Anda di halaman 1dari 16

DASAR-DASAR K3 PERTAMBANGAN

SUBDIT KESELAMATAN PERTAMBANGAN


DIREKTORAT TEKNIK MINERAL DAN BATUBARA
JAKARTA
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN 2

II. DASAR-DASAR K3 3
A. Keselamatan Kerja 3
B. Kesehatan kerja 5

III. KECELAKAAN 7
A. Definisi Kecelakaan 7
B. Jenis Kecelakaan 7
C. Kecelakaan Tambang 8
D. Klasifikasi Kecelakaan Tmbang di Indonesia 8
E. Penyebab Kecelakaan 9
F. Pendorong Kecelakaan 9
G. Statistik Kecelakaan 9
H. Biaya Kecelakaan 10

IV. PEMBINAAN K3 11
A. Penyuluhan 11
B. Safety Talk 11
C. Safety Training 11
D. Safety Inspection 12
E. Safety Investigation 12
F. Safety Meeting 12
G. Pemantauan Lingkungan Kondisi Kerja 12
H. Penyediaan Alat Perlengkapan K3 12
I. Organisasi K3 13
J. Progogram K3 Tahunan 13
K. Pencegahan Kebakaran 13

1
I. PENDAHULUAN

Kegiatan operasional pertambangan memiliki karesteristik yang khusus, yaitu : padat teknologi,
padat investasi, dan resiko bahaya yang tinggi. Oleh karena sifat khusus tersebut di atas, maka
pengelolaan kegiatan pertambangan di lapangan memerlukan konsentrasi yang lebih di semua
aspek.

Aspek – aspek tersebut, antara lain aspek produksi, aspek teknologi/efesiensi dan aspek
keselamatan dan kesehatan kerja para karyawannya di lapangan. Guna mendukung efisiensi dan
produktifitas yang ditargetkan, maka diperlukan suatu aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) yang baik. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pemahaman dan pengertian Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang benar kepada seluruh orang yang berkecimpung pada kegiatan usaha
pertambangan tersebut. Pemahaman K3 yang benar dari semua lini manajemen sangat
memberikan arti dalam rangka pencegahan kecelakaan dalam kegiatan pertambangan. Dimana
diharapkan produksi optimal, namun kecelakaan nihil dan itu sasaran yang ingin dicapai.

Perlu disadari bahwa pemahaman dan pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut
merupakan kompetensi penting yang dimiliki para pelaksana di lapangan yang juga menjadi
tanggung jawab para Kepala Teknik Tambang di lapangan dalam menjalankan tugas operasional
di lapangan secara benar, aman dan professional.

Dalam materi pelajaran ini dijelaskan pengertian dan falsafah Keselamatan dan Kesehatan Kerja
K3, termasuk sedikit mengupas kecelakaan tambang dan upaya pencegahanya. Setelah
mengikuti materi ini, para peserta diharapkan akan mampu menjelaskan dan melaksanakan
secara benar dan aman baik dalam memenuhi aspek teknis maupun ketentuan-ketentuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diperlukan.

2
II. DASAR-DASAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

A. Keselamata Kerja

1. Pengertian Keselamatan Kerja

Keselamatan Kerja : adalah suatu usaha untuk dapat melaksanakan pekerjaan tanpa
adanya kecelakaan, memberikan suasana atau lingkungan kerja yang aman sehingga dapat
dicapai suatu hasil yang optimal dan bebas dari segala resiko bahaya.

Keselamatan kerja bertujuan mencegah/mengadakan pencegahan agar karyawan tidak


mendapat luka/celaka dan juga tidak terjadi kerusakan ataupun kerugian dari
peralatan/material maupun produksi.
Dalam upaya melaksanakan pekerjaan dengan selamat, kita harus
mempertimbangkan beberapa factor, yaitu :
▪ Manusia;
▪ Mesin;
▪ Material;
▪ Metode Kerja; dan
▪ Lingkungan Kerja

