Pendahuluan
Biogas adalah gas produk akhir pecernaan atau degradasi anaerobik bahan-bahan organik oleh
bakteri-bakteri anaerobik dalam lingkungan bebas oksigen atau udara. Komponen terbesar
biogas adalah Methana (CH4, 54-80%-vol) dan karbondioksida (CO2, 20-45%-vol) serta sejumlah
kecil H2, N2 dan H2S.
Penggunaan limbah sebagai bahan baku biogas memerlukan metode pengumpulan, penyiapan,
penanganan dan penyimpanan yang memadai. Pemilihan metode didasarkan pada sifat dan
jumlah bahan baku yang bervariasi. Sifat alami bahan baku adalah padatan, semi padatan atau
cairan. Sejalan dengan itu sistem penanganannya harus sesuai dengan kondisi setempat
Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan organik oleh mikroorganisme anaerob.
Karena itu, instalasi pengolah biogas harus kedap udara (keadaan anaerob).
Bahan baku isian berupa bahan organik seperti kotoran ternak, limbah pertanian, sisa dapur
dan sampah organik. Bahan baku isian ini harus terhindar dari bahan baku anorganik seperti
pasir, batu, plastik dan beling. Bahan isian ini harus mengandung berat kering sekitar 7-9 %.
Keadaan ini dapat dicapai dengan melakukan pengenceran menggunakan air 1:1-2 (bahan
baku: air).
3. Imbangan C/N.
Imbangan Carbon (C) dan Nitrogen (N) yang terkandung dalam bahan organic sangat
menentukan kehidupan dan aktivitas mikroorganisme. Imbangan C/N yang optimum bagi
mikroorganisme perombak adalah 25-30.
5. Temperatur.
Produksi biogas akan menurun secara cepat akibat perubahan temperatur yang mendadak
didalam instalasi pengolah biogas. Upaya praktis untuk menstabilkan temperatur adalah
dengan menempatkan instalasi biogas didalam tanah.
Biogas dari Kotoran ternak babi
Jika mendengar mengenai kotoran babi, mungkin sebagian dari kita akan merasa jijik. Namun,
kotoran yang sudah terbuang tersebut ternyata memiliki manfaat apabila diolah dengan
baik. Proses pembuatan biogas dari kotoran babi dilakukan karena melihat keadaan lingkungan
yang tercemar akibat kotoran tersebut.
Sebagian besar peternakan pada umumnya menghasilkan limbah dengan volume tinggi.
Pembuangan limbah ini bisa menyebabkan kerusakan lingkungan, hal ini merupakan masalah
besar. Tetapi dengan menggunakan teknologi fermentasi biogas, limbah-limbah ini dapat
diubah menjadi gas yang mudah terbakar (sampai 65 persen metana) dan pupuk berharga.
Biogas yang dihasilkan dapat dijadikan substitusi untuk bahan bakar gas cair (LPG), dikonversi
ke listrik atau digunakan secara langsung untuk pemanasan pembibitan babi, air panas, kompor
atau pencahayaan. peternakan juga mampu menghemat biaya energi mereka biasanya akan
dikenakan saat membuang sampah dengan metode konvensional.
Chiang Mai University (CMU) telah melakukan penelitian tentang biogas teknologi untuk
peternakan babi baik besar dan kecil selama lebih dari 10 tahun dan baru-baru ini mendirikan
Biogas Teknologi Centre (BTC) dengan mandat untuk menyebarluaskan teknologi ini untuk
peternakan babi nasional. Keberhasilan dengan peternakan babi di daerah Chiang Mai,
memanfaatkan Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) pendanaan dan beberapa
keahlian Jerman, Kantor Kebijakan Energi Nasional (Nepo) telah membuat keuangan tersedia di
bawah Dana Promosi Konservasi Energi (ENCON Fund) untuk BTC untuk teknologi ini akan
disebarluaskan ke peternakan babi di daerah lain. Ratchburi Provinsi adalah salah satu seperti
Bangkok daerah di mana ada beberapa konsentrasi peternakan babi karena kedekatannya
dengan Bangkok utama pasar.
