Anda di halaman 1dari 23

A.

Konsep Dasar penyakit


1. Definisi

Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau

epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak

normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan

pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi

pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan

bentuk epitel dan menghilangnya silia (Robbin & Kumar, 2007).

Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam

jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama

asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001). Kanker paru merupakan abnormalitas dari

sel – sel yang mengalami proliferasidalam paru (Underwood, Patologi, 2000).

Karsinoma bronkogenik adalah Kanker ganas paru primer yang berasal dari saluran

pernafasan Di dalam kepustakaan selalu dilaporkan adanya peningkatan insiden

kanker paru secara progresif, yang bukan hanya sebagai akibat peningkatan umur

rata-rata manusia serta kemampuan diagnosis yang lebih baik, namun Kanker paru

memang lebih sering terjadi (Alsagaff & Mukty, 2002)

2. Klasifikasi

Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC) dan

kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini

digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker paru sel
tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran

dari ketiganya.

a. Karsinoma sel skuamosa (epidermoid)

Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal

dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau

displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya

tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan

menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa

sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening

hilus, dinding dada, dan mediastinum. Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki

daripada perempuan (Wilson, 2005).

b. Adenokarsinoma

Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat

mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen

bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru

dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan

limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer

menyebabkan gejala-gejala.

c. Karsinoma bronkoalveolus

Dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor

paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi

sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam.
Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan

penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.

d. Karsinoma sel kecil

Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral

dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah

bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk

bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran

mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel

tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact”

pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas

pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor

dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan (Kumar, 2007).

e. Karsinoma sel besar

Adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan

sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung

timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan

cepat ke tempat-tempat yang jauh (Wilson, 2005).

3. Epidemiologi

Menurut Brasher (2007), epidemiologi kanker paru antara lain:

1) Kanker pembunuh nomer satu pada pria dan wanita di Amerika Serikat

(>177.000 kasus dan 159.000 kematian di tahun 1999) dan di dunia.


2) Kematian akibat kanker paru pada penduduk Amerika keturunan afrika dan

wanita terus meningkat; wanita di Amerika serikat memiliki insiden kanker

paru tertinggi diantara semua wainta di dunia.

3) Insiden tertinggi pada pria berusia > 70 tahun dan wanita berusia 50-60 tahun.

4) Beberapa resiko jelas yang dapat diturunkan; saudara derajat pertama yang

merokok memiliki peningkatan risiko 2,5 kali lipat dibanding yang tidak

memiliki riwayat keluarga.

5) 80% sampai 90% kanker paru disebabkan oleh asap rokok.

6) Resiko lain meliputi polusi udara, radiasi, radon dan pajanan industri (misal:

asbestos, arsenik, sulfur dioksida, formaldehid, silika, nikel).

7) Risiko terpajan asap tembakau dan lingkungan (merokok pasif) diperkirakan

antara 1,4 dan 3,0 kali dari risiko orang yang tidak terpajan, terutama jika yang

terpajan adalah anak-anak.

8) Obstruksi saluran nafas seperti penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)

merupakan indikator penting peningkatan resiko kanker paru.

9) Ketahanan hidup selama 5 tahun adalah 14% pada kulit putih dan 11 % pada

warna kulit hitam di AS.

4. Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru masih belum

diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan – bahan

karsiogenik merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan perana

predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status imunologis.

Sedangan faktor risiko yang menjadi penyebab terjadinya kanker paru, antara lain :

1. Merokok

Merokok merupakan salah satu yang mempunyai dampak buruk terhadap kesehtaan.

Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi

dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh

usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan

merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010). Merokok merupakan

penyebab utama Ca paru. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan

antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma

bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar

dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan

telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam

waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari

tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.

