Anda di halaman 1dari 10

Riptek Vol. 7, No. 2, Tahun 2013, Hal.

1-10

PEMANFAATAN KORO PEDANG PADA APLIKASI PRODUK


PANGAN DAN ANALISIS EKONOMINYA

Sri Budi Wahjuningsih*),WyatiSaddewisasi**)

Abstrak

Penelitianinibertujuanuntuk memperoleh hasil terbaik dari berbagai perlakuan fisik, kimia


dan kombinasinya yang dapat menurukan kandungan HCN tepung koro pedang yang
distandarkan FAO, menggali potensi yang dimiliki oleh tepung koro pedang menjadi brownies
dan kerupuk koro pedang, danmembuat analisis ekonomipembutantepungkoropedang.
Lokasipenelitianadalah di laboratoriumdan di salahsatukelompoktanikoropedang di
KabupatenTemanggung.Hasilpenelitianinimenunjukkan: perlakuan penurunan terbaik untuk
menurunkan kadar HCN tepung koro pedang adalah blansing yang dilanjutkan dengan
perendaman menggunakan garam 5% selama 24 jam, kombinasi 25 gram tepung koro
pedang dan 100 gram tapioka menghasilkan rasa dan tekstur krupuk yang paling disukai
panelis, rasa dan tekstur brownis yang dibuat menggunakan tepung koro pedang sampai
100% tidak berbeda dengan brownis yang dibuat dengan 100% tepung terigu, secara
ekonomi tepung koro pedang memiliki nilai tambah yang tinggi yaitu sebesar 80% .

Kata Kunci :koropedang, produkpangan, analisisekonomi

Abstract

This research has a purpose to obtain the best result from various physical, chemical, and
its combination treatments that can reduce HCN content of jack bean flour which is
standardized by FAO, exploring the potential of jack bean flour becomes brownies and chips,
and make economic analysis for jack bean flour production. Location of this research is in the
laboratory and in one of the jack bean farmer group on Temanggung regency. The result of
research shows that : The best reducing treatment to reduce HCN content at jack bean flour
is blanching continued by soaking uses salt 5% as long as 24 hours, combination of 25 gram
jack bean flour and 100 gram tapioka flour makes the best chips taste and tekstur for
panelist, brownies taste and tekstur made by 100% jack bean flour is not different with
brownies made by 100% wheat flour. Economiocally, jack bean flour has high added value
that is in the amount of 80%.

Keyword: jack bean, food products, economic analysis

Pendahuluan ditemukan dengan mudah di Indonesia.


Indonesia kaya akantanamanpolong- Koro pedang (Canavalia ensiformis),
polongan, diantaranyakoropedang secara luas ditanam di Asia Selatan dan
(Canavaliaensiformis L.). Asia Tenggara, terutama di India, Sri
Tanamaninibelumbanyakdimanfaatkan, Lanka, Myanmar dan Indo China. Koro
padahalditinjaudarikandungangizidanpot pedang kini telah tersebar di seluruh
ensipengembangannya, pemanfaatan daerah tropis dan telah ternaturalisasi
protein koro-korzan di beberapa daerah di Indonesia,
sangatlahprospektif. termasuk wilayah Jawa Tengah. Pada
Kacang koro pedang merupakan tahun 2010-2011 tercatat dari lahan
salah satu tanaman lokal yang dapat seluas 24 Ha di 12 kabupaten di Jawa

*)Staf Pengajar Fak. TeknologiPertanian USM; DekanFakultasTeknologiPertanianUniversitas Semarang


**) StafPengajarFak. Ekonomi USM; KetuaLembagaPenelitiandanPengabdianKepadaMasyarakat
Universtas Semarang, Telp. (024) 6702757
PemanfaatanKoroPedangPadaAplikasi
ProdukPangandan AnalisisEkonominya (Sri Budi W,WyatiSaddewisasi)

Tengah telah menghasilkan 216 ton dikonsumsi < 10 ppmasam sianida pada
koro pedang setiap panen (Kabupaten tingkat yang aman.
Blora, Banjarnegara, Temanggung,Pati,
Kebumen, Purbalingga, Boyolali, Batang, Permasalahan
Cilacap, Banyumas, Magelang, dan Salah satu kendala dalam
Jepara)(Dakornas, 2012). pengolahan koropedang adalah adanya
Koro pedang (Canavalia kandungan senyawa beracun yang dapat
ensiformis)memiliki potensi yang sangat menyebabkan gangguan pada kesehatan
besar menjadi produk pangan apabila manusia. Berbagai macam cara baik
ditinjau dari segi gizi dan syarat secara fisik maupun kimia dapat
tumbuhnya. Dari kandungan gizi, koro dilakukan untuk mengurangi kandungan
pedang memiliki semua unsur gizi senyawa beracun tersebut pada tingkat
dengan nilai gizi yang cukup tinggi, yaitu konsumi yang aman. Beberapa
karbohidrat 60.1%, protein 30.36%, dan penelitian telah dilakukan secara
serat 8.3%(Sudiyono,2010). Melihat terpisah untuk mengurangi senyawa
kandungan gizinya yang lengkap,sangat beracun tersebut. Pada penelitian ini
disayangkan bahwa koro pedang belum akan dikaji berbagai metode baik fisik,
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. kimia maupun kombinasinya sehingga
Koro pedang dapat diolah menjadi akan didapat metode penghilangan
beberapa produk panganseperti tepung racun yang paling efisien, cepat tapi
koro pedang serta produk olahannya aman. Beberapa kelompok industri
seperti cake, cookies dan produk bakery pengolah koropedang masih
lainnya, kerupuk koro pedang, tempe menggunakan metode konvensional
koro pedang dan beberapa produk dengan cara perendaman air dalam
olahan lainnya. jangka waktu yang cukup lama yaitu 3
Permasalahan yang dihadapi dalam hari. Senyawa beracun pada olahan
pemanfaatan koro pedang adalah adanya pangan termasuk koropedang yaitu
zat antigizi glukosida sianogenik asam sianida (HCN)yang diperbolehkan
yangmenimbulkan cita rasa yang kurang oleh Food Agricultural Organization
disukai serta mengurangi bioavabilitas (FAO) untuk dikonsumsi yaitu < 10
nutrient didalam tubuh(Dos et ppm. Penelitian mengenai aplikasi
al,2011).Glukosida sianogenik berperan produk tepung koro pedang menjadi
sebagai prekursor sianida bebas pada produk pangan seperti brownies dan
koro pedang, sehingga bila glukosida kerupuk koro pedang yang aman
terhidrolisis sempurna dapat dikonsumsi dan bernilai ekonomis di
menghasilkan sianida bebas yang dapat kalangan masyarakat belum dikaji secara
menimbulkan efek toksisitas yang mendalam. Penelitian ini juga dilakukan
berbahaya. Akumulasi asam sianida pada untuk melihat pengaruh penggunaan
tubuh dapat mengakibatkan gangguan tepung koro pedang terhadap sifat
penyerapan iodium dalam tubuh dan kimia, dan organoleptikbrownies dan
menghambat penyerapan protein di kerupuk koro pedang yang dapat
dalam tubuh (Pambayun, 2000 ). Oleh diterima
karena itu diperlukan beberapa masyarakat.Disampingitujugaakan di
perlakuan untuk mengurangi kandungan analisissecaraekonomidaritepungkorope
sianida dalam koro pedang untuk dang.
menjadi produk pangan yang aman
untuk dikonsumsi. Batas maksimal kadar Tujuan
HCN yang diperbolehkan oleh Food Tujuan dari penelitian ini adalah
Agricultural Organization (FAO) untuk

