Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KESEHATAN IBU DAN ANAK

HAK REPRODUKSI

DI SUSUN OLEH:

AGUNG MAWALID (1713201001)

CITRA ANANDA S (1713211004)

FITRIAH KURNIASIH (1713201018)

MELISA (1713211011)

LAELA NUR AFIFA (1713211009)

SITI LATIFAH (1713201006)

ZULFANIA (1713211016)

INSTITUT KESEHATAN INDONESIA

JAKARTA
2019

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT yang tel ah melimpahkan rahmat hidayah dan
karunia-Nya kepada kita semua dan khususnya pada kelompok kami sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah Kesehatan Ibu dan Anak ini yang berjudul “HAK
REPRODUKSI”.

Makalah ini berisikan tentang informasi pengertian tentang perlindungan perempuan


dan anak, situasi kesehatan ibu, penurunan AKI,dan determinan AKI

Tugas ini dapat terlaksana karena dukungan semua pihak yang telah membantu
kelancaraan tugas ini. Oleh karena itu kelompok kami mengucapkan banyak terimakasih untuk
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.

Besar harapan kami agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak untuk di
jadikan pertimbangan dan koreksi selanjutnya. Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan
makalah ini terdapat kesalahan ataupun kerancuan baik bahasa maupun tulisan. Terimakasih.

Jakarta, Maret 2019

2|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3

BAB I ......................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................................ 5
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 5

BAB II ....................................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6
2.1 Hak Reproduksi Perlindungan Anak dan Perempuan ..................................................... 6
2.2 Situasi kesehatan ibu dan anak ........................................................................................ 8
2.3 Penurunan Angka Kematian Ibu ...................................................................................... 9
2.4 Determinan AKI ............................................................................................................. 11

BAB III.................................................................................................................................... 15

KESIMPULAN ...................................................................................................................... 15

Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 16

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak-hak reproduksi mencakup hak-hak asasi manusia tertentu yang sudah diakui dalam
hukum-hukum nasional, dokumen-dokumen konsensus Perserikatan Bangsa-Bangsa lain yang
relevan, hak ini juga mencakup hak semua orang untuk membuat keputusan mengenai
reproduksi yang bebas dari diskriminasi, paksaan dan kekerasan seperti yang dinyatakan dalam
dokumen-dokumen hak-hak asasi manusia. Kesehatan reproduksi tidak tercapai oleh banyak
orang di dunia karena faktor-faktor berikut: tingkat pengetahuan yangtidak mencukupi tentang
seksualitas manusia serta informasi dan pelayanan reproduksi yang tidak tepat atau kurang
bernilai, kelaziman perilaku seksual beresiko tinggi, praktik-praktik sosial yang diskriminatif,
sikap-sikap negatif terhadap perempuan dan gadis dan kekuasaan terbatas yang dimiliki banyak
perempuan dan gadis atas kehidupan seksual dan reproduksi mereka.

Pemikiran mengenai hak-hak reproduksi perempuan merupakan perkembangan dari


konsep hak-hak asasi manusia. Dalam perkembangannya, konsep hak-hak asasi manusia dapat
dibagi dalam dua ide dasar. Pertama pandangan yang berpijak pada keyakinan bahwa tiap
manusia lahir dengan hak-hak individu yang tidak dapat dipisahkan darinya, dan kedua
pandangan yang menekankan kewajiban masyarakat dan negara, untuk menjamin tidak saja
kebebasan dan kesempatan bagi warga negara, tetapi juga memastikan bahwa warga negara
mampu memperoleh, melaksanakan kebebasan, dan apa yang menjadi haknya (Kartono
Muhammad,1998). Masalah reproduksi sama sekali tidak dapat dilepaskan dari seksualitas dan
tubuh manusia. Seksualitas bukan semata-mata dorongan naluri, atau kebutuhan biologis
(khususnya alat kelamin), tetapi merupakan bentuk interaksi sosial atau bersifat relasional.
Banyak perempuan yang tidak mengetahui haknya, karena dalam kehidupan
perempuan, masalah hak sangat langka di bicarakan. Fungsi reproduksi mereka yang
diperankan hanya pada wilayah domestik membuat perempuan lebih biasa dengan berbagai
kewajiban, misalnya sebagai seorang ibu dan istri, harus atau wajib mendidik anak, mengatur
rumah tangga, mendampingi dan melayani suami. Mungkin lebih mudah bagi perempuan
untuk membuat daftar kewajiban mereka dari pada haknya. Begitu juga dengan arti sehat,
perempuan lebih menganggap kesehatan adalah yang berkaitan dengan organ tubuhnya,

