(Tesis)
Oleh
Erwin Wibowo
Oleh
Erwin Wibowo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul teks hikayat untuk siswa kelas X
tingkat SMA. Penelitian ini menggunakan metode pengembangan menurut Borg and
Gall. Penelitian dilakukan dengan mengadaptasi tujuh dari sepuluh langkah dalam
prosedur penelitian sehingga menghasilkan produk. Tujuh tahapan yang dilakukan
yaitu (1) menganalisis potensi dan masalah, (2) mengumpulkan data, (3)mendesain
produk, (4) memvalidasi desain kepada ahli media, materi, dan praktisi, (5) perbaikan
desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
(1) telah dikembangkan produk berupa modul pembelajaran teks hikayat yang
berjudul Kiat Praktis Menganalisis Hikayat. Sesuai tujuh prosedur penelitian, (2)
telah dilakukan uji ahli (uji materi, uji praktisi, dan uji media) dengan bobot
kelayakan yakni 94%, 84%, dan 76%. Berdasarkan penilaian tersebut dapat
disimpulkan bahwa produk dapat digunakan oleh siswa sesuai saran dan revisi, (3)
berdasarkan uji coba di sekolah, guru dan siswa dari tiga sekolah memberikan
penilaian kelayakan kepada modul Kiat Praktis Menganalisis Hikayat. Hasil penilaian
tersebut menunjukkan bahwa materi/bahan ajar berupa modul Kiat Praktis
Menganalisis Hikayat layak digunakan dalam pembelajaran teks hikayat kelas X.
Kata Kunci: bahan ajar, modul, teks hikayat.
Development of Hikayat Text Module
For Class X High School Students
By
Erwin Wibowo
Abstract
This study aims to develop a textbook module for high school grade X students. This
study uses development methods according to Borg and Gall. The study was
conducted by adapting seven of the ten steps in the research procedure to produce
products. The seven stages that are carried out are (1) analyzing potential and
problems, (2) collecting data, (3) designing products, (4) validating designs for
media experts, materials, and practitioners, (5) improving designs, (6) testing try the
product, (7) product revision. The results showed that, (1) a product was developed
in the form of a saga text learning module entitled Practical Tips for Analyzing Tells.
In accordance with the seven research procedures, (2) expert tests have been carried
out (material test, practitioner test, and media test) with a feasibility weight of 94%,
84%, and 76%. Based on these assessments it can be concluded that the product can
be used by students according to suggestions and revisions, (3) based on trials in
schools, teachers and students from three schools provide a feasibility assessment to
the Practical Tips module Analyzing Tells. The results of the assessment indicate that
the material / teaching material in the form of a Practical Tips module Analyzing Tell
is suitable for use in learning the text of class X.
Oleh
ERWIN WIBOWO
(Tesis)
Pada
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Maret 1981, anak kedua dari tiga
bersaudara, dari pasangan Bapak Djemingun dan Ibu Sri Sunarni.
Pendidikan yang telah ditempu oleh penulis adalah SDN Harjamukti III, Cimanggis,
Depok, Jawa Barat diselesaikan tahun 1993. Pendidikan di SMPN 147 Jakarta Timur,
Jakarta diselesaikan pada tahun 1996. Pendidikan di SMA Bina Dharma, Jakarta
Timur, Jakarta diselesaikan pada tahun 1999.
Selanjutnya pada tahun 1999, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Sastra,
Jurusan Sastra Indonesia, di Universitas Nasional, Jakarta, dan lulus pada tahun 2004.
Pada tahun 2016, penulis melanjutkan strudi di Program Studi Magister
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
MOTO
Dengan mengucap Alhamdulillah dan rasa bahagia atas nikmat yang diberi
1. Bapak dan Ibunda tercintaku, Bapak Djemingun dan Ibu Sri Sunarni, yang
2. Istriku Yulfi Zawarnis yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa.
5. Bapak dan Ibu dosen serta staf Program Studi Magister Pendidikan Bahasa
terlupakan.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul
“Pengembangan Modul Teks Hikayat bagi Siswa Kelas X Tingkat SMA” sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra
Dalam proses penyusunan tesis ini, penulis tentu telah banyak menerima masukan,
arahan, bimbingan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan
hal itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak berikut.
1. Prof. Dr.Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Prof. Drs. Mustofa, MA, Ph.D. selaku direktur Pascasarjana Universitas Lampung.
3. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
4. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni.
6. Dr. Edi Suyanto. M.Pd., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan
materi.
8. Dr. Armina, M.Pd., selaku validator untuk bahan ajar dari unsur praktisi
pembelajaran.
9. Ridwan Rafiudin, M.Kom. selaku validator untuk bahan ajar dari unsur media.
10. Bapak dan Ibu dosen serta staf Program Studi Magister Pendidikan Bahasa
11. Dra. Yanti Riswara, M.Hum., Kepala Kantor Bahasa Lampung, Badan
Kebudayaan.
2016.
14. Bapak dan Ibu guru serta staf SMAN 13 Bandarlampung, SMAN 1 Natar
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Harapan penulis, semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi dunia
ABSTRAK................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL.................................................................................... ii
PERSETUJUAN.......................................................................................... iii
PERTANYAAN........................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP................................................................................ vi
MOTO.............................................................................................. ........... vii
PERSEMBAHAN................................................................................... viii
SANWACANA........................................................................................ ix
DAFTAR ISI........................................................................................... x
DAFTAR TABEL................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR............................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk dapat menunjang kegiatan pembelajaran lebih efektif diperlukan bahan ajar
yang dapat memudahkan proses belajar-mengajar. Bahan ajar ini adalah salah satu
aspek penting dalam dunia pendidikan karena merupakan salah satu sarana untuk
Widodo dan Jasmadi (dalam Lestari, 2013: 1) menjelaskan bahwa bahan ajar
adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisi materi pembelajaran,
dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai
Salah satu sumber belajar adalah modul. Modul pembelajaran merupakan satuan
pendidikan. Hal ini salah satunya dapat dilihat dari tiga ranah yang terangkum
dalam kurikulum 2013, yakni sikap yang mencakup sikap spiritual dan sosial (KI
1 dan KI 2), keterampilan (KI 4), dan pengetahuan (KI 3). Ketiga ranah ini juga
keseluruhan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA dan MA, yaitu (1)
memiliki sikap religius (2) memiliki sikap sosial, (3) memiliki pengetahuan yang
memadai tentang berbagai genre teks bahasa Indonesia sesuai dengan jenjang
Secara umum, pembelajaran sastra dalam kurikulum 2013 bertujuan agar siswa
Selain itu, siswa juga diarahkan untuk dapat menghargai dan membanggakan hasil
Indonesia.
Salah satu pembelajaran sastra yang diajarkan di tingkat pendidikan dasar dan
menengah adalah teks cerita rakyat. Pada kurikulum 2013 teks cerita rakyat telah
diajarkan dari tingkat SMP. Di tingkat ini, teks cerita rakyat yang diajarkan adalah
cerita rakyat dalam bentuk fabel dan legenda suatu daerah. Siswa diarahkan
memahami ciri-ciri fabel dan legenda serta memahami struktur teks fabel dan
legenda dengan cara menelaah struktur kebahasaan fabel dan legenda daerah
setempat.
jenjang ini, siswa diharapkan dapat mengidentifikasi nilai-nilai dan isi yang
terkandung dalam cerita rakyat, hikayat, baik lisan mapun tulisan. Selain itu,
siswa diharapkan mampu menceritakan kembali isi cerita rakyat (hikayat) yang
didengar dan dibaca. Setelah itu, siswa diharapkan untuk dapat membandingkan
nilai yang terkandung dan unsur kebahasaan yang terdapat dalam cerita rakyat dan
cerpen. Pada akhirnya, siswa juga dituntut untuk mampu mengembangkan cerita
rakyat (hikayat) ke dalam bentuk cerpen dengan memerhatikan isi, nilai, dan
bahasa.
Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang pada masyarakat tertentu yang
perkembangannya bersifat lisan, dari mulut kemulut, dan dianggap sebagai milik
bersama. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Djamaris
(1993:15) bahwa cerita rakyat adalah suatu golongan cerita yang hidup dan
Cerita rakyat disebut juga folklor. Hampir setiap daerah di Nusantara ini memiliki
(anonim), menyebar melalui lisan dari satu generasi ke generasi hingga akhirnya
berkembang dari mulut ke mulut. Dalam folklor, cerita rakyat merupakan bentuk
folklor lisan yaitu cerita yang disampaikan secara lisan oleh pencerita.
Hikayat merupakan salah satu jenis folklor yang terdapat dalam khazanah
konvensi dan lapisan makna tersendiri sebagaimana yang dimiliki oleh sebuah
folklor. Hal ini seperti yang ditekankan oleh Yus Rusyana (dalam Pertiwi,
antara yang lainnya. Folklor tidak menggunakan hubungan sebab dan akibat,
mempertimbangkan sesuatu apakah nyata atau tidak dengan cara tersendiri. Oleh
5
karena itu, hikayat pun merupakan suatu jenis folklor yang memiliki identitas dan
Sudjiman(2006: 34) menyatakan bahwa hikayat adalah jenis cerita rekaan dalam
Adakalanya hikayat bercerita tentang sejarah atau riwayat hidup. Selain itu,
Rismawati (2017:51) juga menyatakan bahwa hikayat adalah prosa lama yang
diistana.
masih rendah. Hal ini disebabkan, antara lain, oleh masih kurangnya buku atau
bahan ajar yang khusus tentang pembelajaran hikayat, materi hikayat yang
terdapat dalam buku teks belum dibahas secara menyeluruh, contoh-contoh yang
diberikan pun masih terbatas, selain itu juga masih kurangnya buku-buku hikayat
yang terdapat.
dari mata pelajaran bahasa Indonesia. Sufanti (2013:36) memaparkan bahwa jika
sebanyak 25%, di SMP sebanyak 23%, dan di SMA sebanyak 43%. Kondisi ini
Indonesia.
yang tinggi, dan (4) besarnya jumlah siswa dalam satu kelas. Hal ini perlu
Untuk dapat menumbuhkan minat siswa terhadap pembelajaran teks hikayat, perlu
adanya bahan ajar yang membantu siswa untuk dapat lebih memahami
pembelajaran teks hikayat. Modul sebagai salah satu bahan ajar yang
memungkinkan siswa belajar secara mandiri. Oleh karena itu, peneliti akan
SMA, yang didalamnya berisikan materi tentang mengenal lebih dalam hikayat,
hikayat, dan mengidentifikasi pesan dan nilai yang terkandung dalam teks hikayat.
