Anda di halaman 1dari 1

Apabila terjadi sengketa dibidang lingkungan hidup, proses penyelesaiaanya diatur

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup (UUPPLH), dalam Pasal 1 Butir 25 (UUPPLH) mengatur bahwa:
“sengketa lingkungan hidup adalah perselisihan antara dua pihak atau lebih yang
timbul dari kegiatan yang berpotensi dan atau telah berdampak pada lingkungan
hidup.”
Lebih lanjut dalam Pasal 84 UUPPLH mengatur:

1. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui pengadilan


atau di luar pengadilan.
2. Pilihan penyelesaian sengketa lingkungan hidup dilakukan secara sukarela
oleh para pihak yang bersengketa.
3. Gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya penyelesaian
sengketa di luar pengadilan yang dipilih dinyatakan tidak berhasil oleh salah
satu atau para pihak yang bersengketa.

Adapun tujuan dari Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan


dilakukan untuk mencapai kesepakatan sebagaimana diatur dalam pasal 85 UUPPLH,
yaitu berupa:

1. Bentuk dan besarnya ganti rugi;


2. Tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau perusakan;
3. Tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya pencemaran
dan/atau perusaka; dan/atau
4. Tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan
hidup

Upaya yang ditempuh melalui penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini dapat
meminta bantuan pihak lain untuk membantu menyelesaikan permasalahan, misalnya
dapat menggunakan jasa mediator dan/atau arbiter (baik arbiter adhoc atau melalui
lembaga penyelesaian Badan Arbitrase Nasional Indonesai).
Sementara itu, penyelesaian sengketa melalui pengadilan atau litigasi dapat dilakukan
melalui tiga jalur, yaitu gugatan perdata dan tuntutan pidana di pengadilan umum,
maupun gugatan tata usaha negara di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)

Anda mungkin juga menyukai