id
BAB IV
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data rekam medik pada pasien
dewasa di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta diperoleh
sebanyak 150 pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi dari 156 pasien.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian yang bersifat non eksperimental yang
diperlukan. Data yang diambil sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data
tersebut akan dikumpulkan dan dianalisis sesuai dengan teori-teori yang ada
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
Menurut Dipiro dkk (2008) pasien dewasa adalah pasien yang berumur >
Hal ini dipicu oleh faktor pencetus epilepsi yaitu stres, kelelahan dan faktor
kecelakaan. Persentase tertinggi kedua yaitu usia 41-65 tahun, hal ini dipicu oleh
Epilepsi pada kelompok usia ini biasanya dikarenakan cedera otak akut.. Kajian
retrospektif Hiyoshi dan Yagi (2000) pada 190 pasien kelompok usia dewasa
kelompok usia ini tinggi. Resiko tersebut meningkat seiring bertambahnya usia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
laki-laki. Berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar 7 di bawah ini.
Laki-laki
41%
59% Perempuan
wanita. Hal ini sejalan dengan data epidemiologis dari WHO (2001).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
Pasien epilepsi tidak dapat sembuh total melainkan harus dengan kontrol
obat agar pasien tidak mengalami serangan kejang lagi. Berdasarkan status pasien
15%
Kontrol
yaitu 85%. Pasien yang melakukan kontrol adalah pasien yang masih mengalami
serangan kejang. Pasien yang tidak melakukan kontrol diperkirakan sudah tidak
merupakan faktor prediktor untuk tercapainya remisi pada epilepsi, dimana pada
penderita epilepsi yang patuh minum obat terbukti mengalami remisi 6 bulan, 12
bulan dan 24 bulan terus menerus dibanding dengan mereka yang tidak patuh
minum obat. Remisi adalah hilangnya secara lengkap atau parsial dari tanda-tanda
dan gejala penyakit sebagai respon terhadap pengobatan, masa penyakit berada di
bawah kontrol. Kriteria kepatuhan minum obat menurut Ley (1997) adalah
penderita dikatakan patuh minum obat apabila memenuhi 4 hal berikut : dosis
commit
yang diminum sesuai dengan yang to userdurasi waktu minum obat, jumlah
dianjurkan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
obat yang diambil sesuai yang ditentukan, dan tidak mengganti dengan obat lain
yang tidak dianjurkan. Pada penelitian ini peneliti tidak dapat memonitoring
tidak sama tipe kejang yang dialami. Pada RSJD Surakarta ada beberapa tipe
kejang yang dialami pasien epilepsi. Berdasarkan tipe kejang pasien dapat dilihat
Absence/ Petit
17 11,34
Mall/ Lena
Atonik 11 7,33
Tonik 5 3,33
Mioklonik 2 1,33
* Persentase dihitung dari jumlah pasien tipe kejang dibagi total pasien dikalikan 100 %
Berdasarkan tabel VI di atas dapat dilihat tipe kejang yang banyak dialami
jenis epilepsi berdasarkan tipe kejang ditemukan sebagian besar adalah kejang
umum tonik-klonik (62,0%), tipe tonik (12,3%), tipe absence (4,3%) dan tipe
parsial (12,6%).
perbedaan kedua jenis epilepsi tidak terlalu tinggi. Epilepsi umum banyak terjadi
pada awal usia dewasa, selanjutnya epilepsi parsial lebih banyak muncul.
Kejadian epilepsi parsial pada kelompok ini sering dihubungkan dengan etiologi
seperti post stroke, trauma kepala, tumor dan post operasi. Sedangkan kebanyakan
74.66
(%) 80
70
60
50
40
30 17.33
20 3.33 2.67
10 0.67 0.67 0.67
0
Riwayat pasien
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
banyak yaitu 74,66 %. Epilepsi pada usia ini sering dikaitkan dengan faktor
prenatal seperti umur ibu saat hamil, kehamilan dengan hipertensi. Selain itu ada
faktor natal yaitu asfiksia dan berat badan lahir rendah (Ali, 2001).
