Anda di halaman 1dari 5

5.

PATOFISIOLOGI TANDA GEJALA YANG TIMBUL PADA


ENDOKRIN
1. Diabetes Melitus

A). DM Tipe 1 ( DMT 1 = Diabetes Mellitus Tergantung Insulin )

DMT 1 merupakan DM yang tergantung insulin. Pada DMT 1 kelainan terletak


pada sel beta yang bisa idiopatik atau imunologik. Pankreas tidak mampu
mensintesis dan mensekresi insulin dalam kuantitas dan atau kualitas yang cukup,
bahkan kadang-kadang tidak ada sekresi insulin sama sekali. Jadi pada kasus ini
terdapat kekurangan insulin secara absolut (Tjokroprawiro, 2010).

Pada DMT 1 biasanya reseptor insulin di jaringan perifer kuantitas dan


kualitasnya cukup atau normal ( jumlah reseptor insulin DMT 1 antara 30.000-
35.000 ) jumlah reseptor insulin pada orang normal ± 35.000. sedang pada DM
dengan obesitas ± 20.000 reseptor insulin (Tjokroprawiro, 2007). DMT 1, biasanya
terdiagnosa sejak usia kanak-kanak. Pada DMT 1 tubuh penderita hanya sedikit
menghasilkan insulin atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin, oleh
karena itu untuk bertahan hidup penderita harus mendapat suntikan insulin setiap
harinya. DMT1 tanpa pengaturan harian, pada kondisi darurat dapat terjadi
(Tjokroprawiro,2010).

B). DM Tipe 2 ( Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin)

DMT 2 adalah DM tidak tergantung insulin. Pada tipe ini, pada awalnya kelainan
terletak pada jaringan perifer (resistensi insulin) dan kemudian disusul dengan
disfungsi sel beta pankreas (defek sekresi insulin), yaitu sebagai berikut :
(Tjokroprawiro, 2010)

1. Sekresi insulin oleh pankreas mungkin cukup atau kurang, sehingga glukosa
yang sudah diabsorbsi masuk ke dalam darah tetapi jumlah insulin yang efektif
belum memadai.

2. Jumlah reseptor di jaringan perifer kurang (antara 20.000-30.000) pada obesitas


jumlah reseptor bahkan hanya 20.000.
3. Kadang-kadang jumlah reseptor cukup, tetapi kualitas reseptor jelek, sehingga
kerja insulin tidak efektif (insulin binding atau afinitas atau sensitifitas insulin
terganggu).

4. Terdapat kelainan di pasca reseptor sehingga proses glikolisis intraselluler


terganggu.

5. Adanya kelainan campuran diantara nomor 1,2,3 dan 4. DM tipe 2 ini Biasanya
terjadi di usia dewasa. Kebanyakan orang tidak menyadari telah menderita dibetes
tipe 2, walaupun keadaannya sudah menjadi sangat serius. Diabetes tipe 2 sudah
menjadi umum di Indonesia, dan angkanya terus bertambah akibat gaya hidup
yang tidak sehat, kegemukan dan malas berolahraga (Tjokroprawiro, 2010).

Gejala klinis DM yang klasik : mula-mula polifagi, poliuri, dan polidipsi. Apabila
keadaan ini tidak segera diobati, maka akan timbul gejala Dekompensasi Pankreas,
yang disebut gejala klasik DM, yaitu poliuria, polidipsi, dan polifagi. Ketiga gejala
klasik tersebut diatas disebut pula “TRIAS SINDROM DIABETES AKUT”
bahkan apabila tidak segera diobati dapat disusul dengan mual-muntah dan
ketoasidosis diabetik. Gejala kronis DM yang sering muncul adalah lemah badan,
kesemutan, kaku otot, penurunan kemampuan seksual, gangguan penglihatan yang
sering berubah, sakit sendi dan lain-lain (Tjokroprawiro, 2010 ).

2. Tiroid

a. Patofisiologi Hipotiroid

Pada Penyakit Tiroiditis Auto Imun Walaupun etiologi pasti respon imun tersebut
masih belum diketahui, berdasarkan data epidemiologik diketahui bahwa faktor
genetik sangat berperan dalam patogenesis PTAI. Selanjutnya diketahui pula pada
Penyakit Tiroiditis Auto Imun terjadi kerusakan seluler dan perubahan fungsi tiroid
melalui mekanisme imun humoral dan seluler yang bekerja secara bersamaan.
Kerusakan seluler terjadi karena limfosit T tersensitisasi (sensitized T-lymphocyte)
dan/atau antibodi antitiroid berikatan dengan membran sel tiroid, mengakibatkan
lisis sel dan reaksi inflamasi. Sedangkan gangguan fungsi terjadi karena interaksi
antara antibodi antitiroid yang bersifat stimulator atau blocking dengan reseptor di
membran sel tiroid yang bertindak sebagai autoantigen.( USU, 2015)
b. Patofisiologi Hipertiroid