Pembuatan Biogas
Biogas ini dapat diperoleh dari bahan organik melalui proses "kerja sama" dari tiga kelompok
mikroorganisme anaerob, yaitu :
Proses pembuatan biogas dapat dilakukan secara sederhana, dengan menggunakan instalasi
yang disebut dengan digester, yaitu suatu bak penampungan yang terdiri dari tiga bagian utama
yaitu bak tempat pencampuran kotoran babi dengan air, bak tempat terjadinya proses
dekomposisi kotoran babi menjadi biogas oleh mikroorganisme, dan yang terakhir adalah bak
penampungan kotoran sapi sisa perombakan. Berdasarkan informasi yang didapat, digester
yang digunakan terbuat dari semen yang dibuat kolam.
a. Buat campuran kotoran ternak babi dan air dengan perbandingan 1 : 1 (bahan biogas)
b. Masukkan bahan biogas ke dalam digester melalui lubang pengisian (inlet) hingga bahan
yang dimasukkan ke digester ada sedikit yang keluar melalui lubang pengeluaran
(outlet), selanjutnya akan berlangsung proses produksi biogas di dalam digester.
c. Setelah kurang lebih 8 hari biogas yang terbentuk di dalam digester sudah cukup
banyak. Pada sistem pengolahan biogas yang menggunakan bahan plastik, penampung
biogas akan terlihat mengembung dan mengeras karena adanya biogas yang dihasilkan.
Biogas sudah dapat digunakan sebagai bahan bakar, kompor biogas dapat dioperasikan.
d. Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu sebanyak kira-kira
10% dari volume digester. Sisa pengolahan bahan biogas berupa sludge secara otomatis
akan keluar dari lubang pengeluaran (outlet) setiap kali dilakukan pengisian bahan
biogas. Sisa hasil pengolahan bahan biogas tersebut dapat digunakan sebagai pupuk
kandang/pupuk organik, baik dalam keadaan basah maupun kering.
PERBANDINGAN BIOGAS DENGAN BAHAN BAKAR LAIN
Biogas yang dihasilkan dari kototan babi dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan dan terbarukan, dapat digunakan sebagai pengganti minyak tanah karena
dapat dibakar seperti gas elpiji (LPG), sehingga memiliki nilai ekonomis lebih tinggi dan dapat
digunakan sebagai sumber energi penggerak generator listrik.
Cara penggunaannya tidaklah terlalu sulit, pipa yang mengalirkan biogas dapat langsung
disambungkan ke kompor. dan api yang dihasilkan sebanding dengan api yang dihasilkan dari
gas elpiji dan menghasilkan api yang berwarna biru. Namun, permasalahan yang ada hingga
saat ini belum ada penemuan tempat yang dapat dijadikan sebagai penampung biogas kotoran
babi yang aman dan portable seperti halnya gas elpiji. Biogas ini dapat digunakan sebagai bahan
bakar dan juga dapat menghasilkan listrik, sedangkan limbah biogas dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk. Kotoran dari 2 ekor ternak sapi atau 6 ekor ternak babi dapat menghasilkan
kurang lebih 2 m3 biogas per hari. Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain:
1 m3 biogas 0,46 kg LPG 0,62 liter minyak tanah 3,5 kg kayu bakar
Biogas dari limbah babi ini bisa disalurkan ke rumah warga sebagai pengganti gas elpiji, yang
dapat dimanfaatkan untuk menghidupkan kompor gas serta lampu petromaks. Biogas ini oleh
masyarakat sekita dipakai untuk memasak, penerangan dan pemanas babi. dengan adanya
metode ini pencemaran lingkungan dapat berkurang.