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh
beberapa peneliti antara lain Budi Utomo pada tahun 2014 dengan judul Nilai
Budaya dan Nilai Pendidikan karakter Cerita rakyat di Pulau Bangka dan
7
Menengah Atas. Penelitian yang dilakukan Budi Utomo ini bertujuan untuk
mengembangkan cerita rakyat pulau Bangka sebagai alternatif bahan ajar sastra
di SMA. Kompetensi Dasar yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah KD
4.5 menginterpretasi struktur dan isi cerita rakyat. Hasil dari penelitian ini adalah
terbentuknya bahan ajar sastra berbasis cerita rakyat pulau Bangka layak
2017 dengan judul penelitian Pengembangan Buku Cerita Rakyat Bima Berbasis
adalah untuk mengembangkan buku cerita rakyat Bima berbasis kearifan lokal
sebagai penunjang gerakan literasi. Hasil dari penelitian ini tersedianya buku
cerita rakyat Bima, NTB penunjang literasi telah memenuhi syarat dapat
Penelitian terdahulu yang releven tentang pengembangan bahan ajar cerita rakyat
mengambangkan bahan ajar menulis cerita rakyat berbasis muatan lokal sesuai
dengan persepsi guru dan siswa. Hasil dari penelitian ini adalah tersusunnya
8
bahan ajar menulis cerita rakyat berbasis muatan lokal yang beisi tentang kearifan
lokal dalam bentuk nilai atau etika Jawa dan menggunakan bahasa yang sederhana
dilakukan oleh Rika Prasetiawati pada tahun 2016, yang berjudul Pengembangan
Hasil dari penelitian ini adalah bahan ajar membaca hikayat kelas XI Bahasa
MAN Tuban dikatakan layak digunakan dalam pembelajaran. Kualitas bahan ajar
oleh peneliti adalah bahan ajar berupa modul untuk siswa SMA kelas X, (2)
perlu adanya suatu pengambangan bahan ajar berupa modul yang akan menjadi
uraian tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar berupa
modul teks cerita rakyat (hikayat) yang akan dipakai oleh siswa SMA kelas X
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
Produk yang dihasilkan dalam penelitian pembelajaran teks cerita rakyat (hikayat)
tingkat SMA kelas X yang sesuai dengan kurikulum 2013 dengan spesifikasi
sebagai berikut.
teks hikayat tingkat SMA kelas X yang sesuai dengan kurikulum 2013.
2. Modul ini berisi materi yang sesuai dengan kompetensi dasar teks hikayat
Menceritakan kembali isi cerita rakyat (hikayat) yang didengar dan dibaca.
11
3. Modul ini digunakan oleh siswa SMA kelas X dalam pembelajaran teks
4. Modul disusun dengan struktur judul, petunjuk belajar, kompetensi yang akan
Manfaat penelitian dan pengembangan modul cerita rakyat (hikayat) untuk siswa
SMA kelas X ada dua, yakni manfaat teoretis dan manfaat praktis.
Manfaat teoretis dalam penelitian ini adalah dapat mengembangkan bahan ajar
baru berupa modul pembelajaran teks hikayat untuk Siswa SMA kelas X.
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk guru, siswa, dan peneliti.
a) Bagi Guru
Penelitian ini menghasilkan modul pembelajaran teks hikayat untuk siswa SMA
kelas X yang dapat dijadikan salah satu bahan ajar untuk menunjang pembelajaran
b) Bagi Siswa
Penelitian ini dapat membantu siswa dalam memahami materi teks cerita rakyat
bahan ajar disamping buku teks yang sudah ada dan terkadang sulit diperoleh.
b) Bagi Peneliti
bahan ajar yang akan digunakan untuk pembelajaran teks hikayat untuk siswa
kelas X yang sesuai dengan kurikulum2013. Penelitian yang telah dilakukan juga
ilmiah.
1.6.1 Asumsi
kompetensi dalam pembelajaran teks hikayat. Selain itu, modul pembelajaran teks
pendidikan, serta uji kelompok kecil dan besar. Dari tahapan-tahapan tersebut
BAB II
LANDASAN TEORI
Bahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru atau
ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau
yang dimaksud berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Bahan ajar adalah
seperangkat materi yang disusun secara matematis baik tertulis maupun tidak
Bahan ajar merupakan bagian yang penting dalam proses belajar mengajar.
mengajar. Oleh karena itu, bahan pengajaran perlu dipertimbangan secara cermat
(Hamalik, 2002:139).
15
Bahan ajar atau materi ajar pembelajaran (Instructional materials) secara garis
besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa
1. Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) antara lain
handout, buku, modul, lembar kerja peserta didik, brosur, leaflet, wallchart,
foto atau gambar. Non cetak (non printed) antara lain model atau maket.
2. Bahan ajar dengar (audio) antara lain kaset, radio, piringan hitam, dan
3. Bahan ajar pandang dan dengar (audio visual) antara lain video compact
pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning
materials).