Factor-faktor tersebutlah yang sering mempengaruhi terjadinya kecelakaan,


sehingga perlu diawasi secara efektif. Dengan adanya pengawasan yang efektif
diharapkan akan dapat memberikan lingkungan/suasana kerja yang aman dan nyaman.
Dengan suasana yang seperti ini diharapkan akan mampu menciptakan suatu efisiensi
yang tinggi, produktifitas yang tinggi serta keselamatan yang terjamin bagi para
karyawanya.
Pengawasan Terhadap 4 M

Manusia Tidak ada


Mesin Kecelakaan
Pengawasan Lingkungan Kerja
Thd 4 M Material Yang Aman Tidak ada
Metode Kerusakan/
Kerugian

3
2. Prinsip – Prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Prinsip-prinsip K3 yang perlu dipakai dan dijadikan dasar pemikiran untuk melakukan
pengelolaan K3, antara lain adalah :

a. Bahwa setiap pekerjaan pada prinsipnya dapat dilakukan dengan selamat tanpa harus ada
korban. Kita harus berfikir bahwa suatu kecelakaan yang terjadi di lingkungan kerja kita
karena ada suatu penyebabnya. Penyebab dari kecelakaan adalah karena factor 4M + E
yang mungkin dapat secara sendiri-sendiri maupun secara kombinasi. Untuk
menghidari/mencegah kecelakaan tersebut, maka penyebab dari kecelakaan tersebut
harus dihilangkan/ditiadakan.

b. Bahwa yang perlu difahami secara mendasar, adalah bahwa :


• Kecelakaan pasti disebabkan oleh karena sesuatu, atau dengan perkataan lain bahwa
kecelakaan dapat terjadi karena ada penyebabnya
• Sebab–sebab yang memungkinkan dapat terjadinya kecelakaan ini harus
dihilangkan/dicegah untuk menghindari kecelakaan
• Setiap pekerjaan dapat dilakukan dengan aman dan selamat

Dalam upaya bekerja dengan aman atau selamat, maka perlu diambil langkah-
langkah prinsip K3, antara lain sebagai berikut :
• Mengetahui pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan/dikerjakan
• Memahami langkah-langkah/tahapan pekerjaan tersebut
• Mengetahui bahaya-bahaya yang mungkin terjadi dari pekerjaan yang akan
dilakukan
• Mengetahui cara mengendalikan terhadap bahaya-bahaya tersebut

Dengan mengetahui langkah-langkah prinsip K3 tersebut di atas, maka diharapkan


akan tercipta suatu lingkungan kerja yang aman atau standart dan tidak ada
kecelakaan/kerusakan yang menimpa peralatan maupun manusianya.

3. Hubungan Keselamatan Kerja Dengan Produksi


Bahwa Keselamatan Kerja adalah merupakan salah satu bagaian dari produksi. Sedangkan
bagian – bagian produksi lainnya adalah Jumlah (kwantita) dan Mutu Barang (Kwalita). Jadi
Produksi adalah Kwantita + Kwalita + Keselamatan Kerja.

Sedangkan dalam usaha pencegahan kecelakaan, agar keselamatan kerja benar-benar menjadi
perhatian maka, seharusnya kita perlakukan :

4
Keselamatan Kerja sama besarnya dengan kwalitas, semangat kerja, biaya dan
produksi. Jadi disini sangat jelas erat hubungan antara keselamatan kerja dengan produksi,
artinya tidak mungkin produksi tanpa memperhatikan/mengimplementasikan keselamatan
kerja. Apabila keselamatan kerja tidak terjamin (terjadi kecelakaan), maka jelas produksi
akan terganggu atau bahkan terhenti, semangat kerja menurun dan sudah barang tentu
kualitas akan menurun.

4. Keuntungan / Pentingnya Keselamatan Kerja


a. Menyelamatakan Pegawai/Karyawan, dari :
▪ Kesakitan/penderitaan sakit/cacat
▪ Kehilangan waktu
▪ Kesedihan
▪ Kehilangan masa depan
▪ Kehilangan pemasukan uang/nafkah, dll
b. Menyelamatkan Keluarga, dari :
▪ Kesedihan/kesusahan
▪ Masa depan yang tidak menentu
▪ Kehilangan pemasukan uang
c. Menyelamatkan Perusahaan, dari :
▪ Kehilangan tenaga kerja
▪ Pengeluaran biaya karena akibat kecelakaan
▪ Melatih atau mengganti karyawan yang celaka
▪ Kehilangan waktu karena terhenti kegiatan
▪ Menurunya produksi, bahkan mungkin sampai produksi terhenti

B. Kesehatan Kerja
Tujuan kesehatan kerja adalah untuk melindungi pekerja dari segala hal yang dapat
merugikan kesehatan akibat kerja. Disini juga dipantau tentang penyakit atau cidera yang
disebabkan oleh akibat factor-fakator yang berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
Kesehatan para karyawan harus diperhatikan, untuk itu maka perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap seluruh karyawan.
1. Pemeriksaan Kesehatan Karyawan
a. Pekerja Baru
Hal ini perlu dilakukan guna mengetahui kondisi awal menyeluruh dari karyawan
baru tersebut.

5
b. Pekerja Lama
Hal ini perlu dilakukan guna memantau kesehatan/penyakit yang mungkin timbul
oleh karena akibat dari pekerjaan yang dilakukan. Pemeriksaan kesehatan secara
berkala dilakukan setiap :
• bagi karyawan tambang bawah tanah, minimal 6 bulan sekali
• bagi karyawan tambang di permukaan, minimal 1 tahun sekali

2. Lingkungan Tempat Kerja


Lingkungan tempat kerja merupakan suatu factor yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan, maka harus dilakukan penanganan yang serius, karena hal tersebut akan
berpotensi menimbulkan sakit akibat kerja bila terlalu lama terpapar dengan intensitas
yang tinggi. Unsur-unsur yang memberikan pengaruh / kontribusi terhadap timbulnya
lingkungan tempat kerja (working environmental) yang tidak sehat, antara lain :
• Debu : Dapat mengganggu kesehatan, terutama saluran pernafasan bahkan
juga paru-paru (antracosis, silicosis, asbetosis).
• Kebisingan : Dapat mengganggu bahkan merusak fungsi pendengaran
• Pencahayaan : Dapat mengganggu dan merusak daya penglihatan
• Getaran : Dapat mengganggu dan merusak struktur tubuh/tulang (persendian)
• Gas-gas beracun/berbahaya :Dapat mengganggu tidak hanya kesehatan tetapi
juga bias langsung mematikan

3. Ergonomi
Ergonomi yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan suatu pekerjaan, antara lain
adalah :
• Tempat duduk
• Alat kerja
• Dimensi tempat kerja, dll

6
III. KECELAKAAN

A. Definisi Kecelakaan
Kecelakaan adalah sesuatu kejadian yang tidak direncanakan atau tidak diduga
semula dan tidak diinginkan. Kecelakaan dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan dapat
menimpa siapa saja serta mengakibatkan kerugian terhadap manusia, material ataupun
produksi maupun peralatan (harta benda).

- Tidak direncanakan Tindakan Tidak Aman


- Tidak diduga
- Tidak diingini Kondisi Tidak Aman
KECELAKAAN
- Kapan saja
- Dimana saja Lain-lain/Nasib
- siapa saja

Kerusakan Peralatan, Produksi Tergganggu


Cidera/Sakit, Cacat tetap, bahkan Mati

Bencana (Disaster) Kerugian Besar


(Kerugian Besar)
B. Jenis-Jenis Kecelakaan
▪ Terjatuh/tergelincir
▪ terpukul
▪ terbentur
▪ kemasukan benda
▪ terjepit
▪ terkena aliran listrik
▪ dll

7
C. Kecelakaan Tambang
Pada kegiatan usaha pertambangan umum, yang dimaksud kecelakaan tambang
adalah kecelakaan yang memenuhi kriteria, sebagai berikut :

