Anda di halaman 1dari 17

TITRASI ASAM BASA

I. TUJUAN
1. Menstandarisasi larutan NaOH dan asam Oksalat.
2. Menentukan konsentrasi HCl dengan mentitrasi dengan menggunakan larutan
standar sekunder NaOH.
3. Melatih keterampilan memipet, mentitrasi dan menggunakan indikator
fenolftalein.
II. LANDASAN TEORI
Mengukur volume larutan jauh lebih cepat dibandingkan dengan menimbang berat
suatu zat dengan suatu metode gravimetri. Analisis volumetri juga dikenal sebagai
titrimetri, dimana zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang
konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan (Khopkar,
2010).
Teknik volumetri berdasarkan cara titrasinya dapat dikelompokkan menjadi:
1. Titrasi langsung
Cara ini dilakukan dengan melakukan titrasi langsung terhadap zat yang akan
ditetapkan. Cara ini mudah, cepat, dan sederhana.
2. Titrasi tidak langsung
Sebelum menambahakan larutan standar, tambahkan dulu sampel dengan
larutan lain yang berlebih dan terukur. Kemudian baru ditambahkan larutan
standar, dimana larutan standar akan bereaksi dengan kelebihan yang ditambahkan.
Berlebih maksudnya konsentrasi zat yang ditambahkan melebihi konsentrasi larutan
sampel (Mursyidi, 2008)
Syarat-syarat reaksi volumetri:
1. Reaksi harus berlangsung dengan cepat antara larutan standar dengan sampel
atau antara zat pentiter dengan titran.
2. Reaksi berlangsung secara kualitatif (reaksi penitrasi dan titran seimbang).
3. Kelebihan zat penitrasi dapat diketahui dengan perubahan warna indikator,
timbulnya endapan (Khopkar, 2010).
Titrasi asam basa merupakan cara yang cepat dan mudah untuk menentukan
jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan asam dan basa

18
organik dan anorganik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa
itu, terutama senyawa organik tidak larut dalam air. Namun demikian, umumnya
senyawa organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa organik itu
dapat ditentukan dengan cara titrasi asam-basa dalam pelarut nirair (Harrizul Rivai,
1994).
Untuk menentukan basa digunakan larutan baku asam kuat (misalnya HCl),
sedangkan untuk menentukan asam digunakan larutan bau basa kuat (misalnya
NaOH). titik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan perubahan warna
indikator asam-basa yang sesuai atau dengan bantuan peralatan (misalnya
potensiometer, spektrofotometer, konduktometer) (Harrizul Rivai, 1994).
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion
hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa
untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan
sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa).
Alkalimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-
senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri
adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan
baku basa (Mursyidi, 2008).
Ada 3 pengertian asam basa menurut para ahli:
1. Asam dan Basa Arrhenius
Dalam tahun 1887 Svante Arrhenius memprostulatkan bahwa bila molekul
elektrolit dilarutkan dalam air, akan terbentuk ion-ion negatif dan positif. Menjelang
akhir abad sembilan belas definisi asam dan basa dinyatakan dalam teori pengionan
Arrhenius. Asam Arrhenius ialah zat yang memarut ke dalam air untuk memberikan
ion H+ dam basa Arrhenius ialah zat yang memarut ke dalam air untuk memberikan
ion-ion OH-.
2. Asam dan Basa Bronsted-Lowry
Dalam tahun 1923 J.N. Bronsted di Denmark dan T.M. Lowry di Inggris secara
terpisah menyarankan cara lain dalam memerikan asam dan basa. Menurut sistem
ini, asam Bronsted-Lowry adalah donor proton dan basa Bronsted-Lowry adalah
penerima proton. Dengan definisi ini, beraneka ragam sifat-sifat asam dan reaksi

19
kimia dan saling dihubungkan, termasuk reaksi-reaksi yang berlangsung dalam
pelarut-pelarut selain air maupun tanpa pelarut sekalipun.
3. Menurut Lewis
Teori yang sangat umum mengenai perilaku asam dan basa dinyatakan oleh
G.N Lewis. Menurut konsep ini, suatu asam Lewis didefinisikan sebagai spesi apa
saja yang bertindak sebagai penerima pasangan elektron dalam reaksi kimia, dam
suatu basa Lewis ialah donor pasangan elektron. Definisi Lewis taat atas dengan
pandangan Bronsted-Lowry, karena proton yang dapat dipandang sebagai suatu
penerima pasangan elektron. Suatu zat yang menerima proton dapat dipandang
sebagai suatu donor pasangan elektron. Definisi Lewis memperluas konsep
hubungan asam basa ke sejumlah reaksi yang melibatkan transfer proton.
Suatu keuntungan konsep Lewis adalah bahwa konsep ini mengenali zat-zat
tertentu sebagai asam yang tak mengandung hidrogen tetapi mempunyai fungsi
seperti asam berhidrogen biasa (Keenan, 1984).
Suatu larutan standar dapat dibuat dengan cara melarutkan sejumlah senyawa
standar tertentu yang sebelumnya senyawa tersebut ditimbang secara tepat dalam
volume larutan yang diukur secara tepat. Larutan satandar dibagi menjadi 3:
1. Larutan standar primer
Larutan standar primer ini merupakan larutan yang dibuat berdasarkan zat
yang seimbang dengan tepat dimana larutan tersebut dapat langsung diperoleh.
Syarat larutan standar primer adalah:
a. Kemurnian larutan standar primer sekitar 99,985
b. Mudah mengering dan tidak higroskopis
c. Memiliki berat ekuivalen yang tinggi untuk meminimalkan kesalahan saat
penimbangan
d. Tidak banyak teroksidasi
e. Mempunyai berat molekul yang tinggi
f. Tidak mudah teroksidasi atau bersifat stabil atau tidak mudah terurai
2. Larutan standar sekunder

20
Larutan standar sekunder adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya
secara pasti dengan menstandarisasi larutan tersebut dengan larutan standar primer.
Contohnya: KMnO4, Na2S2O3.
3. Larutan standar tersier
Larutan standar yang konsentrasinya ditentukan berdasarkan standar dengan
larutan standar sekunder (Mursyidi, 2008).

21
III. Prosedur Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat dan Fungsinya
No Alat Fungsinya

1. Buret sebagai tempat larutan standar


2. Erlenmeyer sebagai tempat larutan yang akan dititrasi
3. Labu ukur sebagai tempat mengencerkan larutan
4. Corong sebagai alat bantu pemindahan larutan
5. Pipet gondok sebagai alat mengambil larutan
6. Gelas piala sebagai wadah larutan

3.1.2 Bahan dan Fungsinya


No. Bahan Fungsinya
1. Larutan NaOH sebagai larutan standar sekunder
2. Larutan HCl sebagai sampel
3. Larutan Asam Oksalat sebagai larutan standar Primer
4. FenolFtalein sebagai indikator
5. Aquadest sebagai pelarut

22
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat
Mula-mula dipipet 10 ml asam oksalat dan dimasukkan kedalam erlenmeyer.
Kemudian ditambahkan 2 tetes indikator Fenolftalein. Selanjutnya dititrasi dengan
larutan NaOH dari buret sampai timbul warna merah muda yang tak hilang oleh
pengocokan selanjutnya. Terakhir dihitung volume larutanNaOH yang terpakai dan
ditentukan konsentrasinya
3.2.2 Menentukan konsentrasi HCl
Mula-mula diencerkan larutan HCl dalam labu ukur tepat sampai tanda batas dan
dikocok dengan sempurna. Kemudian dipipet 10 mL larutan tersebut dan
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Setelah itu ditambahkan dua tetes indikator
Fenolftalein. Selanjutnya dititrasi dengan larutan NaOH. Terakhir dihitung
konsentrasi HCl.

23
3.3 Skema Kerja
3.3.1 Standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat

Asam Oksalat

- dipipet 10 ml, dimasukkan kedalam erlenmeyer


- ditambahkan 2 tetes indikator fenolftalein
- dititrasi dengan NaOH sampai ada perubahan warna dari
bening ke merah muda

Hitung konsentrasi NaOH

3.3.2 Menentukan konsentrasi HCl

Larutan HCl
- diencerkan dalam labu ukur 100 ml sampai tanda batas
- dipipet 25 ml larutan, dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- ditambahkan 2 tetes indikator fenolftalein
- dititrasi dengan larutan NaOH sampai berubah warna dari
bening menjadi merah muda
Hitung konsentrasi larutan
HCl

24
3.4 Skema Alat

4
1

Keterangan :

1. Buret
2. Erlemeyer
3. Standar
4. Klem
5. Kertas

25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4. 1. 1 Data
V NaOH1 = 14 mL
V NaOH2 = 14,5 mL
V rata-rata = 14,25 mL
N Hoks = 0,05 N
V Hoks = 10 mL
4.1.2 Perhitungan
A. Standarisasi NaOH
(V × N) NaOH = (V × N) HOks
14,25 mL × N NaOH= 10 ml × 0,05 N
N NaOH = 0,035 N
B. Menentukan konsentrasi HCl
V NaOH 1 = 0,8 mL
V NaOH 2 = 0,8 mL
N NaOH = 0,035 N
N HCl teori = 0,05 N
(V×N) HCl = (V×N) NaOH
10 mL×N HCl = 0,8 mL × 0,035 N
N HCl = 0,0028 N
(V × N) HCl teori = (V × N) HCl percobaan
V HCl teori x 0,05N = 100 mL x 0,0028 N
V HCl teori = 5,6 mL
% Kesalahan = V HCl teori – V HCl percobaan x 100%
V HCl teori
% Kesalahan = 6 mL- 5,6 mL x 100%
6 mL
= 6,67%

26
4.1 Pengamatan Setiap Langkah Kerja

A. Standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat


No Cara kerja dan reaksi Gambar Pengamatan Analisa

1 Sebanyak 10 mL asam oksalat Larutan berwarna bening. Asam oksalat merupakan larutan
ditambahkan 2 tetes indikator standar primer yang telah diketahui
fenolftalein. konsentrasinya. Indikator Fenolftalein
digunakan untuk mengetahui kisaran
pH dalam larutan yang akan dicari
konsentrasinya. Adapun kisaran pH
dari Fenolftalein adalah 8-10.

2 Asam oksalat dititrasi dengan Setelah diperoleh volume Titik akhir titrasi tercapai setelah
NaOH sedikit demi sedikit NaOH 14,25 mL warna larutan NaOH tepat menitrasi larutan
hingga terjadi perubahan larutan berubah menjadi asam oksalat dengan merubah warna
warna. pink lembayung. larutan dari bening menjadi pink
lembayung. Kemudian dihitung
H2C2O4.2H2O(aq) + NaOH (aq)
konsentrasi NaOH.
→Na2C204+ 2H20 (aq)

27
B. Menentukan konsentrasi larutan HCl
No Cara kerja dan reaksi Gambar Pengamatan Analisa

1 Larutan HCl dipipet 10 mL dan Larutan berwarna bening. Asam klorida merupakan asam kuat
ditambahkan 2 tetes indikator yang merupakan larutan standar
fenolftalein sekunder yang akan dititrasi dengan
NaOH.

2 Larutan HCl dititrasi melalui Setelah diperoleh volume Titrasi yang terjadi adalah titrasi asam
buret .dengan larutan NaOH NaOH 0,8 mL warna larutan kuat -basa kuat. Titik akhir titrasi
berubah warna menjadi pink tercapai setelah larutan NaOH tepat
HCl + NaOH →NaCl + H2O
lembayung. menitrasi larutan HCL dengan
merubah warna larutan dari bening
menjadi pink lembayung.

28
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu titrasi Asam Basa dalam yang dalam pengerjaannya
menggunakan analisis kuantitatif karena pada percobaan dihitung volume NaOH
yang digunakan dalam titrasi. NaOH merupakan larutan standar sekunder, karena
NaOH memiliki sifat higroskopis yaitu dapat menangkap molekul air yang ada di
udara sehingga konsentrasi NaOH dapat berubah-ubah, maka dari itu titrasi pada
praktikum harus dilakukan secara teliti dan akurat.
Indikator ditambahkan ke dalam tirant sebanyak 2 tetes yang berguna sebagai
tanda pada saat proses titrasi bahwa titrasi yang dilakukan telah memasuki titik
akhir titrasi. Titik akhir ditandai dengan perubahan warna pada larutan di
erlenmeyer yang dititar. Indikator yang ditambahkan pada praktikum adalah
indikator FenolFtalein (PP) yang memiliki rentang pH 8,3 – 10 dan titik akhirnya
yaitu berwarna pink lembayung. Indikator memiliki warna-warna yang khas saat
titik akhir tercapai, warna yang berbeda tergantung pada indikator yang digunakan.
Larutan NaOH yang diletakkan ke dalam buret berfungsi sebagai peniter dan
akan distandarisasi dengan asam oksalat yang berfungsi sebagai larutan standar
primer dengan konsentrasinya yang telah diketahui melalui penimbangan dan
pelatarutan secara teliti. Penimbangannya dilakukan dengan menggunkan neraca
analitik dan pelarutannya menggunakan labu ukur serta pemipetan dengan pipet
gondok. Asam Oksalat merupakan larutan standar primer karena mempunyai
kemurnian yang tinggi, mudah didapat serta relatif stabil. Perubahan warna yang
timbul pada zat yang dititer menandai bahwa telah tercapainya titik akhir titrasi
yaitu perubahan dari warna dari bening menjadi pink lembayung.
Setelah melakukan perhitungan, didapatkan % kesalahan sebesar 6,67 %.
Adapun kesalahan-kesalahan pada saat praktikum yang dapat mempengaruhi hasil
yang didapatkan yaitu tidak teliti dalam melakukan pengenceran sehingga
volumenya tidak tepat pada tanda batas labu ukur. Kemudian terlalu cepat memutar
keran pada buret sehingga jumlah NaOH yang keluar terlalu banyak dan zat
melewati titik akhir titrasi yang diharapkan sehingga warnanya menjadi pink pekat.
Faktor lain yang juga mempengaruhi hasil pada praktikum yaitu tidak telitinya
dalam melihat perubahan warna yang timbul sehingga melewati titik akhir
titrasinya.
29
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa larutan standar yang
digunakan pada praktikum kali ini adalah asam oksalat sebagai larutan standar
primer dan NaOH sebagai larutan standar sekunder dengan menggunakan indikator
fenolftalein. Kemudian konsentrasi larutan standar sekunder adalah 0,035 N yang
didapat dari standarisasi dengan larutan standar primer dan konsentrasi larutan HCl
adalah 0,0028 N. Dengan demikian diperoleh persentase kesalahan dalam penentuan
konsentrasi HCl adalah sebesar 6,67 %.
5.2 Saran
Agar hasil praktikum selanjutnya lebih baik lagi, maka disarankan :
1. Lakukan titrasi dengan teliti dan hati-hati, terutama pada saat mengamati
perubahan warna
2. Lakukan pengukuran dengan tepat dan hati-hati baik dengan pipet gondok
maupun dengan buret.
3. Pada saat melihat skala buret harus hati-hati agar tidak salah dalam menentukan
volume.
4. Semakin banyak mentitrasi maka keakuratan semakin baik.

30
DAFTAR PUSTAKA

Chang., Raymond. 2009. Kimia Dasar I Jilid II. Jakarta: Erlangga.


Day, R.A dan Underwood, A.L. 2001. Analisis Kimia Kuantitas. Jakarta : Erlangga.
Keenan, Charles W.1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Mursyidi, Achmad. 2008. Volumetri dan Gravimetri. Jakarta: Universitas Gadjah Mada.
Rivai, Harrizul. 1994. Asas Pemeriksaan Kimia. Padang : UIP
S.M, Khopkar. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.

31
Lampiran 1 Tugas Sebelum Praktikum

1. Apa dimaksud dengan indikator, titik ekuivalen dan titik akhir titrasi?
a. Indikator adalah suatu asam basa organik lemah dimana pada pH tertentu
akan mengalami perubahan warna
b. Titik ekuivalen adalah titik dimana mol zat pentiter sama dengan mol zat
dititer
c. Titik akhir titrasi adalah titik dimana telah berakhirnya titrasi yang ditandai
dengan perubahan warna
2. Apa yang dimaksud dengan daerah perubahan warna indikator?
Daerah perubahan warna indikator adalah daerah rentang pH dimana indikator
dapat mengalami perubahan warna
3. Apa syarat suatu indikator bisa digunakan pada suatu titrasi?
a. Memberikan perubahan warna pada rentang titik ekuivalen
b. Bersifat selektif (dengan penambahan sedikit asam atau basa akan mengalami
perubahan warna)
c. Pada umumnya berasal dari tumbuhan
d. Indikator terdiri dari asam basa organik lemah
4. Apa yang dimaksud dengan larutan standar primer dan larutan standar
sekunder?
gLarutan standar primer adalah larutan yang sudah diketahui konsentrasinya
gggsecara pasti berdasarkan penimbangan.
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya dapat ditentukan
berdasarkan standarisasi dengan menggunakan larutan standar primer.
5. Sebutkan 2 macam zat yang dapat menjadi larutan standar primer!
1. Asam oksalat (C2H2O4)
2. Asam benzoat (C7H6O2)
6. Dapatkah larutan NaOH dipakai untuk standar primer titrasi asam basa?
Larutan NaOH tidak dapat digunakan sebagai larutan standar primer
karenabersifat higroskopis.

32
Lampiran 2. Analisisa Artikel Ilmiah
I. Judul
Penemuan indikator asam-basa terbaru dan ekonomis berdasarkan pada oligomer
(p-toluidine): Pembuatan, karakterisasi dan aplikasi solvatochromism.
I. Tujuan
1. Menentukan perubahan warna pada indikator PTO pada titrasi asam basa.
2. Menentukan sintesis PTO yang terjadi.
3. Menentukan konsentrasi HCl dengan menggunakan indikator PTO
II. Skema Kerja
Larutan HCl 0,1 M
- dimasukkan 10 mL ke dalam botol reagen
- ditambahkan 3 mL indikator PTO
- dititrasi dengan NaOH 0,1 M
- dititrasi hingga terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi
kuning
- dihitung konsentrasi NaOH
Hasil

III. Hasil dan Pembahasan


Pada percobaan didapatkan hasil pada saat tercapainya titik ekuivalen warna larutan
berubah menjadi kuning. Kemudian pada saat titrasi dibutuhkan volume NaOH 9,3
mL saat mencapai titik akhir. PTO adalah zat kimia yang murah dan aman untuk
digunakan sehingga banyak digunakan di laboratorium. Indikator ini juga memiliki
warna yang kuat sehingga orang yang menggunakan dapat memperoleh ketepatan
yang mendekati sempurna. Adapun perubahan warna yang terjadi pada tercapainya
titik akhir yaitu dari warna merah muda menjadi kuning.

IV. Hubungan dengan Praktikum


Hubungan artikel ilmiah ini dengan praktikum adalah sama sama menggunakan
titrasi asam basa untuk menentukan konsentrasi larutan lain. Namun indikator yang
digunakan berbeda, pada praktikum digunakan indikator Fenolftalein sedangkan
pada artikel ilmiah indikator yang digunakan adalah indikator PT

33
Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik
/2019

Anda mungkin juga menyukai