Jenis bahan ajar cetak, antara lain handout, buku, modul, Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD), dan lain-lain. Salah satu bahan ajar adalah modul. Modul
merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis,
untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik (Daryanto,
2013:9).
langkah teknis pengembangan bahan ajar yakni (1) analisis terhadap KI-KD, (2)
analisis sumber belajar, dan (3) penentuan jenis bahan ajar. Analisis KI-KD
Dari hasil ini akan dapat diketahui berapa banyak bahan ajar yang harus disiapkan
dalam satu semester tertentu dan jenis bahan ajar mana yang dipilih. Sumber
belajar yang akan digunakan sebagai penyusunan bahan ajar perlu dianalisis.
dan penentuan bahan ajar dimaksudkan untuk memenuhi salah satu kriteria bahwa
bahan ajar harus menarik dan dapat membantu peserta didik untuk mencapai
kompetensi.
17
Bahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru dalam
sebagai berikut.
untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak;
penguatan terhadap pemahaman siswa; (4) motivasi yang tinggi merupakan salah
18
satu faktor penentu keberhasilan belajar; (5) mencapai tujuan; dan (6) mengetahui
Selain prinsip diatas, Prastowo (2013:317) menjelaskan ada beberapa prinsip yang
sebagai berikut:
relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian KI dan
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan prinsip dasar ini,
pemilihan jenis materi yang tidak relevan dengan pencapaian KI dan KD.
dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga
diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu
banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai KI dan KD.
19
bahan ajar, hal utama yang perlu diperhatikan adalah kurikulum. Setiap
dari bahan ajar itu sendidi, sehingga nantinya bahan ajar dapat digunakan secara
maksimal.
2.2. Modul
Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis sehingga
pembacanya dapat belajar dengan atau tanpa guru atau fasilitator. Dengan
demikian, modul harus dijadikan sebagai bahan ajar sebagai pengganti buku.
Kalau guru memiliki fungsi menjelaskan sesuatu maka modul harus mampu
menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang mudah diterima peserta didik sesuai
dengan tingkat pengetahuan dan usinya (Kurniasih dkk, 2014: 60). Modul adalah
suatu unit yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar
yang disusun untuk membantu peserta didik mencapai sebuah tujuan yang
didalam modul dapat dipelajari siswa secara mandiri dengan bantuan yang
terbatasdari guru atau orang lain. Modul minimal memuat tujuan pembelajaran,
Modul berfungsi sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri, sehingga peserta
instruction). Oleh karena itu, konsekuensi lain yang harus dipenuhi oleh modul ini
ialah adanya kelengkapan isi; artinya isi atau materi sajian dari suatu modul
haruslah secara lengkap terbahas lewat sajian-sajian. Dengan begitu para pembaca
merasa cukup memahami bidang kajian tertentu dari hasil belajar melalui modul
(bibliografi) yang sering juga dilampirkan pada bagian akhir setiap modul. Isi
suatu modul hendaknya lengkap, baik dilihat dari pola sajiannya maupun isinya.
Setiap orang bisa belajar kapan saja dan di mana saja secara mandiri. Prinsip dasar
belajar mandiri ini juga membuat prosesnya tidak terbatas pada masalah tempat.
Orang yang berdiam di tempat yang jauh dari pusat penyelenggara pun bisa
mengikuti pola belajar seperti ini.Terkait dengan hal tersebut, penulisan modul
bersifat verbal.
2. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta belajar
Dengan memerhatikan tujuan-tujuan di atas, modul sebagai bahan ajar akan sama
efektifnya dengan pembelajaran tatap muka. Hal ini tergantung pada proses
mengajarkan kepada seorang peserta mengenai suatu topik melalui tulisan. Segala
22
1. Self Instruction
memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak
materi pembelajaran;
2. Self Contained
Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan
termuat dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan
Stand Alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak
tergantung pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama
dengan bahan ajar/media lain. Dengan menggunakan modul, peserta didik tidak
perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada
modul tersebut. Jika peserta didik masih menggunakan dan bergantung pada
bahan ajar lain selain modul yang digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak
4. Adaptif
ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan
dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat
elemen yang mensyaratkannya, yaitu: format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf,
1. Format
Penggunaan kolom tunggal atau multi harus sesuai dengan bentuk dan
menekankan pada hal-hal yang dianggap penting atau khusus. Tanda dapat
2. Organisasi
pembelajaran.
d. Organisasikan antar bab, antarunit dan antar paragraf dengan susunan dan
e. Organisasikan antar judul, subjudul dan uraian yang mudah diikuti oleh
peserta didik.
3. Daya Tarik
gambar atau ilustrasi, pencetakan huruf tebal, miring, garis bawah atau
warna.
d. Bentuk dan ukuran huruf. Gunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah
e. Gunakan perbandingan huruf yang proporsional antar judul, sub judul dan
isi naskah.
b. Batas tepi (margin); batas tepi yang luas memaksa perhatian peserta didik
diantaranya.
6. Konsistensi
b. Gunakan jarak spasi konsisten. Jarak antar judul dengan baris pertama,
antara judul dengan teks utama. Jarak baris atau spasi yang tidak sama
sebaiknya disesuaikan dengan kompetensi yang terdapat pada silabus dan RPP.