Dengan kekayaan dan keragaman sumber daya hayati yang ada di Indonesia,
pemanfaatan bioenergi merupakan pilhan yang tepat dalam rangka penyediaan energi yang
terbarukan, murah, dan ramah lingkungan. Biogas salah satu sumber energi terbarukan yang
berasal dari sumber daya alam hayati. Sumber bahan untuk menghasilkan biogas yang utama
adalah kotoran ternak sapi, kerbau, babi, kuda dan unggas; dapat juga berasal dari sampah
organik.
Komponen biogas:
CH4 (metana) ± 60 %
Pendahuluan
Biogas adalah gas produk akhir pecernaan atau degradasi anaerobik bahan-bahan organik oleh
bakteri-bakteri anaerobik dalam lingkungan bebas oksigen atau udara. Komponen terbesar
biogas adalah Methana (CH4, 54-80%-vol) dan karbondioksida (CO2, 20-45%-vol) serta sejumlah
kecil H2, N2 dan H2S.
Penggunaan limbah sebagai bahan baku biogas memerlukan metode pengumpulan, penyiapan,
penanganan dan penyimpanan yang memadai. Pemilihan metode didasarkan pada sifat dan
jumlah bahan baku yang bervariasi. Sifat alami bahan baku adalah padatan, semi padatan atau
cairan. Sejalan dengan itu sistem penanganannya harus sesuai dengan kondisi setempat
Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan organik oleh mikroorganisme anaerob. Karena
itu, instalasi pengolah biogas harus kedap udara (keadaan anaerob).
Bahan baku isian berupa bahan organik seperti kotoran ternak, limbah pertanian, sisa dapur
dan sampah organik. Bahan baku isian ini harus terhindar dari bahan baku anorganik seperti
pasir, batu, plastik dan beling. Bahan isian ini harus mengandung berat kering sekitar 7-9 %.
Keadaan ini dapat dicapai dengan melakukan pengenceran menggunakan air 1:1-2 (bahan baku:
air).
Imbangan C/N.
Imbangan Carbon (C) dan Nitrogen (N) yang terkandung dalam bahan organic sangat
menentukan kehidupan dan aktivitas mikroorganisme. Imbangan C/N yang optimum bagi
mikroorganisme perombak adalah 25-30.
Temperatur.
Produksi biogas akan menurun secara cepat akibat perubahan temperatur yang mendadak
didalam instalasi pengolah biogas. Upaya praktis untuk menstabilkan temperatur adalah
dengan menempatkan instalasi biogas didalam tanah.
Sebagian besar peternakan pada umumnya menghasilkan limbah dengan volume tinggi.
Pembuangan limbah ini bisa menyebabkan kerusakan lingkungan, hal ini merupakan masalah
besar. Tetapi dengan menggunakan teknologi fermentasi biogas, limbah-limbah ini dapat
diubah menjadi gas yang mudah terbakar (sampai 65 persen metana) dan pupuk berharga.
Biogas yang dihasilkan dapat dijadikan substitusi untuk bahan bakar gas cair (LPG), dikonversi
ke listrik atau digunakan secara langsung untuk pemanasan pemeliharaan ternak, air panas,
kompor atau pencahaaan.
Pembuatan Biogas
Biogas ini dapat diperoleh dari bahan organik melalui proses “kerja sama” dari tiga kelompok
mikroorganisme anaerob, yaitu :
Kelompok mikroorganisme yang mengubah hidrogen dan asam asetat hasil pembentukan
acidogen menjadi gas metan dan karbondioksida. Mikroorganisme penghasil gas metan ini
hanya bekerja dalam kondisi anaerob dan dikenal dengan nama metanogen. Salah satu
mikroorganisme penting dalam kelompok metanogen ini adalah mikroorganisme yang mampu
memanfaatkan (utilized) hidrogen dan asam asetat.
