1234
1234
BAB II
KAJIAN TEORI
lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan
abiotik tidak dapat dihindari. Itulah hukum alam yang harus dihadapi oleh
kehidupan, baik berupa fisik seperti alam jagat raya dengan segala isinya,
1
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2002), h. 142
2
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), cet
ke-1, h. 290
17
18
perkembangannya.4
pendidikan dan alam. Dengan kata lain, lingkungan adalah segala sesuatu
berkembang. Ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan
anak manja biasanya berasal dari lingkungan keluarga yang anaknya tunggal
atau anak yang yang nakal di sekolah umumnya di rumah mendapat didikan
3
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset
Bandung, 2000), h. 28
4
Mohamad Surya, Psikologi Guru: Konsep Dan Aplikasinya, (Bandung: ALFABETA CV,
2014), h. 34
5
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, loc.cit.
19
yang keras atau kurang kasih sayang dan mungkin juga karena kurang
pandang etimologi berasal dari tiga kelompok kata yaitu 1). Rabaa yarbuu
yang berarti bertambah dan bertumbuh, 2). Rabiya yarba yang berarti
dan keterampilannya. Selain itu ditempuh juga usaha lain, yakni memberikan
dan lain-lain.7
6
Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2005), cet. ke-1, h. 99.
7
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, loc.cit
20
kebahagiaan dan nilai yang tinggi, baik nilai insaniyah atau ilahiyah.8
segala sesuatu yang mencakup iklim, geografis, adat istiadat, tempat tinggal
menjadi manusia yang lebih baik yang mempunyai nilai tinggi, baik nilai
merusak perkembangannya.
8
M. Suyudi.Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, op.cit., h. 54.
21
keluarganya yang lain dan di sekolah kebanyakan oleh gurunya. Dengan tak
dalam:11
1. Hidup bersama orang tua, nenek, kakek, atau adik dan saudara-saudara
9
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, loc.cit.
10
Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 126
11
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., h. 63
22
luas. Demikian pula kebudayaan seperti bahasa, adat istiadat, kebiasaan, hasil
tiga, dan yang kita kenal dengan Tri Pusat Pendidikan yaitu:12
1. Lingkungan Keluarga
perkembangan individu.13
12
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1995),
h. 66
13
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., h. 147
14
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., h. 66
23
tidak ada satupun faktor yang lebih penting selain daripada factor rumah
perkembangan individu.
diri, yaitu:15
dsb.
dipengaruhi oleh sikap dan harapan orang tua terhadap anaknya, factor
15
Mohamad Surya, Psikologi Guru: Konsep Dan Aplikasinya, op.cit., h. 180
24
yang besar. Di dalam rumah yang besar itu hiduplah beberapa keluarga
tertib sendiri yang diatur dan dikepalai oleh seorang kepala keluarga.
nenek moyang yang merupakan tradisi statis dan hampir tidak berubah-
16
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, op.cit., h. 177
25
perkumpulan pemuda, kesenian dan olah raga. Oleh karena itu, waktu
sudah tidak puas lagi mencari kesenangan dam hiburan hanya dalam
17
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1994), cet. Ke-7, h. 65
26
sekarang ini keluarga yang akrab dan kecil itu tinggallah berfungsi
tidak mereka jumpai dalam satu golongan yang lain manapun. Fungsi
inilah yang tetap dipegang oleh keluarga pada zaman sekarang ini.