2
Riptek Vol. 7, No. 2, Tahun 2013, Hal. 1-10

1. Memperoleh hasil terbaik dari tengah, khususnya untuk pengembangan


berbagai perlakuan fisik, kimia dan olahan koro pedang di Kabupaten
kombinasinya yang dapat menurukan Blora dan Temanggung.
kandungan HCN tepung koro
pedang yang distandarkan FAO Metode Penelitian
dalam waktu yang lebih cepat dan 1. Bahan dan Alat
efisien. Bahan yang digunakan dalam penelitian
2. Menggali potensi yang dimiliki oleh ini terdiri dari bahan-bahan untuk membuat
tepung koro pedang menjadi tepung koro pedang, brownies,kerupuk koro
brownies dan kerupuk koro pedang pedang dan analisis. Bahan yang digunakan
yang menghasilkan sifat kimia, dan untuk pembuatan tepung koro pedang
terdiri dari koro pedang yang diperoleh
organoleptik yang baik, aman, dan
dari Kabupaten Blora dan Temanggung, air,
diterima masyarakat. merang/ sekam padi, soda kue, dan kapur.
3. Membuatanalisisekonomi yang Bahan untuk membuat brownies terdiri
meliputi analisis nilai tambahdanalisis dari tepung koro pedang, air, gula, garam,
biaya volume laba (BVL) susu, telur, coklat bubuk, coklat batang,
mentega, dan bahan pengembang. Bahan
Manfaat untuk membuat kerupuk koro pedang
Manfaat penelitian ini bagi adalah tepung koro pedang, pati singkong,
masyarakat adalah diperoleh solusi garam, dan bumbu. Bahan untuk analisis
perlakuan terbaik untuk menghasilkan terdiri dari larutan H2SO4, HCl, H3BO3,
tepung koro pedang yang aman dan HgO, K2SO4, air destilata, larutan NaOH-
Na2S2O3, heksana, larutan NaOH, larutan
waktu lebih cepatuntuk mengolah
K2SO4 10%, KI, HCl, etanol, alkohol 95%
tepung koro pedang menjadi beberapa dll.
produk pangan. Diharapkan olahan Alat yang digunakan dalam
tepung koro pedang mempunyai nilai penelitian ini terdiri dari alat-alat untuk
ekonomis yang lebih tinggi dan aman pembuatan tepung koro pedang,
dikonsumsi di kalangan masyarakat . brownies, dan analisis. Alat-alat yang
Bagi pemerintah dan kelompok digunakan yaitu kabinet drier, mixer, pin
tani, manfaat penelitian ini adalah disc mill, oven, bak perendaman, dan
memberikan gagasan untuk memajukan saringan. Alat-alat yang digunakan untuk
program diversifikasi pangan sesuai analisis, yaitu glass ware analysis, oven,
dengan yang diamanatkan dalam pipet volumetrik 1 ml, pipet volumetrik
Peraturan Presiden No. 22 Tahun 2009 10 ml, kuvet, spektrofotometer, vortex,
tentang Percepatan Diversifikasi Pangan. timbangan analitik, sentrifuse,
Diharapkan dapat digunakan sebagai erlenmeyer, kertas saring soxhlet,
salah satu dukungan terhadap program kertas lakmus, penangas air, rheoner,
peningkatan ketahanan pangan kjeldahl, pH-meter, cawan porselin, dan
Indonesia dan pengentasan gizi buruk. tanur.
Sasaran Kegiatan Penelitian 2. Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini akan dihasilkan Penelitian dilakukan di
perlakuan terbaik yang dapat Laboratorium Rekayasa Pangan dan
menurukan kandungan HCN tepung Hasil Pertanian, dan Laboratorium
koro pedang yang distandarkan FAO Kimia Fakultas Teknologi Pertanian,
dalam waktu yang lebih cepat dan Universitas Semarang , Fakultas
efisien. Untuk selanjutnya hasil Teknologi Hasil Pertanian, Universitas
penelitian ini akan diterapkan di industri Gadjah Mada Yogyakarta dan di salah
kecil menengah (IKM) koro pedang di satu kelompok tani koropedang di
beberapa kabupaten/kota di Jawa Kabupaten Temanggung.

3
PemanfaatanKoroPedangPadaAplikasi
ProdukPangandan AnalisisEkonominya (Sri Budi W,WyatiSaddewisasi)

3. Tahap Penelitian fisikdansifat kimianya. Penentuan


1). Penelitian Tahap 1 Rendemen(Fardiaz, 1992),
a. Perendaman biji koro pedang(A) kelarutandalam air, kadar air
dengan berbagai perlakuan dengan metoda pemanasan
Perendaman biji koro (AOAC, 1995), kadar abu
pedang dilakukan dengan cara ditentukan dengan metoda
perlakuan A1(biji koro pedang pembakaran (Sudarmadji dkk,
tanpa perendaman), A2 1997), kadar protein ditentukan
(perendaman dengan air biasa), dengan metode Kjeldahl
A3 (perendaman air kapur 10%), (Sudarmadji dkk, 1997), kadar
A4 (perendaman soda kue 1%), karbohidrat dengan cara tidak
A5(perendaman merang/ sekam langsung(Winarno, 1997), kadar
padi 5%) dan A6 (perendaman pati dengan Metoda Luff Schoorl
garam 5%). Perendaman dilakukan (Sudarmadji et al, 1997), serat
selama 0, 12, 24, dan36, jam pangan, kadar amilosa-
setiap 12 jam dilakukan amilopektin,pH dan kadar HCN
penggantian air. Semua perlakuan dengan cyanide test kit.
dilakukan tanpa dan dengan
blansing pada suhu 100oC selama 2). Penelitian Tahap II (Pembuatan
30 menit terlebih dahulu. Brownies dan Kerupuk Koro
b. Analisa Biji Koro Pedang Pedang)
Biji koro pedang dengan a. Pembuatan tepung koro pedang
berbagaiperlakuan perendaman dengan perlakuan perendaman
dan lama waktu perendaman 0, dan lama perendaman yang
12, 24, dan36 jam dilakukan paling baik.
analisa HCN. Kemudian dilakukan b. Pembuatan tepung campuran
pengamatan terhadap waktu untuk brownies.
perendaman dengan model trend Tepungterigu
linierberbentukgrafik selanjutnya diformulasidengantepungkoro
diambil perlakuan perendaman pedang yaitu A1: 0 g
dan lama waktu perendaman yang tepungterigu, 75 g
paling baik. tepungkoropedang; A2: 25 g
c. Pembuatan Tepung Koro Pedang tepungterigu, 50 g
Pembuatan tepung koro tepungkoropedang: A3: 50 g
pedang dilakukan dengan cara tepungterigu, 25 g
mengambil sampel biji koro tepungkoropedangdan Z: 75 g
pedang yang sudah direndam 0, tepungterigu,
12, 24, dan36jam dengan berbagai tanpatepungkoropedang.
macam perendaman. Selanjutnya Kemudiantepungdicampursampa
dicuci dan ditiriskan, direbus ihomogen.
selama 1 jam, didinginkan, Selanjutnyadilakukananalisisprok
dikeringkan dalam cabinet drier simatdan HCN
24 jam pada suhu 500C, terhadapkelimacampurantepung
selanjutnya digiling dan diayak 80 tersebut.
mesh untuk memperoleh tepung c. Pembuatan Brownies
koro pedang. Proses pembuatan
d. Analisis Tepung Koro Pedang. brownies terdiri atas tahap
Koro pedang yang sudah pembuatan adonan, pencetakan,
ditepungkankemudian dianalisis dan pembakaran/ pemanggangan.

