Anda di halaman 1dari 27

PENDIDIKAN KONSELOR, PROGRAM PENDIDIKAN KONSELOR DAN

KURIKULUM PENDIDIKAN KONSELOR

Mata Kuliah : Pengembangan Pribadi Konselor


Dosen Pengampu : Andi Wahyu Irawan S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :

Misna 1705095053

Karlina Rudini 1705095054

Tri Yoga Dirga Priyandi 1705095085

BK – B 2017

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

TAHUN 2019
KATA PENGENTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya kepada kami sehingga tugas makalah mengenai “PENDIDIKAN
KONSELOR, PROGRAM PENDIDIKAN KONSELOR DAN KURIKULUM
PENDIDIKAN KONSELOR” ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu. Tidak lupa
kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Masnurrima Heriansyah, S.Pd., M.Pd. selaku
dosen Pengembangan Pribadi Konselor yang telah memberikan kami kesempatan untuk
mengerjakan tugas ini sehingga kami mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam
mengenai pendidikan konselor, program pendidikan konselor dan kurikulum pendidikan
konselor.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini kedepannya. Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini
dengan penuh rasa terimakasih dan semoga Allah Swt memberkahi makalah ini sehingga
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Samarinda, 6 September 2019


Penulis,

Kelompok 5

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………… ...... 1
DAFTAR ISI…………………………………………………….. ...... 2
BAB I PENDAHULUAN………………………………………......... 3
A. Latar Belakang……………………………………………............ 3
B. Rumusan masalah……………………………………………....... 4
C. Tujuan…………………………………………………………..... 4
D. Batasan masalah/ pembahasan………………………………….... 4
BAB II PEMBAHASAN.......………………………………………... 5
A. Pendidikan Konselor…………………………………………….. 5
B. Program Pendidikan Konselor…………………………………... 16
C. Kurikulum Pendidikan Konselor………………………………... 19
BAB III PENUTUP…………………………………………………. 23
A. Kesimpulan……………………………………………………… 23
B. Saran……………………………………………………….......... 23
Daftar Pustaka………………………………………………….......... 24

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam


kehidupan bermasyarakat, maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh
kreatifitas pendidikan suatu bangsa itu sendiri. Pendidikan dibutuhkan guna
menciptakan sumber daya manusia yang cerdas. Pendidikan merupakan suatu hal
yang sangat penting dalam kehidupan seseorang baik dalam masyarakat, keluarga
dan negara. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi
manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk pribadi seseorang yang
baik. Berdasarkan UU No.20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 menyebutkan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.

Pelayanan profesional bimbingan dan konseling yang didasarkan


pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, maka pengetahuan,sikap dan
keterampilan konselor yang (akan) ditugaskan pada sekolah tertentu itu
perlu disesuikan dengan berbagai tuntutan dan konseli sasaran layanan,
termasuk umur, tingkat pendidikan, dan tahap perkembangan anak.

Program Pendidikan Profesi Konselor (PPK) Jurusan Bimbingan dan


Konseling (BK) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Padang (UNP)
dirintis sejak tahun akademik 1999/2000, yang pertama di Indonesia. Sebagaimana
penyiapan pemegang gelar profesi lain, seperti Dokter, Psikolog, Apoteker, Psikiater,
Akuntan, Sarjana (S1) BK calon pemegang gelar profesi Konselor diberi kesempatan
menempuh sejumlah besar pengalaman praktik lapangan konseling melalui program
PPK, yang merupakan program Spesialis I. Sedari awalnya, program PPK sebagai
bagian integral jurusan BK yang terakreditasi A telah mendapat konfirmasi dari
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI), dan melalui surat Dirjen Dikti

3
No.30909/D/T/2001 tanggal 21 Desember 2001 program PPK diharapkan dapat
diorientasikan kepada mutu profesi konseling yang berstandar internasional.

B. Rumusan Masalah
1). Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Konselor ?
2). Apa saja Program Pendidikan Konselor ?
3). Bagaimana Kurikulum Pendidikan Konselor ?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui Pendidikan Konselor
2) Untuk mengetahui Program Pendidikan Konselor
3) Untuk mengetahui bagaimana Kurikulum Pendidikan Konselor.
D. Batasan masalah/pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah disebutkan di atas, maka
batasan pembahasan masalah yang akan dibahas yaitu mengenai
pendidikan konselor berdasarkan permendikbud No.111tahun 2014,
program pendidikan konselor berdasarkan permendiknas No 27 tahun
2003 dan kurikulum pendidikan konselor yang berdasarkan permendikbud
No 81A tahun 2013

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Konselor
Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas dalam bidang bimbingan dan
Konseling, yaitu unjuk kerja Konselor secara baik para (calon) konselor
dituntut memiliki pengetahuan,keterampilan, dan sikap yang memadai.
Pengetahuan, keterampilan, dan sikap tersebut diperoleh melalui pendidikan
khusus. Untuk pelayanan profesional bimbingan dan konseling yang
didasarkan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, maka
pengetahuan,sikap dan keterampilan konselor yang (akan) ditugaskan pada
sekolah tertentu itu perlu disesuikan dengan berbagai tuntutan dan konseli
sasaran layanan, termasuk umur, tingkat pendidikan, dan tahap perkembangan
anak.
Dari sisi keilmuannya, perlu diperhatikan betapa besarnya urgensi dasar
keilmuan terhadap terhadap kompentensi bimbingan dan konseling. Dalam hal
itu perlu dikatakan bahwa praktek konseling harus berakar secara kokoh pada
ilm. Dengan demikian segala usaha penyiapan konselor harus dibimbing oleh
suatu “body Knowledge” bimbingan dan konseling yang kokoh. Untuk dapat
meminjam hal yang demikian, pendidikan konselor harus didukung oleh
penemuan – penemuan ilmiah baik dari segi bimbingan dan konseling senduru
maupun dari berbagai disiplin ilmu yang relavan. Dalam hal ini, sebagaimana
telah dikemukakan terlebih dahulu, psikologi merupakan ilmu yang
memberikan sumbangan besar kepada pembimbing dan konseling( Mc.Cully,
1969). Selanjutnya dikatakan juga bahwa orientasi terhadap ilmu saja tidak
cukup. Hala – hal yang bersifat pribadi, seperti kemampuan mengarahkan diri
sendiri, kebebasan diri sendiri, kebebasan pribadi, perbedaan perorangan, dan
tujuan – tujuan pribadi amat perlu diperhatikan dalam bimbingan dan
konseling.
Untuk memenuhi tuntutan di lapangan yang menyangkut berbagai variasi
yang ada di masyarakat, pendidikan konselor juga perlu mengisi program –
programnya dengan pengalaman pengalaman yang bervariasi, misalnya yang
menyangkut anak catat, abak berbakat, kelompok minoritas, umur dan jenis
kelamain, status keluarga dan perkawinan, dunia usaha dan industri,

5
pertahanan dan keamanan, perbedaan adat dan budaya, peranan seni dalam
konseling dan lain – lain.
Penyusunan kurikulum dan program pengajaran perlu memperhatikan
prinsip-prinsip proses belajar mengajar yang bersifat aktif-kreatif- teknologis,
kaitan antara teori dan praktek serta pertimbangan kompetensi dan relavansi.
Pengajaran perlu menekankan hal-hal praktis, informasi dan tilikan yang penuh
makna. Lebih lanjut, sebagai dikemukakan oleh Rye (1975), pendidikan
konselor yang lengkap harus meliputi pengalaman dan perkembangan pribadi
yang menunjang pengembangan kesadaran dan peninggkatan hubungan
antarpribadi. Pendidikan konselor meliputi terselenggaranya proses teraputik
bagi para pesertanya.

Disamping penguasaan wawasan dan materi keilmuan serta keterampilan,


calon konselor juga perlu membina diri dalam sikap dan keteguhan dalam
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling. Salah satu contoh
misalnya adalah pengembangan sikap berkenaan dengan asas kerahasiaan
sebagai “asas kunci” dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Dalam
diri konselor harus benar-benar tertanam penahanan dan tekad untuk
melaksanakan aset tersebut. Untuk itu perlu dilakukan latihan-latihan langsung
dengan jalan setiap kali mengucapkan dan mencamkan kalimat berikut :

SEBAGAI KONSELOR SAYA :

.......................................................

