Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWARATAN KRITIS

JURNAL EVIDENCE BASED NURSING SETTING KRITIS TENTANG


VENTILASI MEKANIK

OLEH:

ANDEREAS YULIUS KONDO KP.16.01.124


HERIBERTUS ERIK KP.16.01.141
MELKIANUS L. R. LANGU KP.16.01. 1
SENTIA E. P. LEMBA KP.16.01.175
YULITA DAWA KP.16.01.185

Halaman judul

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga tugas mata kuliah keperawatan kritis dengan
judui “ Jurnal EBN setting kritis ventilasi mekanik” ini dapat terselesaikan. Kami
menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak luput dari kesalahan, oleh karena
itu kami membutuhkan kritik dan saran yang mendukung terhadap makalah ini.

Yogyakarta,22 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................. Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
A. Pengertian ..................................................................................................... 3
B. Tujuan Penggunaan Ventilator Mekanik ..................................................... 3
C. Indikasi Pemasangan Ventilator Mekanik ................................................... 4
D. Kontraindikasi Pemasangan Ventilasi.......................................................... 5
E. Komplikasi ................................................................................................... 6
F. Klasifikisi Ventilator Mekanik ..................................................................... 6
G. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemasangan Ventilator ............... 8
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 11
A. Judul Penelitian .......................................................................................... 11
B. Nama Peneliti ............................................................................................. 11
C. Tempat dan waktu penelitian ..................................................................... 11
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 11
E. Metode Penelitian....................................................................................... 11
F. Critical Appraisal Skills Programme (CASP) Cohort Study Cecklist ....... 11
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 17
A. Kesimpulan ................................................................................................ 22
B. Saran ........................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi mempengaruhi berbagai bidang, termasuk
dibidang kesehatan. Terknologi dibidang kesehatan saat ini sangat membantu
untuk membantu meningkatkan tingkat keberhasilan kesembuhan pasien atau
meminimalisir kecacatan pada pasien.
Penemuan alat-alat medis, seperti Rontgen, MRI, USG untuk mengetahui
kelainan yang ada di dalam tubuh menggunakan sinar-X, bed side monitor
digunakan untuk memantau pasien kritis yang berada di ruang ICU secara
komprehensif, Syring Pump digunakan untuk pemberian obat dengan dosis
dan jam telah ditentukan, dan ventilator mekanik digunakan untuk membantu
pasien-pasien yang mengalami gagal nafas, hipoksemia, dan hiperkapnia
berat.
Dengan adanya keadaan tersebut maka tenaga kesehatan terutama perawat
yang ada di ruang perawatan kritis, seharusnya menguasai dan mampu
menggunakan teknologi yang sesuai dengan mesin-mesin tersebut, karena
perawat yang akan selalu ada di sisi pasien selama 24 jam.
Ventilator salah satu contohnya. Ventilator mekanik merupakan alat bantu
pernafasan bertekanan positif atau negatif yang menghasilkan aliran udara
terkontrol pada jalan nafas pasien sehingga mampu mempertahankan ventilasi
dan pemberian oksigen dalam jangka waktu yang lama (Purnawan & Saryono,
2010).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ventilator mekanik?
2. Apa tujuan pemberian ventilator mekanik?
3. Bagaimana indikasi penggunaan ventilator mekanik?
4. Bagaimana kontraindikasi penggunaan ventilator mekanik?
5. Apakah ada komplikasi dalam penggunaan ventilator mekanik?

1
6. Apa saja klasifikasi Ventilasi Mekanik?
7. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam pemasangan Ventilator?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Ventilasi Mekanik
2. Untuk mengetahui tujuan pemberian Ventilasi Mekanik
3. Untuk mengetahui apa saja indikasi penggunaan Ventilasi Mekanik
4. Untuk mengetahui kontraindikasi penggunaan ventilator mekanik
5. Untuk mengetahui komplikasi dalam penggunaan ventilator mekanik
6. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi Ventilasi Mekanik
7. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan
Ventilator.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernafasan bertekanan positif
atau negatif yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan nafas pasien
sehingga mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam
jangka waktu yang lama (Purnawan & Saryono, 2010).
Ventilstor mekanik adalah suatu sistem alat bantuan hidup yang dirancang
untuk menggantikan atau menunjang fungsi pernafasan yang normal(
Bambang setyohadi, 2006 ). Ventilasi mekanik adalah alat bantu nafas yang
memberikan bantuan nafas dengan cara membantu sebagian atau mengambil
alih semua fungsi pernafasan guna untuk mempertahankan hidup ( Manjoer,
2005).