Hormon tiroid mempunyai banyak peran yang sigmifikan di dalam proses di dalam
tubuh, proses-proses ini yang kita sebut metabolisme. Jika terdapat banyak hormon
tiroid, setiap fungsi dari tubuh akan diatur untuk bekerja lebih cepat. Karena
selama hipertiroid terjadi peningkatan metabolisme, maka setiap pasien akan
mengalami kehilangan banyak energy.( USU, 2015)

Gejala yang sering tampak adalah sering gugup, iritabilitas, peningkatan respirasi,
bedebar-debar, tremor, ansietas, susah tidur (insomnia), berkeringat banyak,
rambut rontok, dan kelemahan pada otot, khususnya kerja dari otot lengan dan
kaki, frekwesi buang air besar terganggu, kehilangan berat badan yang cepat, pada
wanita periode menstruasi lebih cepat dan aliran darah lebih kencang. Hiperthiroid
biasanya mulainya lambat, tetapi pada beberapa pasien muda perubahan ini terjadi
sangat cepat. awalnya gejela dirasakan yang diartikan salah,contoh persaan gugup
yang dianggap karena stres.( USU,2015)

3. Kretinisme

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), merupakan sekumpulan gejala


yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus
menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Organ tubuh yang
bertanggungjawab mengelola yodium adalah kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid
menghasilkan hormon tiroid yang cukup, terutama tetraiodotironin/tiroksin (T4)
dan dalam jumlah yang lebih kecil yaitu triiodotironin (T3). Hormontiroid
memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tulang normal
serta menjaga massa tulang pada orang dewasa. Anak-anak yang mengalami
defisiensi hormon tiroid (T3) menyebabkan retardasi perkembangan tulang.Efek
utama hormon tiroid pada pertumbuhan skeletal dapat langsung maupun tidak
langsung.Efek langsung terlihat dengan ditemukannya ekspresi reseptor T3 pada
osteoblast dan chondrosit. Sedangkan efek tidak langsung melalui interaksi dengan
hormon lain terutama GH dan IGF.Bila terjadi gangguan fungsi tiroid baik
kekurangan hormon tiroid(hipotiroidisme) maupun tirotoksikosis maka laju
pertumbuhan akanterganggu dan bahkan berhenti sehingga tubuh terlihat
pendek/stunteddan bahkan menimbulkan kretinisme.(Juniarsih,2013)
Kelainan akibat gangguan sekresi hormon pertumbuhan dapat menyebabkan
gigantisme, kretinisme dan dwarfisme. Gigantisme adalah kelainan yang
disebabkan oleh karena sekresi Growth Hormone (GH) yang berlebihan dan terjadi
sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan epifisis. Apabila terjadi setelah
dewasa, pertumbuhan tinggi badan sudah terhenti maka akan menyebabkan
akromegali yaitu penebalan tulang-tulang dan jaringan lunak. Kretinisme memiliki
sumber penyebab yang sama dengan gigantisme, yaitu GH. Pada kretinisme terjadi
kekurangan sekresi dari GH. Dwarfisme merupakan suatu sindrom klinis yang
diakibatkan oleh insufisiensi hipofisis yang pada umumnya memengaruhi semua
hormon yang secara normal disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior (Schteingart,
2012).

DAFTAR PUSTAKA

Juniarsih, Atik. 2013. HUBUNGAN TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK


SEKOLAH (TBABS) DENGAN KADAR TIROKSIN SERUM DI DAERAH
ENDEMIS GAKY KABUPATEN GUNUNG KIDUL DIY. Diperoleh dari http
://etd.ugm.ac.id/downloadfile/66085/potongan/S2-2013-295038-chapter1.
pdf. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2019 pukul 12.00 WIB.

Schteingart, David E., 2012. Pankreas: Metabolisme Glukosa Dan Diabetes


Melitus, In: Price, Sylvia A and Wilson, Lorraine M., Editors, Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: EGC

Tjokroprawiro, Askandar. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Universitas Sumatra Utara. 2015. Pembedahan Pada Kelenjar Tiroid. Diperoleh


dari http://usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20701/mkn-sep2006-
%20sup%20%2822%29.pdf?sequence=1&isAllowed=y. Diakses pada
tanggal 19 Oktober 2019 pukul 11.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai