dahsyat. Tidak terbakarnya Nabi Ibrahim a.s
dalam kobaran api yang sangat besar; berubah wujudnya tongkat Nabi Musa a.s. menjadi
ular; penyembuhan yang dilakukan oleh Nabi Isa a.s. atas izin Allah, dan lain-lain,
kesemuanya bersifat material indrawi, sekaligus terbatas pada lokasi tempat mereka
berada, dan berakhir dengan wafatnya mereka.

4
b.Mukjizat Immaterial Logis

Yaitu mukjizat yang diturunkan kepada nabi terakhir yaitu Muhammad shallalu’alai
wasallamberupa mukjizatal-Quran yang sifatnya bukan inderawi atau material tetapi dapat
dipahami akal dan tidak dibatasi oleh suatu tempat atau masa tertentu. Mukjizat al-Quran
dapat dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya dimana dan kapan-pun.

·Perbedaan ini disebabkan oleh dua hal pokok :

1. Para Nabi sebelum Nabi Muhammad shalallahu’alai wasallam, ditugaskan untuk


masyarakat dan masa tertentu. Karena itu,mukjizat mereka hanya berlaku untuk masa dan
masyarakat tersebut, tidak untuk sesudah mereka. Ini berbeda dengan mukjizat Nabi
Muhammadshalallahu’alai wasallam yang diutus untuk seluruh umat manusia sampai akhir
zaman.

2. Manusia mengalami perkembangan dalam pemikiranya. Umat para Nabi khususnya


sebelum Nabi Muhammadshalallahu’alai wasallam membutuhkan bukti kebenaran yang
sesuai dengan tingkat pemikiran mereka. Bukti tersebut harus demikian jelas dan langsung
terjangkau oleh indra mereka. Akan tetapi, setelah manusia mulai menanjak ke tahap
kedewasaan berpikir, bukti yang bersifat indrawi tidak dibutuhkan lagi.

C.Aspek-aspek i’jaz al-Quran


Para ulama telah menyebutkan aspek-aspek kemukjizatan al-Quran. Namun demikian
mereka berbeda pendapat dalam meninjau segi kemukjizatan al-Quran. Perbedaan itu
adalah sebagai berikut:

1. Abu Ishaq Ibrahim An-Nazham dan pengikutnya dari kaum syi’ah berpendapat, bahwa
kemukjizatan al-Quran adalah dengan cara shifrah (pemalingan). Arti shifrah dalam
pandangan An-Nazam ialah, Allah memalingkan orang-orang arab untuk menantang al-
Quran, padahal sebenarnya mereka mampu menghadapinya.

2. Sebagian ulama berpendapat bahwa segi kemukjizatan al-Quran adalah karena ia


mengandung badi’ yang sangat unik dan berbeda dengan apa yang telah dikenal oleh orang-
orang arab seperti fashilah dan maqtha’.

3. Sebagian yang lain berpendapat bahwa segi kemukjizatan al-Quran itu terkandung
balaghah tangkat tinggi, redaksinya yang bernilai sastra dan susunannya yang indah, karena
nilai sastra yang terkandung dalam al-Quran itu sangat tinggi dan tidak ada bandingannya.

4. Ulama lain berpendapat bahwa kemukjizatan itu karena al-Quran terhindar dari adanya
pertentangan, dan mengandung arti yang lembut dan memuat hal-hal ghaib diluar
kemampuan manusia dan diluar kekuasaan mereka untuk mengetahuinya.

5
5. Ada juga ulama yang berpendapat bahwa segi kemukjizatan al-Quran adalah mengandung
bermacam-macam ilmu dan hikmahyang sangat dalam, baik dalam permulaan, tujuan
maupun dalam menutup setiap surat.

Adapun mengenai segi manakah kemukjizatan itu kami akan menguraikan tiga macam
Aspek kemukjizatan al-Quran seperti: aspek bahasa, aspek Ilmiah,Aspek Tasyria (Hukum).

1. Aspek Kemukjizatan Bahasa

Dalam sejarah mengatakan bahwa pada masa itu bangsa Arab adalah para ahli bahasa
dan balaghah. Para pakar bahasa Arab ttelah menekuniilmu ini sejak awal. Mereka merubah
puisi, prosa, kata-kata bijak, dan matsal yang dideskripsikan dalamredaksi-redaksiyang
memukau.

Para ahli bahasa telah terjun dalam festival bahasa dan mereka memperoleh
kemenangan. Akan tetapi tidak seorangpun dari mereka yang sanggup menandingi
keindahan bahasa yang terdapat dalam al-Quran. Bahkan sejarah mencatat kelemahan
bahasa ini terjadi pada masakemajuan dan kejayaannya ketika al-Quran diturunkan.