(Nama)

Menyatakan bahwa saya sanggup dan bersedia menerima, menyimpan,


memelihara, menjaga, dan merahasiakan segala data atau keterangan
yang saya terima, baik dari klien saya atau dari siapapun juga, yaitu data
atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang
lain.

6
Materi asas tersebut juga secara langsung dilatihkan dalam
praktek, yaitu dengan menerapkan setiap kali calon konselor itu
menangani klien dalam rangka kuliah “teknik dan laboratorium
konseling“.

Lebih jauh, pada kalimat studi mereka, yaitu ketika mereka


diwisuda mereka diminta mengucapkan semacam ikrar atau janji
dihadapan khalayak ramai bahwa mereka akan menjalankan tugas-tigas
sebagai konselor sebagaimana diharapkan. Pengucapan ikrar atau janji itu
tampaknya hanya sekedar bersifat serimonial belaka, tetapi apabila hal itu
diucapkan dengan khidmat dan penuh makna mudah-mudahan peristiwa
itu mereka rasakan sebagai tanda “kunci penutup” satu tahap studi mereka
di satu sisi, dan “kunci pembuka” pengabdian mereka dilapangan
pelayanan bimbingan dan konseling secara nyata di masyarakat luas.disaat
itulah mereka mulai melangkah sebagai sarjana, sebagai tenaga
profesional dalam bidang bimbingan dan konseling. Ikrar atau janji itu
adalah sebagai berikut:

JANJI KONSELOR

Dengan nama Allah saya berjanji bahwa dalam menjalankan tugas


sebagai konselor, saya:

1. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.

2. Memperhatikan sepenuhnya permasalahan klien dan berusaha


dengan sungguh-sungguh memenuhi kebutuhan klien sesuai
dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia seutuhnya.

3. Menjunjung tinggi dan melaksanakan asas-asas dan kode etik


profesional bimbingan dan konseling

4. Bekerja secara jujur, bersungguh-sungguh dan penuh disiplin


dengan mendahulukan kepentingan klien.

5. Selalu memperluas wawasan serta meningkatkan pengetahuan


dan keterampilan untuk dapat melaksanakan pelayanan
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
bimbinga dan konseling profesional.
REPUBLIK INDONESIA

7
NOMOR 111 TAHUN 2014

TENTANG
BIMBINGAN DAN KONSELING PADA PENDIDIKAN DASAR
DAN PENDIDIKAN MENENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK


INDONESIA
Menimbang :
a. bahwa dalam rangka pengembangan kompetensi hidup,
peserta didik memerlukan sistem layanan pendidikan di
satuan pendidikan yang tidak hanya mengandalkan
layanan pembelajaran mata pelajaran/bidang studi dan
manajemen, tetapi juga layanan bantuan khusus yang
lebih bersifat psiko-edukatif melalui layanan bimbingan
dan konseling;
b. bahwa setiap peserta didik satu dengan lainnya berbeda
kecerdasan, bakat, minat, kepribadian, kondisi fisik dan
latar belakang keluarga serta pengalaman belajar yang
menggambarkan adanya perbedaan masalah yang
dihadapi peserta didik sehingga memerlukan layanan
Bimbingan dan Konseling;
c. bahwa Kurikulum 2013 mengharuskan peserta didik
menentukan peminatan akademik, vokasi, dan pilihan
lintas peminatan serta pendalaman peminatan yang
memerlukan layanan bimbingan dan konseling;
d. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
Mengingat :

8
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5410);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 194, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4941);
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2014;
5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata
kerja Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun
2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Konselor;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah;

9
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/
Madrasah Ibtidaiyah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
60 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG BIMBINGAN DAN KONSELING PADA
PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH.

Pasal 1
Dalam peraturan menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan
serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling
untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/Konseli untuk mencapai
kemandirian dalam kehidupannya.
2. Konseli adalah penerima layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan.
3. Konselor adalah pendidik profesional yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana
Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan telah lulus pendidikan
profesi guru Bimbingan dan Konseling/konselor.

10
4. Guru Bimbingan dan Konseling adalah pendidik yang berkualifikasi akademik
minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan
memiliki kompetensi di bidang Bimbingan dan Konseling.
5. Satuan pendidikan adalah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar
Biasa (SD/MI/SDLB), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah/Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa (SMP/MTs/SMPLB), Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMA/MA/SMALB),
dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan/Sekolah Menengah
Kejuruan Luar Biasa (SMK/MAK/SMKLB).