akut dan penyebab kejang usia dewasa adalah idiopatik. Hal ini sering
dihubungkan dengan etiologi seperti post stroke, trauma kepala, tumor dan post
Dari riwayat di atas terdapat faktor resiko dari epilepsi seperti trauma
kepala, kejang demam dan faktor keturunan. Trauma kepala memberikan dampak
pada jaringan otak yang dapat bersifat akut dan kronis. Menurut Willmore (2008)
bila seseorang mengalami cedera di kepala seperti tekanan fraktur pada tengkorak,
maka ia memiliki resiko tinggi terkena bangkitan epilepsi. Selain itu ada kejang
demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
di atas 380C) kejang demam sering di alami anak usia 6 bulan sampai 5 tahun tapi
berapa batas umur kejang demam tidak ada kesepakatan (Ali, 2001).
kasus epilepsi. Bila orang tua dan salah satu anaknya sama-sama mengidap
epilepsi primer, maka anak yang lain berpotensi terkena epilepsi sebesar 10%
(Ali, 2001). Studi kasus kontrol di India yang dilakukan oleh Sawhney (1999),
mempunyai resiko 5 kali lebih besar dari anak yang orang tuanya bukan
penyandang epilepsi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
disesuaikan dengan kondisi yang dialami oleh pasien selama di rumah sakit.
Golongan obat yang digunakan dapat dilihat pada Tabel VIII berikut.
Frekuensi
Persentase
No. Golongan Obat Nama Obat penggunaan
(%)*
/pasien
1 Barbiturat Phenobarbital 230 19,96
2. Hidantoin Phenitoin 222 19,27
3. Antikolinergik Triheksilpenidil 204 17,71
4. Butirofenon Haloperidol 116 10,07
5. Phenotiazin CPZ, TFP 94 8,16
6. Benzioxazol Risperidon 86 7,46
B1, B6, BComplex,
7. Vitamin 70 6,07
Mersibion®, Neurodex®
8. Dibenzazepin Carbamazepin, Clozapin 64 5,56
9. Nootropik Piracetam 26 2,26
10. Trisiklik Amitriptilin 14 1,22
11. Valproat Ikalep®, Depakote® 14 1,22
12. Benzodiazepin Diazepam, Clobazam 12 1,04
Dari tabel VII di atas dapat dilihat golongan obat yang paling banyak
hidantoin merupakan golongan obat anti epilepsi terbanyak kedua yaitu 19,27 %.
Phenobarbital dan phenitoin merupakan obat pilihan kedua dalam terapi epilepsi,
obat pilihan kedua menurut tata laksana pengobatan epilepsi dapat diberikan
commitefek.
apabila obat first line tidak memberikan to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
17,71 %. Golongan obat ini muncul karena pasien epilepsi menerima obat anti
psikotik yang digunakan untuk pengobatan efek samping dari penggunaan obat
anti epilepsi yaitu salah satunya pemburukan kognitif dan pasien juga mengalami
Management of Epilepsy 2010 merupakan obat first line namun pada kasus ini
diberikan dalam jumlah sedikit, hal ini dikarenakan pasien epilepsi sebagian besar
semua obat antipsikotik akan menginduksi enzim CYP sehingga dosis antipsikotik
Valproat tidak diberikan karena pasien yang berobat ke Rumah Sakit Jiwa
Surakarta didominasi oleh pasien tidak mampu dan harga obat valproat cukup
sehingga dalam sistem BPJS biaya pengobatan tidak dapat ditanggung oleh
persediaan obat yang ada di RSJD Surakarta hanya obat tersebut (Hardaetha,
2014).
2. Kombinasi Obat
instalasi rawat jalan RSJD Surakarta periode Februari-Maret 2014 datang dengan
kejang yang dialami oleh pasien. Mayoritas pasien menerima lebih dari satu
macam obat yang diberikan antara lain hidantoin, barbiturat, valproat dan
penunjang. Kombinasi obat yang digunakan pada pasien dapat dilihat pada tabel
oleh obat kombinasi yaitu 87,34 %. Penggunaan obat kombinasi yang paling
Hal ini dikarenakan pasien epilepsi yang mendapatkan obat kombinasi merupakan
mengatakan bahwa generasi baru OAE yang dapat ditoleransi dengan baik dan
bahwa kombinasi obat hanya dipakai apabila semua upaya monoterapi telah
dicoba dan apabila kombinasi dua macam obat lini pertama tidak menolong, obat
yang mempunyai efek lebih besar dan efek samping lebih kecil tetap diteruskan,
sementara obat yang lain diganti dengan obat dari kelompok lini kedua. Apabila
obat lini kedua tersebut efektif, dipertimbangkan untuk menarik obat pertama.
