Disusun oleh :
Kelompok 6 (3D Farmasi)
Pipit Pitriyani 31117181
Rafida Fasha 31117182
Rani Maharani 31117183
Renaldi Eka Mufti R 31117184
Restu Rizky Ananda K 31117185
Rifa Khoirunnisa 31116085
A. Tujuan Praktikum
Tujuan percobaan adalah untuk melakukan pemisahan komponen kimia
dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dan menentukan nilai Rf dari
noda yang diperoleh.
B. Dasar Teori
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan
komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben
inert. KLT merupakan salah satu jenis kromatografi analitik. KLT sering
digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak keuntungan menggunakan
KLT, di antaranya adalah sederhana dan murah. KLT termasuk dalam kategori
kromatografi planar, selain kromatografi kertas. Kromatografi juga merupakan
analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun
cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang
sifatnya hidrofobik sepertilipida –lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan
dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk
kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom,
identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil
(Gandjar et al, 2008).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah suatu teknik yangsederhana yang
banyak digunakan, metode ini menggunakan lempeng kaca atau lembaran
plastik yang ditutupi penyerap atau lapisan tipis dan kering. Untuk menotolkan
karutan cuplikan pada lempeng kaca, pada dasarya menggunakan mikro pipet
atau pipa kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan
pengelusi di dalam wadah yang tertutup (Bernaseoni,2005).
Prinsip KLT adalah adsorbsi dan partisi dimana adsorbsi adalah penyerapan
pada pemukaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau kemampuan suatu zat
yang ada dalam larutan untuk berpisah kedalam pelarut yang digunakan.
Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas pada lempengan tergantung pada
(Sudarmadji et al. 2007) :
a. Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut, hal inibergantung pada
bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
b. Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya gelsilika.
Hal ini tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan gel
silika. Kromatografi lapis tipis menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan
adsorben seperti silika gel, aluminium oksida (alumina) maupun selulosa.
Adsorben tersebut berperan sebagai fasa diam. Fasa gerak yang digunakan dalam
KLT sering disebut dengan eluen. Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas
senyawa dan biasanya merupakan campuran beberapa cairan yang berbeda
polaritas, sehingga didapatkan perbandingan tertentu. Eluen KLTdipilih dengan
cara trial and error. Kepolaran eluen sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor
retensi) yang diperoleh (Gritter et al , 1991).
Derajat retensi pada kromatografi lempeng biasanyadinyatakan sebagai
faktor resensi. Pada fase diam, jika dilihatmekanisme pemisahan, fase diam
dikelompokkan (Gritter et al.1991) :
a. Kromatogarfi serapan (Silika gel, alumina).
b. Kromatografi partisi (Selulosa, keiselguhr, silika gel).
c. Kromatografi penukar ion (Penukar ion selulosa, resina).
d. Kromatografi gel (Sephadex, Biogel).
Pada fase gerak, yang terjadi jika menggunakan silika gel, alumina dan fase
diam lainnya, pemilihan pelarut mengikuti aturan kromatografi kolom serapan.
Sistem tak berair paling banyak digunakan dan contoh pelarut organik dalam seri
pelarut mikroskop diberikan dalam tabel 25, yang meliputi (sifat hidrofob
menaik)methanol, asam asetat, etanol, aseton, etil asetat, eter, kloroform (perlu
diperhatikan pada kloroform yang distabilkan dengan etanol)benzene,
sikloheksana, dan eter petroleum (Lipsy, 2010).
Identifikasi secara kulitatif pada kromatografi kertaskhususnya
kromatografi lapis tipis dapat ditentukan dengan menghitung nilai Rf. Nilai Rf
merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa. Harga Rf didefinisikan
sebagai perbandingan antara jarak senyawa titik awal dan jarak tepi muka pelarut
dari titik awal (ibnu gholib, 2007).
Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu.
Hal tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa
dalam sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai
kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa
diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat padafasa diam,
sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara
0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi
kepolaran eluen, dansebaliknya. KLT mempunyai beberapa kelebihan, yaitu :
1. Waktu pemisahan lebih cepat
2. Sensitif artinya meskipun jumlah cuplikan sedikit masih dapat dideteksi.
3. Daya resolusinya tinggi, sehingga pemisahan lebih sempurna
2. Bahan
Sampel isoniazid
Air
Propanol
Heksana
Etil Asetat
Ammonia
D. Prosedur Kerja
1. Preparasi sampel
4. Proses elusi
Hitung RF nya
E. Hasil Pengamatan
Keterangan :
a. Standar Isoniazid
Jarak bercak = 3,9 cm
Jarak eluen = 5 cm
Jarak Bercak 3,9
Nilai Rf = = = 0,78
Jarak Eluen 5
b. Sampel
Jarak bercak = 4 cm
Jarak eluen = 5 cm
Jarak Bercak 4
Nilai Rf = = = 0,8
Jarak Eluen 5
c. Sampel
Jarak eluen = 5 cm
Eluen
Propanolol Heksana Etil asetat Ammonia
5 2 1,7 0,2
Tujuan dilakukan percobaan ini yaitu untuk memperoleh jenis sampel kimia
apa yang terkandung dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis
(KLT). Pada percobaan ini, pertama-tama dilakukan penyiapan lempeng silika
gel dengan ukuran 4 x 7 cm, kemudian lempeng diberi jarak penotolan 1 cm
(atas) dan batas elusi 1cm (bawah). Setelah itu, dibuat eluen butanol : n-hexan :
etil asetat : amonia dengan perbandingan 5 : 2 : 1,7 : 0,2 dalam chamber,
kemudian dilakukan penjenuhan chamber dengan cara eluen dihomogenkan
±10 𝑗𝑎𝑚 hingga chamber dianggap jenuh. Dan yang terakhir dilakukan
penotolan sampel pada lempeng dengan cara ekstrak hasil partisi diambil
menggunakan pipa kapiler kemudian ditotolkan dengan hati-hai pada lempeng
yang telah disediakan. Dimasukkan lempeng yang telah ditotol ke dalam
chamber yang telah dijenuhkan. Apabila eluen telah mencapai batas elusi dari
silika gel maka keluarkan lempeng. Lalu diamati menggunakan lampu UV254.
G. Kesimpulan
Dari hasil percobaan ini dapat dismpulkan bahwa sampel Isoniazid jumlah
3 titik penotolan sampel, jarak yang ditempuh pelarut 5 cm, sehingga dihasilkan
nilai Rf 0,6 sampel adalah 0,8 dan 0,78. Dengan Rf standar 0,76 dengan
mengunakan pelarut air.
H. Daftar Pustaka
Bernaseoni, G. 2005.“Teknologi Kimia” . PT Padya Pranita.Jakarta.