Pasal 2
Layanan Bimbingan dan Konseling bagi Konseli pada satuan pendidikan memiliki fungsi:
a) pemahaman diri dan lingkungan;
b) fasilitasi pertumbuhan dan perkembangan;
c) penyesuaian diri dengan diri sendiri dan lingkungan;
d) penyaluran pilihan pendidikan, pekerjaan, dan karir;
e) pencegahan timbulnya masalah;
f) perbaikan dan penyembuhan;
g) pemeliharaan kondisi pribadi dan situasi yang kondusif untuk perkembangan diri
Konseli;
h) pengembangan potensi optimal;
i) advokasi diri terhadap perlakuan diskriminatif; dan
j) membangun adaptasi pendidik dan tenaga kependidikan terhadap program dan
aktivitas pendidikan sesuai dengan latar belakang pendidikan, bakat, minat,
kemampuan, kecepatan belajar, dan kebutuhan Konseli.

Pasal 3

Layanan Bimbingan dan Konseling memiliki tujuan membantu Konseli mencapai


perkembangan optimal dan kemandirian secara utuh dalam aspek pribadi, belajar, sosial,
dan karir.

Pasal 4

Layanan Bimbingan dan Konseling dilaksanakan dengan asas:

11
a) kerahasiaan sebagaimana diatur dalam kode etik Bimbingan dan Konseling;
b) kesukarelaan dalam mengikuti layanan yang diperlukan;
c) keterbukaan dalam memberikan dan menerima informasi;
d) keaktifan dalam penyelesaian masalah;
e) kemandirian dalam pengambilan keputusan;
f) kekinian dalam penyelesaian masalah yang berpengaruh pada kehidupan Konseli;
g) kedinamisan dalam memandang Konseli dan menggunakan teknik layanan sejalan
dengan perkembangan ilmu Bimbingan dan Konseling;
h) keterpaduan kerja antarpemangku kepentingan pendidikan dalam membantu
Konseli;
i) keharmonisan layanan dengan visi dan misi satuan pendidikan, serta nilai dan
norma kehidupan yang berlaku di masyarakat;
j) keahlian dalam pelayanan yang didasarkan pada kaidah-kaidah akademik dan
profesional di bidang Bimbingan dan Konseling;
k) Tut Wuri Handayani dalam memfasilitasi setiap peserta didik untuk mencapai
tingkat perkembangan yang optimal.

Pasal 5
Layanan Bimbingan dan Konseling dilaksanakan berdasarkan prinsip:
a) Diperuntukkan bagi semua dan tidak diskriminatif;
b) Merupakan proses individuasi;
c) Menekankan pada nilai yang positif;
d) Merupakan tanggung jawab bersama antara kepala satuan pendidikan, Konselor
atau guru Bimbingan dan Konseling, dan pendidik lainnya dalam satuan
pendidikan;
e) Mendorong Konseli untuk mengambil dan merealisasikan keputusan secara
bertanggungjawab;
f) Berlangsung dalam berbagai latar kehidupan;
g) Merupakan bagian integral dari proses pendidikan;
h) Dilaksanakan dalam bingkai budaya Indonesia;
i) Bersifat fleksibel dan adaptif serta berkelanjutan; j. dilaksanakan sesuai standar
dan prosedur profesional Bimbingan dan Konseling; dan
j) Disusun berdasarkan kebutuhan Konseli.