1. Kecelakaan benar-benar terjadi


artinya kecelakaan tersebut benar – benar terjadi, dalam arti tidak ada unsur kesengajaan
dari pihak lain ataupun dari si korban sendiri.
2. Menimpa Karyawan
artinya yang mengalami celaka tersebut adalah benar-benar karyawan yang bekerja pada
perusahaan tambang tersebut.
3. Ada Hubungan Kerja Dengan Kegiatan Usaha Pertambangan
artinya bahwa pekerjaan yang dilakukan korban adalah mempunyai kaitan/hubungan
kerja usaha pertambangan dari perusaahaan yang bersangkutan.
4. Waktu Jam Kerja
artinya kecelakaan tersebut terjadi dalam waktu jam kerja dari korban, yaitu waktu antara
mulai bekerja sampai berakhir kerja.
5. Di Dalam Wilayah Pertambangan
artinya kecelakaan tersebut terjadi masih ada di dalam wilayah usaha kegiatan usaha
pertambangan dari perusahaan yang bersangkutan.
Apabila kecelakaan yang terjadi di perusahaan pertambangan memenuhi semua (lima)
kriteria tersebut di atas, maka berdasarkan Kepmen nomor 555. K/26/M.PE/1995 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Pertambangan Umum dapat digolongkan sebagai
“ Kecelakaan Tambang “

D. Klasifikasi Kecelakaan Tambang di Indonesia


1. Luka Ringan : Apabila korban kurang dari 3 minggu telah dapat bekerja kembali
ketempat semula seperti baiasa.
2. Luka Berat : Apabila korban lebih dari 3 minggu, baru dapat bekerja kembali ke
pekerjaan semula seperti biasa atau retak/patah/dislokasi/cacat tetap/
hilang bagian tubuh.
3. Mati : Apabila korban meninggal dalam waktu 24 jam sesudah terjadi
kecelakaan tersebut.
Untuk luka/kecelakaan berat dan mati harus sesegera mungkin dilaporkan oleh
Kepala Teknik Tambang ke Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang/KAPIT dan selanjutnya
kecelakaan tersebut diperiksa oleh Pelaksana Inspeksi Tambang (PIT) di lapangan.

8
E. Penyebab Kecelakaan
Kecelakaan terjadi selalu ada penyebabnya, menurut teori HW. Heinrich penyebab
kecelakaan tersebut adalah :
1. Tindakan Tidak Aman (88%); antara lain :
• Tidak mengenakan alat proteksi diri
• Tidak mengikuti rocedure kerja yang ditentukan
• Tidak mengikuti peraturan keselamatan kerja yang telah dibuat
• Bekerja sambil bergurau
• Mengemudi melebihi kecepatan, dll
2. Kondisi Tidak Aman (10 %); antara lain :
▪ Lantai kerja yang licin
▪ Tempat bekerja yang berserakan dengan barang-barang yang tidak
berguna/barang bekas
▪ Pencahayaan yang kurang
▪ Bagian mesin yang berputar yang tidak dilindungi dengan sungkup pengaman
▪ Kondisi lingkungan tempat kerja yang berdebu
▪ Perkakas/peralatan yang sudah rusak/tidak standart
▪ dll
3. Lain-lain/Diluar Kemampuan Manusia/Nasib (2%)
Penyebab kecelakaan ini dikategorikan kehendak Tuhan atau sering disebut dengan
Takdir ataupun Nasib seseorang.

F. Pendorong Kecelakaan
Pendorong terjadinya kecelakaan adalah hal-hal yang menyebabkan atau memberikan
kontribusi terhadap timbulnya Tindakan Tidak Aman (TTA) dan Kondisi Tidak Aman (KTA)
yang pada akhirnya akan menyebabkan kecelakaan. Sedangkan penyebab langsung
kecelakaan, adalah karena :
• Tindakan tidak aman
• Kondisi tidak aman

G. Statistik Kecelakaan Tambang


1. Berdasarkan Tingkat Kekerapan Kecelakaan (Frekuensi Rate/FR), adalah sebagai berikut :
Jumlah Kumulatif Kecelakaan
FR = ------------------------------------------------ x 1.000.000
Jumlah Kumulatif Jam Kerja Karyawan

