Ca Paru
Ca Paru
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau
epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak
normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan
pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi
pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan
Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam
jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama
asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001). Kanker paru merupakan abnormalitas dari
Karsinoma bronkogenik adalah Kanker ganas paru primer yang berasal dari saluran
kanker paru secara progresif, yang bukan hanya sebagai akibat peningkatan umur
rata-rata manusia serta kemampuan diagnosis yang lebih baik, namun Kanker paru
2. Klasifikasi
Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC) dan
kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini
digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker paru sel
tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran
dari ketiganya.
Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal
tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan
hilus, dinding dada, dan mediastinum. Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki
b. Adenokarsinoma
mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen
bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru
dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan
limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer
menyebabkan gejala-gejala.
c. Karsinoma bronkoalveolus
paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi
sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam.
Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan
dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah
bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk
mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel
tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact”
pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas
pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor
Adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan
sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung
timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan
3. Epidemiologi
1) Kanker pembunuh nomer satu pada pria dan wanita di Amerika Serikat
3) Insiden tertinggi pada pria berusia > 70 tahun dan wanita berusia 50-60 tahun.
4) Beberapa resiko jelas yang dapat diturunkan; saudara derajat pertama yang
merokok memiliki peningkatan risiko 2,5 kali lipat dibanding yang tidak
6) Resiko lain meliputi polusi udara, radiasi, radon dan pajanan industri (misal:
antara 1,4 dan 3,0 kali dari risiko orang yang tidak terpajan, terutama jika yang
9) Ketahanan hidup selama 5 tahun adalah 14% pada kulit putih dan 11 % pada
4. Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru masih belum
diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan – bahan
predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status imunologis.
Sedangan faktor risiko yang menjadi penyebab terjadinya kanker paru, antara lain :
1. Merokok
Merokok merupakan salah satu yang mempunyai dampak buruk terhadap kesehtaan.
Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi
dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh
usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan
penyebab utama Ca paru. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan
antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma
bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar
dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan
telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam
waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari
tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2. Perokok pasif
Perokok pasif mempunyai efek yang lebih buruk dari pada perokok aktif, karena
perorok pasif menghirup asap dua kali lipat lebih banyak dari perokok aktif. Semakin
banyak orang yang berhubungan dekat antara perokok aktif dan pasif, maka risiko
menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap
dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005).
Diduga ada 3.000 kematian akibat kanker paru tiap tahun di Amerika Serikat terjadi
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel
(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru –
paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat
juga mengalami peningkatan insiden. Contoh : radon, nikel, radiasi dan arsen.
4. Polusi Udara
Pulosi udara terutama di daerah kota-kota besar akan sangat mempunyai dampak
yang sangat tinggi terhadap kejadian kanker paru, namun polusi udara mempunyai
pengaruh kecil bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat kanker paru
jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah
pedesaan. Karena banyak didaerah perkotaan sangat kurang lahan hijau untuk dapat
lahan hijau di daerah perkotaan dapat disebabkan karena pembangunan yang sangat
besar dan tidak diimbangi dengan lahan hijau sebagai keseimbangan lingkungan.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari
pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen
dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota. Contoh: Polusi udara, pemaparan
5. Genetik
Pengaruh dari faktor genetik berisiko lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian
tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru.
6. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik dapat menjadi
risiko terjadinya kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik
berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari
1) Laki-laki
4) Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif)
6. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang
pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.
Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di
bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu,
demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium
lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada
hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
8. Gejala Klinis
1. Gejala Awal
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus
2. Gejala umum.
1) Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk
mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai
titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap
infeksi sekunder.