4
Riptek Vol. 7, No. 2, Tahun 2013, Hal. 1-10

Pada pencampuran bahan, mula- kemudian didinginkan,


mula gula, margarin, telur, susu dilanjutkan dengan pemotongan
skim, bubuk coklat, coklat yang 2-3 mm. Tahap terakhir adalah
sudah dicairkan dan garam pengeringan dalam kabinet drier
dikocok membentuk krim. dengan suhu 500C selama 24
Kemudian dilanjutkan jam.
pencampuran masing- masing
perlakuan tepung campuran, dan 3). Penelitian Tahap III
ditambahkan bahan pengembang. Penelitian tahap ke- III yaitu
Pengocokan dilakukan analisa HCN dan sifat
sedemikian rupa sehingga semua organoleptik browniesdan kerupuk
bahan tersebut tercampur koro pedang.
dengan homogen. a. Uji kadar HCN dengan cyanide
Setelah adonan jadi, test kit
dilanjutkan dengan pencetakan. b. Sedangkan uji organoleptik
Tahap berikutnya adalah yang dilakukan adalah mutu
pembakaran/ pemanggangan hedonik yang meliputi bau,
dengan oven pada suhu 180- rasa, tekstur, dan warna,
2000C selama 16- 20 menit. menggunakan 20 panelis tidak
d. Pembuatan Tepung Campuran terlatih (Rahayu, 2001).
Kerupuk Koro Pedang
Tepung tapioka 4. Rancangan Percobaan
ditambahkan kedalam tepung a. Penelitian ini menggunakan
koro pedang sesuai perlakuan, Rancangan Acak Lengkap
kemudian dicampur sampai (RAL)dua faktor yaitu: faktor A
homogen. Selanjutnya dilakukan adalah berbagai perlakuan
analisis proksimat dan HCN perendaman dengan bahan kimia,
terhadap kelima campuran dan faktor B, yaitu tanpa blansing
tepung tersebut. (B1) dan diblansing terlebih
e. Pembuatan Kerupuk Koro dahulu, baru dilakukan
Pedang perendaman (B2).
Proses pembuatan kerupuk b. Pembuatan tepung koro pedang
koro pedang terdiri atas dengan berbagai perlakuan
pembuatan adonan, pencetakan, perendaman dengan taraf sebagai
pengukusan, pendinginan, berikut:
pengirisan, dan pengeringan. Faktor: Perlakuan Perendaman(A)
Pada pencampuran bahan bahan, terdiri dari 5 taraf, yaitu:
mula- mula garam dan bumbu 1. A1= tanpa perendaman
ditumbuk menjadi satu. 2. A2= perendaman dengan air
Kemudian dilanjutkan biasa
pencampuran masing- 3. A3= perendaman air kapur
masingperlakuan tepung 10%),
campuran, air, dan ditambahkan 4. A4= perendaman soda kue 1%
telur. Pengadukan dilakukan 5. A5= perendaman merang/
hingga semua bahan tercampur sekam padi 5%
rata.Setelah adonan jadi, 6. A6= perendaman garam 5%
dilanjutkan dengan tahap Perendaman dilakukan selama
pencetakan ke dalam pencetak. 0, 12, 24, dan36, jam setiap 12
Tahap berikutnya yaitu jam dilakukan penggantian air.
pengukusan selama 2 jam, Didapat 10 kombinasi