Proses pembuatan biogas dapat dilakukan secara sederhana, dengan menggunakan instalasi
yang disebut dengan digester, yaitu suatu bak penampungan yang terdiri dari tiga bagian utama
yaitu bak tempat pencampuran kotoran babi dengan air, bak tempat terjadinya proses
dekomposisi kotoran babi menjadi biogas oleh mikroorganisme, dan yang terakhir adalah bak
penampungan kotoran sapi sisa perombakan. Berdasarkan informasi yang didapat, digester
yang digunakan terbuat dari semen yang dibuat kolam.
Buat campuran kotoran ternak babi dan air dengan perbandingan 1 : 1 (bahan biogas).
Masukkan bahan biogas ke dalam digester melalui lubang pengisian (inlet) hingga bahan yang
dimasukkan ke digester ada sedikit yang keluar melalui lubang pengeluaran (outlet),
selanjutnya akan berlangsung proses produksi biogas di dalam digester.
Setelah kurang lebih 8 hari biogas yang terbentuk di dalam digester sudah cukup banyak. Pada
sistem pengolahan biogas yang menggunakan bahan plastik, penampung biogas akan terlihat
mengembung dan mengeras karena adanya biogas yang dihasilkan. Biogas sudah dapat
digunakan sebagai bahan bakar, kompor biogas dapat dioperasikan.
Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu sebanyak kira-kira 10%
dari volume digester. Sisa pengolahan bahan biogas berupa sludge secara otomatis akan keluar
dari lubang pengeluaran (outlet) setiap kali dilakukan pengisian bahan biogas. Sisa hasil
pengolahan bahan biogas tersebut dapat digunakan sebagai pupuk kandang/pupuk organik,
baik dalam keadaan basah maupun kering.
Kotoran dari 2 ekor ternak sapi atau 6 ekor ternak babi dapat menghasilkan kurang lebih 2 m3
biogas per hari. Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain:
1 m3 biogas 0,46 kg LPG 0,62 liter minyak tanah 3,5 kg kayu bakar
Dengan kekayaan dan keragaman sumber daya hayati yang ada di Indonesia, pemanfaatan
bioenergi merupakan pilhan yang tepat dalam rangka penyediaan energi yang terbarukan,
murah, dan ramah lingkungan. Biogas salah satu sumber energi terbarukan yang berasal dari
sumber daya alam hayati.
Sumber bahan untuk menghasilkan biogas yang utama adalah kotoran ternak sapi,
kerbau, babi, kuda dan unggas; dapat juga berasal dari sampah organik.
Komponen biogas:
CH4 (metana) ± 60 %
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh
mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen biogas antara lain sebagai
berikut : ± 60 % CH4 (metana), ± 38 % CO2 (karbon dioksida) dan ± 2 % N2, O2, H2, & H2S.
Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam skala besar biogas dapat digunakan sebagai
pembangkit energi listrik, sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif yang ramah
lingkungan dan terbarukan. Sumber energi Biogas yang utama yaitu kotoran ternak Sapi,
Kerbau, Babi dan Kuda. Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain 1 m3 Biogas setara
dengan :
Di negara Cina Sejak tahun 1975 "biogas for every household". Pada tahun 1992, 5 juta rumah
tangga di China menggunakan biogas. Reaktor biogas yang banyak digunakan adalah model
sumur tembok dengan bahan baku kotoran ternak & manusia serta limbah pertanian.