B. Tujuan Penggunaan Ventilator Mekanik


Tujuan pemasangan ventilator mekanik adalah mempertahankan ventilasi
alveolar secara optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan metabolik pasien,
memperbaiki hipoksemia dan memaksimalkan transportasi oksigen (Purnawan
& Saryono, 2010).
1. Memberikan kekuatan mekanis pada sistem paru untuk mempertahankan
ventilasi yang fisiologis
2. Memanipulasi “air way pressure” dan corak ventilasi untuk
memperbaiki efisiensi ventilasi dan oksigenasi
3. Mengurangi kerja miokard dengan jalan mengurangi kerja nafas
(Brunner dan Suddarth, 2008).
Tujuan utama pemberian dukungan ventilator mekanik adalah
untuk mengembalikan fungsi normal pertukaran udara dan memperbaiki
fungsi pernafasan kembali ke keadaan normal( Bambang setyohadi, 2006 )

3
Ada beberapa tujuan pemasangan ventilator mekanik menurut Corwin
(2009), yaitu:
a. Mengurangi kerja pernapasan
b. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien
c. Pemberian MV yang akurat
d. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
e. Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat

C. Indikasi Pemasangan Ventilator Mekanik

Tindakan intubasi dan memulai ventilasi mekanik merupakan hal yang


rumit untuk diputuskan. Sebelum melakukan hal tersebut, ada beberapa aturan
yang harus dipahami antara lain:
1. Indikasi intubasi dan ventilasi mekanik harus dipertimbangkan dengan
baik. Ada kecenderungan untuk menunda intubasi dan ventilasi mekanik
sebisa mungkin dengan harapan hal tersebut tidak perlu dilakukan.
Namun, intubasi yang terencana lebih kurang bahayanya dibandingkan
intubasi emergensi, di samping itu penundaan intubasi dapat
menyebabkan bahaya bagi pasien yang sebenarnya dapat dihindari. Bila
kondisi pasien dinilai cukup parah dan membutuhkan intubasi dan
ventilasi mekanik dengan segera, maka jangan menunda untuk melakukan
tindakan tersebut.
2. Intubasi bukan merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang
tidak kompeten untuk melakukannya. Para perawat cenderung meminta
maaf karena mereka telah melakukan intubasi pada saat mereka bertugas
jaga malam, seolah-olah tindakan tersebut merupakan hal yang tidak
mampu mereka lakukan. Justru sebaliknya, intubasi harus dilakukan
dengan pendirian yang kuat dan tak seorang pun yang disalahkan karena
melakukan tindakan penguasaan jalan napas pada pasien yang tidak stabil.
3. Tindakan untuk memulai ventilasi mekanik bukan merupakan suatu
“gerbang kematian.” Anggapan bahwa sekali kita menggunakan ventilator
maka selamanya akan tergantung pada ventilator merupakan hal yang

4
tidak benar, yang seharusnya tidak sampai mempengaruhi keputusan kita
untuk memulai ventilasi mekanik. Penggunaan ventilator tidak
menyebabkan seseorang mengalami ketergantungan, kecuali pada pasien
dengan penyakit kardiopulmonal berat dan gangguan neuromuskular.
Menurut Pontopidan (2006), seseorang perlu mendapat bantuan
ventilasi mekanik (ventilator) bila :
a. Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
b. Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70
mmHg.
c. PaCO2 lebih dari 60 mmHg
d. AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
e. Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.