9
2. Berdasarkan Tingkat Keparahan (Savety Rate / SR), adalah sebagai berikut :
Jumlah Kumulatif Hari Yang Hilang
SR = ------------------------------------------------ x 1.000.000
Jumlah Kumulatif Jam Kerja Karyawan

H. Biaya Kecelakaan
Biaya yang timbul / yang dikeluarkan akibat kecelakaan yang terjadi, biaya – biaya
tersebut antara lain :
1. Biaya langsung
Biaya langsung kecelakaan adalah biaya yang langsung dapat dihitung akibat kecelakaan
yang terjadi. Biaya langsung ini, antara lain :
▪ Gajih
▪ Biaya kompensasi
▪ Biaya pengobatan
▪ Biaya perawatan
▪ Biaya Pemeriksaan
▪ Kerugian karena kerusakan peralatan/material dan perlengkapan lainnya
2. Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung ini terkadang justru dapat lebih besar daripada biaya langsung.
Macam-macam biaya tidak langsung tersebut, antara lain :
▪ Kehilangan waktu dari teman-teman sekerja dimana pekerjaan terhenti
▪ Kehilangan waktu karena karyawan lain menolong sikorban
▪ Kehilangan waktu untuk mempersoalkan apa yang baru saja terjadi
▪ Biaya pelatihan ulang dan kehilangan waktu kerja, dll
Untuk itu guna menekan atau meniadakan biaya-biaya tersebut di atas yang menurut
data jumlahnya cukup besar ini, maka perusahaan seharusnya sangat sadar dan penuh
perhatian untuk melakukan usaha mencegah kecelakaan di lingkungan kegiatan usahanya
tersebut. Hal ini juga berkaitan dengan permintaan pasar yang terkadang sudah mensyaratkan
performance dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja dari perusahaan yang bersangkutan.
Singkatnya perusahaan tidak dapat mengabaikan prinsip-prinsip Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang memang sudah menjadi tuntutan masyarakat luas.

10
IV. PEMBINAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Dalam rangka mencapai standart Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diinginkan serta
dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan seperti yang telah dibahas pada bab-bab
sebelumnya, maka tidak kalah pentingnya untuk melakukan pembinaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja secara terarah dan konsisten terhadap seluruh karyawan yang terlibat dalam
proses pekerjaan kegiatan pertambangan agar dapat meniadakan keadaan berbahaya di lapangan.
Pembinaan ini harus didukung oleh semua manajemen, tanpa pandang bulu dan
selanjutnya disosialisasikan kepada segenap karyawan untuk dilaksanakan dan dipatuhi bersama.
Hal yang demikian ini penting dilakukan, karena tanpa dukungan yang penuh dari semua pihak
pembinaan tidak akan efektif berjalan.
Adapun usaha-usaha pembinaan yang dapat dilakukan untuk mencapai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang diinginkan, antara lain sebagai berikut :
A. Penyuluhan
Penyuluhan K3 ini dapat dilaksanakan pada semua bagian kerja dan dengan waktu dan
jumlah yang telah terencanakan dengan baik, sehingga hasilkan akan maksimal. Kegiatan
penyuluhan ini dapat berupa, antara lain :
• Ceramah tentang K3
• Pemasangan poster-poster K3
• Pemutara film/slide tentang K3, dll

B. Safety Talk
Safety talk ini dapat dilakukan pada setiap gilir kerja atau setiap pada awal shift dan biasa
membahas apa yang akan dikerjakan, apa bahayanya, peralatan apa yang harus dikenakan
dan bagaimana cara penangananya bila terjadi bahaya

C. Safety Training
Adalah pembinaan K3 dalam bentuk pelatihan-pelatihan yang terprogram dengan baik
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Bentuk-bentuk pelatihan ini, antara lain :
• Pelatihan penggunaan peralatan keselamatan kerja
• Pelatihan pemadam kebakaran
• Pelatihan pengendalian keadaan darurat
• Pelatihan P3K (First Aid), dll

