Mengetahui,
(.............................................) (.............................................)
(.............................................)
(.....
.............
.............
.............
.)
BAB I
PENDAHULUAN
Sedangkan akibat dari terjadinya cedera kepala yang paling fatal adalah
kematian.
cedera kepala sedang dan cedera kepala berat. Adapun penilaian klinis
meninggal sebelum tiba di rumah sakit dan lebih dari 100.000 penderita
(Depkes, 2012).
cedera kepala, dan lebih dari 700.000 mengalami cedera cukup berat yang
memerlukan perawatan di rumah sakit. Dua per tiga dari kasus ini berusia
di bawah 30 tahun dengan jumlah laki-laki lebih banyak dari wanita. Lebih
RSUD Kabupaten Sragen pada tanggal 02–28 Juli 2012 adalah data cedera
kepala masuk dalam 10 besar kasus yang terjadi di IGD sebanyak 31 kasus
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Klasifikasi
a. Ringan
1. GCS = 13 – 15
b. Sedang
1. GCS = 9 – 12
dari 24 jam
1. GCS = 3 – 8
2.4 Patofisiologi
Pada cedera kulit kepala, suntikan prokain melalui sub kutan membuatluka
mudah dibersihkan dan diobati. Daerah luka diirigasi untuk mengeluarkan
benda asing dan miminimalkan masuknya infeksi sebelumlaserasi ditutup.
1. Menilai jalan nafas : bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan,
lepaskan gigi palsu, pertahankan tulang servikal segaris dengan badan
dan memasang collar cervikal, pasang guedel/mayo bila dpt ditolerir.
Jika cedera orofasial mengganggu jalan nafas, maka pasien harus
diintubasi.
2. Menilai pernafasan : tentukan apakah pasien bernafas spontan/tidak.
Jika tidak beri O2 melalui masker O2. Jika pasien bernafas spontan
selidiki danatasi cedera dada berat seperti pneumotoraks tensif,
hemopneumotoraks. Pasang oksimeter nadi untuk menjaga saturasi O2
minimum 95%. Jika jalan nafas pasien tidak terlindung bahkan
terancan/memperoleh O2 yang adekuat (Pa O2 >95% dan Pa
CO2<40% mmHg serta saturasi O2 >95%) atau muntah maka pasien
harus diintubasi serta diventilasi oleh ahli anestesi.
3. Menilai sirkulasi : otak yg rusak tdk mentolerir hipotensi. Hentikan
semua perdarahan dengan menekan arterinya. Perhatikan adanya
cedera intra abdomen/dada. Ukur dan catat frekuensi denyut jantung
dan tekanan darah pasang EKG. Pasang jalur intravena yg besar.
Berikan larutan koloid sedangkan larutan kristaloid menimbulkan
eksaserbasi edema.
4. Obati kejang : Kejang konvulsif dpt terjadi setelah cedera kepala dan
harusdiobati mula-mula diberikan diazepam 10mg intravena perlahan-
lahan dandpt diulangi 2x jika masih kejang. Bila tidak berhasil
diberikan fenitoin15mg/kgBB.
5. Menilai tingkat keparahan : Cidera Kepala Ringan ,Cidera Kepala
Sedang ,Cidera Kepala Berat.
6. Pada semua pasien dengan cedera kepala dan/atau leher, lakukan foto
tulang belakang servikal (proyeksi A-P, lateral dan odontoid),
kolar servikal baru dilepas setelah dipastikan bahwa seluruh keservikal
C1-C7 normal.
7. Pada semua pasien dengan cedera kepala sedang dan berat :
Pasang infus dgn larutan normal salin (Nacl 0,9%) atau RL cairan
isotonis lebih efektif mengganti volume intravaskular daripada
cairan hipotonis dan larutan ini tdk menambah edema cerebri.
Lakukan pemeriksaan : Ht, periksa darah perifer lengkap,
trombosit, kimia darah. Lakukan CT scan pasien dengan CKR,
CKS, CKB harus dievaluasi adanya :
a) Hematoma epidural
b) Darah dalam sub arachnoid dan intraventrikel
c) Kontusio dan perdarahan jaringan otak
d) Edema cerebri
e) Pergeseran garis tengah
f) Fraktur cranium
g) Pada pasien yg koma ( skor GCS <8) atau pasien dgn tanda-
tanda herniasi lakukan : elevasi kepala 30, hiperventilasi,
berikan manitol 20% 1gr/kgBB intravena dlm 20-30 menit.
Dosis ulangan dapat diberikan 4-6 jam kemudian yaitu sebesar
¼ dosis semula setiap 6 jam sampai maksimal 48 jam I
Pasang kateter foley
Konsul bedah saraf bila terdapat indikasi opoerasi (hematom
epidural besar, hematom sub dural, cedera kepala terbuka, fraktur
impresi >1 diplo).
BAB III
e) Bowel
Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah,
mual, muntah (mungkin proyektil), kembung dan mengalami
perubahan selera. Gangguan menelan (disfagia) dan terganggunya
proses eliminasi alvi.
f) Bone
Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese,
paraplegi. Pada kondisi yang lama dapat terjadi kontraktur karena
imobilisasi dan dapat pula terjadi spastisitas atau
ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang terjadi karena
rusak atau putusnya hubungan antara pusat saraf di otak dengan
refleks pada spinal selain itu dapat pula terjadi penurunan tonus
otot.
http://asuhan-keperawatan-yuli.blogspot.com/2009/11/laporan-
pendahuluan-cedera-kepala.html
http://arsipguntur.blogspot.co.id/2013/05/lp-cedera-kepala-
berat.html?m=1
http://lutfyaini.blogspot.co.id/2014/05/laporan-pendahuluan-dan-askep-
cidera.html?m=1