4|Page
padahal makna kesehatan tidak hanya demikian. Apalagi kata reproduksi, masih banyak
perempuan yang belum mengetahuinya (Mariana Amiruddin, 2003)

Penyadaran terhadap perempuan atas reproduksinya perlu diberi beberapa pengertian


yang lebih khusus, yaitu apa yang disebut dengan hak, kesehatan, dan reproduksi itu sendiri.
Dikutip dari Nani Zulifarni (2003), yaitu: Hak Kesehatan Reproduksi, Definisi, Tujuan,
Permasalahan (191-196) Sri Rahayu Sanusi dan Abdul Jalil Armi Arma Hak adalah
kewenangan yang melekat pada diri untuk melakukan atau tidak melakukan, memperoleh atau
tidak memperoleh sesuatu. Kesadaran tentang hak sebagai manusia dan sebagai perempuan
sebagai kekuatan bagi perempuan untuk melakukan berbagai aktivitas bagi kepentingan diri,
keluarga, dan masyarakat. Sehat adalah tidak hanya berkaitan ketidaknyamanan fisik, tetapi
juga mental dan sosial. Ketiga aspek ini saling berhubungan satu sama lainnya dan saling
mempengaruhi, yang dapat membuat seseorang sakit atau sehat. Reproduksi adalah
menghasilkan kembali atau kemampuan perempuan untuk menghasilkan keturunan secara
berulang.Dari definisi di atas maka makna hak kesehatan reproduksi menjadi serangkaian kata
yang memiliki visi, misi, dan program, bahwa hak dan kesehatan reproduksi menjadi dua
konsep yang tidak terbatas pada persoalan medis organ reproduksi saja.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Hak Reproduksi ?


2. Bagaimana situasi kesehatan ibu dan anak di Indonesia ?
3. Apa determinan angka kematian ibu ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Hak Reproduksi


2. Mengetahui Bagaimana situasi kesehatan ibu dan anak di Indonesia
3. Mengetahui Apa determinan angka kematian ibu

5|Page
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hak Reproduksi Perlindungan Anak dan Perempuan

Hak merupakan kekuasaan untuk berbuat sesuai dengan aturan, undang-undang dan
ketentuan hukum. Hak Reproduksi merupakan hak asasi yang telah dikuasai dalam hokum
internasional dan dokumen asasi internasional untuk meningkatkansikap saling menghormati
secara setara dalam hubungan perempuan dan laki-laki.

Hak Reproduksi Perorangan adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang, baik laki-laki
maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial, suku, agama,dll) untuk
memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab (kepada diri sendiri, keluarga, dan
masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar anak, serta penentuan waktu kelahiran anak
dan akan melahirkan.

Menurut konferensi internasional tentang keputusan dan pembangunan tahun 1994.


Hak-hak reproduksi antara lain :

1) Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi


2) Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
3) Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
4) Hak dilindungi dari kematian karena kehamilan
5) Hak untuk menetukan jumlah dan jarak kelahiran anak
6) Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya
7) Hak untuk bebas dari penganiyaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan dari
perkosaan, kekerasan, penyiksaan dan pelecehan seksual
8) Hak mendapatkan menfaat kemajuan, ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksinya
9) Hak atas kerahasiaan pribadi berkaitan dengan pilihan atas pelayanan dan kehidupan
reproduksinya
10) Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan
kehidupan reproduksi
11) Hak membangun dan merencanakan keluarga

6|Page
12) Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksinya,

Menurut piagam IPPF/PKBI tentang hak-hak reproduksi dan seksual adalah :