5
PemanfaatanKoroPedangPadaAplikasi
ProdukPangandan AnalisisEkonominya (Sri Budi W,WyatiSaddewisasi)

perlakuan dan masing - masing perlakuan blansing akan mempercepat


perlakuan diulang sebanyak dua penurunan HCN. Hal ini disebabkan
(2)kali. karena perlakuan blansing akan
c. Penambahan tepungkoro pedang, menonaktifkan enzim yang terdapat
dengantarafperlakuansebagaiberik dalam bahan yang bertanggung jawab
ut: dalam proses oksidasi dan hidrolisis
Faktor: Adonan brownies(K) yang tidak dikehendaki. Pada proses ini,
terdiri dari 4 taraf, yaitu: enzim yang tidak dikehendaki (β-
1. A = 0g terigu : 75 g koro glukosidase) dinonaktifkan sehingga
pedang tidak dapat mengkatalis pemecahan
2. B = 25g terigu : 50g koro glukosida sianogenik menjadi glukosa
pedang dan aglikon. Tidak terbentuknya aglikon
3. C = 50g terigu : 25g koro yang merupakan substrat Untuk Enzim
pedang Hidroksinitril Liase membuat enzim
4. Z = 100% terigu Tidak dapat beraktivitas, sehingga HCN
d. Penambahan tepung tidak terbentuk. Perendaman
tapioka,dengantarafperlakuanseba menggunakan garam NaCl 5%
gaiberikut: mengakibatkan terjadi pengikatan
Faktor: Adonan kerupuk (D) sianida oleh natrium membentuk
terdiri dari 5 taraf, yaitu: NaCN yang mudah larut. Perlakuan
1. A = 0 g koro pedang :125g terbaik dalam penurunan HCN adalah
tepung tapioka blansing yang dilanjutkan dengan
2. B = 25g koro pedang :100g perendaman dalam garam 5% selama 24
tepung tapioka jam. Pada kombinasi perlakuan tersebut
3. C = 50g koro pedang:75g digunakan garam NaCl diperoleh kadar
tepung tapioka HCN dalam tepung koro pedang 0
4. D = 75gkoro pedang: ppm.
50g tepung tapioka Berdasarkan uji derajad putih
5. E = 100g koro pedang:25g menunjukan bahwa perendaman
tepung tapioka menggunakan basa dan garam
6. F = 125g koro pedang:0g mempunyai derajad putih yang semakin
tepung tapioka meningkat. Hal disebabkan karena
Sehingga didapat 6 perlakuan dan perendaman dengan basa dan garam
masing - masing perlakuan diulang akan memperbesar pori-pori bahan
sebanyak dua (2) kali. sehingga pada saat pengeringan dapat
meningktkan kecerahan warna tepung.
5. Analisis Data Berdasarkan perhitungan statistik
Data yang diperoleh dianalisis menunjukan bahwa perlakuan
dengan menggunakan Anova taraf 5% penambahan tepung koro pedang
dan jika terdapat beda nyata berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap
dilanjutkan dengan BNJ dengan tingkat kesukaan panelis. Semakin
tingkat signifikansi 0,05. Analisis data banyak penambahan tepung koro
dilakukan dengan mengaplikasikan pedang mengarah ke kurang suka
software Excel dan SPSS 13,0. terhadap rasa maupun tekstur kerupuk.
Hal ini disebabkan karena panelis
Hasil dan Pembahasan kurang terbiasa mengkonsumsi kerupuk
1. UjiLaboratorium koro pedang. Berdasarkan kadar
Berdasarkan penelitian yang amilosa menunjukkan bahwa kadar
telahdilakukan, menunjukkan bahwa amilosa tepung koro pedang cukup