11
D. Safety Inspection
Inspeksi K3 ini sangat perlu dan efektif dilakukan dalam rangka upaya pembinaan K3 di
lapangan. Dengan adanya inspeksi K3 yang terencana dan terjadwal dengan baik, maka
kekurangan-kekurangan yang terjadi di lapangan dapat terdeteksi secara dini sehingga
hal-hal yang membahayakan dapat dicegah. Adapun bentuk inspeksi K3, antara lain :
• Inspeksi tidak terencana
• Inspeksi terncana (Observasi/inspeksi umum dan periodik)

E. Safety Investigation
Adalah bentuk upaya pembinaan K3 melalui suatu investigasi kejadian nearmiss/
kecelakaan/ kejadian berbahaya, hal ini sangat perlu dilakukan dalam rangka
mendapatkan penyebab dari kejadian tersebut. Dengan diketahui penyebab kejadian,
maka dapat dilakukan suatu koreksi yang selanjutnya diharapkan kejadian yang sama
tidak lagi terjadi.

F. Safety Meeting
Dengan diadakan pertemuan K3 secara terencana dan rutin, maka hal-hal/permasalahan
yang berkaitan dengan K3 dapat dibicarakan atau dievaluasi dengan baik. Safety meeting
ini melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan operasional pekerjaan yang dilakukan.

G. Pemantauan Lingkungan Kondisi Kerja


Lingkungan kondisi kerja perlu dilakukan pemantau dengan cara pengukuran/pengujian
untuk mengetahui sejauh mana lingkungan kerja tersebut tidak mengganggu kesehatan
pekerja. Lingkungan kondisi kerja yang perlu diperhatikan, antara lain :
• Kondisi debu
• Kondisi kebisingan
• Kondisi pencahayaan, dll

H. Penyediaan Alat-Alat Perlengkapan K3


Betapapun baiknya suatu program K3 namun tidak dibarengi penyedaiaan alat-alat
perlengakapan kerja yang baik dan benar, maka program tersebut dianggap tidak
lengkap/tidak berhasil. Adapun alat-alat perlengkapan K3 yang diperlukan dalam
menunjang pekerjaan pertambangan, adalah sebagai berikut :
• Alat Pelidung Diri (APD) :
Topi pengaman, sepatu pengaman, sarung tangan pengaman, masker pengaman,
kacamata pengaman, dll

12
• Alat Perlengkapan K3 :
Gas detector, APAR, safety belt, safety lamp, tangga, tandu, dll

I. Organisasi K3
Dalam rangka menjalankan fungsi pokoknya, maka disetiap perusahaan pertambangan
wajib dibentuk organisasi K3 yang dilengkapi dengan peralatan yang diperlukan
termasuk personilnya yang dituntut mampu melaksanakan tugas yang diembannya.
Pimpinan organisasi K3 ini bertanggung jawab langsung terhadap Kepala Teknik
Tambang tentang permasalahan-permasalahan K3 yang ada.

J. Program K3 Tahunan
Untuk lebih terarah dan mudah untuk dilakukan evaluasi, maka program K3 tahunan
perlu dibuat. Hali ini diperlukan agar lebih memudahkan dalam pelaksanaan serta lebih
mudah untuk dilhat progrresnya, sehingga apabila terjadi hal-hal diluar program yang
telah ditetapkan maka dapat untuk menjadikan koreksi pada program pada tahun
berikutnya. Program K3 ini harus benar-benar mencakup semua aspek K3 yang ada pada
perusahaan yang bersangkutan.
Unsur – unsure pokok yang dapat membuat program K3 efektif, yaitu antara lain :
1. Kebijakan/Policy K3
2. Tanggung Jawab K3
3. Pertanggung Jawaban K3
4. Rasa Keterlibatan
5. Pengakuan/Motivasi
Sedangkan komponen – komponen program K3 dapat terdiri, antara lain :
1. Program Pelatihan Observasi K3
2. Program Job Safety Analysis (JSA)
3. Inspeksi K3 terencana
4. Inspeksi bersama
5. Pertemuan dan Pelatihan K3
6. Audit K3

K. Pencegahan Kebakaran
1. Pengertian Api
Secara umum kita mengenal api adalah sebagai benda yang menyala yang mengeluarkan
lidah apai maupun yang hanya memancarkan sinar panas tanpa lidah api (bara). Dimana
api ini bila kecil bisa dikatakan sebagai teman oleh kita, namun bila api ini sudah besar
maka api sudah sebagai musuh kita yang mana siap meluluh lantakan apa saja yang ada

13
dan bahkan nyawa kita. Untuk itu kita sangat perlu mewaspadai api ini sedini mungkin,
agar kita terhindar dari kebakaran yang sangat tidak kita inginkan.