1) Hak untuk hidup


2) Hak untuk mendapatkan kebebasan dan keamanan
3) Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi
4) Hak privasi
5) Hak kebebasan berfikir
6) Hak atas informasi dan edukasi
7) Hak untuk memutuskan apakah ingin atau kapan punya anak
8) Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan
9) Hak untuk menikmati kemajuan dan pengetahuan
10) Hak untuk kebebasan berkumpul dan berpartisipasi politik

Bentuk-Bentuk Perlindungan Perempuan dan Anak

1) Pasal 27 ayat (1) UUD 1945


Setiap warga negara mempunyai hak yang sama di hadapan hokum dan pemerintahan
tanpa memandang agama, suku, jenis kelamin, kedudukan, dan golongan.
2) UU No.39 Tahun 1999 Tentang HAM
3) UU No.23 Tahun 2004 Tentang penghapusan KDRT
4) UU No.12 Tahun 2006 Tentang kewarganegaraan
5) UU No.21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pindana Perdagangan Orang
(PTPPO)

Bentuk-Bentuk Perlindungan Perempuan

1) Undang-Undang Politik
UU No.2 Tahun 2011 tentang Partai Politik dan UU No.10 Tahun 2008 tentang
Pemilihan Umum anggota DPR, DPRD, dan DPD yang terakhir diganti dengan UU
No.8 Tahun 2012 tentang Pemilihan anggota DPR, DPD, dan DPRD, kedua UU ini
merumuskan aturan tentang bentuk diskriminasi positif berupa kuota 30% bagi
perempuan di ranah politik Indonesia .
2) Inpres No.9 Tahun 2000 tentang Pengarustamaan Gender (PUG)

7|Page
a. Anak adalah seseorang yang belum berusia 8 tahun, termasuk anak yang masih
didalam kandungan.
b. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak
dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
secara optimal
c. Memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka penhembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat
d. Berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari kejahatan seksual
dan kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesame
peserta didk, dan pihak lain
e. Anak menyandang disabilitas berhak memperoleh pendidikan luar biasa dan
anak yang memiliki keunggulan berhak mendapatkan pendidikan khusus
f. Berhak diasuh oleh orangtuanya sendiri, kecuali jika alasan/ aturan hukum yang
sah menunjukan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi
anak dan merupakan pertimbangan terakhir.

2.2 Situasi kesehatan ibu dan anak

Setiap tiga menit, di manapun di Indonesia, satu anak balita meninggal dunia. Selain
itu, setiap jam, satu perempuan meninggal dunia ketika melahirkan atau karena sebab-sebab
yang berhubungan dengan kehamilan.

Peningkatan kesehatan ibu di Indonesia, yang merupakan Tujuan Pembangunan


Milenium (MDG) kelima, berjalan lambat dalam beberapa tahun terakhir. Rasio kematian ibu,
yang diperkirakan sekitar 228 per 100.000 kelahiran hidup, tetap tinggi di atas 200 selama
dekade terakhir, meskipun telah dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan ibu. Hal ini bertentangan dengan negara-negara miskin di sekitar Indonesia yang
menunjukkan peningkatan lebih besar pada MDG kelima (Gambar 1).

Indonesia telah melakukan upaya yang jauh lebih baik dalam menurunkan angka
kematian pada bayi dan balita, yang merupakan MDG keempat. Tahun 1990-an menunjukkan
perkembangan tetap dalam menurunkan angka kematian balita, bersama-sama dengan
komponen- komponennya, angka kematian bayi dan angka kematian bayi baru lahir.

8|Page
Akan tetapi, dalam beberapa tahun terakhir, penurunan angka kematian bayi baru lahir
(neonatal) tampaknya terhenti. Jika tren ini berlanjut, Indonesia mungkin tidak dapat mencapai
target MDG keempat (penurunan angka kematian anak) pada tahun 2015, meskipun
nampaknya Indonesia berada dalam arah yang tepat pada tahun-tahun sebelumnya.