2. Perokok pasif

Perokok pasif mempunyai efek yang lebih buruk dari pada perokok aktif, karena

perorok pasif menghirup asap dua kali lipat lebih banyak dari perokok aktif. Semakin
banyak orang yang berhubungan dekat antara perokok aktif dan pasif, maka risiko

terjadinya kanker paru akan semakin meningkat. Beberapa penelitian telah

menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap

dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005).

Diduga ada 3.000 kematian akibat kanker paru tiap tahun di Amerika Serikat terjadi

pada perokok pasif (Stoppler,2010).

3. Paparan zat karsinogen .

Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel

(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru –

paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat

juga mengalami peningkatan insiden. Contoh : radon, nikel, radiasi dan arsen.

4. Polusi Udara

Pulosi udara terutama di daerah kota-kota besar akan sangat mempunyai dampak

yang sangat tinggi terhadap kejadian kanker paru, namun polusi udara mempunyai

pengaruh kecil bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat kanker paru

jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah

pedesaan. Karena banyak didaerah perkotaan sangat kurang lahan hijau untuk dapat

menyaring polusi-polusi udara akibat banyaknya kendaraan bermotor. Kurangnya

lahan hijau di daerah perkotaan dapat disebabkan karena pembangunan yang sangat

besar dan tidak diimbangi dengan lahan hijau sebagai keseimbangan lingkungan.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari

pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen

dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota. Contoh: Polusi udara, pemaparan

gas RT, asap kendaraan/ pembakaran (Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).

5. Genetik

Pengaruh dari faktor genetik berisiko lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian

sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi gen-gen penekan

tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru.

6. Penyakit paru

Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik dapat menjadi

risiko terjadinya kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik

berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari

merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).

5. Faktor Risiko Kanker Paru

1) Laki-laki

2) Usia lebih dari 40 tahun

3) Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)

4) Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif)

5) Radon dan asbes

6) Lingkungan industri tertentu

7) Zat kimia, seperti arsenic


8) Beberapa zat kimia organic

9) Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan

10) Polusi udara

11) Kekurangan vitamin A dan C

6. Patofisiologi

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia

hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya

pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila

lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang

pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus

vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.

Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di

bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu,

demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium

lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada

hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,

dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.


7. G. PATHWAY KANKER PARU

8. Gejala Klinis
1. Gejala Awal

Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus

2. Gejala umum.

1) Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk

mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai

titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap

infeksi sekunder.

2) Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor

yang mengalami ulserasi.

3) Nafas sesak (pendek)

4) Sakit kepala , nyeri dada, bahu dan bagian punggung .

5) Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

Pada waktu masih dini gejala sangat tidak jelas utama seperti batuk lama dan infeksi

saluran pernapasan. Oleh karena itu pada pasien dengan batuk lama 2 minggu sampai 1

bulan harus dibuatkan foto X dengan gejala lain dyspnea, hemoptoe, febris, berat badan

menurun dan anemia. Pada keadaan yang sudah berlanjut akan ada gejala

ekstrapulmoner seperti nyeri tulang, stagnasi (vena cava superior syndroma).

9. Pemeriksaan diagnostic

1. Radiologi
1) Foto thorax posterior-anterior (PA) dan lateral serta tomografi dada. Foto thorax

posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada. Merupakan

pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.

Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara

pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.

2) Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

2. Laboratorium

1) Sitologi. Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada

keluhan batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil positif karena

tergantung dari letak tumor terhadap bronkus, jenis tumor, teknik mengeluarkan

sputum, jumlah sputum yang diperiksa, waktu pemeriksaan sputum ( sputum

harus segar). Pada kanker paru yang letaknya sentral, pemeriksaan sputum yang

baik dapat memberikan hasil positif sampai 67-85% pada karsinoma sel

skuamosa. Pemeriksaan sitologi sputum dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin dan

skrining untuk diagnosis dini kanker paru. Pemeriksaan sitologi lain untuk

diagnostik kanker paru dapat dilakukan pada cairan pleura, aspirasi kelenjar getah

bening servikal, bilasan dan sikatan bronkoskopi.

