DMT 2 adalah DM tidak tergantung insulin. Pada tipe ini, pada awalnya kelainan
terletak pada jaringan perifer (resistensi insulin) dan kemudian disusul dengan
disfungsi sel beta pankreas (defek sekresi insulin), yaitu sebagai berikut :
(Tjokroprawiro, 2010)
1. Sekresi insulin oleh pankreas mungkin cukup atau kurang, sehingga glukosa
yang sudah diabsorbsi masuk ke dalam darah tetapi jumlah insulin yang efektif
belum memadai.
5. Adanya kelainan campuran diantara nomor 1,2,3 dan 4. DM tipe 2 ini Biasanya
terjadi di usia dewasa. Kebanyakan orang tidak menyadari telah menderita dibetes
tipe 2, walaupun keadaannya sudah menjadi sangat serius. Diabetes tipe 2 sudah
menjadi umum di Indonesia, dan angkanya terus bertambah akibat gaya hidup
yang tidak sehat, kegemukan dan malas berolahraga (Tjokroprawiro, 2010).
Gejala klinis DM yang klasik : mula-mula polifagi, poliuri, dan polidipsi. Apabila
keadaan ini tidak segera diobati, maka akan timbul gejala Dekompensasi Pankreas,
yang disebut gejala klasik DM, yaitu poliuria, polidipsi, dan polifagi. Ketiga gejala
klasik tersebut diatas disebut pula “TRIAS SINDROM DIABETES AKUT”
bahkan apabila tidak segera diobati dapat disusul dengan mual-muntah dan
ketoasidosis diabetik. Gejala kronis DM yang sering muncul adalah lemah badan,
kesemutan, kaku otot, penurunan kemampuan seksual, gangguan penglihatan yang
sering berubah, sakit sendi dan lain-lain (Tjokroprawiro, 2010 ).
2. Tiroid
a. Patofisiologi Hipotiroid
Pada Penyakit Tiroiditis Auto Imun Walaupun etiologi pasti respon imun tersebut
masih belum diketahui, berdasarkan data epidemiologik diketahui bahwa faktor
genetik sangat berperan dalam patogenesis PTAI. Selanjutnya diketahui pula pada
Penyakit Tiroiditis Auto Imun terjadi kerusakan seluler dan perubahan fungsi tiroid
melalui mekanisme imun humoral dan seluler yang bekerja secara bersamaan.
Kerusakan seluler terjadi karena limfosit T tersensitisasi (sensitized T-lymphocyte)
dan/atau antibodi antitiroid berikatan dengan membran sel tiroid, mengakibatkan
lisis sel dan reaksi inflamasi. Sedangkan gangguan fungsi terjadi karena interaksi
antara antibodi antitiroid yang bersifat stimulator atau blocking dengan reseptor di
membran sel tiroid yang bertindak sebagai autoantigen.( USU, 2015)
b. Patofisiologi Hipertiroid
Hormon tiroid mempunyai banyak peran yang sigmifikan di dalam proses di dalam
tubuh, proses-proses ini yang kita sebut metabolisme. Jika terdapat banyak hormon
tiroid, setiap fungsi dari tubuh akan diatur untuk bekerja lebih cepat. Karena
selama hipertiroid terjadi peningkatan metabolisme, maka setiap pasien akan
mengalami kehilangan banyak energy.( USU, 2015)
Gejala yang sering tampak adalah sering gugup, iritabilitas, peningkatan respirasi,
bedebar-debar, tremor, ansietas, susah tidur (insomnia), berkeringat banyak,
rambut rontok, dan kelemahan pada otot, khususnya kerja dari otot lengan dan
kaki, frekwesi buang air besar terganggu, kehilangan berat badan yang cepat, pada
wanita periode menstruasi lebih cepat dan aliran darah lebih kencang. Hiperthiroid
biasanya mulainya lambat, tetapi pada beberapa pasien muda perubahan ini terjadi
sangat cepat. awalnya gejela dirasakan yang diartikan salah,contoh persaan gugup
yang dianggap karena stres.( USU,2015)
3. Kretinisme
DAFTAR PUSTAKA
Tjokroprawiro, Askandar. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.