6
Riptek Vol. 7, No. 2, Tahun 2013, Hal. 1-10

tinggi yang berakibat mempengaruhi menghasilkan 216 ton koro pedang


tekstur kerupuk menjadi lebih keras. setiap panen dari lahan seluas 24 Ha
Namun perlakuan 25 gram tepung koro di 12 kabupaten. Oleh karena itu
pedang menunjukkan tidak berbeda potensi tersebut perlu untuk
nyata dengan kerupuk yang tanpa dikembangkan lebih lanjut menjadi
penambahan tepung koro pedang baik tepung koro pedang. Apabila koro
rasa maupun teksturnya. Hasil ini pedang dijadikan tepung, maka
sejalan dengan hasil uji perbandingan secara ekonomi nilainya akan
jamak . meningkat. Sebagai perbandingan,
Berdasarkan perhitungan statistik apabila koro pedang dijual dalam
menunjukan bahwa perlakuan bentuk asli, maka harganya mencapai
penambahan tepung koro pedang tidak Rp2.000,- per kilogramnya.
berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap Sedangkan apabila dijual dalam
tingkat kesukaan panelis pada rasa dan bentuk tepung koro pedang nilainya
tekstur brownies Hasil ini sejalan bisa disamakan dengan harga tepung
dengan uji perbandingan jamak rasa dan terigu yang harganya antara Rp6.000
tekstur brownis . – Rp 7.000 per kilogramnya.
Berdasarkan asumsi perhitungan
2. Analisis Ekonomi sekali panen dalam satu hektar tanah
1). Analisis Nilai Tambah rata-rata dapat menghasilkan 6 ton
Berdasarkan uji statistik telah koro pedang dengan harga per
dihasilkan bahwa tepung koro kilogramnya Rp2.000, maka sekali
pedang mampu menghasilkan rasa panen menghasilkan uang sejumlah
brownis yang 100 % tidak berbeda Rp 12 juta. Dalam pembuatan tepung
dengan rasa brownis yang dibuat koro pedang, rendemennya sebanyak
dengan 100% tepung terigu. Hal ini 60%, ini menunjukkna bahwa 6 ton
menunjukkkan bahwa tepung koro koro pedang dapat menghasilkan 3,6
pedang memiliki manfaat yang sama ton tepung koro pedang. Apabila
dengan tepung terigu. Dengan diasumsikan harga perkilogram
demikian penelitian ini dapat tepung koro pedang Rp6.000, maka
memberikan gagasan untuk setiap hektar tanah sekali panen
memajukan program diversifikasi dapat menghasilkan tepung koro
pangan sesuai dengan amanat pedang sejumlah 3,6 ton dikalikan
Perpres No. 22 Tahun 2009 tentang Rp6.000 sama dengan Rp.
percepatan diversivikasi pangan. 21,600,000. Dengan demikian
Secara ekonomi tepung koro pedang kenaikan nilai ekonomi dari koro
dapat menghasilkan nilai tambah yang pedang menjadi tepung koro pedang
relatif besar dengan memperhatikan adalah sebesar 80%. Hal inilah yang
perhitungan berikut ini. menarik dari hasil penelitian ini,
Menurut Tri Barokah (2011) selain koro pedang memiliki potensi
dari setiap hektar lahan dapat yang sangat besar menjadi produk
menghasilkan koro pedang sejumlah pangan yang bergizi tinggi, juga
4-8 ton dengan nilai Rp. 12 juta memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
untuk setiap kali panen. Dalam Oleh karena itu pengembangan
setahun budi daya koro pedang produk tepung koro pedang perlu
dapat dipanen sebanyak tiga kali. dilakukan.
Jawa Tengah memiliki potensi yang Secara ekonomi dari biji koro
besar dalam menghasilkan koro pedang menjadi tepung koro pedang
pedang. Menurut Dakornas, pada telah menghasilkan nilai tambah
tahun 2010-2011 Jawa Tengah telah sebesar Rp 9.600.000 dalam satu