2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas

untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.

3) Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi

kompetensi imun pada kanker paru.


Adalah pemeriksaan standar emas diagnosis kanker paru untuk mendapatkan

spesimennya dapat dengan cara biopsy melalui :

1) Untuk mengetahui besarnya karsinoma bronkogenik. Hasil positif dengan

bronkoskopi ini dapat mencapai 95% untuk tumor yang letaknya sentral dan

70-80% untuk tumor yang letaknya perifer. Memungkinkan visualisasi,

pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma

bronkogenik dapat diketahui).

2) Biopsy trans torakal (TTB). Biopsy dengan TTB terutama untuk lesi yang

letaknya perifer dengan ukuran > 2cm sensitivitasnya mencapai 90-95%.

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran <

2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.

3) Biopsy tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara

torakoskopi dari pada cara membuta (blind). Biopsi tumor didaerah pleura

memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.

4) Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.

5) Untuk diagnosis kanker paru dikerjakan jika berbagai prosedur non invasif dan

invasive sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

10. Terapi yang dilakukan

Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :

Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.

Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.


1. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.

Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.

Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi
darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001
dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 2000).

Untuk menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal pada pasien dengan kanker
paru dapat dilakukan dengan cara seperti pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen
darah, obat anti nyeri dan anti infeksi..
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)

11. Penatalaksanan

Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :


a. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan
hidup klien.
b. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien
maupun keluarga.
d. Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti
infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan
Keperawatan, 2000)
e. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.
f. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
g. Pneumonektomi (pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
h. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb
atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak
tuberkulois.
i. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
j. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan
paru – paru berbentuk baji (potongan es).
k. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
l. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif
dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan
komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap
pembuluh darah/ bronkus.
m. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi
luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin,
dispnea karena aktivitras.
Tanda : kelesuan (biasanya tahap lanjut)
2. Sirkulasi
Gejala : JVD (obstruksi vena kava)
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi)
Takikardia / disritmia, jari tabuh
3. Integritas Ego
Gejala : Perasaan takut, takut hasil pembedahan.
Mendadak kondisi yang berat / potensi keganasan
Tanda : kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang-ulang
4. Eliminasi
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil)
Peningkatan frekuensi / jumlah urine
(ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)
5. Makanan / Cairan
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk
Penurunan masukan makanan
Kesulitan menelan, haus / peningkatan masukan cairan.
Tanda : kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah / leher, dada punggung (obstruksi vena kava),
Edema wajah / periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma kecil)
6. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap diri dan tidak selalu pda tahap
lanjut) dimana dapat / tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Nyeri bahu / tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul
7. Pernapasan
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum
Napas pendek, pekerja yang terpajan polutan, debu industri, serak, paralysis pita
suara, riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja
Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi)
Krekels / mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara)
Krekels / mengi menatap, persimpangan trakea (area yang mengalami lesi)
Hemoptisis
8. Keamanan
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan. Kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)