12
Pasal 6
(1) Komponen layanan Bimbingan dan Konseling memiliki 4 (empat) program yang
mencakup:
a). layanan dasar;
b). layanan peminatan dan perencanaan individual;
c). layanan responsif; dan
d). layanan dukungan sistem.
(2) Bidang layanan Bimbingan dan Konseling mencakup:
a).bidang layanan pribadi;
b). bidang layanan belajar;
c). bidang layanan sosial; dan
d). bidang layanan karir.
(3) Komponen layanan Bimbingan dan Konseling sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan bidang layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan ke dalam
program tahunan dan semester dengan mempertimbangkan komposisi dan proporsi
serta alokasi waktu layanan baik di dalam maupun di luar kelas.
(4) Layanan Bimbingan dan Konseling sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
diselenggarakan di dalam kelas dengan beban belajar 2 (dua) jam perminggu.
(5) Layanan Bimbingan dan Konseling sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
diselenggarakan di luar kelas, setiap kegiatan layanan disetarakan dengan beban
belajar 2 (dua) jam perminggu.
Pasal 7
(1) Strategi layanan Bimbingan dan Konseling dibedakan atas:
a). jumlah individu yang dilayani;
b). permasalahan; dan
c). cara komunikasi layanan.
(2) Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan jumlah individu yang dilayani
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan melalui layanan individual,
layanan kelompok, layanan klasikal, atau kelas besar.
(3) Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan permasalahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan melalui pembimbingan, konseling, atau
advokasi.

13
(4) Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan cara komunikasi layanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilaksanakan melalui tatap muka atau
media.
Pasal 8
(1) Mekanisme layanan Bimbingan dan Konseling meliputi:
a). mekanisme pengelolaan; dan
b). mekanisme penyelesaian masalah.
(2) Mekanisme pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan
langkah-langkah dalam pengelolaan program Bimbingan dan Konseling pada satuan
pendidikan yang meliputi langkah: analisis kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut pengembangan program.
(3) Mekanisme penyelesaian masalah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh Konselor dalam pelayanan
Bimbingan dan Konseling kepada Konseli atau peserta didik yang meliputi langkah:
identifikasi, pengumpulan data, analisis, diagnosis, prognosis, perlakuan, evaluasi,
dan tindak lanjut pelayanan.
(4) Program Bimbingan dan Konseling sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dievaluasi
untuk mengetahui keberhasilan layanan dan pengembangan program lebih lanjut.

Pasal 9
(1) Layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan dilakukan oleh Konselor
atau Guru Bimbingan dan Konseling.
(2) Tanggung jawab pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan
pendidikan dilakukan oleh Konselor atau Guru Bimbingan
(3) dan Konseling.
(4) Pada satuan pendidikan yang mempunyai lebih dari satu Konselor atau Guru
Bimbingan dan Konseling kepala satuan pendidikan menugaskan seorang koordinator.
(5) Tanggung jawab pengelolaan program layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan
pendidikan dilakukan oleh kepala satuan pendidikan.
(6) Dalam melaksanakan layanan, Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling dapat
bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan di dalam dan di luar satuan
pendidikan.
(7) Pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) mendukung pelaksanaan
layanan Bimbingan dan Konseling yang dilakukan dalam bentuk antara lain: mitra

14
layanan, sumber data/informasi, konsultan, dan narasumber melalui strategi layanan
kolaborasi, konsultasi, kunjungan, ataupun alih-tangan kasus.

Pasal 10
(1) Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling pada SD/MI atau yang sederajat
dilakukan oleh Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling.
(2) Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling pada SMP/MTs atau yang sederajat,
SMA/MA atau yang sederajat, dan SMK/MAK atau yang sederajat dilakukan oleh
Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling dengan rasio satu Konselor atau Guru
Bimbingan dan Konseling melayani 150 orang Konseli atau peserta didik.

Pasal 11
(1) Guru Bimbingan dan Konseling dalam jabatan yang belum memiliki kualifikasi
akademik Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan
kompetensi Konselor, secara bertahap ditingkatkan kompetensinya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(2) Calon Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling harus memiliki kualifikasi
akademik Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan telah
lulus pendidikan profesi Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor.

Pasal 12
(1) Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling menggunakan Pedoman Bimbingan dan
Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah yang tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Pedoman Bimbingan dan Konseling sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perlu diatur
lebih rinci dalam bentuk panduan operasional layanan Bimbingan dan Konseling.
(3) Panduan operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun dan ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar atau Direktur Jenderal Pendidikan Menengah
sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 13
Semua ketentuan tentang bimbingan dan konseling pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah dalam Peraturan Menteri yang sudah ada sebelum Peraturan Menteri ini berlaku,
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
Pasal 14