7
PemanfaatanKoroPedangPadaAplikasi
ProdukPangandan AnalisisEkonominya (Sri Budi W,WyatiSaddewisasi)

hektar tanah sekali panen Secara matematis analisis BVL dapat


(Rp21.600.000 – Rp12.000.000 = dirumuskan sebagai berikut
Rp9.600.000). Padahal dalam setahun (Dominick Salvator, 2004) :
koro pedang apabila dibudidayakan TR = TC
secara baik, maka dapat dipanen (P) (QB) = TFC + (AVC) (QB)
sebanyak tiga kali dalam setahun. Dari persamaan tersebut dapat
Dengan demikian nilai tambahnya diperoleh output pada titik impas
juga akan semakin besar yaitu dengan menyelesaikan persamaan
sebanyak tiga kali Rp9.600.000 atau sebagai berikut:
sebesar Rp28.800.000,- (P) (QB) - (AVC) (QB) = TFC
(QB) (P – AVC) = TFC
2). Analisis Biaya Volume Laba (BVL) QB = TFC/ (P – AVC)
Selain mengadakan promosi Dengan menggunakan rumus
terhadap tepung koro pedang, maka tersebut, maka dapat dihitung jumlah
produsen tepung koro pedang juga tepung koro pedang yang harus dijual
perlu dimotivasi agar produksinya agar mencapai titik impas, yang
semakin meningkat. Disamping itu mengandung arti bahwa produsen
produsen tepung koro pedang perlu tidak untung tidak rugi. Biaya tetap
melakukan analis usaha terhadap (TFC) yang digunakan untuk
produksi tepung koro pedang. Hal memproduksi tepung koro pedang
ini dimaksudkan agar perhitungan apabila menggunakan alat pengering
secara ekonomi dari produksi tepung buatan adalah sebagai berikut:
dapat diketahui dan kerugian dapat Alat Pengering Rp50.000.000,00;
dihindarkan. Oleh karena itu Alat Penepung Rp5.000.000,00;
perencanaan dan pengambilan Ember Perendaman
keputusan yang tepat perlu Rp150.000,00; Peniris Rp
diperhatikan. 3.000.000,00.
Produsen tepung koro pedang Dengan demikian Jumlah Biaya
perlu merencanakan usahanya Tetap sebesar Rp58.150.000,00
dengan baik. Salah satu perencanaan Sedangkan biaya variabel rata-
yang perlu dilakukan adalah ratanya (AVC) adalah terdiri dari:
merencanakan banyaknya tepung Biaya tenaga kerja per kg
koro pedang yang harus dijual agar Rp500,00; Garam Rp500,00;
tidak mengalami kerugian. Dalam hal BijiKoro Rp2.000,00 , jadi
ini produsen dapat menggunakan jumlah biaya variabel rata-rata
model analisis biaya, volume dan laba Rp3.000,00.
(Analisis BVL) (Wibisono, 2013). Harga jual tepung koro per
Analisis biaya volume laba sering kilogramnya diasumsikan Rp
disebut dengan analisis titik impas 6.000,000, maka dapat dihitung
(Dominick Salvator, 2004). Analisis jumlah tepung koro pedang yang
BVL dapat digunakan untuk harus dijual agar produsen tidak
mengetahui besarnya tepung koro untung dan tidak rugi (mencapai titik
pedang yang harus dijual oleh impas) adalah sebagai berikut:
produsen agar mencapai titik impas QB = TFC/ (P – AVC)
(Break Even Point/ BEP). Analisis BVL = 58.150.000/ ( 6.000 – 3.000)
dapat juga digunakan untuk =19.383,333 (dibulatkan 19.384).
mengetahui dampak perubahan biaya Dengan demikian dapat
(baik biaya tetap maupun variabel) disimpulkan agar produsen tidak
dan harga jual terhadap titik impas. untung dan tidak rugi, maka

8
Riptek Vol. 7, No. 2, Tahun 2013, Hal. 1-10

produsen harus menjual minimal Dengan demikian dapat disimpulkan


19.384 kg. Apabila diasumsikan agar produsen tidak untung dan tidak
setiap hari produsen bisa rugi, maka produsen harus menjual
memproduksi tepung koro dari 100 minimal 2.717 kg.
kg biji koro menjadi 60 kg tepung Apabila diasumsikan setiap hari
koro, maka 19.384 kg dapat produsen bisa memproduksi tepung
koro dari 100 kg biji koro menjadi 60 kg
dihasilkan dalam 323, 06 hari atau
tepung koro, maka 2.717 kg dapat
324 hari. Dengan demikian produsen
dihasilkan dalam 45,283 hari atau
dapat memperoleh keuntungan dibulatkan menjadi 46 hari. Dengan
setelah 11 bulan (324 hari/ 365 hari demikian produsen dapat memperoleh
X 12 bulan = 10,65 bulan atau keuntungan setelah 1,53 bulan (46 hari/
dibulatkan menjadi 11 bulan). 30 hari X 1 bulan = 1,53 bulan atau
Perhitungan tersebut diperoleh dibulatkan menjadi 1,6 bulan).
apabila produsen menggunakan alat
pengering buatan yang harganya Kesimpulan
cukup mahal. Apabila diasumsikan Berdasarkan penelitian dapat
alat pengering diganti dengan disimpulkan bahwa:
pengeringan secara alamiah dan 1. Perlakuan penurunan terbaik untuk
diasumsikan tidak ada cuaca menurunkan kadar HCN tepung
mendung, maka dapat dihitung koro pedang adalah blansing yang
jumlah tepung koro yang harus dijual dilanjutkan dengan perendaman
agar titik impas tercapai dalah menggunakan garam 5% selama 24
dengan menggunakan perhitungan jam. Pada kondisi ini diperoleh
sebagai berikut: tepung koro pedang dengan kadar
Alat Penepung Rp5.000.000,00; HCN 0 ppm dan derajad putih
Ember Perendaman Rp 82,45%.
150.000,00; 2. Kombinasi 25 gram tepung koro
Peniris Rp3.000.000,00. pedang dan 100 gram tapioka
Dengandemikianjumlah biaya menghasilkan rasa dan tekstur
tetapsebesarRp.8.150.000,00.Sedang krupuk yang paling disukai panelis
kan biaya variabel rata-ratanya 3. Rasa dan tekstur brownis yang
(AVC) sama dengan yang telah dibuat menggunakan tepung koro
dicantumkan apabila menggunakan pedang sampai 100% tidak berbeda
alat pengering buatan adalah terdiri dengan brownis yang dibuat dengan
dari:Biaya tenaga kerja per kg 100% tepung terigu.
Rp500,00; Garam Rp500,00; Biji 4. Secara ekonomi tepung koro
Koro Rp2.000,00. Dengandemikian pedang memiliki nilai tambah yang
jumlah biaya variabel rata-rata tinggi yaitu sebesar 80%
Rp3.000,00.
Harga jual tepung koro
per kilogramnya tetap diasumsikan DAFTAR PUSTAKA
Rp 6.000,000, maka dapat dihitung
jumlah tepung koro pedang yang Anonim. 2011. Flakes Koro
harus dijual agar produsen tidak Pedang.http://koropedangnews.w
untung dan tidak rugi (mencapai titik ordpress.com /2011/ 10/16/koro-
impas) adalah sebagai berikut: pedang-alternatif pengganti-
QB = TFC/ (P – AVC) kedelai/\. Diakses 5 Desember
= 8.150.000/ ( 6.000 – 3.000) 2012
= 2.716,67 (dibulatkan 2.717)