Sebaliknya, obat lini kedua tersebut harus dihentikan apabila ternyata tidak juga
tersebut sesuai dengan algoritma tatalaksana epilepsi dapat di lihat pada gambar 4.
Penggunaan obat tunggal pada tabel VIII sebanyak 12,66 %. Hal ini
pasien mendapat pengobatan monoterapi. Pada tabel VIII terdapat 9,32 % pasien
hanya mendapat obat penunjang saja tanpa OAE, hal ini karena pasien sudah
bebas dari kejang. Menurut tatalaksana epilepsi pasien yang bebas kejang selama
commitdapat
lebih dari 2 tahun pengobatan epilepsi to user
dihentikan. Pasien hanya menerima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
obat penunjang yang sebagian besar merupakan obat anti psikotik, pasien
menerima obat tersebut karena efek samping dari penggunaan OAE yaitu
1. Tepat Obat
Tepat obat ini termasuk dalam ketepatan pemilihan golongan obat dan
jenis obatnya dengan gejala yang dirasakan oleh penderita epilepsi. Rincian
penggunaan obat yang diberikan untuk pasien epilepsi dapat dilihat pada Tabel IX
di bawah ini.
Kesesuaian
dengan
Penggunaan Consensus Persentase
Golongan Nama obat
obat Guidelines on the (%)
Management of
Epilepsy 2010
Barbiturat phenobarbital 230 Sesuai 40,63
Hidantoin Phenytoin 222 Sesuai 39,23
Dibenzazepin Karbamazepin 62 Sesuai 10,95
Nootropic agent Piracetam 26 Sesuai 4,57
Ikalep® 10 Sesuai 1,76
Valproat
Depakote® 4 Sesuai 0,70
1,07
Diazepam 6 Sesuai
Benzodiazepin 1,07
Clobazam 6 Sesuai
a. Penggunaan Barbiturat
phenobarbital. Phenobarbital digunakan sebagai obat anti epilepsi lini kedua, obat
anti epilepsi lini kedua dapat digunakan apabila obat lini pertama tidak berefek.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
b. Penggunaan Hidantoin
direkomendasikan sebagai obat anti epilepsi lini kedua. Obat ini dapat digunakan
c. Penggunaan Dibenzazepin
Epilepsy 2010 direkomendasikan sebagai pilihan obat anti epilepsi lini pertama.
d. Penggunaan Valproat
direkomendasikan sebagai obat pilihan lini pertama pada bebagai tipe epilepsi.
Golongan valproat dapat digunakan sebagai monoterapi dan terapi tambahan obat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
2. Tepat Dosis
terapi. Pemberian dosis maupun frekuensi yang berlebihan khususnya untuk obat
yang dengan rentang terapi yang sempit akan beresiko dapat menyebabkan kadar
dosis dan frekuensi obat terlalu kecil tidak menjamin tercapainya kadar terapi
yang diharapkan karena kadar obat dalam tubuh terlalu kecil (Katzung, 2007).
Dosis dan aturan pakai obat anti epilepsi jika dibandingkan dengan
3x60 mg Sesuai - -
Awal : 30 mg
3x90 mg Tidak Sesuai - -
Phenobarbital Pemeliharaan : 30-
180 mg
2x30 mg Sesuai - -
2x60 mg Sesuai - -
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
Tabel X. Lanjutan...