Pada waktu masih dini gejala sangat tidak jelas utama seperti batuk lama dan infeksi
saluran pernapasan. Oleh karena itu pada pasien dengan batuk lama 2 minggu sampai 1
bulan harus dibuatkan foto X dengan gejala lain dyspnea, hemoptoe, febris, berat badan
menurun dan anemia. Pada keadaan yang sudah berlanjut akan ada gejala
9. Pemeriksaan diagnostic
1. Radiologi
1) Foto thorax posterior-anterior (PA) dan lateral serta tomografi dada. Foto thorax
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara
pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
2. Laboratorium
1) Sitologi. Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada
keluhan batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil positif karena
tergantung dari letak tumor terhadap bronkus, jenis tumor, teknik mengeluarkan
harus segar). Pada kanker paru yang letaknya sentral, pemeriksaan sputum yang
baik dapat memberikan hasil positif sampai 67-85% pada karsinoma sel
skrining untuk diagnosis dini kanker paru. Pemeriksaan sitologi lain untuk
diagnostik kanker paru dapat dilakukan pada cairan pleura, aspirasi kelenjar getah
2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas
bronkoskopi ini dapat mencapai 95% untuk tumor yang letaknya sentral dan
2) Biopsy trans torakal (TTB). Biopsy dengan TTB terutama untuk lesi yang
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran <
3) Biopsy tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi dari pada cara membuta (blind). Biopsi tumor didaerah pleura
4) Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
5) Untuk diagnosis kanker paru dikerjakan jika berbagai prosedur non invasif dan
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi
darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001
dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 2000).
Untuk menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal pada pasien dengan kanker
paru dapat dilakukan dengan cara seperti pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen
darah, obat anti nyeri dan anti infeksi..
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
11. Penatalaksanan
1. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin,
dispnea karena aktivitras.
Tanda : kelesuan (biasanya tahap lanjut)
2. Sirkulasi
Gejala : JVD (obstruksi vena kava)
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi)
Takikardia / disritmia, jari tabuh
3. Integritas Ego
Gejala : Perasaan takut, takut hasil pembedahan.
Mendadak kondisi yang berat / potensi keganasan
Tanda : kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang-ulang
4. Eliminasi
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil)
Peningkatan frekuensi / jumlah urine
(ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)
5. Makanan / Cairan
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk
Penurunan masukan makanan
Kesulitan menelan, haus / peningkatan masukan cairan.
Tanda : kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah / leher, dada punggung (obstruksi vena kava),
Edema wajah / periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma kecil)
6. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap diri dan tidak selalu pda tahap
lanjut) dimana dapat / tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Nyeri bahu / tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul
7. Pernapasan
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum
Napas pendek, pekerja yang terpajan polutan, debu industri, serak, paralysis pita
suara, riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
Krekels / mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara)
Krekels / mengi menatap, persimpangan trakea (area yang mengalami lesi)
Hemoptisis
8. Keamanan
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan. Kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
9. Seksualitas
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar)
Amenorea / impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
10. Penyuluhan
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker (khususnya paru), tuberkulosis kegagalan
untuk membaik
2. Diangnosa Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan jumlah / viskositas
sekret/ sputum ditandai dengan sesak napas, batuk, ronkhi.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi ditandai dengan sesak
napas, sianosis, frekuensi pernapasan meningkat, saturasi oksigen menurun..
3. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan lesi dan melebarnya pembuluh
darah, penekanan syaraf oleh kanker ditandai dengan frekuensi jantung atau pernapasan
meningkat dan klien mengeluhkan rasa sakit.
4. Pola napas tidak efektif berhubungan dengn penyempitan saluran napas ditandai dengan
frekuensi pernapasan meningkat, wheezing.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis berhubungan dengan kurang
informasi ditandai dengan pasien selalu bertanya mengenai kondisinya dan tindakan apa
yang akan dilakukan.
6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman untuk melakukan perubahan status
kesehatan, takut mati ditandai dengan pasien selalu menanyakan pertanyaan yang sama
kepada perawat, pasien terlihat gelisah.
DIAGNOSA TUJUAN DAN
NO. INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan 1) Berikan pasien O2 1) Mencegah terjadinya hipoksia
nafas tidak efektif intervensi
berhubungan keperawatan selama 2) Berikan pasien posisi 2) Memaksimalkan ventilasi
dengan 3 x 24 jam, klien semifowler (jika tidak
peningkatan menunjukkan hemaptoe) atau supinasi
jumlah / viskositas kepatenan jalan (jika hemaptoe)
sekret/sputum napas. Dengan
kriteria hasil : 3) Auskultasi dada untuk
karakteristik bunyi napas 3) Pernapasan bising, ronki dan m
1) Klien akan dan adanya secret menunjukkan tertahannya sekret ata
menunjukkan bunyi obstruksi jalan napas
napas bersih, bebas 4) Observasi karakteristik
kering / bunyi batuk, (misalnya, menetap, 4) Karakteristik batuk dapat beru
tambahan efektif, tak efektif), juga tergantung pada penyebab/ etiologi
jumlah dan karakter sputum perbafasan. Sputum bila ada mungk
2) Klien banyak, kental, berdarah, dan/ atau
mengeluarkan secret yang memerlukan pengobatan lebih
tanpa kesulitan
5) Lakukan penghisapan 5) Penghisapan meningkatkan res
3) Klien bila batuk lemah atau ronki hipoksia dan kerusakan mukosa.