2.3 Penurunan Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu adalah ibu adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode
42 hari setelah berkahirnya kehamilan yang penyebabnya berkaitan dengan atau diperberat oleh
kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan kecelakaan atau cidera (WHO).

Perkembangan AKI di Indonesia

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, Angka Kematian Ibu
(AKI) di Indonesia melonjak sangat signifikan menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup atau
mengembalikan pada kondisi tahun 1997. Artinya, kesehatan ibu mengalami kemunduran
selama 15 tahun

9|Page
Gambar tersebut menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional dari tahun 1994
sampai 2007, dimana menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun. Berdasarkan SDKI tahun
2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup (BKKBN, 2013), meskipun
angka tersebut masih tertinggi di Asia pda hasil survey trakhir. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) memberikan targe sebesar 226 per 100.000 Kelahiran Hidup.
Sedangkan Millenium Development Goals (MDGs) memberikan sasaran Angka Kematian Ibu
(AKI) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (KH).

Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya penurunan AKI dan AKB.
Pada tahun 2010 pemerintah mengeluarkan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) ke
Puskesmas di Kabupaten/ Kota yang difokuskan pada kegiatan preventif dan promotif dalam
program Kesehatan Ibu dan Anak.

Tahun 2010, 300 Puskesmas di wilayah Jawa, Bali, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi,
Maluku dan Papua memperoleh dana operasional sebesar Rp 10 juta per bulan. Mulai tahun
2011, seluruh Puskesmas yang berjumlah 8.500 akan mendapatkan BOK.

Kematian ibu disebabkan bebrapa hal mulai dari perdarahan, tekanan darah yang tinggi
saat hamil (eklampsia), infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran. Penyebab tidak
langsung kematian ibu adalah kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan

10 | P a g e
budaya. Kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan yang kurang siap ikut memperberat
permasalahan ini.

Dampak dari masalah tersebut mengakibatkan kondisi 3 terlambat (terlambat


mengambil keputusan, terlambat sampai di tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan
pertolongan yang adekuat) dan 4 terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat
jarak kelahiran).

Upaya untuk meningkatkan indikator proksi (persalinan oleh tenaga kesehatan) dengan
menggunakan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program
ini dapat meningkatkan peran aktif suami (suami Siaga), keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang aman. Program ini juga meningkatkan persiapan menghadapi
komplikasi pada saat kehamilan, termasuk perencanaan pemakaian alat/ obat kontrasepsi pasca
persalinan.

Program P4K bertujuan agar ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan, bersalin,
pemeriksaan nifas dan bayi yang dilahirkan oleh tenaga kesehatan terampil termasuk skrining
status imunisasi tetanus lengkap pada setiap ibu hamil. Kaum ibu juga didorong untuk
melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dilanjutkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.

2.4 Determinan AKI

Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu hamil atau
dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia
kehamilan (Saifuddin, 2010). Kematian Ibu, menurut ICD 10 didefinisikan sebagai ”Kematian
seorang wanita yang terjadi saat hamil atau dalam 42 hari setelah berakhir kehamilannya, tanpa
melihat usia dan letak kehamilannya, yang diakibatkan oleh sebab apapun yang terkait dengan
atau diperburuk oleh kehamilannya atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh insiden
dan kecelakaan”.

Definisi tersebut secara eksplisit menjelaskan bahwa kematian ibu menunjukkan


lingkup yang luas, tidak hanya terkait dengan kematian yang terjadi saat proses persalinan,
tetapi mencakup kematian ibu yang sedang dalam masa hamil dan nifas (kemenkes, 2013).

11 | P a g e
Faktor – faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal yang dikelompokkan
berdasarkan kerangka dari McCarthy dan Maine (1992) yang masih dipakai sampai sekarang
adalah sebagai berikut :

a. Determinan dekat

Proses yang paling dekat terhadap kejadian kematian maternal (determinan dekat) yaitu
kehamilan itu sendiri dan komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas (komplikasi
obstetri) yang berpengaruh langsung terhadap kematian maternal. (Dinkes, 2013) Komplikasi
kehamilan, persalinan dan nifas yang merupakan penyebab langsung kematian maternal, yaitu
: Perdarahan pervaginam, khususnya pada kehamilan trimester ketiga, persalinan dan pasca
persalinan, infeksi, keracunan kehamilan, komplikasi akibat partus lama dan trauma persalinan
(Dinkes, 2013).