jasmani dan akalnya. Kedua, penanaman sikap yang kelak menjadi basis
keluarga menunjuk pada semua factor dan proses yang membuat setiap
18
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, op.cit., h. 157
27
disebabkan:19
a. Tanggug jawab orang tua pada anak bukan hanya bersiat duniawi,
melainkan ukhrawi dan teologis. Tugas dan tanggung jawab orang tua
bakat dan pembawaan serta hubungan darah yang melekat pada diri
anak
rumah
rumah tangga ialah ayah dan ibu si anak serta semua orang yang merasa
diantara mereka (ada kakek, nenek, misalnya) adalah ayah dan ibu.20
19
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., h. 299
20
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, op.cit., h. 155
28
a. Pembiasaan
akan dibiasakan
21
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., h. 152
29
mengucapkan:22
b. Keteladanan
mudah ditiru atau diikuti oleh anak. Oleh karena itu, sebagai orang tua
dalam hal ini harus memberikan contoh yang baik agar anak didiknya
dengan mudah meniru apa yang dilakukan oleh pendidiknya. Hal yang
22
Ibid., h. 153
23
Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), cet ke-6, h. 181
30
melalui proses peniruan nilai –nilai, sikap keyakinan dan cita – cita
21. Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah. (Q.S.,
Al-Ahzab [33]: 21)24
anak didik. ini merupakan suatu proses yang ditempuh anak didik
diserap anak didik tidak terasa, kemudian hal ini dapat dimilikinya,
24
Kementrian Agama RI, op.cit., h. 420
31
latihan ini, anak – anak akan dapat melakukan amal keagamaan sesuai
ayat.
c) Dll
25
Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, h.182
26
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., h. 154
32
d) Dll
1) Perintah
suatu perintah atau peraturan itu mudah ditaati oleh anak, jika
peraturan itu.27
27
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, op.cit., h. 179-180
33
kesanggupan anak.
menantang.
diperintahkannya.
2) Larangan
28
Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, op.cit., h. 182
29
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, loc.cit
34
bersangkutan.31
yang lebih banyak dipakai oleh para ibu dan bapak terhadap
30
Ibid., h. 181
31
Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, op.cit., h. 183
35
melarang yaitu:
terpuji seperti:33
tahun
32
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, loc.cit
33
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., h. 154-155
36
kepadanya.
e. Ganjaran
anak, melainkan dengan hasil yang telah dicapai anak itu pendiidk
bertujuan membentuk kata hati dan kemaun yang lebih baik dan lebih
sesuai yang terhadap pekerjaan yang terpuji dan ia tidak mau terburu-
34
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, op.cit., h. 182
35
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, loc.cit
37
pendiidk/orang tua:
tepat. Ganjaran dan penghargaan yang salah dan tidak tepat dapat
menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi saudaranya yang lain
ganjaran
36
Ramayulis, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan
Pemikiran Para Tokohnya, (Jakarta : Kalam Mulia, 2009), h. 254
37
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, op.cit., h. 184
38
f. Hukuman
38
Ibid., h. 186
39
anak dengan bijaksana dan bila para penddidik atau orang tua
agar kesalahan tidak terulang lagi dengan tidak banyak bicara dan
peka
2. Lingkungan Sekolah
39
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: Rineka Cipta,
1993), h 168
40
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., h 156
41
seorang ahli yang sesuai dengan bidang dan bakatnya si anak yang
dengan anak – anak lain yang berbeda status sosial, kesukuan, agama,
41
Ibid. , h. 156 - 157
42
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, op.cit., h. 180
42
Islam membedakan antara rumah dengan sekolah, baik dari segi suasana,
a. Suasana
sayang orang tua kepada anaknya, sebab guru dan murid tidak terikat
oleh kekeluargaan.
b. Tanggung Jawab
43
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., h. 71
44
M. Ngalim Purwanto, op.cit., h
43
menimbulkan pengaruh yang tidak bak pada anak, orang tua berhak
rasa keimanan dan akhlak sesuai dengan ajaran islam. Bahkan diluar
c. Kebebasan
ditentukan, dan ia harus duduk selama waktu itu pada tempat yang
45
Zakiah Daradjat, op.cit., h. 72 - 73
44
d. Pergaulan
lebih Zakelijk dan lebih Lugas.Di sekolah harus ada ketertiban dan
3. Lingkungan Masyarakat
dan mempengaruhi orang lain. Interaksi sosial sangat utama dalam tiap
masyarakat.
46
M. Ngalim Purwanto, op.cit., h
45
keluarga dan sekolah, mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan
tertentu.
47
Hasbullah, Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), cet. Ke-10, h.