D. Kontraindikasi Pemasangan Ventilasi


Pemasangan ventilator dapat menimbulkan resiko serius yaitu terjadinya
Pneumonia akibat ventilator atau Ventilator Associated Pneumonia (VAP).
Hal tersebut dapat terjadi dikarena ventilator yang terhubung merupakan
media yang memudahkan bakteri masuk ke dalam paru-paru.
Dalam Indonesian Journal of Tropical and Infecious Diseases,
menunjukkan bahwa koloni bakteri tumbuh di sirkuit ventilator setelah hari
ke-3 dan bakteri akan tumbuh secara pesat pada hari ke-7. hampir setengah
dari bakteri yang berasal dari sirkuit dan sputum pasien mirip. Maka dari itu
hubungan bakteri yang berasal dari sirkuit juga berpengaruh pada sputum
pasien.
Brunner dan Suddarth (2008) berpendapat bahwa kontra indikasi pasien
yang terpasang ventilator, sebagai berikut:
1. Pemakaian alat ventilasi umumnya sangat membantu pasien yang
menagalami masalah pernapasan. Tidak ditemukan kontraindikasi
dalam penggunaannya, kecuali jika telah terjadi komplikasi lain yang
menyertai perjalanan penyakitnya.
2. Pada pasien dengan fraktur basal tengkorak rentan terpasang ventilator.

5
E. Komplikasi

Ada beberapa komplikasi ventilasi mekanik, antara lain (Sheen, 2009).


1. Risiko yang berhubungan dengan intubasi endotrakea, termasuk
kesulitan intubasi, sumbatan pipa endotrakea oleh sekret.
2. Intubasi endotrakea jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan
laring terutama pita suara dan trakea. Umumnya setelah 14 hari
dilakukan trakeostomi.
3. Gas ventilasi dapat menyebabkan efek mengeringkan jalan napas dan
retensi sekret dan mengganggu proses batuk sehingga dapat
menimbulkan infeksi paru-paru.
4. Masalah-masalah yang berhubungan dengan pemberian sedasi dan
anestesi yang memiliki efek depresi jantung, gangguan pengosongan
lambung, penurunan mobilitas dan memperlama proses pemulihan.
5. Gangguan hemodinamik terutama pada penggunaan tekanan tinggi
yang dapat mengurangi venous return, curah jantung dan tekanan
darah sehingga mengurangi aliran darah ke saluran pencernaan dan
ginjal.
6. Barotrauma dan volutrauma

F. Klasifikisi Ventilator Mekanik


Ventilator mekanik dibedakan atas beberapa klasifikasi, yaitu (Kowalak,
2011):
1. Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut
mendukung ventilasi, dua kategori umum adalah ventilator tekanan
negatif dan tekanan positif.
a. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada
eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi
memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga
memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada
gagal nafas kronik yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular

6
seperti poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan
miastenia gravis. Saat ini sudah jarang di pergunakan lagi karena tidak
bisa melawan resistensi dan complience paru, disamping itu ventlator
tekanan negative ini digunakan pada awal – awal penggunaan
ventilator
b. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan
mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian
mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada
ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi.
Ventilator ini secara luas digunakan pada klien dengan penyakit paru
primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu tekanan
bersiklus, waktu bersiklus dan volume bersiklus.
2. Berdasarkan mekanisme kerjanya ventilator mekanik tekanan positif
dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu : Volume Cycled, Pressure Cycled,
Time Cycled, Flow Cycle.
a. Volume Cycled Ventilator
Volume cycled merupakan jenis ventilator yang paling sering
digunakan di ruangan unit perawatan kritis. Prinsip dasar ventilator
ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan
terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan.
Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada
complience paru pasien tetap memberikan volume tidal yang
konsisten. Jenis ventilator ini banyak digunakan bagi pasien dewasa
dengan gangguan paru secara umum. Akan tetapi jenis ini tidak
dianjurkan bagi pasien dengan gangguan pernapasan yang
diakibatkan penyempitan lapang paru (atelektasis, edema paru). Hal
ini dikarenakan pada volume cycled pemberian tekanan pada paru-
paru tidak terkontrol, sehingga dikhawatirkan jika tekanannya
berlebih maka akan terjadi volutrauma. Sedangkan penggunaan pada
bayi tidak dianjurkan, karena alveoli bayi masih sangat rentan

7
terhadap tekanan, sehingga memiliki resiko tinggi untuk terjadinya
volutrauma.

b. Pressure Cycled Ventilator


Prinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan
tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah
mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup
inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada
type ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang
diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang status parunya
tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan,
sedangkan pada pasien anak-anak atau dewasa mengalami gangguan
pada luas lapang paru (atelektasis, edema paru) jenis ini sangat
dianjurkan.
c. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan
waktu ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu
inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas
permenit). Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi) adalah 1 : 2.
d. Berbasis aliran (Flow Cycle)
Memberikan napas/ menghantarkan oksigen berdasarkan kecepatan
aliran yang sudah diset.

G. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemasangan Ventilator

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan ventilator Kowalak,


(2011)
1. Pencegahan infeksi nosocomial, infeksi nosokomial dapat dicegah,
setiap melakukan tindakan keperawatan menggunakan prinsip aseptik
dan antiseptik.
2. Sistem Alarm, Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem
alarm perlu untuk mewaspadakan perawat tentang adanya masalah.

8
Alarm tekanan rendah menandakan adanya pemutusan dari pasien
(ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm tekanan tinggi
menandakan adanya peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk,
cubing tertekuk, terjadi fighting, dll. Alarm volume rendah menandakan
kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap dan harus
dipasang dalam kondisi siap.
3. Humidifasi dan Suhu, Ventilator yang melewati jalan nafas buatan
meniadakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap pelembaban dan
penghangatan.
4. Perawatan jalan nafas, perawatan jalan nafas terjadi dari pelembaban
adequate, perubahan posisi dan penghisapan sekresi penghisapan di
lakukan hanya bila perlu, karena tindakan ini membuat pasien tidak
nyaman dan resiko terjadinya infeksi.
5. Perawatan selang Endotrakeal, selang endotrakeal harus dipasang
dengan aman untuk mencegah terjadinya migrasi, kinking (ETT
tertekuk) dan terekstubasi, oleh sebab itu fiksasi yang adequate jangan
diabaikan. Penggantian plester fiksasi minimal 1 hari sekali harus
dilakukan karena ini merupakan kesempatan bagi kita untuk melihat
apakah ada tanda-tanda lecet/ iritasi pada kulit atau pinggir bibir dilokasi
pemasangan selang endotrakeal. Pada pasien yang tidak kooperatif
sebaiknya dipasang mayo/gudel sesuai ukuran, ini gunanya agar selang
endotrakeal tidak digigit, dan bisa juga memudahkan untuk melakukan
pengisapan sekresi. Penggunaan pipa penyanggah sirkuit pada ventilator
dapat mencegah tertariknya selang endotrakeal akibat dari beban sirkuit
yang berat. Bila pasien terpasang ventilator dalam waktu yang lama
perlu di pertimbangkan untuk dilakukan pemasangan Trakeostomi yang
sebelumnya kolaborasi dengan dokter dan keluarga pasien.
6. Tekanan cuff endotrakeal, tekanan cuff harus dimonitor minimal tiap
shift untuk mencegah kelebihan inflasi dan kelebihan tekanan pada
dinding trakea. Pada pasien dengan ventilator, tekanan terbaik adalah
paling rendah tanpa adanya kebocoran/penurunan tidal volume. Cuff

9
kalau memungkinkan di kempeskan secara periodik untuk mencegah
terjadinya nekrosis pada trakea.
7. Dukungan Nutrisi, pada pasien dengan dipasangnya ventilator dukungan
nutrisi harus diperhatikan secara dini. Apabila hal ini terabaikan tidak
sedikit terjadinya efek samping yang memperberat kondisi pasien,
bahkan bisa menimbulkan komplikasi paru dan apabila tidak
memungkinkan untuk diberikan nutrisi melalui enteral bisa dilakukan
dengan pemberian nutrisi parenteral.
8. Perawatan Mata. Pada pasien dengan pemasangan ventilator perawatan
mata sangat penting dalam asuhan keperawatan. Pengkajian yang sering
dan pemberian tetes mata/zalf mata bisa menurunkan keringnya kornea.
Bila refleks berkedip hilang, kelopak mata harus di plester untuk
mencegah abrasi kornea, kering dan trauma. edema sclera dapat terjadi
pada pasien dengan ventilator bila tekanan vena meningkat. Atur posisi
kepala lebih atas/ekstensikematian.

10
BAB III
PEMBAHASAN

A. Judul Penelitian
“Intervensi Vap Bundle Dalam Pencegahan Ventilator Associated
Pneumonia (Vap) Pada Pasien Dengan Ventilasi Mekanis”.
B. Nama Peneliti
Diah Susmiarti, Harmayetty, Yulis Setiya Dewi.
C. Tempat dan waktu penelitian
Tempat penelitian : Ruang ICU Rumkital Dr. Ramelan
D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kejadian VAP setelah diberikan penerapan VAP bundle
surabaya.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode one shot case study post test only.

F. Critical Appraisal Skills Programme (CASP) Cohort Study Cecklist


Can’t
No Questions Yes No
tell
A. Are the result of the study valid ?
1. Did the study address a clearly focused issue? V
2. Was the cohort recruited in an acceptable way? V
3. Was the exposure accurately measured to minimise V
bias?
4. Was the outcome accurately meassured to minimise V
bias?
(a) Have the authors identified all important
5. V
confounding factors?
(b) Have they taken account of the confounding V
factors in the design and/or analysis?

11
6. (b) Was the follow up of subjects long enough? V
B. What are the results?
7. What are the result of this study? V
8. How precise are the results? V
9. Do you believe the results? V
C. Will the results help locally?
10. Can the results of this study fit with other available V
evidence?
11. Do the results of this study fit with other available V
evidence?
12. What are the implications of this study for practice? V

Keterangan :
A. Are the results of the study valid?
1. Apakah peneliti melakukan penelitian sesuai dengan masalah yang sedang
terjadi/isu terkini ?
Peneliti sudah melakukan penelitian sesuai dengan masalah yang terjadi
saat ini atau isu terkini. Berdasarkan hasil rekam medis Rumkital Dr.
Ramelan pada tahun 2011 jumlah pasien ICU yang menggunakan
ventilator 74 orang, meninggal 62 orang, jumlah hari pemakaian ventilator
dalam 1 tahun yaitu 505 hari dan 8 kasus dengan VAP. Pada tahun 2012
jumlah pasien yang menggunakan ventilator 109 orang, meninggal 86
orang, jumlah hari pemakaian ventilator dalam 1 tahun yaitu 694 hari, dan
10 kasus dengan VAP. Pada tahun 2013 jumlah pasien ICU yang
menggunakan ventilator sebanyak 148 orang, jumlah pasien yang
meninggal 100 orang, jumlah hari pemakaian ventilator yaitu 670 hari, dan
data untuk kasus dengan VAP didapatkan 7 kasus VAP dengan hasil kultur
yaitu A. Baumanii Streptococcus, Acinetobacter dan E. Coli.
2. Apakah kohort direkrut dengan cara yang dapat diterima?

12
a. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian “Pra Eksperimental”
dengan One Shot Case Study pada pasien yang terpasang ventilator
mekanis.
b. Faktor resiko yang diteliti pada penelitian ini adalah usia, jenis
kelamin, pasien yang menggunakan ventilator mekanik mulai hari ke
0, pasien yang berusia dewasa > 18th, pasien yang tidak terdiagnosa
pneumonia saat masuk ICU dan pasien yang mendapatkan Antibiotika.
c. Peneliti mencoba mendeteksi apakah pasien terdiagnosa VAP dengan
cara peneliti mengukur menggunakan lembar observasi untuk
penerapan VAP bundle sedangkan untuk kejadian VAP diukur melalui
lembar monitoring Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS).
3. Apakah paparan diukur secara akurat untuk meminimalkan bias?
Untuk meminimalkan bias pada penelitian, penentuan sampel
digunakan kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini, yaitu :
Inklusi :
Pada pasien yang menggunakan ventilator mekanik mulai hari ke 0,
pasien yang berusia dewasa > 18th, pasien yang tidak terdiagnosa
pneumonia saat masuk ICU dan pasien yang mendapatkan Antibiotika.
Eksklusi :
Pasien meninggal dalam pemasangan ventilator, di tengah waktu
penelitian pasien/keluarga pasien menolak/mundur dari penelitian.
4. Apakah hasilnya akurat diukur untuk meminimalkan bias?
Hasil dari setiap variabel yang diteliti telah diukur menggunakan alat
ukur dan standart yang sudah dipakai oleh peneliti sebelumnya dan juga
ditetapkan sebagai standart disuatu Universitas, Contoh :
Menurut Mc Carthy et al (2008) program pencegahan VAP dengan
melakukan pemberian VAP bundle telah dilakukan di Mercy Hospital US
mulai Juni 2003 sampai dengan Mei 2004 terhadap 205 sampel dan
mendokumentasikan dalam sebuah format VAP bundle. Hasil yang
ditemukan setelah pelaksanaan program secara konsisten tersebut terdapat
penurunan VAP yaitu dari 6,1 menjadi 2,7 kasus per 1000 hari pemakaian

13
ventilator. Menurut Crunden et al (2005), pemberian VAP bundle yang
telah dilakukan pada 286 pasien di Surrey Hospital United Kingdom,
memberikan hasil tentang kebutuhan pasien dalam pemakaian ventilator
menurun dari 10,8 menjadi 6,1 hari dan Length Of Stay menurun dari
13,75 menjadi 8,36 hari.
5. (a) Apakah penulis mengidentifikasi semua faktor pembaur yang penting?
Faktor pembaur lainnya sudah diidentifikasi dan dijelaskan pada tabel 1
dan 2 pada jurnal.
(b) Apakah mereka mengambil keterangan dari faktor pembaur dalam
desain dan atau analisis?
Alat ukur untuk penerapan VAP bundle berupa lembar observasi
sedangkan untuk kejadian VAP diukur melalui lembar monitoring Clinical
Pulmonary Infection Score (CPIS). Pemberian VAP bundle pada penelitian
ini dimulai setelah responden terpasang ventilasi mekanis yaitu pada hari
ke 0 sampai dengan hari ke 3. Setiap pelaksanaan pemberian VAP bundle
dicatat pada checklist monitoring VAP bundle. Setelah penerapan VAP
bundle kemudian pada hari ke 3 dilakukan penilaian kejadian VAP melalui
monitoring clinical pulmonary infection score (CPIS) dengan
mengumpulkan data hasil pemeriksaan suhu, leukosit, sputum, PaO2/
FiO2, Foto toraks, dan kultur sputum responden dan memasukkan data-
data tersebut ke dalam lembar monitoring CPIS. Keseluruhan data tersebut
di jumlah berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan terhadap masing-
masing karakteristik CPIS. Responden dengan nilai total CPIS ≤ 6
dikategorikan tidak terdiagnosa VAP dan responden dengan nilai total
CPIS > 6 dikategorikan VAP.
6. Apakah tindak lanjut dari subyek cukup lama?
Penelitian ini berlangsung selama satu bulan dan peneliti memberikan
intervensi berupa VAP bundle pada pasien dengan ventilasi mekanik
sebanyak 6 orang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mc Carthy
et al (2008) program pencegahan VAP dengan melakukan pemberian VAP
bundle telah dilakukan di Mercy Hospital US mulai Juni 2003 sampai

14
dengan Mei 2004 terhadap 205 sampel dan mendokumentasikan dalam
sebuah format VAP bundle. Hasil yang ditemukan setelah pelaksanaan
program secara konsisten tersebut terdapat penurunan VAP yaitu dari 6,1
menjadi 2,7 kasus per 1000 hari pemakaian ventilator. Menurut Crunden et
al (2005), pemberian VAP bundle yang telah dilakukan pada 286.
B. What are the results?
7. Apa hasil penelitian ini?
Hasil Observasi nilai Clinica Pulmonary Infection Score (CPIS)
terhadap 6 responden pada hari ke 3 pemakaian ventilator didapatkan hasil
2 dari 6 responden terdapat kejadian VAP dengan skor VAP > 6 (33,33%)
dan 4 responden tidak terdiagnosa VAP dengan skor VAP ≤ 6 (66,67%).
Nilai suhu dari Clinical Pulmonary Infection Score (CPIS) 6 responden
didapatkan nilai suhu pada hari ke 3 sebanyak 5 responden mendapatkan
skor 0, sedangkan 1 reponden mendapatkan nilai 2. Nilai CPIS untuk
leukosit pada hari 3 yaitu sebanyak 2 responden mendapat skor 0
sedangkan 4 responden lain mendapat skor 1. Skor sputum pada hari ke 3
yaitu sebanyak 5 responden mendapatkan skor 1 dan 1 responden
mendapatkan skor 2. Skor untuk PaO2/FiO2 pada hari ke 3 didapatkan 4
responden mendapatkan skor 0 dan 2 responden mendapatkan skor 2. Nilai
CPIS untuk hasil foto thoraks pada hari ke 3 sebanyak 2 responden
mendapatkan skor 0 dan 4 responden mendapatkan skor 2. Berdasarkan
hasil kultur sputum pada hari ke 3 didapatkan 6 responden mendapatkan
skor 2.
8. Bagaimana tepatnya hasilnya?
Berdasarkan fakta dan Teori yang ada, peneliti berpendapat bahwa
meskipun penerapan VAP bundle telah diterapkan 100% pada responden
dan penghentian sedasi dihentikan sejak dini, kemungkinan terjadinya
VAP masih dapat terjadi. Hal tersebut diakibatkan masih adanya faktor-
faktor lain yang berkontribusi besar dalam terjadinya proses infeksi.
9. Apakah anda percaya hasilnya?