1) Komplikasi persalinan

Komplikasi persalinan adalah kondisi dimana nyawa ibu dan atau janin yang ia
kandung terancam yang disebabkan oleh gangguan langsung saat persalinan. Komplikasi
persalinan sering terjadi akibat dari keterlambatan penanganan persalinan, dan dianggap
sebagai salah satu penyebab terjadinya kematian ibubersalin. Faktor-faktor yang diduga ikut
berhubungan dengankejadian komplikasi tersebut antara lain usia, pendidikan, status gizi dan
status ekonomi ibu bersalin. Komplikasi persalinan merupakan keadaan penyimpangan dari
normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi karena
gangguan akibat (langsung) dari persalinan (Dinkes, 2008).

Komplikasi persalinan merupakan suatu kegawat daruratanobstetrik yang paling sering


menyebabkan kematian pada ibu melahirkan. Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi persalinan yaitu status kesehatan ibu yang buruk, status kesehatan reproduksinya,
akses ke pelayanan kesehatan, sertaprilaku kesehatan yang kurang baik dari ibu itu sendiri.
Selain itukejadian komplikasi persalinan dapat di pengaruhi juga oleh status wanita dalam
keluarga dan masyarakat dan status keluarga dalam masyarakat (Misar dkk, 2012).

2) Komplikasi kehamilan

Kehamilan merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh seorang ibu. Pada
umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-12% kehamilan yang
disertai dengan penyulit dan komplikasi. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada masa
kehamilan yaitu perdarahan, pre eklampsia, nyeri hebat didaerah abdominopelvikum,

12 | P a g e
hyperemisis gravidarum, disuria, ketuban pecah dini, pertumbuhan janin terhambat,
polihidramnion, makrosomia, dan lain-lain. Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada
kehamilan tersebut merupakan risiko tinggi bila terjadi pada ibu hamil (Saifuddin AB, 2010).

3) Komplikasi masa nifas

Pengertian Nifas Nifas merupakan masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim sampai enam minggu berikutnya disertai pulihnya kembali organ-organ
yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain
sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009). Infeksi masa nifas : beberapa bakteri
dapat menyebabkan infeksi pasca persalinan, infeksi masa nifas masih merupakan penyebab
tertinggi angka kematian ibu (AKI).

Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas ke saluran
urinari, payudara, dan pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum
infeksi dapat dilihat dari suhu, pembengkakan, takikardia dan malaise. Gejala lokalnya berupa
uterus lembek, kemerahan, rasa nyeri pada payudara, atau adanya disuria (Bahiyatun, 2009).
Infeksi juga merupakan penyebab penting kematian dan kesakitan ibu. Insidensi infeksi nifas
sangat berhubungan dengan praktik tidak bersih pada waktu persalinan dan nifas (saifuddin,
2010).

b. Determinan antara

Determinan dekat secara langsung dipengaruhi oleh determinan antara yaitu status
kesehatan ibu, status reproduksi, akses ke pelayanan kesehatan, perilaku perawatan kesehatan
/ penggunaan pelayanan kesehatan dan faktor – faktor lain yang tidak diketahui atau tidak
terduga (Dinkes, 2013).

c. Determinan jauh

Di lain pihak, terdapat juga determinan jauh yang akan mempengaruhi kejadian
kematian maternal melalui pengaruhnya terhadap determinan antara, yang meliputi faktor
sosio–kultural dan faktor ekonomi, seperti status wanita dalam keluarga dan masyarakat, status
keluarga dalam masyarakat dan status masyarakat (dinkes, 2013).