Kemudian di negara India Dikembangkan sejak tahun 1981 melalui "The National Project on
Biogas Development" oleh Departemen Sumber Energi non-Konvensional. Tahun 1999, 3 juta
rumah tangga menggunakan biogasReaktor biogas yang digunakan model sumur tembok dan
dengan drum serta dengan bahan baku kotoran ternak dan limbah pertanian. Dan yang terakhir
negara Indonesia Mulai diperkenalkan pada tahun 1970-an, pada tahun 1981 melalui Proyek
Pengembangan Biogas dengan dukungan dana dari FAO dibangun contoh instalasi biogas di
beberapa provinsi. Penggunaan biogas belum cukup berkembang luas antara lain disebabkan
oleh karena masih relatif murahnya harga BBM yang disubsidi, sementara teknologi yang
diperkenalkan selama ini masih memerlukan biaya yang cukup tinggi karena berupa konstruksi
beton dengan ukuran yang cukup besar. Mulai tahun 2000-an telah dikembangkan reaktor
biogas skala kecil (rumah tangga) dengan konstruksi sederhana, terbuat dari plastik secara siap
pasang (knockdown) dan dengan harga yang relatif murah. Manfaat energi biogas adalah
sebagai pengganti bahan bakar khususnya minyak tanah dan dipergunakan untuk memasak
kemudian sebagai bahan pengganti bahan bakar minyak (bensin, solar). Dalam skala besar,
biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik. Di samping itu, dari proses produksi
biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk
organik pada tanaman / budidaya pertanian. Potensi pengembangan Biogas di Indonesia masih
cukup besar. Hal tersebut mengingat cukup banyaknya populasi sapi, kerbau dan kuda, yaitu 11
juta ekor sapi, 3 juta ekor kerbau dan 500 ribu ekor kuda pada tahun 2005. Setiap 1 ekor ternak
sapi/kerbau dapat dihasilkan + 2 m3 biogas per hari. Potensi ekonomis Biogas adalah sangat
besar, hal tersebut mengingat bahwa 1 m3 biogas dapat digunakan setara dengan 0,62 liter
minyak tanah. Di samping itu pupuk organik yang dihasilkan dari proses produksi biogas sudah
tentu mempunyai nilai ekonomis yang tidak kecil pula.
Di negara Cina Sejak tahun 1975 "biogas for every household". Pada tahun 1992, 5 juta rumah
tangga di China menggunakan biogas. Reaktor biogas yang banyak digunakan adalah model
sumur tembok dengan bahan baku kotoran ternak & manusia serta limbah pertanian.
Kemudian di negara India Dikembangkan sejak tahun 1981 melalui "The National Project on
Biogas Development" oleh Departemen Sumber Energi non-Konvensional. Tahun 1999, 3 juta
rumah tangga menggunakan biogasReaktor biogas yang digunakan model sumur tembok dan
dengan drum serta dengan bahan baku kotoran ternak dan limbah pertanian. Dan yang terakhir
negara Indonesia Mulai diperkenalkan pada tahun 1970-an, pada tahun 1981 melalui Proyek
Pengembangan Biogas dengan dukungan dana dari FAO dibangun contoh instalasi biogas di
beberapa provinsi. Penggunaan biogas belum cukup berkembang luas antara lain disebabkan
oleh karena masih relatif murahnya harga BBM yang disubsidi, sementara teknologi yang
diperkenalkan selama ini masih memerlukan biaya yang cukup tinggi karena berupa konstruksi
beton dengan ukuran yang cukup besar. Mulai tahun 2000-an telah dikembangkan reaktor
biogas skala kecil (rumah tangga) dengan konstruksi sederhana, terbuat dari plastik secara siap
pasang (knockdown) dan dengan harga yang relatif murah.
Manfaat energi biogas adalah sebagai pengganti bahan bakar khususnya minyak tanah dan
dipergunakan untuk memasak kemudian sebagai bahan pengganti bahan bakar minyak (bensin,
solar). Dalam skala besar, biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik. Di samping
itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung
dipergunakan sebagai pupuk organik pada tanaman / budidaya pertanian. Potensi
pengembangan Biogas di Indonesia masih cukup besar. Hal tersebut mengingat cukup
banyaknya populasi sapi, kerbau dan kuda, yaitu 11 juta ekor sapi, 3 juta ekor kerbau dan 500
ribu ekor kuda pada tahun 2005. Setiap 1 ekor ternak sapi/kerbau dapat dihasilkan + 2 m3
biogas per hari. Potensi ekonomis Biogas adalah sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa 1
m3 biogas dapat digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah. Di samping itu pupuk
organik yang dihasilkan dari proses produksi biogas sudah tentu mempunyai nilai ekonomis
yang tidak kecil pula.