15
Ya, karena melihat lama waktu penelitian dan jumlah sampel yang
sudah diambil dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria penelitian
untuk meminimalkan bias, dan juga variabel lain yang juga ikut
diperhitungkan dalam penelitian ini.
C. Will the results help locally?
10. Dapatkah hasil diterapkan pada masyarakat setempat?
Hasil dalam penelitian ini memang belum dapat langsung diterapkan
diklinis, karena sebuah studi harus memiliki cukup bukti dan juga
percobaan yang sesuai dengan etika dan hukum untuk diterapkan dalam
klinis, studi kohort sendiri adalah studi yang posisinya masih berada
dibawah studi yang lain misalkan RCT yang lebih banyak digunakan
untuk acuan. Tetapi temuan dalam penelitian ini menyajikan data sebagai
tambahan pengetahuan kita sebagai perawat karena penelitian ini adalah
penelitian yang bersifat observasional dan bukan merupakan sebuah
ekperimen.
11. Apakah hasil penelitian ini sesuai dengan bukti lain yang tersedia?
Hasil penelitian ini sudah dilengkapi dengan hasil penelitian terdahulu
yang sudah ditulis pada jurnal.
12. Apa implikasi dari penelitian ini untuk praktek?
Implikadsi dari penelitian ini terutama di bidang keperawatan adalah
perawat ICU harus dapat mengidentifikasi faktor-aktor risiko pada pasien
yang dirawat sehingga pencegahan secara dini terhadap kejadian VAP
dapat dilakukan dengan baik dan penilaian Clinical Pulmonary Infection
Score (CPIS) tidak saja dilakukan pada hari ke 3 namun dilakukan secara
berkesinambungan untuk mengetahui kejadian VAP yang diakibatkan oleh
bakteri yang resisten.

16
G. Kelebihan Dan Kekurangan
1. Kelebihan
Kelebihan pada jurnal ini peneliti mampu melakukan penelitian
intervensi VAP Bundle dalam pencegahan ventilator associated
pneumonia (vap) pada pasien dengan ventilasi mekanis dengan tingkat
keberhasilan yang cukup signifikan. Peneliti mampu menjabarkan
intervensi yang dilakukan kepada pasien dengan ventilasi mekanik.
2. Kekurangan
Kekurangan dari jurnal ini adalah peneliti melakukan penelitian
dengan jumlah responden yang sedikit yaitu berjumlah 6 responden,
sehingga tingkat kepercayaan ketika diaplikasikan di beberapa rumah
sakit terutama di ruang ICU masih belum cukup maksimal.

Lembar observasi APACHE II

APACHE II dirancang untuk mengukur tingkat keparahan penyakit bagi pasien


dewasa yang dirawat di unit perawatan intensif. Itu belum divalidasi untuk
digunakan pada anak-anak atau remaja berusia di bawah 16 tahun.
Skor poin dihitung dari usia pasien dan 12 pengukuran fisiologis rutin:
AaDO2 atau PaO2 (tergantung pada ≥ 500 ( 4 point)
FiO2) 350- 499 (3 point)
200- 349 (2 point)
< 200 or PaO2 > 70 (0 points)
PaO2 61- 70 ( 1 point )
PaO2 55- 60 ( 3 point)
PaO2 < 55 (4 point)
Suhu ( ºC) ≥ 41 (4 point)
39-40,9 ( 3 point)
38, 5- 38,9=1 point
36-38,4=0 point
34-35,9=1 point
32-33,9=2 point