55
48
Abu Ahmadi dan Nur uhbiati, Ilmu Pendidikan, op.cit., h. 31
46
tersendiri. Setiap anak harus belajar dari lingkungan sosialnya dan harus
Yaitu
a. Masjid
49
Ibid., h. 184
50
Nasution, Sosiologi Pendidikan, op.cit., h. 10
51
Iskandar Engku dan Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), h. 112
47
kegiatan pendidikan.
52
Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), cet ke-8, h.
99
48
masjid tetap semarak dengan berbagai aktivitas yang positif, yang bisa
anak didiknya.54
b. Asrama
53
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., h. 161 - 162
54
Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), h.
180-181
55
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2010), cet ke-3, h. 232
56
Iskandar Engku dan Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islam, op.cit., h. 112
49
kenudahan dalam belajar, anak yang kurang pandai dapat bertanya dan
57
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., h. 67 - 68
50
c. Perkumpulan Remaja
Pada masa ini gambaran tentang orang tua (ayah dan ibu),
identifikasi itu bisa ayah, ibu, guru, atau meluas kepada tokoh – tokoh
dimilikinya.59
masyarakat sekitarnya.60
58
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., h. 165 - 166
59
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., h. 69 - 70
60
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., h. 70
51
ada satupun tempat kegoatan yang tidak memerlukan tempat dimana kegatan
tersebut dilaksanakan.
seterusnya agar kegiatan yang dijalankan manusia dapat berjalan dengan baik.
61
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 165
52
sebagai sesuatu yang suci dan tidak sepantasnya dijadikan sarana untuk
pertama.
yaitu:62
dengan kasih rasa cinta dan simpati yang sewajarnya, suasana yang
akan rasa kasih sayang dapat dipenuhi atau dapat berkembang dengan
baik.
62
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), cet
ke-10, h. 39-43.
54
dasar moral bagi anak, yang biasanya tercermin dalam sikap dan
perilaku orang tua sebagai teladan yang dapat dicontoh anak. Memang
biasanya tingkah laku, cara berbuat dan berbicara akan ditiru oleh
penyamaran diri dengan orang yang ditiru dan hal ini penting sekali
anak – anak mengenai apa yang tidak dapat atau tidak ada kesempatan
keluarga.63
bermacam-macam antaranya: 64
a. Mempelajari Sesuatu
63
Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, op.cit., h. 179
64
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, op.cit., h. 171
65
Kementrian Agama RI, op.cit., h. 141
56
b. Mempelajari Taurat
66
Ibid., h. 172
58
merupakan akar kata dari madrasah sebagai tempat belajar atau tempat
masyarakat
71
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, op.cit., h. 50-51
60
72
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi Tentang Pelbagai
Problem Pendiidkan, (Jakarta: Pt Rineka Cipta, 2000), cet ke-1, h. 54
73
Ibid., h. 56
61
a. Masjid
yaitu:74
1) Fungsi Edukatif
74
Abdurrahman An–Nahlawi, Prinsip – Prinsip Dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung:
CV DIPONEGORO, 1996), cet ke-3, h 190
62
yang mulia.76
2) Fungsi Sosial
75
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., h 163
76
Abdurrahman An–Nahlawi, Prinsip – Prinsip Dan Metode Pendidikan Islam, op.cit., h.
190 - 191
63
umat.
b. Asrama
kadang rumah yatim piatu itu merupakan tempat tinggal yang tetap
karena orang tuanya sendiri tidak ammpu atau karena orang tuanya
sekolah.