9
PemanfaatanKoroPedangPadaAplikasi
ProdukPangandan AnalisisEkonominya (Sri Budi W,WyatiSaddewisasi)

AOAC. 1995. Official Methods of Analysis


of Association of Official Rahayu, W. P. 2001. Penuntun Praktikum
AnalyticalChemist. Washington DC, Penilaian Organoleptik.
27 p. JurusanTeknologiPangandan Gizi
Fakultas Teknologi Pertanian
Badan Bimas Ketahanan Pangan. 2004. IPBBogor.
Model Pemberdayaan Masyarakat
untukMewujudkan Ketahanan Salvatore, Dominick. 2005. Managerial
Pangan. Departemen Pertanian. Economics. Buku 1. Edisi Kelima.
Jakarta : Salemba Empat
Dakornas. 2012. Seminar
Pengembangan Koro Pedang di Sigma. 2012. Peluang Bisnis Kuliner Modal
Jawa Tengah di Fakultas 2 Jutaan. Yogyakarta : Penerbit G-
Peternakan dan Pertanian Undip. Media.
Semarang, 26 November 2012.
Sudarmadji, S., B. Haryono, Suhardi.
Djaafar, Titiek F., Siti Rahayu, dan 1997. Prosedur Analissa Untuk
Murdijati Gardjito. Pengaruh BahanMakanan dan Pertanian.
Blanching danWaktu Perendaman Yogyakarta : Liberty.
dalam Larutan Kapur terhadap
Kandungan Racunpada Umbi dan Sudiyono.2010. ” Penggunaan Na2HCO3
Ceriping Gadung. Balai Pengkajian untuk Mengurangi Kandungan
Teknologi PertanianYogyakarta. AsamSianida (HCN) Koro Benguk
Fakultas Teknologi Pertanian pada Pembuatam Koro Benguk
UGM. Yogyakarta. Goreng”.Agrika. Vol.4(1): 48-53

Doss, A., M. Pugalenthi, and V. Vadivel. Tri Barokah. 2011. Petani Kab.
2011. “Nutitional Evaluation of Temanggung Kembangkan Koro
Wild Jack Bean (Canavalia Pedang.http://informasi-
Ensiformis) Seeds in Different budidaya.blogspot.com/2011/11/p
Locations of South India”. Word etani-kab-temanggung-
Applied Sciences Journal 13(7): kembangkan-koro.html.
1606-1612. Diakses 2 Desember 2012

Pambayun, R. 2000. “Hydro Cianic Acid Wibisono, Haris. Manfaat Analisis Biaya,
and Organoleptic Test on Gadung Volume, dan Laba bagi Pengusaha
InstantRice from Various dan Calon Pengusaha.
Methods of Detoxification”. http://www.portal.widyamandala.a
Prosiding Seminar c.id/jurnal/index.php/krida/article/
NasionalIndustri Pangan 2000, download/.../pdf diakses tanggal
Surabaya. PAU Pangan dan Gizi 10 Juli 2013
Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.

Peraturan Presiden(Perpres) No 22
Tahun 2009 tentang Kebijakan
Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan Berbasis
Sumber Daya Lokal

10

Anda mungkin juga menyukai