9. Seksualitas
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar)
Amenorea / impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
10. Penyuluhan
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker (khususnya paru), tuberkulosis kegagalan
untuk membaik
2. Diangnosa Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan jumlah / viskositas
sekret/ sputum ditandai dengan sesak napas, batuk, ronkhi.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi ditandai dengan sesak
napas, sianosis, frekuensi pernapasan meningkat, saturasi oksigen menurun..
3. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan lesi dan melebarnya pembuluh
darah, penekanan syaraf oleh kanker ditandai dengan frekuensi jantung atau pernapasan
meningkat dan klien mengeluhkan rasa sakit.
4. Pola napas tidak efektif berhubungan dengn penyempitan saluran napas ditandai dengan
frekuensi pernapasan meningkat, wheezing.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis berhubungan dengan kurang
informasi ditandai dengan pasien selalu bertanya mengenai kondisinya dan tindakan apa
yang akan dilakukan.
6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman untuk melakukan perubahan status
kesehatan, takut mati ditandai dengan pasien selalu menanyakan pertanyaan yang sama
kepada perawat, pasien terlihat gelisah.
DIAGNOSA TUJUAN DAN
NO. INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan 1) Berikan pasien O2 1) Mencegah terjadinya hipoksia
nafas tidak efektif intervensi
berhubungan keperawatan selama 2) Berikan pasien posisi 2) Memaksimalkan ventilasi
dengan 3 x 24 jam, klien semifowler (jika tidak
peningkatan menunjukkan hemaptoe) atau supinasi
jumlah / viskositas kepatenan jalan (jika hemaptoe)
sekret/sputum napas. Dengan
kriteria hasil : 3) Auskultasi dada untuk
karakteristik bunyi napas 3) Pernapasan bising, ronki dan m
1) Klien akan dan adanya secret menunjukkan tertahannya sekret ata
menunjukkan bunyi obstruksi jalan napas
napas bersih, bebas 4) Observasi karakteristik
kering / bunyi batuk, (misalnya, menetap, 4) Karakteristik batuk dapat beru
tambahan efektif, tak efektif), juga tergantung pada penyebab/ etiologi
jumlah dan karakter sputum perbafasan. Sputum bila ada mungk
2) Klien banyak, kental, berdarah, dan/ atau
mengeluarkan secret yang memerlukan pengobatan lebih
tanpa kesulitan
5) Lakukan penghisapan 5) Penghisapan meningkatkan res
3) Klien bila batuk lemah atau ronki hipoksia dan kerusakan mukosa.
menunjukkan tidak hilang dengan upaya Penghisapan trakeal secara umum
hilangnya dipsnea batuk. Hindari penghisapan kontraindikasi pada klien pneunome
ETT dan OTT yang dalam untuk menurunkan resiko rupture ja
4) Tanda-tanda vital pada klien pneunomektomi bronchial
dalam rentang bila mungkin
normal 6) hidrasi adekuat untuk meningk
6) Dorong masukan cairan pengeluaran secret
peroral (sedikitnya
2500ml/hari) dalam toleransi
jantung

7) Kaji nyeri /
ketidaknyamanan dan
7) mendorong klien untuk bergera
lakukan latihan pernapasan
batuk lebih efektif, dan napas dalam
mencegah kegagalan pernafasan

8) Posisi duduk memkungkinkan e


8) Bantu klien dan
paru maksimal dan penekanan upay
intruksikan untuk napas
membantu untuk memobilisasi /
dalam dan batuk efektif
membuang sekret
dengan posisi duduk tinggi
dan menekan daerah insisi.
9) Mengetahui kondisi terkini pas
9) Observasi tanda-tanda
10) memberikan hidrasi maksima
vital
membantu pengenceran sekret.
10) Kolaborasi
penggunakan oksigen
humidifikasi / nebulixer
ultrasonic. Berikan cairan
tambahan secara IV sesuai
indikasi
11) menghilangkan spasme bronk
11) Kolaborasi pemberian
untuk memperbaiki aliran udara,
bronkodilator, ekspektoran,
meningkatkan upaya pengeluarn sec
atau analgesic sesuai indikas
melalui pengenceran dan penurunan
viskositas serta penghilangan
ketidaknyamanan

2 Gangguan setelah dilakukan 1) Catat frekuensi, 1) pernapasan meningkat sebagai


pertukaran gas intervensi kedalaman pernapasan, nyeri atau sebagai mekanisme komp
berhubungan keperawatan selama kesukaran bernapas. awal terhadap kerusakan jaringan pa
dengan 3×24 jam, klien Observasi penggunaan otot
hipoventilasi menunjukkan bantu pernapasan, napas
perbaikan pertukaran bibir, perubahan kulit /
gas. Dengan kriteria membrane mukosa,
hasil : misalnya pucat, sianosis.