77
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., h. 164
64
c. Perkumpulan Remaja
78
Heri Gunawan, Pendidikan Islam: Kajian Teoritis Dan Pemikiran Tokoh, (Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA, 2014), cet ke- 1, h. 251
65
mereka guna membentuk sikap dan tindakannya kea arah yang lebih
dirinya sebagai anggota msyarakat. Hal itu berlaku pula bagi seorang
dari apa yang trjadi dalam kehidupan sebenarnya melaui mencoba dan
79
Agus Iriyanto, Pendidikan Sebagai Investasi Dalam Pembangunan Suatu Bangsa,
(Jakarta: kencana, 2011), cet ke-1,h. 210
80
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: CV ALFABETA,
2004), h. 144
66
yang lain, karena seorang anak masuk islam sejak awal kehidupannya, dan
waktu yang dihabiskan di tempat lain, kedua orang tua merupakan figur yang
tangan kedua orang tua dan tidak bisa dipikulkan kepada orang lain karena ia
adalah darah dagingnya, kecuali keterbatasan kedua orang tua ini. Maka
81
Muhammad AR, Pendidikan Di Alaf Baru: Rekonstruksi Atas Moralitas Pendidikan,
(Jogjakarta: PRISMASOPHIE, 2003), cet ke – 1, h. 64
82
Khatib Ahmad Santhut, Menumbuhkan Sikap, Sosial, Moral, Dan Spiritual Anak Dalam
Keluarga Muslim, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998), cet ke-1,16
83
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, op.cit., h. 88-89
67
pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah SWT, sesuai tujuan akhir
hidup muslim.
anak secara kontinu perlu dikembangkan kepada setiap orang tua sehingga
pendidikan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari
orang tua, tetapi telah didasari oleh teori-teori pendidikan modern, sesuai
orang tua dalam mendidik anak memakai cara yang keras, otoriter, dan
Sebaliknya, jika dalam keluarga sejak dini sudah diterapkan cara – cara
68
dan saling cinta kasih. Masyarakat yang demikian akan membentuk sebuah
karena makin besar kebutuhan anak, maka orang tua menyerahkan tanggung
maupun perubahan tingkah laku dari buruk kepada baik adalah cita-citanya.
84
Jamali Sahrodi dkk, Membedah Nalar Pendidikan Islam: Pengantar Kearah Ilmu
Pendidikan Islam, (Yogyakarta: PUSTAKA RIHLAH GROUP, 2005), cet ke-1, h. 94
85
Muhammad AR, Pendidikan Di Alaf Baru: Rekonstruksi Atas Moralitas Pendidikan,
op.cit., h. 64
69
manusia yang mendiami suatu tempat yang hidup rukun dan damai dengan
pendidikan:88
dan sebagainya
86
Heri Gunawan, Pendidikan Islam: Kajian Teoritis Dan Pemikiran Tokoh, op.cit., h. 251
87
Muhammad AR, Pendidikan Di Alaf Baru: Rekonstruksi Atas Moralitas Pendidika,
op.cit., h. 65
88
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, op.cit., h. 100-101
70
sebagai bagian dari proses sosialisasi yang dialami manusia dimana orang
menjadi bagian dari lingkungan eksternal dimana hidup komunitas yang lebih
imitasi, identifikasi dan sosialisasi. Imitasi adalah meniru tingkah laku dari
89
Said Agil Husin Al Munawar, Aktualisasi Nilai – Nilai Qur’ani Dalam System
Pendiidkan Islam, (Ciputat: PT CIPUTAT PRESS, 2005), cet ke-2, h. 185
71
lingkungan yang semakin lama semakin meluas. Niai-nilai yang dimiliki oleh
sekitarnya.
dengan hal ini ada dua bentuk cara yang dapat dipergunakan yaitu peran serta
dan bimbingan. Cara transmisi dengan peran serta antara lain ikut serta di
inisiasi, upara yang berkaitan dengan tingkat umur, sekolah agama dan
sekolah formal.90
pengelolaan rumah tangga yang mantab. Itulah yang kita anggap paling
90
Ibid., h. 190 - 191
72
penting dari studi tentang generasi muda yang harus dijadikan bahan program
pendidikan di sekolah, jangan hanya bersifat teoritis yang sering kali dalam
membahayakan.91
91
Fadhil Jamaly, Menerabas Krisis Pendidikan Dunia Islam, (Jakarta: Golden Terayon
Press, 1988), cet ke-1, h. 81