15
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini


dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

B. Program Pendidikan Konselor


Program Pendidikan Profesi Konselor (PPK) Jurusan Bimbingan dan
Konseling (BK) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Padang (UNP)
dirintis sejak tahun akademik 1999/2000, yang pertama di Indonesia. Sebagaimana
penyiapan pemegang gelar profesi lain, seperti Dokter, Psikolog, Apoteker,
Psikiater, Akuntan, Sarjana (S1) BK calon pemegang gelar profesi Konselor diberi
kesempatan menempuh sejumlah besar pengalaman praktik lapangan konseling
melalui program PPK, yang merupakan program Spesialis I. Sedari awalnya,
program PPK sebagai bagian integral jurusan BK yang terakreditasi A telah
mendapat konfirmasi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI), dan
melalui surat Dirjen Dikti No.30909/D/T/2001 tanggal 21 Desember 2001 program
PPK diharapkan dapat diorientasikan kepada mutu profesi konseling yang berstandar
internasional. Dengan kurikulum berbobot 40 sks yang praktik pengalaman
lapangannya setara minimal 600 jam nyata, program PPK mengarah kepada
terpenuhinya harapan tersebut.
Sejak tahun akademik 2001/2002, setelah rintisan awal program PPK
menghasilkan lulusan yang bergelar profesi Konselor, program ini diselenggarakan
secara reguler dan diikuti oleh peserta dari kalangan yang lebih luas. Mulai angkatan
kelima (tahun akademik 2005/2006) program ini diikuti oleh dosen-dosen Jurusan/
Program Studi BK perguruan tinggi negeri/swasta dengan memperoleh beasiswa
Program PPK (BPPK) setara beasiswa program S2 dari pemerintah (Ditjen Dikti),
serta dosen-dosen BK perguruan tinggi lain seluruh Indonesia.
Guru-guru Pembimbing dan Sarjana BK dari berbagai provinsi. Menurut
Dirjen Dikti, dalam suratnya No.240/D/2005 tanggal 16 Februari 2005, tujuan
pemberian beasiswa itu adalah (a) meningkatkan kualitas dan relevansi Jurusan/
Program Studi BK, dan (b) mempercepat pertumbuhan profesi konseling melalui
pendidikan profesi berdasarkan kompetensi.Pasal 20 Ayat 3 Undang-Undang No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa

16
perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan vokasi,
serta Pasal 21 Ayat 1 yang menetapkan bahwa perguruan tinggi dapat
menganugerahkan gelar akademik, profesi, dan vokasi, memberikan landasan formal
penyelenggaraan program PPK. Seiring dengan ketentuan perundangan itu, Dasar
Standardisasi Profesi Konseling yang dikeluarkan oleh Ditjen Dikti pada tahun 2004
memberikan landasan substansial dan operasional program PPK. Dengan landasan
formal, substansial dan operasional tersebut, eksistensi dan penyelenggaraan
program PPK UNP semakin mantap.Para lulusan PPK secara resmi diwisuda oleh
Universitas dengan menerima ijazah dan memperoleh gelar serta sertifikat
kompetensi profesi Konselor. Acara wisuda dihadiri oleh Pengurus Besar Asosiasi
Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) yang melantik dan mengambil Janji
Profesi Konselor dari para Konselor yang baru diwisuda itu.

PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 27 TAHUN 2008
TENTANG
STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
Menimbang :
bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 28 ayat (5) Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor;

Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4301);
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik

17
Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4496);
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK
INDONESIA TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK
DAN KOMPETENSI KONSELOR.

Pasal 1
(1) Untuk dapat diangkat sebagai konselor, seseorang wajib memenuhi standar kualifikasi
(2) akademik dan kompetensi konselor yang berlaku secara nasional.
(3) Standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 2
Penyelenggara pendidikan yang satuan pendidikannya mempekerjakan konselor wajib
menerapkan standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri paling lambat 5 tahun setelah Peraturan Menteri ini mulai berlaku.