1) Menunjukkan 2) Catat ada atau tidak


perbaikan ventilasi adanya bunyi tambahan dan
dan oksigenisi adanya bunyi tambahan,
adekuat dengan GDA misalnya krekels, mengi 2) Bunyi nafas dapat menurun, tid
dalam rentang sama atau tak ada pada area yang
sakit.Krekels adalah bukti peningka
cairan dalam area jaringan sebagai a
peningkatan permeabilitas membran
alveolar-kapiler. Mengi adalah bukt
adanya tahanan atau penyempitan ja
nafas sehubungan dengan mukus/ ed
3) Selidiki perubahan
serta tumor.
status mental / tingkat
normal dan bebas
kesadaran
gejala distress 3) Menunjukkan peningkatan hipo
pernafasan. atau komplikasi seperti pergeseran
mediastinal bila disertai dengan taki
2) takikardia, deviasi trakea
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan 4) obstruksi jalan napas mempeng
4) Pertahankan kepatenan
suara nafas yang ventilasi dan mengganggu pertukara
jalan napas dengan posisi,
bersih, tidak ada memaksimalkan sediaan oksigen un
penghisapan, dan pemberian
sianosis, dan pertukaran
oksigen sesuai indikasi
dispneu, mampu
bernafas dengan 5) meningkatkan ventilasi dan oks
5) Dorong / bantu latihan
mudah. maksimal dan mencegah atelektasis
napas dalam
3) Tanda-tanda 6) penurunan PO2 tau peningkata
6) Pantau AGD, oksimetri
vital dalam rentang dapat menunjukkan kebutuhan untu
nadi. Catat kadar Hb
normal dukungan ventilasi. Kehilangan dar
bermakna dapat mengakibatkan pen
. kapasitas pembawa oksigen

7) Mengetahui konsisi terkini pasi

8) Membantu mengatasi masalah


sesia tanda dan gejala yang muncul
7) Observasi tanda-tanda
vital

8) Kolaborasi pemberian
obat-obatan sesuai indikasi
3 Gangguan rasa Setelah dilakukan 1) Berikan pasien 1) Mengurangi kebisingan dan
nyaman nyeri intervensi lingkungan yang terang dan meningkatkan istirahat.
berhubungan keperawatan selama batasi pengunjung saat fase
dengan lesi dan 3×24 jam, akut.
melebarnya diharapkan skala
pembuluh darah nyeri klien 2) Bantu pasien untuk 2) Pasien mungkin merasa nyama
berkurang. Dengan memilih posisi yang nyaman
kriteria hasil :
untuk istirahat. dengan miring kea rah posisi yang s
1) Melaporkan
nyeri hilang/ 3) Tanyakan pasien
terkontrol. tentang nyeri. Tentukan
karakteristik nyeri. Buat 3) Membantu dalam evaluasi geja
2) Tampak rileks rentang intensitas pada skala karena kanker. Penggunaan skala re
dan tidur/ istirahat 0 – 10. membantu pasien dalam mengkaji t
dengan baik. nyeri dan memberikan alat untuk ev
keefktifan analgesic, meningkatkan
3) Berpartisipasi nyeri.
dalam aktivitas yang
diinginkan/ 4) Ketidaksesuaian antar petunjuk
dibutuhkan. 4) Kaji pernyataan non verbal dapat memberikan petun
verbal dan non-verbal nyeri derajat nyeri, kebutuhan/ keefketifa
4) Tanda-tanda vital pasien. intervensi
dalam rentang
normal 5) Insisi posterolateral lebih tidak
nyaman untuk pasien dari pada insis
5) Rentang nyeri anterolateral. Selain itu takut, distre
dalam skala normal ansietas dan kehilangan sesuai diagn
(0-10) 5) Catat kemungkinan kanker dapat mengganggu kemamp
penyebab nyeri patofisologi mengatasinya.
dan psikologi.
6) Takut/ masalah dapat meningka
tegangan otot dan menurunkan amb
persepsi nyeri.