2. Proses Terjadinya Api


Proses terjadinya api sering disebut karena adanya segitiga api. Jadi proses terjadinya api
secara umum karena adanya kontak antara 3 (tiga) unsure utama, yaitu :
a). Fuel (bahan)
Seperti : kayu, serat, tekstil, cairan yang dapat terbakar, gas, bahan kimia, plastik,
b). Oksigen
Yaitu oksigen bebas di udara ataupun oksigen murni

c). Heat (panas)


seperti : tenaga panas kimia, listrik, tenaga panas mekanis dan panas.

3. Klasifikasi Api/ Jenis Api


Untuk memadamkan api kita harus mengetahui jenis atau klas api yang kita akan
padamkan. Adapun klasifikasi/jenis api, adalah sebagai berikut ini :

a). Klas A – (Ash/Abu); Yaitu api yang biasanya berasal dari material yang mudah
terbakar, dengan sisa pembakarannya abu.
Material : kayu, plastik, kertas, kain, dll
Pemadaman : pendinginan dengan air bertekanan atau dengan
menyelimuti dengan Foam/ ry Chemical (kimia kering ).

b). Klas B – (Boil / Mendidih); Yaitu api berasal dari bahan / material cair mudah
menyala atau mudah tebakar (BBC).
Material : minyak diesel, solar, grease, tiner, bensin, cat, alkohol, dll
Pemadaman : pembatasan kontak supply udara atau bahan kimia khusus
untuk memadamkannya : Foam (busa), CO2, Kimia Kering.
c). Klas C – (Current); Yaitu api yang terjadi karena listrik.
Jenis api listrik : motor- motor listrik, kabel trolley, peralatan baterai,
transformator, switch kontak.
Pemadaman : adalah dengan bahan non konduksi seperti: carbon dioxide
(CO2) dan bubuk kimia kering, halon.

d). Klas D – (Metal); Yaitu api yang berasal dari atau karena metal atau logam.
Material : magnesium, titanium, zirconium, sodium dan potassium.
Pemadaman : jangan menggunakan klas A (air), karena bahan-bahan metal
tersebut akan menjadi rusak. Pemadaman sebaiknya dengan
bubuk kering yg mengandung garam dapur, grafit atau grafit fosfor.

14
4. Prinsip Dasar Pengamanan Kebakaran
a) Perlindungan terhadap keselamatan jiwa (life safety)
b) Perlindungan terhadap harta benda dan bangunan (Property safety)
c) Perlindungan informasi/proses (Process safety)
d) Perlindungan lingkungan hidup dari kerusakan (Enviromental safety)
5. Langkah-Langkah Yang Perlu Dilakukan Bila Terjadi Kebakaran
a). Jangan panik, usahakan tenang dan cari sumber api, besar/kecilnya kebakaran,
dan pilih alat pemadam yang tepat. (padamkan apabila api masih kecil dan
mampu/ apabila telah bresar dan tidak mampu) maka selankutnya
b). Bunyikan alarm kebakaran / tanda–tanda lain
c). Matikan aliran listrik, gas dan aliran bahan bakar
d). Beritahukan ke Emergency Respon /bagian kebakaran melalui laporan langsung/
telepon, dengan menyebutkan hal-hal yang diperlukan secara jelas antara lain :
Nama penilpon; Alamat/bagian; Apa yang terbakar; Lokasi / dimana; Dsb
f). Evakuasi karyawan ke tempat berkumpul yang aman (assembly point)
g). Absen dan pastikan keberadaan para karyawan, dst

15

Anda mungkin juga menyukai