2x90 mg Sesuai - -
1x30 mg Sesuai - -
4x30 mg Sesuai - -
(100 mg) 1x100 mg Tidak Sesuai - -
Awal : 200-300 mg
Phenitoin 2x100 mg Pemeliharaan :300- Sesuai - -
400 mg
3x100 mg Sesuai - -
(200 mg) 1x200 mg Sesuai - -
2x50 mg Sesuai - -
Awal : 100 mg
Karbamazepin 2x100 mg Pemeliharaan : 400- Sesuai - -
1600 mg
2x200 mg Sesuai - -
3x100 mg Sesuai - -
(500 mg) 1x500 mg Sesuai - -
2x250 mg Sesuai - -
(10 mg) 1x10 mg - - Sesuai
Dewasa : 20-30
Klobazam
mg/ Hari
2x10 mg - - Sesuai
(5 mg) 2x2,5 mg -
-
2x5 mg - Dewasa : gejala
-
sedang 0,5-2 Sesuai
3x5 mg - mg/hari ; gejala
-
Haloperidol sedang 3-5 Sesuai
(1,5 mg) 2x1,5 mg - mg/hari ; gejala
-
berat 6-15 mg/ Sesuai
3x1,5 mg - Hari
-
1x100 mg - - Sesuai
Dewasa : 10-25
2x50 mg - - Sesuai
mg /6 jam ;
Chlorpromazin
psikosis 200-
2x100 mg - - Sesuai
600 mg/hari
3x100 mg - - Sesuai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
Tabel X. Lanjutan...
(2 mg) 1x2 mg - - Sesuai
2x1 mg - - Sesuai
Dewasa : 2-10
Trihexyphenidyl
2x2 mg - - mg/hari Sesuai
3x2 mg - - Sesuai
(2 mg) 1x2 mg - -
Sesuai
2x1 mg - -
Sesuai
Dewasa : 2-8
Risperidon
2x2 mg - - mg/hari
Sesuai
3x2 mg - -
Sesuai
(2 mg) 1x2 mg - - Sesuai
Dewasa : 2-5
Diazepam
3x2 mg - - mg 3x/hari Sesuai
Dewasa : 2-3
Neurodex 2x1 - - Sesuai
x/hari
Dewasa : 1x 1
Mersibion 1x1 - - Sesuai
tab/hari
2x1 - - Sesuai
Dewasa :1- 3x1
Vit B1
tab/ hari
3x1 - - Sesuai
1x1 - - Sesuai
Dewasa :1- 3x1
Vit B6 2x1 - - Sesuai
tab/ hari
3x1 - - Sesuai
Vit B Com 1x1 commit
- to user - Dewasa :1- 3x1 Sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
Tabel X. Lanjutan...
tab/ hari
2x1 - - Sesuai
3x1 - - Sesuai
A. Penggunaan Barbiturat
phenobarbital sebagai OAE lini kedua pada epilepsi parsial maupun umum. Dosis
Management of Epilepsy 2010 dosis sudah sesuai hanya terdapat satu dosis yang
tidak sesuai yaitu 3x90 mg dosis tersebut melebihi rentang dosis yang ada pada
pembanding.
B. Penggunaan Hidantoin
sebagai OAE lini kedua yang digunakan untuk terapi epilepsi parsial maupun
umum. Phenitoin memiliki potensi sediaan 100 mg. Dosis yang sering diresepkan
the Management of Epilepsy 2010 dosis sudah sesuai hanya terdapat satu dosis
yang tidak sesuai yaitu 1x100 mg dosis tersebut kurang dari rentang dosis yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
C. Penggunaan Dibenzazepin
karbamazepin untuk pilihan terapi pertama yang digunakan untuk epilepsi parsial
maupun umum. Karbamazepin memiliki potensi sediaan 200 mg. Dosis yang
sudah sesuai.
D. Penggunaan Valproat
2010 sebagai obat pilihan lini pertama pada epilepsi parsial maupun umum.
memiliki potensi sediaan 250 mg. Dosis yang sering diresepkan yaitu 1x500 mg ;
penunjang yang digunakan adalah obat anti psikotik, anti depresan, anti kolinergik
nootropic dan vitamin. Dosis yang diberikan pada pasien bervariasi tetapi setelah
sesuai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
D. Keterbatasan Penelitian
mengkonsumsi obat dan ketepatan penggunaan obat. Peneliti juga tidak dapat
kesehatan pasien.
peneliti perlu menambahkan penelitian tentang dosis obat anti epilepsi lainnya
commit to user