Al-Qur'an memperlihatkan kefasihan dan balaghah-nya. Artinya, untuk menyampaikan


maksud dan tujuan dalam setiap masalah, Allah SWT menggunakan kata dan kalimat yang
paling lembut, indah, ringan, serasi, dan kokoh. Melalui cara tersebut, Dia menyampaikan
makna-makna yang dimaksudkan kepada para mukhathab, yaitu melalui sastra yang paling
baik dan mudah dipahami.

Setiap orang yang berkonsentrasi mempelajari al-Quran tentu akan mendapati


keindahan bahasa yang dimiliki al-Quran, yaitu dalam keteraturan bunyinya yang indah
melalui nada-nada hurufnya ketika ia mendengar harakat dan sukun-nya, madd dan
ghunnah-nya, fashilah dan maqtha’nya sehingga tidak pernah menjadikan bosan siapa saja
yang mempelajarinya.

Tentunya, tidak mudah memilih kata dan kalimat yang akurat dan sesuai dengan
makna-makna yang tinggi dan mendalam kecuali bagi orang yang telah menguasai
sepenuhnya ciri-ciri kata, makna yang dalam dan hubungan imbal balik antara kata dan
maknanya agar dapat memilih kata dan ungkapan yang paling baik dengan memperhatikan
seluruh dimensi, kondisi dan kedudukan makna yang dimaksudkan. Pengetahuan lengkap
tentang hal itu tidak mungkin dapat dicapai oleh siapapun kecuali dengan bantuan wahyu
dan ilham Ilahi.

Kemukjizatan dapat didapatkan pula pada khithab dimana berbagai golongan manusia
yang berbeda tingkat intelektualnya dapat memahami khithab itu sesuai dengan tingkat
akalnya, sehinggamasing-masing mereka memandangnya cocokdengan tinkatan akalnya,
baik mereka yang awam maupun orang berilmu.

6
2. Aspek Kemukjizatan Ilmiah

Kebanyakan manusia keliru ketika mereka beranggapan bahwa Al-Qur`an mengandung


semua teori ilmiah. Sehingga setiap kali muncul teori keilmuwan yang baru, mereka
berupaya mencocokkannya dengan Al-Qur`an agar sesuai dengan teori tersebut.

Sumber kekeliruan dalam hal ini adalah, bahwa ilmu pengetahuan selalu mengalami
perkembangan seiring dengan perubahan dan tuntutan zaman. Sehingga ilmu itu masih
dalam upaya penyempurnaan terus menerus dan terkadang mengalami kekeliruan. Dan ini
terus berlanjut sampai mendekati pada kebenaran dan derajat yakin. Dan setiap teori akan
melewati masa pengkajian, percobaan sampai pada tahap pembenaran.

Orang-orang yang menafsirkan Al-Qur`an dengan mencocokannya dengan teori ilmiah,


dan berupaya untuk mengambil dari Al-Qur`an pencocokan terhadap berbagai permasalahn
dalam lingkup ilmiah, sama halnya mereka telah berlaku buruk pada Al-Qur`an, walaupun
mereka beranggapan bahwa tindakan itu benar.

Karena problem-problem keilmuwan selalu mengalami perubahan, sehingga ketika


penafsiran Al-Qur`an dengan cara demikian, kemudian teori itu berubah atau gagal maka
sama halnya kebenaran al-Qur`an akan menjadi diragukan. Al-Qur`an adalah kitab hidayah
dan aqidah, yang mengajak jiwa-jiwa manusia untuk menempuh jalan-jalan mulia dan
terpuji.

Kemukzijatan ilmiah yang dimiliki oleh Al-Qur`an bukan terletak pada sisi cakupannya
terhadap seluruh aspek teori-teori ilmiah yang akan selalu bertambah dan mengalami
perubahan, akan tetapi terletak pada anjurannya untuk selalu berfikir. Al-Qur`an
memerintahkan manusia untuk menggunakan akalnya memikirkan penciptaan alam
semesta.

Maka teori keilmuwan apapun, kaidah apapun, yang akan meneguhkan posisi akal,
menguatkan keyakinannya, terwujud dari aplikasi berfikir yang sehat sebagaimana yang
dianjurkan Al-Qur`an. Al-Qur`an menjadikan upaya berfikir terhadap penciptaan alam
semesta sebagai bentuk sarana menumbuhkan dan menambah keimanan pada Allah. Al-
Qur`an memerintahkan untuk memikirkan tentang makhluk Allah yang ada di langit dan
bumi [Ali Imran : 190-191] Al-Qur`an juga memerintahkan manusia memikirkan tentang
dirinya, tentang bumi yang ia tinggal di dalamnya dan tentang alam yang mengitarinya [Ar-
Rum: 8] Al-Qur`an juga memerintahkan untuk menggunakan akal untuk memahami,
mengetahui terhadap berbagai hal [ Al-Baqarah: 219] Al-Qur`an telah mengangkat posisi
muslim dengan keutamaan ilmu [Almujadalah : 11] Dengan demikian jelas bagi kita bahwa
kemukjizatan ilmiah Al-Qur`an menuntun untuk berfikir dan membuka untuk kaum
muslimin pintu-pintu pengetahuan, dan mengajak mereka untuk berkontribusi di dalamnya,
berkembang dan menerima setiap inovasi yang dimunculklan dari penemuan-penemuan

7
ilmiah. Begitulah isyarat-isyarat ilmiah dalam Al-Qur`an yang datang dalam bentuk petunjuk
ilahi agar manusia mencari dan terus melakukan berbagai perenungan.

3. Aspek Kemukjizatan Syariat

Manusia secaragharizah(naluri) merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang


lain. Dan rasa saling membutuhkan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari manusia. Sikap
hidup saling bantu membantu merupakan gambaran begitu perlunya terbina hubungan
yang harmonis antara satu dengan yang lain.

Namun disisi lain, sering kali kita temukan seseorang berlaku zhalim pada orang lain,
atau mengambil hak-hak orang lain dengan paksa. Hal ini terjadi disebabkan tidak adanya
nya peraturan atau undang-undang yang diberlakukan untuk menjaga kehormanisan
kehidupan ditengah manusia. Sehingga pada akhirnya kehidupan manusia akan kacau dan
hak-hak setiap orang terampas oleh orang yang lebih kuat.

Sudah banyak kita temukan dalam sejarah kehidupan manusia tentang upaya-upaya
yang dilakukan untuk mewujudkan kehidupan yang damai dan adil, tapi sering kali upaya itu
tidak sampai pada tujuan yang diinginkan. Sehingga kehidupan harmonis yang diharapkan
tidak pernah terealisasi.

Islam datang membawa keadilan, membawa syariat untuk menciptakan kenyaman


dalam hidup bermasyarakat. Dalam pembentukan masyarakat yang baik tidak dapat
terlepas dari upaya awal untuk membentuk dan mendidik kepribadian yang baik pula.
Sehingga bila setiap individu yang menjadi anggota masyarakt telah baik, secara tidak
langsung kebaikan itu akan memunculkan kebaikan koletif.

Al-Qur`an menuntun setiap muslim untuk memegang teguh ketauhidan yang


merupakan landasan pokok dalam beramal. Ketauhidan ini akan menjauhkan dirinya dari
keyakinan terhadap khurafat, keraguan, dan dari menjadi budak nafsu serta penyembahan
terhadap syahwat. Sehingga ia menjadi seorang hamba yang bersih keyakinannya pada
Allah. Yang hanya patuh dan tunduk pada Tuhan yang satu. Tidak butuh kepada selainNya.
Tuhan yang memiliki kesempurnaan. Yang darinya datang segala kebaikan untuk segenap
makhlukNya. Dialah tuhan yang satu, pencipta yang satu, yang maha kuasa atas segala
sesuatu.

Apabila akidah seorang muslim telah lurus dan benar maka hendaklah ia mengambil
konsep hidupnya sesuai dengan tuntunan syariat yang dinyatakan dalam Al-Qur`an. Setiap
ibadah fardhu yang ditujukan untuk kemaslahatan individu akan tetapi pada waktu yang
bersamaan ia juga bertujuan untuk kemaslahatan hidup bersama.

Ibadah shalat bertujuan untuk mencegah seseorang dari berperilaku keji dan mungkar
[Al-Angkabut : 45]. Dengan terlaksananya shalat dengan baik, akan terpancarlah pada diri

8
seorang muslim sikap yang baik pula, tenang dan membawa kedamaian pada orang yang
ada disekitarnya.

Zakat membuang dari diri sikap bakhil, kecintaan pada dunia, ketamakan pada harta.
Disisi lain zakat akan menjadi sarana saling tolong menolong antara yang kaya pada yang
miskin. Dimana yang kaya memberikan sebahagian dari hartanya untuk membantu orang-
orang yang membutuhkan dan berhak. Ibadah haji adalah sarana untuk latihan diri
menempuh kesulitan. Pada saat haji semua manusia akan berkumpul pada satu tempat,
semuanya dengan pakaian yang sama, dan tidak ada yang membedakan mereka kecuali
ketakwaan.

Sedangkan puasa melatih seseorang untuk mengendalikan hawa nafsunya. Ketika


berpuasa seseorang akan dilatih untuk menahan amarahnya. Disamping akan terlatih
kejujurannya. Semua ibadah diatas bila dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya akan
melahirkan dalam diri setiap muslim pribadi yang soleh, Al-Qur`an juga mengajarkan untuk
berlaku sabar, jujur, bersikap adil, ihsan, memaafkan orang lain dan sikap-sikap mulia
lainnya.

Al-Quran juga telah menetapkan perlindungan terhadap dharuriyah al-khomsahatau


(lima kebutuhan primer) bagi kehidupan manusia yaitu : jiwa,agama,kehormatan,harta
benda,dan akal. Lalu menerapkan hukuman-hukuman yang tegas pada setiap poin-poinya
sehingga dikenal dalam fiqih islam hukum jinayat dan hudud.

Al-Quran juga menetapkan hukum terntang hubungan internasional antara kaum


muslimin dengan negara tetangga atau dengan merika yang mengadakan perjanjian damai
(mu’ahad). Juga kekuasaan legislatif dalam sistem pemerintahan islam diatur dalam al-
Quran.

Ringkasnya al-quran meupakan Dustur Tasyri’i (sistem perundang-undangan)


paripurna yang membangun kehidupan manusia diatas dasar konsep yang paling tinggi dan
mulia. Kemukjizatan Tasyri’inya ini tidak bisa dipisahkan dari kemukjizatan ilmiah dan
kemukjizatan bahasanya. Ketiganya akan senantiasa eksis bersama tak seorangpun dapat
mengingkari bahwa al-Quran memiliki kemukjizatan sebagai bukti kekuasaan Allah.

9
BAB III

KESIMPULAN

I’jaz al qur’an adalah nilai kemukjizatan yang terdapat dalam alqur’an sehingga pada
pembahasan I’jaz al qur’an tidak akan jauh berbeda dengan pembahasan alqur’an sebagai
mukjizat.

Mukjizat adalah sebuah peristiwa, urusan, perkara yang luar biasa yang dibarengi
dengan tantangan dan tidak bisa dikalahkan. al-Quran menantang orang-orang Arab,
mereka tidak kuasa melawan meskipun mereka merupakan orang-orang yang fasih, hal ini
tiada lain karena al-Quran adalah mukjizat.

Mukjizat terbagi menjadi dua,yaitu mukjizat yang bersifat Material Inderawi yang tidak
kekal dan mukjizat immaterial logis. Mukjizat Material Inderawi adalah mukjizat yang dapat
disaksikan dan dijangkau langsung lewat indera dan terdapat pada rasul-rasul terdahulu
yang sifatnya terbatas pada lokasi tempat mereka berada, dan berakhir dengan wafatnya
rasul tersebut. Sedangkan mukjizat imaterial logis merupakan mukjizat yang diturunkan
kepada nabi terakhir yaitu Muhammad shallalu’alai wasallamberupa mukjizatal-Quran yang
sifatnya bukan inderawi atau material tetapi dapat dipahami akal dan tidak dibatasi oleh
suatu tempat atau masa tertentu. Mukjizat al-Quran dapat dijangkau oleh setiap orang yang
menggunakan akalnya dimana dan kapan-pun.

Segi kemukjizatan al-Quran dilihat dari 3 aspek yang pertama dari segi bahasanya
yangmemperlihatkan kefasihan dan menggunakan kata dan kalimat yang paling lembut,
indah, ringan, serasi, dan kokoh serta melalui sastra yang paling baik dan mudah
dipahami.Kedua, segi ilmiah dimana al-Qur'anmenuntun manusia untuk berfikir dan
membuka pintu-pintu pengetahuan, dan mengajak untuk berkontribusi di dalamnya,
berkembang dan menerima setiap inovasi yang dimunculklan dari penemuan-penemuan
ilmiah akan tetapi hal ini bukan berarti al-Quran mengandung semua teori ilmiah. Yang
ketiga dari segi syariat dimana al-Quran meupakan Dustur Tasyri’i (sistem perundang-
undangan) paripurna yang membangun kehidupan manusia diatas dasar konsep yang paling
tinggi dan mulia sehingga terciptalah kehidupan yang adil dan sejahtera.

Al-Quran sebagai mukjizat menunjukkan kepada kita tentang kebenaran nabi sebagai
seorang rosul, dengan memperlihatkan kelemahan orang arab dalam menantangnya dan
kelemahan orang-orang yang datang sesudah mereka.

10
DAFTAR PUSTAKA

 https://makalahnih.blogspot.com/2014/07/ijaz-al-quran-kemukjizatan-
al-quran.html
 Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy , Ilmu-ilmu Al-quran,Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2012, Cetakan Ke-4 Hal: 293
 Manna Khalil al-Qattan , Studi Ilmu-ilmu Al-quran,Bogor: Litera Antar
Nusa, 2004, Cetakan Ke-8 Hal: 371
 https://aktomisriadi.blogspot.com/2012/07/definisi-ijaz-al-quran.html

11

Anda mungkin juga menyukai