7) Meningkatkan relaksasi dan


pengalihan perhatian.

6) Dorong menyatakan
perasaan tentang nyeri.
8) Mengetahui kondisi terkini pas

9) Membantu mengatasi pasien se


7) Berikan tindakan tanda dan gejala yang muncul.
kenyamanan. Dorong dan
ajarkan penggunaan teknik
relaksasi

8) Observasi tanda-
tanda vital.

9) Kolaborasi
pemberian obat sesuai
indikasi
1) Berikan informasi
dalam cara yang jelas/
Setelah dilakukan ringkas.
intervensi
keperawatan selama
1×24 jam,
diharapkan Klien
dan keluarga 1) Sembuh dari gangguan gagal p
mengetahui tentang 2) Berikan informasi dapat sangat menghambat lingkup
kanker paru. Kriteria verbal dan tertulis tentang perhatian pasien, konsentrasi dan en
hasil : obat untuk penerimaan informasi/ tugas b

Kurang 1) Klien dapat 2) Pemberian instruksi penggunaa


pengetahuan menjelaskan yang aman dapat membuat pasien
mengenai kondisi, hubungan antara 3) Kaji konseling nutrisi mengikuti program pengobatan den
tindakan, penyakit dan terapi. tentang rencana makan; tepat
prognosis kebutuhan makanan kalori
berhubungan 2) Klien dapat tinggi. 3) Pasien dengan masalah pernafa
4
dengan kurang menggambarkan/ berat biasanya mengalami penuruna
informasi, menyatakan diet, badan dan anoreksia sehingga mem
kesalahan obat, dan program peningkatan nutrisi untuk menyemb
interpretasi aktivitas. 4) Berikan pedoman
informasi, kurang untuk aktivitas. 4) Pasien harus menghindari untu
mengingat. 3) Klien/keluarga lelah dan mengimbangi periode
dapat istirahatdan aktivitas untuk meningk
mengidentifikasi regangan/ stamina dan mencegah
dengan benar tanda konsumsi/ kebutuhan oksigen berleb
dan gejala yang
memerlukan 5) Mengetahui kondisi terkini pas
perhatian medik.

4) Tanda-tanda vital
dalam rentang 5) Tanda-tanda vital
normal normal

1. Perencanaan keperawatan

1. Perencanaan Evaluasi

No Dx Evaluasi
I 1. Klien menunjukkan bunyi napas bersih, bebas kering / bunyi
tambahan
2. Klien dapat mengeluarkan secret tanpa kesulitan

3. Klien menunjukkan hilangnya dipsnea

4. Tanda-tanda vital normal


1. Klien tampak menunjukkan perbaikan ventilasi

2. oksigenisi adekuat dengan GDA dalam rentang normal

3. Klien dapat mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang


II bersih,

4. Klien tidak ada sianosis dan dispneu, serta mampu bernafas dengan
mudah.

5. Tanda-tanda vital normal


1. Klien melaporkan nyeri hilang/ terkontrol.

2. Klien tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik.

3. Klien dapat berpartisipasi atau dengan mandiri dalam aktivitas


III
yang diinginkan/ dibutuhkan.

4. Tanda-tanda vital normal

5. Rentang nyeri dalam skala normal (1-10)


1. Klien dapat menjelaskan hubungan antara penyakit dan terapi.

2. Klien dapat menggambarkan/ menyatakan diet, obat, dan program


aktivitas.
IV
3. Klien/keluarga dapat mengidentifikasi dengan benar tanda dan
gejala yang memerlukan perhatian medik

4. Tanda-tanda vital normal


DAFTAR FUSTAKA

Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi 6.
Jakarta: EGC.

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan


Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG.

Amin, Z., 2006. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo, A.W., Setryohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.K.,
Setiati, S. Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 1015-21.

Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta: B First.

Anda mungkin juga menyukai