Anda di halaman 1dari 4

Lalu, apa yang bikin beda antara asuransi syariah dan konvensional?

Dari penamaannya saja


sudah terlihat satu poin perbedaan. Tapi yang lebih penting adalah perbedaan di dalamnya,
seperti dijelaskan berikut ini:
ASURANSI SYARIAH DAN KONVENSIONAL
1. Perjanjian
Syariah: Memakai akad hibah dengan konsep saling menolong, sama-sama gak mengharap
imbalan.
Konvensional: Mirip transaksi jual-beli, sama-sama berharap bisa ambil untung sebesarnya dan
rugi sekecilnya.
2. Dana
Syariah: Dana dimiliki semua peserta asuransi. Perusahaan hanya menjadi pengelola dana, gak
punya hak memiliki.
Konvensional: Dana premi yang dibayarkan jadi milik perusahaan karena konsepnya jual-beli,
sehingga bebas mau dipakai buat apa pun asal sesuai dengan perjanjian.
asuransi syariah dan konvensional
Ayok, rencanakan masa depan keluarga di dunia dan akhirat lewat asuransi syariah! (Asuransi
Syariah / Pasarpolis)
3. Pengelolaan dana
Syariah: Dana semaksimal mungkin diolah untuk keuntungan peserta asuransi. Pengelolaannya
juga lebih transparan.
Konvensional: Perusahaan secara sepihak menetapkan premi dan biaya lain, misalnya
administrasi, untuk mendapat keuntungan sebesar-besarnya.
4. Bagi hasil
Syariah: Keuntungan yang didapat dari pengelolaan dana asuransi akan dibagi untuk semua
peserta dan perusahaan asuransi secara merata.
Konvensional: Keuntungan dari kegiatan asuransi sepenuhnya jadi milik perusahaan.
5. Ada zakat
Syariah: Peserta wajib membayar zakat yang diambil dari jumlah keuntungan perusahaan.
Konvensional: Tak ada zakat.
6. Pengawasan dana
Syariah: Ada Dewan Pengawas Syariah (DPS) di tiap perusahaan berbasis syariah, termasuk
perusahaan asuransi. Tugasnya mengawasi perusahaan itu untuk selalu menaati prinsip syariah
dalam mengelola dana asuransi. DPS bertanggung jawab kepada Majelis Ulama Indonesia
(MUI).
Konvensional: Pengawasan dana dilakukan secara internal oleh manajemen, gak ada pihak luar
yang bisa masuk.
7. Status dana
Syariah: Dana yang disetor peserta asuransi bisa diambil kalau dalam perjalanannya gak sanggup
lanjut bayar. Hanya ada potongan kecil berupa dana tabarru dalam hal ini.
Konvensional: Kalau gak sanggup bayar premi, seluruh dana yang sudah disetor statusnya
hangus alias jadi milik perusahaan.

8. Jenis investasi (unit link)


Syariah: Dana asuransi unit link hanya boleh diinvestasikan ke bidang yang gak dinilai haram.
Investasi ke perusahaan yang berkaitan dengan judi, misalnya, dilarang.
Konvensional: Dana bebas diasuransikan di bidang mana pun, asal itu berpotensi mendatangkan
keuntungan
BANK KONVENSIONAL DAN SYARIAH
1. Beda bank syariah dan konvensional dari sumber hukum
Sesuai namanya, segala transaksi yang berlaku pada bank syariah menggunakan dasar sesuai
dengan syariat Islam bersumber dari Al-Qur’an, Hadist, dan fatwa ulama (MUI). Sedangkan
pada bank konvensional, semua transaksi berdasarkan hukum perdana dan pidata yang berlaku di
Indonesia.

2. Akad yang digunakan berbeda


Ada beberapa akad yang digunakan dalam bank syariah, yaitu wadiah (akad penitipan
barang/uang), mudharabah (akad kerjasama penyedia dana dan pengelola dana), musyarakah
(akad kerjasama usaha dengan porsi dana masing-masing), murabahah (akad pembiayaan barang
dan pembeli membayar lebih sesuai dengan yang telah disepakati), dan lain sebagainya. Adapun
pada bank konvensional, tercipta akad (perjanjian) berdasarkan hukum positif sesuai dengan
yang sudah dijelaskan pada poin satu.

Baca Juga : Mengenal Akad Mudharabah dalam Islam dan Praktik Wadiah dalam Sistem
Perbankan Syariah.
3. Perbedaan pada cara memperoleh keuntungan
Perlu diketahui, keduanya baik bank syariah maupun konvensional merupakan lembaga bisnis
yang sama-sama mencari keuntungan. Maka dari itu, bank syariah bukan berarti lembaga sosial
atau organisasi amal yang dibentuk tanpa mengharap profit sepeserpun.
Beda bank syariah dan konvensional terletak pada bagaimana cara mendapatkan keuntungannya
masing-masing. Bank syariah menerapkan sistem bagi hasil dan melarang pemberlakuan riba
karena diharamkan dalam islam. Berbeda dengan bank konvensional yang masih mempraktikkan
sistem bunga untuk mendapatkan keuntungan.

4. Sifat cicilan keduanya juga berbeda


Cicilan pada bank syariah bersifat tetap, jelas, dan transparan karena sesuai dengan akad yang
telah disepakati pada awal perjanjian antara pihak nasabah dan pihak bank. Adapun cicilan pada
bank konvensional seringkali hanya berlaku dalam periode tertentu yang mana akan mengalami
fluktuasi ke depannya dan seringkali lebih menguntungkan pihak bank ketimbang nasabah.

5. Perbedaan lembaga pengawas yang berwenang


Keduanya tetap diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia. Namun perbedaannya
terletak pada adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS). Bank syariah mewajibkan hadirnya posisi
DPS, sebaliknya bank konvensional tidak. Kamu juga bisa mengunjungi Youtube channel
Qazwa terkait Siapa itu Dewan Pengawas Syariah ?

6. Berbeda dari sisi hubungan bank dengan nasabah


Bank syariah menganggap hubungan dengan nasabah layaknya mitra atau rekan kerja dimana
hubungan timbal balik yang terjadi saling menguntungkan satu sama lain. Sedangkan bank
konvensional membangun hubungan dengan nasabah seperti debitur dan kreditur atau hubungan
emosional lainnya untuk menarik perhatian dan kesetiaan nasabah.

7. Terakhir, cara menyelesaikan sengketa pun berbeda


Jika terjadi sengketa dengan nasabah, bank syariah akan menyelesaikan permasalahan melalui
musyawarah terlebih dahulu, baru kemudian melalui pengadilan agama jika belum mencapai
musyawarah mufakat. Berbeda dengan bank konvensional, sengketa akan langsung diselesaikan
melalui jalur hukum pengadilan negeri.
Koperasi konvensional memberikan bunga pada setiap naabah sebagai keuntungan koperasi.
Sedangkan pada koperasi syariah, bagi hasil adalah cara yang diambil untuk melayani para
nasabahnya

Aspek pengawasan
Aspek pengawasan yang diterapkan pada koperasi konvensional adalah pengawasan kinerja, ini
berarti koperasi hanya diawasi kinerja para pengurus dalam mengelola koperasi.
Berbeda dengan koperasi syariah, selain diawasi pada pengawasan kinerjanya, tetapi juga
pengawasan syariah. Prinsip-prinsip syariah sangat dijunjung tinggi, maka dari itu kejujuran para
intern koperasi sangat diperhatikan pada pengawasan ini, bukan hanya pengurus, tetapi aliran
dana serta pembagian hasil tidak luput dari pengawasan.

Penyaluran produk
koperasi konvensinal memberlakukan system kredit barang atau uang pada penyaluran
produknya, maksudnya adalah koperasi konvensional tidak tahu menahu apakah uang ( barang )
yang digunakan para nasabah untuk melakukan usaha mengalami rugi atau tida ?, nasabah harus
tetap mengembalikan uang sebesar yang dipinjam ditambah bunga yang telah ditetapkan pada
RAT. Aktivitas ini berbeda di koperasi syariah, koperasi ini tidak mengkreditkan barang-
barangnya, melainkan menjualn secara tunai maka transaksi jual beli atau yang dikenal dengan
murabahah terjadi pada koperasi syariah, uang / baramg yang dipinjamkan kepada para
nasabahpun tidak dikenakan bunga, melainkan bagi hasil, artinya jika nasabah mengalami
kerugian, koperasipun mendapatkan pengurangan pengembalian uang, dan sebaliknya. Ini
merupakan salah satu bagi hasil yang diterapkan pada koperasi syariah.

Fungsi sebagai lembaga zakat


Koperasi konvesional tidak menjadikan usahanya sebagai penerima dan penyalur zakat,
sedangkan koperasi syariah, zakat dianjurkan bagi para nasabahnya, karena kopersai ini juga
berfungsi sebagai institusi Ziswaf.

Anda mungkin juga menyukai