Pada tahap ini dilakukan pembelian peralatan yang dibutuhkan untuk membuat rektor ini,
peralatan tersebut antara lain :
§ Volume reaktor (plastik) : 300 liter
§ Kompresor : 1 buah
§ Kebutuhan bahan baku : kotoran ternak dari 2-3 ekor sapi/ kerbau, atau 6 ekor babi.
§ Roda : 5 buah
RANGKAIAN ELEKTRIK
Pada bagian ini dilakukan pembelian komponen elektronika yang dibutuhkan untuk membuat
rangkaian elektriknya, peralatan tersebut antara lain :
Pada pemasangan reaktor biogas dan pembuatan rangkaian elektrik ini adapun langkah –
langkahnya antara lain sebagai berikut :
a. Pembuatan reaktor, menggunakan plastik penampung air (tandon air dengan kapasitas
300 liter)
b. Pembuatan meja tabung plastik : panjang = 2 m, lebar = 1,2m.
c. Kotoran sapi (fases) awal sebanyak 12 karung kantong semen atau karung seukurannya
(12 kantong semen = 240 lt). Persiapan awal ini untuk mempercepat produksi gas yang
siap untuk digunakan.
d. Drum untuk tempat pencampuran kotoran (fases) dengan air (1:1) masing 1 buah (120
liter)
e. Merangkai rangkaian power suplly (catu daya) 5V, 12V dan 24V
f. Merangkai rangkaian sensor serta rangkaian SC (signal conditioning)
g. Merangkai rangkaian driver relay dan driver motor.
h. Merangkai rangkaian mikrokontoller ATMEGA8535 serta rangkaian downloadernya.
i. Membuat Software untuk di displaykan pada PC (Personal Computer)
Adapun cara – cara mengoprasikan reaktor biogas ini antara lain sebagai berikut :
Buat campuran kotoran ternak dan air dengan perbandingan 1 : 1 (bahan biogas)
Masukkan bahan biogas ke dalam reaktor melalui tempat pengisian sebanyak 240 liter,
selanjutnya akan berlangsung proses produksi biogas di dalam reaktor.
Setelah kurang lebih 10 hari reaktor biogas dan penampung biogas akan terlihat
mengembung dan mengeras karena adanya biogas yang dihasilkan. Biogas sudah dapat
digunakan sebagai bahan bakar.
Sekali-sekali reaktor biogas digoyangkan supaya terjadi penguraian yang sempurna dan
gas yang terbentuk di bagian bawah naik ke atas, lakukan juga pada setiap pengisian
reaktor.Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu sebanyak
+ 40 liter setiap pagi dan sore hari. Sisa pengolahan bahan biogas berupa sludge
(lumpur) akan keluar dari reaktor setiap kali dilakukan pengisian bahan biogas. Sisa hasil
pengolahan bahan biogas tersebut dapat digunakan langsung sebagai pupuk organik,
baik dalam keadaan basah maupun kering.
Berikut ini merupakan cara untuk merawat dan memelihara reaktor biogas antara lain sebagai
berikut :
Apabila reaktor tampak mengencang dan indikator pada pressure gauge mengalami
perubahan hal ini di karenakan adanya gas tetapi gas tidak mengisi penampung gas,
maka luruskan selang dari pengaman gas sampai reaktor, karena uap air yang ada di
dalam selang dapat menghambat gas mengalir ke penampung gas. Lakukan hal tersebut
sebagai pengecekan rutin.
Cegah air masuk ke dalam reaktor dengan menutup tempat pengisian disaat tidak ada
pengisian reaktor. Serta dilakukan pengecekan rutin jika kandungan air di dalam reaktor
berlebih.
GAMBAR PEMBUATAN BIOGAS