13 | P a g e
1) Tingkat pendidikan ibu

Pendidikan yang ditempuh oleh seseorang merupakan salah satu faktor demografi yang
sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan individu maupun masyarakat. Seseorang
dengan pendidikan yang tinggi, akan mudah menerima informasiinformasi kesehatan dari
berbagai media dan biasanya ingin selalu berusaha untuk mencari informasi tentang hal hal
yang berhubungan dengan kesehatan yang belum diketahuinya. Informasi kesehatan yang
cukup terutama pada ibu-ibu hamil, terutama masalah kehamilan dan persalinan diharapkan
akan dapat merubah perilaku hidup sehat termasuk dalam perilaku pemeriksaan kehamilan atau
Antenatal Care (Kusumawati, 2006).

2) Status pekerjaan

Status pekerjaan perempuan dan suami medukung dalam pemanfaatan pelayanan


kesehatan, namun, pada penelitian yang dilakukan di Indonesia membuktikan bahwa status
perempuan yang berkerja dan pekerjaan suami tidak mempunyai dampak signifikan untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan pada fasilitas pelayan
kesehatan (Kristiana, 2009).

3) Wilayah tempat tinggal

Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan


antenatal care. Ibu hamil yang tinggal ditempat yang terpencil umumnya desa-desa yang masih
terisolisir dan transportasi yang sulit terjangkau, sehingga untuk menempuh perjalanan ke
tempat pelayanan kesehatan akan memerlukan waktu yang lama, sementara ibu hamil harus
memeriksakan kehamilannya (Meilani,dkk, 2009). Jarak yang mudah terjangkau dan
tersedianya fasilitas yang memadai akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya dan bisa melaksanakan antenatal carese hingga jika terdapat
keadaan gawat darurat dapat segera ditangani (Yeyeh, 2009).

14 | P a g e
BAB III

KESIMPULAN

Hak Reproduksi Perorangan adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang, baik laki-laki
maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial, suku, agama,dll) untuk
memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab (kepada diri sendiri, keluarga, dan
masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar anak, serta penentuan waktu kelahiran anak
dan akan melahirkan.

Menurut piagam IPPF/PKBI tentang hak-hak reproduksi dan seksual adalah :

1) Hak untuk hidup


2) Hak untuk mendapatkan kebebasan dan keamanan
3) Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi
4) Hak privasi
5) Hak kebebasan berfikir
6) Hak atas informasi dan edukasi
7) Hak untuk memutuskan apakah ingin atau kapan punya anak
8) Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan
9) Hak untuk menikmati kemajuan dan pengetahuan
10) Hak untuk kebebasan berkumpul dan berpartisipasi politik

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, Angka Kematian Ibu
(AKI) di Indonesia melonjak sangat signifikan menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup atau
mengembalikan pada kondisi tahun 1997. Artinya, kesehatan ibu mengalami kemunduran
selama 15 tahun.

Faktor – faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal yang dikelompokkan


berdasarkan kerangka dari McCarthy dan Maine (1992) yang masih dipakai sampai sekarang
adalah sebagai berikut :

a. Determinan dekat
b. Determinan antara
c. Determinan jauh

15 | P a g e
Daftar Pustaka

Sumber:
Unicef.org, Oktober 2012. Kesehatan ibu dan anak.

Sri Rahayu Sanusi dan Abdul Jalil Armi Arma ”Hak Kesehatan Reproduksi, Definisi,
Tujuan, Permasalahan”
Hak Seksual dan Reproduksi. Diakses pada 26 Maret 2019

Indonesia, K. K. R., 2014. Mother's Day. jakarta: kemenkes RI.

Kesehatan, S. J. K., 2010. Untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Kematian Bayi Perlu Kerja
Keras, jakarta: Pusat Komunikasi Publik.

RAHMAH HIDA NURRIZKA, W. S., 2013. Arah dan Strategi Kebijakan Penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) di
Indonesia. Prakarsa Working Papers/Public Polic, p. 01.

Saputra, W., 2013. Angka Kematian Ibu (AKI) Melonjak, Indonesia Mundur 15 Tahun. Prakarsa
Politicy Review, p. 5.

Link :
( https://www.unicef.org/indonesia/id/A5_-_B_Ringkasan_Kajian_Kesehatan_REV.pdf
https://pkbi-diy.info.

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai