Anda di halaman 1dari 3

Rangkuman workshop Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) UMRAH 2019

Oleh:

Assit Prof. Henky Irawan, S.Pi, MP, M.Sc

Kegiatan workshop workshop Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) UMRAH 2019, hari selasa 5
November 2019, di Gedung Auditorium Kampus UMRAH, Pulau Dompak.

- Mahasiwa bidikmisi yang di targetkan sebagai peserta adalah 300 Mahasiswa


- umlah peserta Mahasiswa sebagai responden: 253 tanggapan

Gambar 1. Persentase Fakultas asal peserta Mahasiswa sebagai responden

Tabel 1. Jumlah peserta Mahasiswa berdasarkan Fakultas sebagai responden

No Fakultas Jumlah (individu)


1 FIKP 51
2 FT 61
3 FE 32
4 FISIP 54
5 FKIP 55
Jumlah 253
Gambar 2. Grafik Jumlah dan Persentase Peserta Mahasiswa responden pada pengalamnnya dalam
membuat proposal PKM.

Kesimpulan:

1. Kebanyakan ide dari kelompok mahasiswa yang telah di utarakan dalam workshop belum
sesuai dengan bidang ilmunya.
Dalam PKM, ide kreatifitas yang diangkat haruslah sesuai bidang ilmunya karena sebagai
mahasiswa maka bidang yang paling dikuasainya sebagai keahliannya adalah bidang yang
ia kuliah saat ini pada prodinya (Profesinya), sehingga mahasiswa yang sudah belajar iptek
di prodinya tahu mana yang bak dan buruk, bagus dan tidak bagus, tepan dan tidak tepat,
dan lainnya sehingga dengan landasan iptek itu dapat memunculkan ide kreatif untuk
menuntaskan suatu permasalahan dalam bidangnya.

2. Kebanyakan ide dari kelompok mahasiswa yang telah di utarakan dalam workshop belum
memiliki keunikan alias masih umum.
Dalam PKM, ide kreatifitas yang diangkat haruslah unik dimana ini bisa mereka angkat dari
pengetahuan kearifan lokal yang ada, baik dikampungnya maupun didaerah studikasusnya,
dimana dengan ide kreatif mereka ini kearifan lokal ini bisa mereka angkat untuk
menuntaskan permasalahan yang lebih luas penerapannya seperi skala nasional.
Contoh: jika di daerahnya ada kearifan lokal menagkap ikan dengn cara yang ramah
lingkungan, maka kelompok dapat mengadopsi hal-hal terkait kearifan lokal menagkap ikan
yang ramah lingkungan itu yang ditingkatkan dari sisi rancangan, teknologi, dan lainya
sehingga dapat diukur secara ilmiah dan lebih efektif dan efisien digunakan, dimana hasil ini
tentunya dapat di adopsikan di seluruh tempat yang punya kondisi sama baik di indosesia
(skala nasional) mau[un berbagai tempat di dunia lainnya (skala internasional dan Global).

3. Kebanyakan kelompok belum bias membedakan antara berbuat kreatif dengan berbuat asal
tampil beda atau aneh, sehingga mereka terjebak dalam arogansi pemikirannya jika yang
ingin mereka buat adalah sesuai yang kretaif dan bagus tanpa bisa diukur
a) Dalam PKM menganut prinsip yang salam dengan model-model kretaifitas lainnya
yaitu segala argument harus berdasar landasan literatur yang valid (bukan
perkiraan).
b) Permasalahan dari munculnya ide untuk menuntaskannya harus muncul sesuai
kondisi lapangan (bukan khayalan).
c) Ide yang diangkat untuk menuntaskan permasalahan harus sesuai bidang ilmu yang
punya ide (bukan diluar bidang ilmu dan bukan menjiplak karya orang lain).
d) Metodologi dalam menuntaskan permasalahan berdasarkan idenya haruslah sesuai
kaidah ilmiah dimana harus dapat diukur secara kuantitatif untuk memunculkan
ukuran kualitatifnya (mengatakan sesuai baik/buruk harus ada indikator/skala
angkanya yang bsia di hitung).

4. Kebanyakan kelompok memiliki kehawatiran apakah proposal mereka akan didanai atau
tidak sehingga ini membuat mereka kurang tertatik membuat proposal karena dalam
pemikiran mereka kemungkinan proposal mereka gagal lebih besar, sehingga akhirnya
berfikir dari pada susah payah bikin mendingan tidak udah bikin saja. Pemikiran seperti ini
memang sering terjadi di orang-orang yang belum terbiasa mengikuti kompetisi bahkan
mereka cendrung menghindari kompetisi meskipun itu yang possitif.
Dalam mengikuti PKM sama halnya dengan kompetisi lainnya seharusnya peserta bagi yang
punya ide hanya fokus pada hal-hal yang bias ia kendalikan untuk membuat ia berhasil
dimana hal itu dalam PKM telah dijelaskan secara detaoil pada buku pedoman/panduan
PKM hingga pada apsek-aspek yang akan dinilai.
Jadi jika peserta fokus pada semia yang ada pada buku pedoman/panduan untuk melakukan
semuanya sebaik mungkin maka hal itulah yang memperbesar keberhasilan untuk lolos
didanai. Urusan terkait diluar ranah pembuat proposal seperti penjurian, ranking, dll tidak
perlu dipikirkan karena tidak ada gunanya juga dan tidak bias di oatak-atik juga oleh peserta
sehingga sia-sia dan membuang waktu memikirkannya.

5. Kebanyakan kelompok beranggapan PKM hanya formalitas sebagai kewajiban yang


dipaksanakan oleh kampus untuk mengangkat performa kampus dan tidak ada dampaknya
buat mereka sebagai mahasiswa yang membuat PKM.
PKM merupakan acara bergengsi mahasiswa se-Indonesia dimana ini kesempatan mereka
mencobakan ide-ide kretaifnya untuk bisa diakomodir agar dapat terwujud. Kesempatan
untuk di uji ide nya oleh para reviewer (pengulas) profesioanl sehingga jika lolos berati
idenya bagus, jika belum lolos berarti masih ada yang kurang (bukan jelek/gagal) dan hal ini
lah yang langka dan mahal jika bukan dalam kegiatan PKM atau sejenisnya, maka tidak ada
kesempatan diulas sehingga tidak tahu idenya sudah bagus atau belum.
Performa kampus ikut naik itu hanya damapak otomatis jika mahasiswanya berprestasi dan
itu wajar saja karena untuk ikut ajang prestasi itu mahasiswa membawa nama kampusnya,
tetapi yang paling berdampak tentunya pada mahasiswa itu sendiri karena dia akan punya
segudang pengalaman dan prestasi untuk menunjang performanya kedepan.

Anda mungkin juga menyukai