17
30-31,9=3 point
≤29,9=4 point
Tekanan arteri (mmhg) 70-109=0 point
≥50=4 point
35-49=3 point
25-34=1 point
12-24=0 point
10-11=1 point
6-9=2 point
≤5=4 point
arteri pH ( HCO3) 7,33-7,49 ; 32-40,9=0 point
≥7,7;≥52=4 point
7,6-7,69;41-51,9=3 point
7,5-7,59;32-40,9=1 point
7,33-7,49;32-40,9=0 point
7,25-7,32;18-22,9=2 point
7,15-7,24;15-17,9=3 point
<7,15;<15=4 point
Detak jantung 70-109=0 point
≥180=4 point
140-179=3 point
110-139=2 point
70-109=0 point
55-69=2 point
40-54=3 point
≤39=4 point
Tingkat pernapasan 12-24=0 point
≥50=4 point
35-49=3 point
25-34=1 point

18
12-24=0 point
10-11=1 point
6-9=2 point
≤5=4 point
Sodium (serum) 130-149=0 point
≥3.5=4 point
>3.5 in ARF =8 point
2-3.4=3 point
2-3 in ARF =6 point
1.5-1.9=2 point
1.5-1.9 in ARF=4 point
0.6-1.4=0 point
<0.6=2 point
Kalium (serum) 3.5-5.4=0 point
≥7=4 point
6-6.9= point 3
5.5-5.9=1 point
3.5-5.4=0 point
3-3.4=1 point
2.5-2.9=2 point
<2.5=4 point
Kreatinin ≥3.5=4 point
>3.5 in ARF=8 point
2-3.4=3 point
2-3 in ARF=6 point
1.5-1.9=2 point
1.5-1.9 in ARF=4 point
0.6-1.4=0 point
<0.6=2 point
Hematokrit ≥60=4 point

19
50-59.9=2 point
46-49.9=1 point
30-45.9=0 point
20-20.9=2 point
<20=4 point
Jumlah sel darah putih ≥40=4 point
20-39.9=2 point
15-19.9=1 point
3-14.9=0 point
1.2.9=2 point
<1.4=4 point
Skala Koma Glasgow ≥75=6 point
65-74=5 point
55-64=3 point
45-54=2 point
≤44=0 point

LEMBAR OBSERVASI CPIS (Clinical Pulmonary infection score)

Komponen Nilai score


Temperatur ( ºC ) ≥ 36,5 dan ≤ 38,4 0
≥ 38,5 dan ≤ 38,9 1
≥ 39,0 dan ≤ 36,5 2
Leukosit per mm3 ≥ 4000 dan 11000 0
< 4000 dan > 11000 1
Sekret trakea Tidak ada atau sedikit 0
ada, tidak purulent 1
purulent 2
Oksigenasi PaO2/FiO2 < 240, ARDS 0
≤ 240 dan tidak ada ARDS 2

20
Foto Thorak Tidak ada infiltrat 0
Infiltrat difus 1
Infiltrat terlokalisir 2

21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa hasil yang didapatkan terhadap kejadian VAP setelah penerapan Vap
bundle yang telah dilakukan terhadap 6 responden didapatkan 2 responden
terdiagnosa VAP dan 4 responden tidak terdiagnosa VAP. Hal tersebut
diakibatkan faktor-faktor antara lain penurunan kesadaran, usia lanjut,
albumin serum < 2,2, dan penurunan sistem imun responden oleh karena
trauma dan usia lanjut. Faktor dari petugas kesehatan sendiri yaitu kepatuhan
dalam mencuci tangan masih didapatkan kebiasaan tidak mencuci tangan
sebelum menyentuh pasien. Pada penelitian ini sulit untuk ditelusuri tingkat
mortalitas yang terjadi pada responden apakah diakibatkan oleh VAP atau
akibat dari diagnosa primernya.

B. Saran
1. Bagi Perawat ICU harus dapat mengidentifikasi faktor-aktor risiko pada
pasien yang dirawat sehingga pencegahan secara dini terhadap kejadian
VAP dapat dilakukan dengan baik dan penilaian Clinical Pulmonary
Infection Score (CPIS) tidak saja dilakukan pada hari ke 3 namun
dilakukan secara berkesinambungan untuk mengetahui kejadian VAP yang
diakibatkan oleh bakteri yang resisten.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengaplikasikan VAP bundle
dengan jumlah responden yang lebih besar, homogen serta dilakukan
penilaian CPIS secara berkelanjutan selama pasien di rawat.

22
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Sudarth. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Pontopidan, Neema K. 2006. Respiratory Failure. Indian Journal of
Anaesthesia, 47(5):360-6.

23

Anda mungkin juga menyukai