Pasal 3
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

18
C. Kurikulum Pendidikan Konselor
Kurikulum program pendidikan konselor mengacu kepada standar
kemampuan konselor yang mampu melaksanakan tugasnya dengfan baik di lapangan.
Materi kurikulum program studi meliputi:
(1) Materi inti, yaitu materi tentang pertumbuhan dan perkembangan individu,
dasar-dasar ilmu social dan kebudayaan, teori tentang pemberian bantuan,
dinamika kelompok,gaya hidup dan perkembangan karier, pemahaman
individu, riset dan evaluasi, orientasi profesional.
(2) Studi lingkungan dan studi khusus, yaitu materi tentang studi lingkungan
dan materi khussus sesuai dengan keperluan mahasiswa untuk bekerja
dalam lingkungan tertentu.
(3) Pengalaman tersupevisi, yaitu kegiatan praktek langsung pelayanan
bimbingan dan konseling baik melalui kegiatan di laboratorium, prtikum
dan intership, maupun praktek pengalaman lapangan yang sesaui dengan
cita – cita karier mahasiswa dan kesempatan berinterkasi dengan sejawat
dan organisasi profesional.
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 81A TAHUN 2013
TENTANG
IMPLEMENTASI KURIKULUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :bahwa dalam rangka pelaksanaan kurikulum pada sekolah dasar/madrasah


ibtidaiyah, sekolah menengah pertama/ madrasah tsanawiyah, sekolah
menengah atas/madrasah aliyah, dan sekolah menengah
kejuruan/madrasah aliyah kejuruan, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tentang Implementasi Kurikulum;

Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasiona (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan

19
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 41,Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata
kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 38 Tahun 2013;
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden
Nomor 60/P Tahun 2013;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 54
Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan
Dasar dan Menengah;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 64
Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 65
Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah;

20
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 66
Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan
Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 67
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 68
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 69
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 70
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;
14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 71
Tahun 2013 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan
Guru untuk Pendidikan Dasar dan Menengah;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM.

Pasal 1
Implementasi kurikulum pada sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), sekolah
menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah atas/madrasah
aliyah (SMA/MA), dan sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan
(SMK/MAK) dilakukan secara bertahap mulai tahun pelajaran 2013/2014.

Pasal 2
(1) Implementasi kurikulum pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK
menggunakan pedoman implementasi kurikulum yang mencakup:
a). Pedoman Penyusunan dan Pengelolaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan;

21
b). Pedoman Pengembangan Muatan Lokal;
c). Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler;
d). Pedoman Umum Pembelajaran; dan
e). Pedoman Evaluasi Kurikulum.
(2) Pedoman implementasi kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran I sampai dengan Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 3
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah yang sudah kami tulis, dapat kami simpulkan sebagai
berikut :
1. Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas dalam bidang bimbingan dan
Konseling, yaitu unjuk kerja Konselor secara baik para (calon) konselor
dituntut memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memadai.
Pengetahuan, keterampilan, dan sikap tersebut diperoleh melalui pendidikan
khusus.
2. Program Pendidikan Profesi Konselor (PPK) Jurusan Bimbingan dan
Konseling (BK) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Padang
(UNP) dirintis sejak tahun akademik 1999/2000, yang pertama di Indonesia.
Sebagaimana penyiapan pemegang gelar profesi lain, seperti Dokter,
Psikolog, Apoteker, Psikiater, Akuntan, Sarjana (S1) BK calon pemegang
gelar profesi Konselor diberi kesempatan menempuh sejumlah besar
pengalaman praktik lapangan konseling melalui program PPK, yang
merupakan program Spesialis I.
3. Kurikulum program pendidikan konselor mengacu kepada standar
kemampuan konselor yang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik di
lapangan. Materi kurikulum program studi meliputi: Materi inti, Studi
lingkungan dan studi khusus, dan Pengalaman tersupevisi.
B. Saran
Diharapkan kedepannya kita mampu menjadi seorang konselor yang
memiliki Standar kemampuan dalam melaksanakan tugas sebagai seorang
konselor yang profesional

23
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno dan Erma Amti.2015.”Dasar – dasar Bimbingan dan Konseling.PT RINEKA


CIPTA: Jakarta
https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2013/08/permendikbud-nomor-81a-tahun
2013-tentang-implementasi-kurikulum.pdf
https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2014/11/permendikbud-no-111-tahun-2014
tentang-bimbingan-dan-konseling.pdf
file:///C:/Users/PERSONAL/Downloads/WadahGURUBK.com-20181024-permen-27-th
2008.pdf
Admin, 2010.” Program Pendidikan Profesi Konselor UNP”.
https://www.konselingindonesia.com/read/150/program-pendidikan-profesi-
konselor-unp.html

24
LAMPIRAN

25

Anda mungkin juga menyukai