Pada dasarnya tiap satu standar kompetensi dikembangkan menjadi satu modul
dan satu modul terdiri dari 2—4 kegiatan pembelajaran. Perlu disampaikan bahwa
jumlah dan judul modul yang harus dikembangkan dalam satu satuan program
28
tertentu. Satuan program tersebut dapat diartikan sebagai satu tahun pelajaran,
modul. Peta modul adalah tata letak atau kedudukan modul pada satu satuan
kurikulum. Setiap judul modul dianalisis keterkaitannya dengan judul modul yang
lain dan diurutkan penyajiannya sesuai dengan urutan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh guru. Di dalam RPP telah memuat
strategi pembelajaran dan media yang digunakan, garis besar materi pembelajaran
dan metode penilaian serta perangkatnya. Dengan demikian, RPP diacu sebagai
e. Tetapkan garis-garis besar atau outline substansi atau materi untuk mencapai
KD), deskripsi singkat, estimasi waktu dan sumber pustaka. Bila RPP-nya
g. Tugas, soal, dan atau praktik/latihan yang harus dikerjakan atau diselesaikan
2.2.4.4 Implementasi
Implementasi modul dalam kegiatan belajar dilaksanakan sesuai dengan alur yang
telah digariskan dalam modul. Bahan, alat, media dan lingkungan belajar yang
2.3. Hikayat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia hikayat adalah karya sastra Melayu lama
berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan,
keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat dibaca untuk pelipur lara,
Hikayat menurut Hamzah (1996:128) adalah prosa fiksi lama yang menceritakan
kehidupan istana atau raja serta dihiasi olehkejadian yang sakti dan ajaib.
adalah salah satu bentuk sastra karya prosa lama yang isinya berupa cerita, kisah,
tokoh utama.
Hikayat dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu hikayat rekaan, hikayat
ciri-ciri yang dapat diidentifikasi, seperti istana menduduki pusat yang sangat
mendapatkan kemenangan dan mengalami akhir yang baik, segi ajaran moral
tidak diabaikan, pola cerita selalu bersifat streotipe, dan adanya alur cerita yang
dapat diramalkan. Hikayat sejarah merupakan hikayat yang bersifat historis dan
mempunyai ciri-ciri, seperti penyebutan nama tempat yang memang ada dalam
31
kandungan cerita merupakan silsilah suatu dinasti, tahun terjadinya peristiwa tidak
bersifat kontemporer mendapat tempat sendiri. Pada sisi lain, hikayat biografi
atau orang yang mempunyai emosi yang tinggi memiliki perhatian rohani
tersendiri, biografi disusun secara kronologis dan logis, biografi tidak mengenal
1. Hikayat agama, yaitu hikayat yang berisi berbagai ajaran agama yang terkait
2. Hikayat sejarah, yaitu hikayat yang berisi sejarah masa lampau, baik sejarah
5. Hikayat jihad. Yang dimaksud dengan hikayat jihad, yaitu hikayat yang
Prang Sabil.
6. Hikayat cerita (novel), yaitu hikayat yang berisi cerita percintaan atau
roman, baik roman fiksi atau roman sejarah. Hikayat jenis ini banyak sekali,
hikayat digunakan untuk melihat dan memahami teks hikayat. Adapun struktur
hikayat tersebut antaralain, (a) Motif, (b) Penokohan, (c) Latar, dan (d)Sudut
Tinjauan.
a. Motif
Motif adalah istilah yang digunakan untuk melukiskan karakter, peristiwa, atau
konsep yang sering diulang-ulang, yang ada dalam cerita rakyat atau kesusastraan.
Shipley (dalam Beried, 1985: 65) disebutkan bahwa motif adalah pola sebuah
karya yang khas; kata atau pola pemikiran yang berulamg-ulang dalam situasi
yang sama, atau untuk menimbulkan suasana perasaan yang sama dalam suatu
Motif mempunyai fungsi yang sangat penting. Dalam suatu cerita atau hikayat,
motif dapat digunakan untuk memperpanjang cerita. Fungsi motif lainnya ialah
b. Penokohan
Dalam hikayat terdapat beberapa peristiwa yang pada dasarnya merupakan wadah
pertentangan antara tokoh utama yang baik dan tokoh utama yang jahat. Biasanya
yang baiklah yang mendapat kemenangan gemilang, sedangkan yang jahat dapat
dikalahkan. Pada umumnya tokoh utama berada di pihak yang benar, berwatak
baik, dan dengan kehebatan dan kesaktiannya diaunggu dalam suatu pertempuran
Cara yang digunakan oleh pengarang dalam melukiskan tokoh hikayat pada
terperinci pengarang menjelaskan watak atau sifat sang tokoh. Cara yang
dramatik, yaitu cara pemberian gambaran secara tidak langsung, jarang ditemukan
c. Latar
Latar yang terdapat dalam hikayat, biasanya tidak terlepas dari lingkungan
pengarangnya pada waktu itu. Pada umumnya lingkungan yang terdapat dalam
hikayat adalah lingkungan istana (istana sentris). Selain istana hutan, laut, dan
pelabuhan juga menjadi latar yang sering dijumpai di dalam hikayat (Beried,
1985: 78).
34
peserta didik dengan pendidik yang sumber belajarnya pada suatu lingkungan
pembelajaran.
Pembelajaran adalah suatu konsep dari dua dimensi kegiatan (belajar dan
Joyce dan Weil (dalam Rusman, 2012: 133) berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
lain.