menunjukkan tidak hilang dengan upaya Penghisapan trakeal secara umum
hilangnya dipsnea batuk. Hindari penghisapan kontraindikasi pada klien pneunome
ETT dan OTT yang dalam untuk menurunkan resiko rupture ja
4) Tanda-tanda vital pada klien pneunomektomi bronchial
dalam rentang bila mungkin
normal 6) hidrasi adekuat untuk meningk
6) Dorong masukan cairan pengeluaran secret
peroral (sedikitnya
2500ml/hari) dalam toleransi
jantung
7) Kaji nyeri /
ketidaknyamanan dan
7) mendorong klien untuk bergera
lakukan latihan pernapasan
batuk lebih efektif, dan napas dalam
mencegah kegagalan pernafasan
8) Kolaborasi pemberian
obat-obatan sesuai indikasi
3 Gangguan rasa Setelah dilakukan 1) Berikan pasien 1) Mengurangi kebisingan dan
nyaman nyeri intervensi lingkungan yang terang dan meningkatkan istirahat.
berhubungan keperawatan selama batasi pengunjung saat fase
dengan lesi dan 3×24 jam, akut.
melebarnya diharapkan skala
pembuluh darah nyeri klien 2) Bantu pasien untuk 2) Pasien mungkin merasa nyama
berkurang. Dengan memilih posisi yang nyaman
kriteria hasil :
untuk istirahat. dengan miring kea rah posisi yang s
1) Melaporkan
nyeri hilang/ 3) Tanyakan pasien
terkontrol. tentang nyeri. Tentukan
karakteristik nyeri. Buat 3) Membantu dalam evaluasi geja
2) Tampak rileks rentang intensitas pada skala karena kanker. Penggunaan skala re
dan tidur/ istirahat 0 – 10. membantu pasien dalam mengkaji t
dengan baik. nyeri dan memberikan alat untuk ev
keefktifan analgesic, meningkatkan
3) Berpartisipasi nyeri.
dalam aktivitas yang
diinginkan/ 4) Ketidaksesuaian antar petunjuk
dibutuhkan. 4) Kaji pernyataan non verbal dapat memberikan petun
verbal dan non-verbal nyeri derajat nyeri, kebutuhan/ keefketifa
4) Tanda-tanda vital pasien. intervensi
dalam rentang
normal 5) Insisi posterolateral lebih tidak
nyaman untuk pasien dari pada insis
5) Rentang nyeri anterolateral. Selain itu takut, distre
dalam skala normal ansietas dan kehilangan sesuai diagn
(0-10) 5) Catat kemungkinan kanker dapat mengganggu kemamp
penyebab nyeri patofisologi mengatasinya.
dan psikologi.
6) Takut/ masalah dapat meningka
tegangan otot dan menurunkan amb
persepsi nyeri.
6) Dorong menyatakan
perasaan tentang nyeri.
8) Mengetahui kondisi terkini pas
8) Observasi tanda-
tanda vital.
9) Kolaborasi
pemberian obat sesuai
indikasi
1) Berikan informasi
dalam cara yang jelas/
Setelah dilakukan ringkas.
intervensi
keperawatan selama
1×24 jam,
diharapkan Klien
dan keluarga 1) Sembuh dari gangguan gagal p
mengetahui tentang 2) Berikan informasi dapat sangat menghambat lingkup
kanker paru. Kriteria verbal dan tertulis tentang perhatian pasien, konsentrasi dan en
hasil : obat untuk penerimaan informasi/ tugas b
4) Tanda-tanda vital
dalam rentang 5) Tanda-tanda vital
normal normal
1. Perencanaan keperawatan
1. Perencanaan Evaluasi
No Dx Evaluasi
I 1. Klien menunjukkan bunyi napas bersih, bebas kering / bunyi
tambahan
2. Klien dapat mengeluarkan secret tanpa kesulitan
4. Klien tidak ada sianosis dan dispneu, serta mampu bernafas dengan
mudah.
Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Amin, Z., 2006. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo, A.W., Setryohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.K.,
Setiati, S. Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 1015-21.
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta: B First.