35
adalah suatu usaha yang sadar atau disengaja yang melibatkan guru dan siswa
ditetapkan.
sastra disertai dengan pengetahuan tentang teori, sejarah, dan kritik sastra.
Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya tidak akan lepas dari kegiatan membaca
dan menulis.
wisata sastra, kemah sastra, dan atau bengkel sastra. Kegiatan demikian memiliki
apresiasi terhadap sastra agar siswa memiliki kepekaan terhadap sastra yang baik
36
antaranya (1) Siswa harus diberi kebebasan untuk menampilkan respons dan
antara pendapat para siswa, dan (4) Peranan dan pengaruh guru harus merupakan
daya dorong terhadap penjelajahan pengaruh vital yang inheren di dalam sastra itu
sendiri.
(Rahmanto, 1988: 6). Lebih lanjut dikatakan bahwa pembelajaran apresiasi sastra
meningkatkan pengetahuan budaya, (3) mengembangkan cipta dan rasa, dan (4)
dapat meningkatkan budaya siswa baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengajaran sastra yang ideal berorientasi pada sikap apresiasi. Apresiasi sastra
dengan sikap dan nilai (aspek afektif). Apresiasi merupakan tingkat terakhir yang
dapat dicapai dalam domain afektif, yang pencapaiannya memerlukan waktu yang
Ada tiga fungsi pembelajaran sastra menurut Sarwadi (dalam Endraswara, 2005:
58), yaitu pertama, fungsi ideologis. Fungsi ini merupakan fungsi utama, yaitu
sebagai salah satu pembinaan jiwa Pancasila. Hal ini sejalan dengan tujuan
untuk membekali subjek didik dengan bahan yang mungkin berguna jika kelak
menceritakan kembali isi cerita rakyat (hikayat) yang didengar dan dibaca.KD
Mengidentifikasi butir-butir penting dari dua buku nonfiksi (buku pengayaan) dan
satu novel yang dibaca dan nilai-nilai dan kebahasaan cerita rakyat dan cerpen.
38
sebagai berikut. Bahan ajar merupakan bagian yang penting dalam proses belajar
Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis sehingga
pembacanya dapat belajar dengan atau tanpa guru atau fasilitator. Dengan
demikian, modul harus dijadikan bahan ajar sebagai pengganti buku. Kalau guru
sesuatu dengan bahasa yang mudah diterima peserta didik sesuai dengan tingkat
menceritakan kembali isi cerita rakyat (hikayat) yang didengar dan dibaca.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
sebagai suatu proses atau langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
Produk tersebut tidak harus berbentuk benda atau perangkat keras (Hardware),
seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi
2013:164).
41
Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah modul pembelajaran teks
hikayat untuk siswa SMA kelas X yang digunakan dalam pembelajaran teks
langkah kerja yang dikembangkan oleh Borg and Gall. Prosedur ini dipilih karena
memiliki langkah yang terperinci dan sederhana. Prosedur terdiri atas sepuluh
langkah. Penjelasan dari tiap-tiap langkah pengembangan Borg and Gall adalah
sebagai berikut.
collecting) termasuk dalam langkah ini, antara lain, studi literatur yang
4. Uji coba awal (Preliminary field testing), yaitu melakukan uji coba lapangan
awal dalam skala terbatas dengan melibatkan subjek sebanyak 6—12 subjek.
Pada langkah ini pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan dengan cara
produk awal yang dihasilkan berdasarkan hasil uji coba awal. Perbaikan ini
sangat mungkin dilakukan lebih dari satu kali sesuai dengan hasil yang
6. Uji coba lapangan (Main field testing), uji coba utama yang digunakan untuk
divalidasi.
43
8. Uji lapangan (Operational field testing), yaitu langkah uji validasi terhadap
(final).
modul pembelajaran teks hikayat untuk siswa SMA kelas X sesuai dengan
kurikulum 2013. Oleh karena itu, peneliti hanya menggunakan tujuh dari sepuluh
SMAN 1 Natar, dan SMA Tri Sukses, Natar. Penelitian studi pendahuluan dan
and Gall yang dilaksanakan dalam tujuh tahap hingga dihasilkan modul yang
layak untuk uji lapangan. Penelitian pengembangan ini dimulai dengan studi
development.
produk awal, 4) evaluasi produk melalui validasi oleh ahli/pakar yang relevan, 5)
revisi rancangan produk hasil validasi, 6) ujicoba produk pada teman sejawat dan
uji coba kelas kecil dan revisi produk hasil uji coba dilanjutkan dengan uji coba
lebih luas dalam pembelajaran teks cerita rakyat (hikayat) (20—30 siswa), dan 7)
melakukan revisi menjadi produk operasional berupa modul yang siap diuji
efektivitas penggunaannya.
45
Revisi
Revisi
Studi pendahuluan meliputi studi lapangan (analisis kebutuhan) dan studi pustaka
dilakukan dengan menanyakan materi yang telah disampaikan guru kepada siswa
SMA yang sesuai dengan kurikulum 2013, kompetensi dasar yang menjadi dasar
pengembangan bahan ajar tersebut, dan teori-teori yang berkaitan dengan cerita
1. Dokumentasi
dengan bahan ajar cerita rakyat (hikayat). Dokumentasi dilakukan pada perangkat
pembelajaran berupa silabus, RPP, bahan ajar, media, evaluasi, dan kondisi guru,
2. Observasi
3. Angket/Kuesioner
Pemberian angket ditujukan kepada guru dan siswa.Tujuan penyebaran angket ini
bahan ajar.
47
4. Wawancara
Wawancara dan diskusi dilakukan dengan guru dan siswa untuk mengetahui
pembelajaran.
Fokus yang penting dalam studi pendahuluan ini adalah didapatkannya deskripsi
kebutuhan tentang bahan ajar. Dasar deskripsi kebutuhan ini adalah hasil
pembelajaran teks hikayat. Angket ditujukan kepada guru bahasa Indonesia SMA
dan siswa yang diambil secara acak dari kelas yang berbeda sebagai objek
penelitian ini.
dan bahan ajar. Hasil analisis kebutuhan bahan ajar berupa deskripsi bahan ajar
yang diperlukan, yaitu bahan ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa
SMA. Hasil studi pendahuluan secara keseluruhan dalam penelitian ini dijadikan
landasan untuk menetapkan desain produk bahan ajar yang dikembangkan. Desain
produk yang ditetapkan yaitu desain bahan ajar berupa modul pembelajaran teks
disusun berdasarkan analisis kebutuhan materi yang harus disiapkan dalam modul.
Materi ini disesuaikan dengan kompetensi dasar pembelajaran teks hikayat yang
ada di mata pelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMA kelas X kurikulum 2013,
pascaproduksi. Pada langkah ini peneliti melakukan desain dari modul yang akan
tingkat SMA.
ahli/pakar yang relevan dengan bidang kajian, (2) uji teman sejawat yaitu guru
bidang studi bahasa Indonesia di SMA, (3) uji coba dalam skala kecil (8 siswa),
dan (4) uji coba dalam skala luas (1 kelas = 20—40 siswa).
ahli/pakar yang memiliki kompetensi pada bidang kajian yang relevan. Dalam
konteks ini uji ahli/pakar dilakukan kepada ahli materi/isi pembelajaran sastra dan
ahli teknologi pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap produk
49
yang dihasilkan berupa validasi para ahli sebelum digunakan pada tahap
implemantasi. Hasil uji ahli/pakar berupa komentar, kritik, saran, koreksi, dan
diskusi dan pemberian angket penilaian produk. Hasil uji dimanfaatkan untuk
masukan dari guru-guru Bahasa Indonesia di SMA. Pengujian ini bertujuan untuk
menggunakan angket yang diisi oleh guru. Hasil observasi selanjutnya dianalisis
sama dengan siswa sasaran) dilakukan untuk mengetahui respon siswa mengenai
Pelaksanaan uji dilakukan pada siswa kelas X SMAN 1 Natar dan dimanfaatkan
untuk merevisi rancangan modul sebelum diujikan dalam skala besar atau
kelompok besar.
50
Hasil pengujian diperoleh penilaian produk operasional berupa modul yang siap
a. Menyiapkan perangkat untuk uji coba (kriteria modul yang layak dan
angket kelayakan).
b. Menentukan responden uji coba peserta didik kelas X di SMA yang telah
ditentukan.
Teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data ada empat macam, yakni
angket/kuesioner.
51
dengan modul pembelajaran teks hikayat untuk peserta didik SMA. Dokumentasi
RPP, buku pelajaran, media, evaluasi, serta kondisi guru dan siswa dalam
pembelajaran.
Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa untuk mengetahui secara langsung
5. Apakah model hikayat yang terdapat dalam buku pelajaran telah sangat
membantu siswa dalam memahami teks hikayat secara berkelompok
maupun mandiri?
6. Bahan ajar memahami teks hikayat seperti apa yang Bapak/Ibu butuhkan?
bidang kajian yang relevan, guru-guru pelajaran Bahasa Indonesia SMA dan
siswa kelas X yang menerima materi hikayat.Tujuan penyebaran angket ini adalah
mengidentifikasi teks
hikayat karena ingin
dapat memahami teks
hikayat dengan baik.
3. Saya mengikuti
pembelajaran
mengidentifikasi teks
hikayat agar mendapat
nilai yang baik.
4. Saya mengikuti
pembelajaran
mengidentifikasi teks
hikayat karena
keharusan mengikuti
semua pembelajaran di
kelas.
5. Saya terbiasa membaca
mengidentifikasi teks
hikayat walaupun tidak
ditugaskan guru.
6. Saya membaca
mengidentifikasi teks
hikayat karena hobi.
7. Saya membaca
mengidentifikasi teks
hikayat karena dapat
mengambil pelajaran
dari cerita yang saya
baca.
8. Saya telah membaca
1—5 judul hikayat
(sebutkan judul-judul
teks hikayat yang
dibaca)
9. Saya telah membaca
5—10 judul hikayat.
(sebutkan judul-judul
teks hikayat yang
dibaca)
54
atau diperdengarkan.
20. Saya dapat
mengembangkan nilai-
nilai yang terkandung
dalam teks hikayat ke
dalam tulisan.
3 Penyajian Materi
a. Kejelasan tujuan modul
pembelajaran
b. Urutan penyajian modul
pembelajaran
c. Pemberian motivasi
d. Interaktivitas (stimulus dan
respons) modul dengan
kegiatan siswa
e. Kelengkapan penyajian
materi
4 Kegrafikaan
a. Penggunaan font (jenis dan
ukuran)
b. Lay out, tata letak
c. Ilustrasi, grafis, gambar,
foto.
d. Harmonisasi warna ilustrasi,
grafis, dan gambar
memperjelas fungsi dan pesan
cerita
e.Desain tampilan,
penggunaan warna yang
sesuai
Skor Rata-Rata
1 2 3 4
A. Bahasa
panjang
C. Kemenarikan Penyajian
D. Kegrafikan
Skor rata-rata
4. Angket uji coba modul sebagai bahan ajar dalam pembelajaran teks
tanggapan siswa terhadap modul yang telah dihasilkan melalui dua tahap,
yaitu uji kelas kecil dan uji kelas besar atau kelas pembelajaran
berdasarkan hasil analisis data dari ahli/pakar dan uji coba produk. Kegiatan
analisis data dilakukan dengan mencari rata-rata skor skala likert berdasarkan
sangat kurang, 2 = kurang, 3= cukup, 4= baik, dan 5= sangat baik. Hasil skor rata-
tiga guru Bahasa dan Sastra Indonesia, dan siswa SMA kelas X. Rumus
Menganalisi Hikayat dari ahli media, ahli praktisi, ahli materi, guru SMAN 13
Bandarlampung, guru SMAN 1 Natar, guru SMA Tri Sukses, Natar, siswaSMAN
61
13 Bandarlampung, siswa SMAN 1 Natar, dan siswa SMA Tri Sukses, Natar.
Hasils kor persentase nilai yang didapat kemudian dikonversikan dalam kelompok
kategori penilaian menurut Riduwan dan Sunarto (2009: 23) seperti tersaji dalam
tabel 6 berikut.
4. 61—80% Layak
BAB V
5.1 Simpulan
Kelas X Tingkat SMA yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan sebagai
berikut.
dilakukan kepada siswa di tiga sekolah dengan cara menyebarkan angket kepada
salah satu motivasinya adalah untuk mendapatkan nilai yang bagus dari guru
mereka.
115
Kurangnya bahan ajar tentang hikayat di sekolah membuat siswa hanya membaca
cerita hikayat dari buku pelajaran yang disediakan oleh pemerintah, oleh karena
itulah masih kurangnya minat baca siswa terhadap hikayat. Berdasarkan hasil
modul hikayat untuk siswa kelas X SMA. Peneliti juga mengumpulkan data
daftar pustaka. Produk kemudian di validasi oleh ahli materi, ahli media, dan ahli
praktisi. Ahli materi memberikan nilai kelayakan dengan skor persentase 94%
dengan kategori sangat layak. Menurut ahli materi, modul hikayat sangat layak
saran. Ahli media memberikan skor persentase kelayakan sebanyak 76% dengan
diujicobakan dengan saran dan revisi. Ahli praktisi memberikan skor persentase
kelayakan 84% dengan kategori sangat layak. Berdasarkan skor tersebut ahli
media menyatakan bahwa bahwa modul yang berjudul Kiat Praktis Menganalisis
Setelah divalidasi produk direvisi sesuai saran dan diujicobakan dan di nilai oleh
siswa dan guru di SMAN 13 Bandarlampung, SMAN 1 Natar, dan SMA Tri
116
Sukses, Natar. Dari tiga guru Bahasa Indonesia yang memberikan penilaian
terhadap modul Kiat Praktis Menganalisis Hikayat ini didapati skor persentase
disimpulkan bahwa modul yang berjudul Kiat Praktis Menganalisis Hikayat layak
Setelah uji coba, produk direvisi hingga terbentuklah produk akhir dari penelitian
Menganalisis Hikayat dan digunakan untuk siswa pada pembelajaran semester II.
Dalam produk ini memuat materi mengenal teks hikayat dan mengidentifikasi teks
5.2 Saran
teks hikayat yang lebih baik dan dari berbagai pendekatan yang ada, selain
itu peneliti lain juga dapat memakai pendekatan pembelajaran yang ada
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, Nunung. 2017. Pengembangan Buku Cerita Rakyat Bima Berbasis Kearifan
Lokal (Sebuah Penunjang Gerakan Literasi). Nosi Volume 5, Nomor 3. PPS
Universitas Islam Negeri Malang.
Gani, Rizanur. 1988. Pengajaran Sastra di Indonesia: Respon dan Analisis. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
_____________. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Angkasa.
Hamzah, A. 1996. Sastra Melayu Lama dan Raja Rajanya. Jakarta: Dian Rakyat.
Kurniasih, dkk. 2014. Panduan Membuat Bahan Ajar Buku Teks Pelajaran sesuai
dengan Kurikulum 2013. Surabaya: Kata Pena.
Utomo, Budi. 2014. Nilai Budaya dan Nilai Pendidikan Karakter Cerita Rakyat Di
Pulau Bangka Dan Pemanfaatannya Sebagai Alternatif Bahan Ajar
Apersiasi Sastra Di Sekolah Menengah Atas. Tesis.Universitas Pendidikan
Indonesia.
Winkel. 2009. PsikologiPengajaran. Yogyakarta : Media Abadi.
Fitriana, Yulita. 2016. Hikayat Datuk Hitam dan Bajak Laut. Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa. Kemendikbud.